Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Dialog Ande Ande Lumut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Ande – Ande Lumut

 Diva Syafira: Permaisuri / Nyai Runting


 Fajry Octodira: Pangeran (Ande-ande Lumut)
 M. Alief P: Yuyu Kangkang / Raja
 Naek Jordan: Pengawal Pangeran (Giring)
 Nadia Listia: Klenting Kuning
 Tasya Aulia Rahman: Klenting Merah

Raja : “Cah bagus!” (Memanggil Pangeran)


Pangeran : “Ada apa ayahanda?” (Pangeran memberi sembah kepada permaisuri dan raja,
kemudian duduk di atas lantai sambil menunduk hormat).
Raja : “Ayahanda sudah terlalu tua, ayahanda ingin kamu menikah untuk menggantikan
posisi ayahanda sebagai Prabu. Menikahlah nak.” (Mengelus kepala Pangeran sambil terbatuk-
batuk)
Permaisuri : “Iya nak, sudah saatnya kamu mencari dambaan hati. Ibunda akan mencari putri
dari kerajaan lain untuk menjadikannya sebagai permaisurimu.”
Pangeran : “Wahai Ayahanda dan Ibunda. Izinkanlah saya untuk mengembara mencari Dewi
Sekartaji yang hilang. Niscaya saya akan pulang membawa dirinya.”
Raja : “Baiklah, Nduk. Carilah sendiri. Bawakan jodoh yang terbaik buat dirimu.
Ayahanda akan menunggu.”

Pagi itu pangeran meninggalkan kerajaan bersama pengawalnya, Giring.


Di dalam hutan…
Pangeran : “Saya rasa kita telah jauh meninggalkan istana. Ring, coba lihat siapa itu?
Giring : “Mana pangeran? Siapa?” (Menoleh kanan-kiri)
Pangeran : “Maaf, saya bisa bertanya?” (Menghampiri Klenting Merah)
Klenting Merah: “Eeeh, siapa ya?” (Terkejut)
Pangeran : “Maaf Mbak, saya mau bertanya. Ini daerah mana ya?”
Klenting Merah: “Loh, Mas ganteng dari mana? Ini namanya Desa Dadapan.” (Sambil terus
memetik buah)
Pangeran : “Saya pengembara. Saya ingin menetap sementara di daerah ini. Apa ada rumah
yang bisa ditinggali?”
Klenting Merah: “Oh, begitu. Ada satu rumah, rumah itu milik Mbok Iyem. Ada di sebelah sana.”
(Sambil menunjuk sebuah rumah)
Pangeran : “Terima kasih Mbak.”
Klenting Merah: “Sama-sama, Mas ganteng.” (Pergi meninggalkan Pangeran dan Giring)
Pangeran : “Giring.”
Giring : “Ya, Tuan?”
Pangeran : “Jangan panggil saya Tuan jika berada di sini.”
Giring : “Ampun Pangeran. Lalu saya panggil apa?”
Pangeran : “Panggil saya Ande-Ande Lumut.”
Giring : “Baik, Tuan.”

Di rumah Nyai Runting…


Klenting Merah: “Gimana sih!? Cuci baju kok masih apek begini?!” (Memukul memakai baju
cucian Klenting Merah)
Klenting Kuning : “Ampun, Mbak Yu’...” (Kesakitan)
Nyai Runting : “Heh, Merah kenapa kamu? Sudah, sudah. Klenting Kuning, sana lanjutkan
pekerjaanmu!”
Klenting Kuning: (Menangis dan melangkah menuju teras rumah)
Klenting Merah: “Ibu, Merah kesal. Masa baju Merah masih apek begini, nih?”
Nyai Runting : “Biarkan saja, Merah. Nanti ibu akan kasih dia hukuman yang berat.”
(Datang sang pembawa berita yaitu Giring, di depan rumah. Klenting Merah dan Nyai Runting
keluar rumah)
Giring : “Pengumuman, pengumuman. Maaf mengganggu. Ada jejaka yang sedang
mencari wanita dambaannya, yang berminat harap ke kediaman Mbok Iyem, di sanalah Ande-
Ande Lumut bertempat tinggal untuk sementara.”
Klenting Merah: “Loh? Kamu kan temannya si pengembara yang kemarin pagi aku temui? Apa
benar sang pengembara ingin menikah?”
Giring : “Benar Mbak, saya temannya. Dan tepat sekali, dia ingin mencari jodoh untuk
dijadikan pendamping hidupnya.”
Nyai Runting : “Ini kabar baik, nak! Kamu bisa menikah dengan lelaki tampan apalagi
pengembara. Pasti hartanya banyak!” (Berbisik kepada Klenting Merah)
Klenting Merah: “Iya Bu! Kesempatan emas!” (Berbisik kepada Nyai Runting)
Klenting Kuning: “Mas, apa persyaratannya?”
Giring : “Tidak ada. Datanglah esok hari. Saya pamit dulu.” (Pergi meninggalkan
kediaman Nyai Runting)
Nyai Runting : “Kamu dandan ya, pakai baju yang bagus agar sang jejaka itu tertarik kepadamu.”
Klenting Merah: “Baik ibunda.”
Klenting Kuning: “Ibu, bolehkah aku ikut?”
Nyai Runting : “Tidak boleh! Pekerjaanmu masih banyak. Lagipula sang jejaka pun tidak akan
menyukaimu.”
Klenting Kuning: “Tapi, Bu aku bisa menyelesaikan semua pekerjaanku hari ini agar besok aku
bisa ikut dengan saudari Klenting Merah.”
Klenting Merah: “Sudahlah Kuning, kalau tidak boleh ya tidak boleh!”
Klenting Kuning: “Baiklah.” (Kembali bekerja)

Pada keesokan harinya…


Klenting Merah: “Kuning! Cepat ambilkan pakaianku!” (Sambil bersolek)
Klenting Kuning: “Ini, Mbak” (Berlari kecil)
Nyai Runting : “Ayo cepat nanti telat.”
Klenting Merah: “Sudah siap, Bu.”
Nyai Runting : “Ayo,berangkat. Kuning! Tutup pintu.” (Keluar rumah bersama Klenting Merah)
Klenting Kuning: “Nggeh, Bu.”

Klenting Merah dan Nyai Runting tiba di Sungai Brantas…


Klenting Merah: “Bu, kok jembatannya tidak ada? Biasanya ada disini.” (Heran)
Nyai Runting : “Iya, Nduk. Biasanya Ibu belanja lewat jembatan sini. Kemana ya?”
(Tiba-tiba muncul Yuyu Kangkang)
Yuyu Kangkang: “Woi, sampeyan sedang apa di situ?” (Menghampiri Klenting Merah dan Nyai
Runting)
Klenting Merah & Nyai Runting: “Siapa kamu?!” (Terkejut)
Yuyu Kangkang: “Wahahaha, saya Yuyu Kangkang, sang kepiting imut lucu.”
Klenting Merah: “Idih! Amit-amit.”
Nyai Runting : “Wahai, Yuyu Kangkang. Apakah kamu bisa menyebrangi kami berdua ke tepi
sungai itu?”
Yuyu Kangkang: “Boleh saja! Tapi ada persyaratannya!”
Klenting Merah: “Apa persyaratannya?”
Yuyu Kangkang: “Berikan aku emas sebanyak-banyaknya!”
Nyai Runting : “Kami miskin, mencari sesuap nasi pun susah.”
Yuyu Kangkang: “Yasudah bagaimana kalau aku rangkul dan pegang tangan sampeyan sampai
seberang sungai? Setuju?”
Klenting Merah: “Baiklah, mau bagaimana lagi.”
(Yuyu Kangkang merangkul Nyai Runting dan Klenting Merah sampai di seberang sungai)
Klenting Merah & Nyai Runting: “Terima kasih, Yuyu Kangkang.”
Yuyu Kangkang: “Sama-sama, cantik”

Sementara di rumah Nyai Runting…


Klenting Kuning: “Aku akan memakai kebaya ini. (Mengambil kebaya) Aku juga akan bersolek
agar sang jejaka tertarik padaku!” (Mengambil alat dandan)
Klenting Kuning: “Raden Panji, tunggu aku. Aku pasti kembali” (Keluar rumah)

Saat di pinggir sungai…


Klenting Kuning: “Jembatannya mana ya?” (Menoleh ke kiri dan ke kanan)
Yuyu Kangkang: “Woi” (Menghampiri Klenting Kuning)
Klenting Kuning: “Siapa kau?” (Terkejut)
Yuyu Kangkang: “Aku sang kepiting tampan, Yuyu Kangkang. Sampeyan sendiri siapa?”
Klenting Kuning: “Aku Klenting Kuning, aku ingin menyebrangi sungai. Tolonglah aku, Tuan.”
Yuyu Kangkang: “Baiklah, tapi kau harus aku merangkul dan memegang tanganmu sebagai
persyaratannya. Bagaimana?”
Klenting Kuning: “Baiklah.” (Diam-diam memegang batu yang terdapat kotoran)
(Setibanya di seberang sungai, Klenting Kuning melempar batu yang terdapat kotoran ke Yuyu
Kangkang)
Klenting Kuning: “Makanya jadi kepiting jangan cari kesempatan! Hahaha” (Berlari
meninggalkan Yuyu Kangkang)
Yuyu Kangkang: “Aduhhh…!!!” (Meringis kesakitan)

Di kediaman Mbok Iyem, terdapat Ande-Ande Lumut yaitu sang pangeran dan juga Giring.
(Klenting Merah masuk ke dalam beserta Nyai Runting)
Giring : “Monggo, Buk, Mba. Silahkan duduk.”
Klenting Merah: “Mas, nama sang pengembara itu siapa Mas?”
Giring : “Namanya Ande-Ande Lumut”
(Ande-Ande Lumut / Sang Pangeran datang)
Ande-Ande Lumut: “Maaf membuat kalian menunggu.”
Nyai Runting : “Oh ini, nak Ande-Ande Lumut.”
Klenting Merah: “Perkenalkan, aku Klenting Merah. Kita pernah ketemu sebelumnya saat kamu
tersesat di daerah ini.” (Menjabat tangan Ande-Ande Lumut)
Ande-Ande Lumut: “Iya, terima kasih ya Mbak, waktu itu telah membantu saya.” (Lalu duduk)
Nyai Runting : “Nak Ande, niat kami datang kesini untuk menjodohkan putri saya dengan Nak
Ande. Karena dengar-dengar Nak Ande sedang mencari jodoh.”
Ande-Ande Lumut: “Iya, tapi saya tidak ingin berjodoh dengan putri anda.”
Nyai Runting : “Loh kenapa?”
(Tiba-tiba datang Klenting Kuning)
Klenting Kuning: “Kulonuwun.”
Giring: “Monggo masuk.” (Mempersilahkan)
(Klenting Kuning, Nyai Runting, Ande-Ande Lumut bangkit dari tempat duduk)
Klenting Kuning: “Saya Klenting Kuning. Izinkan saya untuk mengikuti sayembara ini.”
Ande-Ande Lumut: “Saya rasa, saya sudah menemukan jodoh untuk pendamping hidup saya.”
(Menghampiri Klenting Kuning)
Klenting Merah: “Kok gitu sih, Mas? Saya saudari tirinya dia. Saya lebih cantik dan lebih baik
dari dia!”
Nyai Runting : “Benar apa yang dikatakan putri saya. Dia buruk rupa dan tidak pantas untuk
dijadikan jodoh nak Ande!”
Klenting Kuning: “Ibunda, Mbak Yu’, sebenarnya saya Dewi Sekartaji. Saya putri dari Kerajaan
Kediri berkelana mencari jodoh saya Raden Panji. Saya sempat diculik dan saya berhasil kabur.
Saya pun bisa selamat dari kejaran orang jahat karena berkat kalian.”
Ande-Ande Lumut: “Benar apa yang dikatakan Klenting Kuning. Dia jodoh yang saya cari. Saya
Raden Panji Asmarabangun dari Kerajaan Jenggala, saya mencari Dewi Sekartaji untuk
menyatukan dua kerajaan.”
Klenting Merah: “Kuning, aku tidak tahu kalau kau adalah putri kerajaan. Maafkan aku telah
bersikap buruk kepadamu. Kumohon maafkanlah diriku.”
Nyai Runting : “Maafkan Ibu juga ya, Nduk. Ibu bukan Ibu yang baik buatmu. Ibu pilih kasih.
Tolong maafkan Ibu juga.”
Klenting Kuning: “Iya gapapa Bu, Mbak Merah. Saya sudah maafkan kalian sejak awal. Kalau
begitu saya dan Raden Panji pamit dulu, Bu. Saya akan kembali ke kerajaan bersama Raden Panji
untuk melangsungkan pernikahan.”
Ande-Ande Lumut: “Tenang saja, Ibu dan Klenting Merah akan saya undang di pernikahan saya
nanti.”
Nyai Runting & Klenting Merah: “Terima kasih, Kuning dan Pangeran.”

Anda mungkin juga menyukai