Nagaji Bersama Gus Arifin Bulan Muharram Bulan Suci Penuh Keutamaan (Beserta Hujjah)
Nagaji Bersama Gus Arifin Bulan Muharram Bulan Suci Penuh Keutamaan (Beserta Hujjah)
Nagaji Bersama Gus Arifin Bulan Muharram Bulan Suci Penuh Keutamaan (Beserta Hujjah)
Ce site utilise des cookies provenant de Google pour fournir ses services et analyser le trafic.
Votre adresse IP et votre user-agent, ainsi que des statistiques relatives aux performances et
à la sécurité, sont transmis à Google afin d'assurer un service de qualité, de générer des
statistiques d'utilisation, et de détecter et de résoudre les problèmes d'abus.
EN SAVOIR PLUS OK
MENU
ِ ﺣﻴ ْﻢ
ِ ﻦ اﻟ ﺮ
ِ ﻤ
ٰ ﺣ
ْ ﻪ اﻟ ﺮ
ِ ﺴ ﻢ ِ اﻟﻠ
ْ ِﺑ
Insya Allah penulis akan membagikan beberapa poin Kajian Rutin Ba'da Subuh di Masjid Al-Hidayah Lippo
Karawaci, Ahad 16 September 2018. Pemateri Gus Arifin dengan tema Bulan Muharram bulan suci banyak
keutamaan dan amalan di dalamnya.
Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah. Muharram berasal dari kata yang artinya
"diharamkan", "dipantang", yaitu dilarang melakukang peperangan atau pertumpahan darah. Orang Jawa
menyebutnya dengan bulan Suro (mungkin berasal dari kata as-syuro). Sejak zaman Jahiliyyah selama bulan
ini dilarang untuk melakukan peperangan, persengketaan dan lain-lain, kemudian Islam datang kemuliaan bulan
haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi Jahiliyyah nya dihapuskan termasuk kesepakatan tidak
berperang.
Orang Jahiliyyah pada zaman itu menyebut bulan ini dengan nama Shafar Awwal. ketika Islam datang, Allah
SWT mengganti namanya menjadi Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya
(Syahrullah). (Lathaif al-ma'rif halaman 77)
Rasulullah SAW bersabda :
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan sholat
yang paling utama setelah sholat fardu adalah sholat malam" [HR. Muslim, no.11630 dari Abu Hurairah RA]
Hadist tadi mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram karena disandarkan
kepada lafdhul jalalah (lafadh Allah). Para ulama telah menerangkan ketika suatu mahluk disandarkan kepada
lafdhul Jalalah menandakan tasyrif (pemuliaan) terhadap mahluk tersebut. Seperti Baitullah (rumah Allah) bagi
masjid atau Ka'bah, dan Naqatullah (unta Allah) yang diberikan gelar kepada unta nabi Sholeh AS dan
sebagainya.
Ke 12 bulan yang ada adalah ciptaan Allah SWT, tetapi bulan Muharram memiliki keistimewaan khusus karena
hanya bulan inilah yang disebut Syahrullah. [Tarikh Ad Dimasyq, 1/51].
Bulan ini juga sering dinamakan Syahrul Al-Asham (bulan Allah yang sunyi). Dinamakan demikian, karena
sangat terhormatkan bulan ini, karena itu tidak ada gejolak/konflik sedikitpun di bulan ini.
Tafsir Jalalain.
(Sesungguhnya bilangan bulan ) jumlah bulan pertahunnya (pada sisi Allah adalah 12 bulan dalam kitabullah)
dalam lauhul Mahfudz (di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya) bulan-bulan tersebut (empat
bulan suci) yang disucikan, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
(Itulah) penyucian bulan yang empat tersebut (agama yang lurus) artinya agama yang mustaqim (maka
janganlah kalian menganiaya dalam bulan-bulan tersebut) dalam bulan yang empat itu (diri kalian sendiri)
dengan melakukan kemaksiatan. Karena sesungguhnya perbuatan maksiat dalam bulan tersebut dosanya lebih
besar lagi. Menurut suatu penafsiran disebutkan bahwa dhamir fiihinna kembali kepada itsnaa 'asyara, artinya
dalam 12 bulan itu (dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya) seluruhnya dalam bulan-bulan 12
(sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-
orang yang takwa) pertolongan dan bantuan-Nya selalu menyertai mereka.
Hari Asyura adalah hari dimana umat Yahudi Madinah (Yahudi suku Qainuqa dan Quraidhah) melakukan puasa
untuk memperingat penyelamatan Musa dan Bani Israil. Maka Nabi SAW mengatakan ia lebih berhak atas
musa dari umat Yahudi. Maka disyariatkan bagi muslim untuk puasa Asyura. Bahwa di hari itu Musa dan bani
Israil diselamatkan oleh Allah SWT. Hari perayaan bani Israil adalah perayaan Pesach (Paskah). Perayaan itu
bukan tanggal 10, tapi tanggal 14 di bulan Nissan (bulan pertama Yahudi).
3. Naik dan sejajarnya perahu nabi Nuh AS dengan bukit Judy (Difirmankan : "Hai Nuh, turunlah dengan
selamat sejahtera penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umatmu (yang mukmin) dari orang-orang
yang bersamamu". QS Hud: 48)
10. Selamatnya Nabi Ibrahim AS dari api (pada saat itu Allah perintahka api untuk menjadi dingin, Kami
berfiman : "hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim [QS. Al-Anbiya': 69]"
13. Dikembalikannya penglihatan nabi Ya'qub AS (Sejak Nabi Ya'qub AS mendengar kabar bahwa anaknya
Yusuf meninggal,beliau berduka cita dan seringkali meleh air matanya sehingga beliau buta. Namun ketika
mendengar kabar bahwa Yusuf dalam keadaan hidup dan kemudian menjadi wazir (menteri) dan
mengirimkan berkas pakaian yang dipakainya dulu sebagai bukti, ketika diusapkan ke wajah beliau, maka
beliau bisa melihat lagi. Dalam al-Quran : "Takala telah tiba pembawa pembawa kabar gembira itu, maka
diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah ia dapat melihat (QS. Yusuf: 96)"
3. Melakukan shodaqoh
11. Membaca surat al-Ikhlas seribu kali (di hari 1-10 masing masing 100x tiap hari/tiap solat 20x selama
sebulan)
Dalam kitab i'anatu Thalibin syarah Fathul Mu'in juz 2 halaman 301 disebutkan bahwa amalan yang sering
dilakukan pada saat bulan Muharram. Dalam bulan Asyura ada 12 amalan yang dianjutkan:
1. Puasa
2. Sholat
3. Silaturahim
4. Sedekah
5. Mandi (inilah dalil amalan beberapa tempat mandi di tanggal 10 Muharram dari sumur/kali yang jernih
dikarenakan pada hari itu Allah perintahkan seluruh aliran sungai di dunia terhubung dengan air zamzam,
niatkanlah yang baik-baik dan minumlah air nya)
8. Menjenguk orang sakit (Pernah KH. Hamid Jazuli saking tidak ingin merepotkan umat, ketika sakit beliau
menyamar ketika periksa di Rumah Sakit dengan nama "Budi", begitu juga yang diperbuat almarhum al-
Habib Muhammad bin Syekh bin Yahya - Jagasatru ketika sakit)
Imam al-Hafizh ibnu al-Jazuli al Hanbali (508-597 H/1114-1201 M), seorang ulama ahli hadist terkemuka
bermadzhab Hanbali, dalam kitabnya al-Majalis menjelaskan kebiasaan ulama yang dilakukan saat asyuro
sebagai berikut:
1. Mandi di hari Asyura. Telah disebutkan bahwa Allah SWT membukakan komunikasi air zamzam dengan
seluruh air pada malam Asyura. Karenanya siapa yang mandi pada hari tersebut, makan akan aman dari
penyakit selama setahun. Ini bukan hadist, akan tetapi riwayat dari Ali ibn Abi Thalib KA.
11. Memperbanyak ibadah sholat, doa dan istighfar (istighfar 100x selama 365 hari, dikarnakan tiap hari Nabi
Muhammad SAW dalam sehari minimal beristighfar 100x)
12. Memperbanyak dzikir (baca Laa ilahailallah.. dan tambah ayat kursi)
13. Menyingkirkan apa saja yang mengganggu di jalan (termasuk kakus polisi tidur karena bisa jadi menzolimi
orang lain, misal jika ada di jalan itu ibu hamil)
15. Memperbanyak membaca surat al-Ikhlas seribu kali (Atsar dari Ali bin Abi Thalib KA, siapa yang
membacanya pada hari Asyura, maka Allah SWT akan memandang-Nya. Siapa yang dipandang Allah SWT,
maka Dia tidak akan meng-azabnya selamanya. [Imam al-Hafizh ibnu al-Jazuli al Hanbali dalam kitab al-
Majalis hal.73-74, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah]
Menurut Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki (Ulama Syafi'iyyah di Makkah) dalam kitabnya
Kanz al-Najah wa al-Surur di al-Ad'iyah al-Ma'tsurah allati Tasyrah al-Shudur, halama 82.
"Pada hari Asyura terdapat 12 amalan yang memiliki keutamaan: 1) Puasa, 2) Memperbanyak ibadah sholat 3)
Silaturahim dengan keluarga dan handai taulan 4) Berziarah kepada Ulama 5) Menjenguk orang sakit 6)
Memakai celak 7) Mengusap kepala anak yatim 8) Bersedekah kepada fakir miskin 9) Mandi 10) Membuat
menu makanan keluarga yang istimewa 11) Memotong kuku 12) Membaca surat al-Ikhlas 1000x "
Dari Abi Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: "sebaik-baiknya puasa sesudah puasa Ramadhan
adalah puasa Syahruullah Muharram dan sebaik-baiknya sholat sesudah sholat fardu adalah sholat malam"
[Sahih Muslim]
Imam An-Nawawi menjelaskan, hadist ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa
adalah di bulan Muharram (Al Minhaj Syarah Sahih Muslim Ibnu Al Hajjaj, An Nawawi, 8/55)
Ibnu Rajab al Hanbali mengatakan, "puasa yang paling utama diantara bulan-bulan Haram adalah puasa di bulan
Muharram (Syahrullah)" [Latha-if al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hanbali, hal.67]
Diantara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan haram, yaitu Umar ibn Khatab, Aisyah dan Abu
Thalhah RA. Bahkan Ibnu 'Umar dan Al Hasan al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram.
[Latha-if al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hanbali, hal.78]
Dari Abu Ja'far dari Abdusshomad dan bapaknya, dari Abu Hurairah RA, berkata Nabi SAW menghampiri orang
Yahudi yang sedang berpuasa di hari kesepuluh, dan beliau berkata, puasa apa kalian?, mereka menjawab: "Hari
ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dan menenggelamkan Firaun dan Ia adalah
hari mendaratnya kapal Nuh diatas gunung Judy, kemudian Nabi Nuh AS dan Musa AS berpuasa pada hari itu
sebagai wujud rasa syukur, maka beliau Rasulullah SAW menjawab: "Aku lebih berhak terhadap musa daripada
kalian (Yahudi). Maka beliau memerintahkan kepada sahabat-sahabat beliau untuk berpuasa" [HR. Ahmad,
2/359-360]
Rasulullah SAW ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab: "Puasa itu bisa menghapuskan
(dosa-dosa kecil) pada tahun yang lalu" [Hadist Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Dawud 2425, Ahmad
5/297, 308, 311, Baihaqi 4/286, 300, Abdurrazaq 4/284, 285]
Imam Ibnu Hajar dalm Fathul Bari, 4/245 : "Keinginan Rasulullah SAW utnuk berpuasa di tanggal 9 mengandung
kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal 9 saja, namun juga ditambahkan pada hari
kesepuluh. Kemungkinan tersebut dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk menyelesihi kaum
Yahudi dan Nasrani, kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwat Muslim :
"Dari Atha', dia mendengar Ibnu Abbas RA berkata: "Selisihilah Yahudi, berpuasalah pada tanggal 9 dan 10"
"Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya, atau sehari
sesudahnya" [Musnad Ahmad]
Hadist ini juga dikuatkan dengan hadist lain, yang diriwatkan al-Baihaqi dalam sunan al-Kubra dengan lafadz :
"Puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya"
Ar-Rafi'i berkata dalam kitab at-Talkhish 2/213: "Berdasarkan ini, seandainya berpuasa pada tanggal 9 maka
dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 11"
Ibnu Qoyyim dalam kitab Zadul Ma'ad 2/63 menyimpulkan : ada tingkatan puasa Asyura:
Pertama, adalah puasa tiga hari 9, 10, dan 11.
Kedua, adalah puasa 9 dan 10
Ketiga, adalah puasa tanggal 10 saja
Bedasarkan hadist-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa puasa di bulan Muharram dapat dilakukan dengan
beberapa cara:
Abu Said al-Khudri berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "siapa yang meluaskan keluarganya (dalam hal belanja
dan makanan) pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya luas (kaya) selama satu tahun tersebut.
[Hadist Shahih HR. Thabrani dan al-Baihaqi]"
Oleh sebagian ulama, hadist ini dilemahkan, namun sebagian lainnya mengatakan shahih, sebagian lain
mengatakan Hasan. Yang men-shahih-kan adalah Zainuddin al-Iraqi dan Ibnu Nashiruddin. Imam Suyuthi dan
Al-Hafidz ibnu Hajar mengatakan karena banyaknya periwayat jalur ini, maka hadist ini menjadi hasan bahkan
menjadi shahih. Sehingga Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Al-Ikhtiyarat termasuk yang menganjurkan perbuatan
ini. Al-Imam al-Hafizh Ahmad al-Ghumari menjelaskan ke-shahih-an dalam kitab nya Hidayah al-Shaghra bi-
Tashhih Hadist al-Tausi'ah 'ala al'iyal laila Asyura.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali murid dari Syaikh Ibnu Taimiyyah, berkata dalam kitabnnya Lathaif al-Ma'arif
sebagai berikut.
"Ibnu Manshur berkata : "Aku berkata kepada Imam Ahmad, apakah anda mendengar hadist ini, "siapa yang
menjadikan kaya keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama setahun?, Ahmad
menjawab: "Ya. hadist ini diriwayatkan dari Sufyan nin Uyainah dari Ja'far al-Ahmar, dari Ibrahim bin Muhammad,
dari al-Muntasyir- orang terbaik di zamannya, bahwa ia menerima hadist "Siapa yang menjadikan kaya
keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama satu tahun penuh". Sufyan bin Uyainah
berkata : "Aku telah melakukannya sejak 50 atau 60 tahun, dan selalu terbukti baik." [Imam Ibnu Rajab al-
Hanbali kitab Lathaif al-Ma'arif, hal. 137-138]
Ibnu Sikkith mengatakan : "kata yatim untuk manusia dikarenakan ayahnya meninggal, sedangkan untuk
binatang dikatakan yatim kalau ibunya mati. Manusia yang ibunya wafat tidak bisa dikatakan yatim" [Lisanul
'Arab 12/645]
Masa keyatiman seorang anak itu ada batasnya yaitu ketika ia telah baligh dan tampak rusyd (kemandirian)
pada dirinya. Allah SWT berfirman : "Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya." [QS an-Nisa 4:6]
Anak yatim dalam pengertian syar'i ialah setiap anak laki-laki atau perempuan yang ditinggalkan wafat ayahnya,
sedangkan anak tersebut belum baligh (walaupun masih punya ibu kandung). Perlu diingat, hal ini bukan
termasuk kategori yatim:
Setiap anak yang ditinngal wafat ibunya, sedangkan ia masih punya ayah kandung
Setiap anak yang ditinggal ayahnya bukan karena wafat (keadaan bercerai/atau menikah lagi) sehingga ia
ditelantarkan dan tidak diberi nafkah
Sedangkan kata Piatu, bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dari bahasa Indonesia dinisbatkan kepada
yang ditinggal wafat oleh ibunya. Anak yatim-piatu (ditinggal wafat kedua orang tuanya). Dalam al-Quran ada
sekitar 21 kali Allah SWT menyebut dalam bentuk:
Al-Yatama, bentuk jama' (isim ma'rifat) disebutkan 12 kali (QS al-Baqoroh 83,177,215,220, An-Nisa
2,3,6,8,10,32, Al-Anfal 41 dan Al-Hasyr 7)
Al-Yatim, bentuk mufrad (isim ma'rifat) disebutkan 5 kali (QS al-An'am 152, Al-Isra' 34, al Fajr 17, Ad Dhuha
9, al-Ma'un 2
Yatim (Yatim, Yatimun, Yatimaini), bentuk mufrad dan Mustsanna (isim nakirah) disebutkan 4 kali : (QS al-
Kahfi 86, al-Insan 8, al-Balad 15, ad-Dhuha 6)
Hadist yang membahas anak yatim ada 142 hadistt, dan ada di dalam 42 kitab Hadist antara lain.
"Diriwayatkan dari Sahl, Rasulullah SAW bersabda: "aku dan pemelihara anak yatim di surga, seperti ini. Lalu
beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan meregangkan diantara keduanya sedikit" [HR al-Bukhari]
Sesungguhnya, seorang lelaki mengeluh kepada Nabi SAW, karena hatinya yang keras. Nabi berkata: "Usaplah
kepala anak yatim, dan berilah makan orang miskin" [HR. Ahmad]
"Siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan
minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga" [HR. Abu Ya'la dan Thabrani]
Suatu ketika Sa'ib bin Abdullah datang kepada nabi SAW, maka nabi bersabda : "Wahai Sa'ib, perhatikanlah
akhlak yang biasa kamu lakukukan ketika masih dalam kejahiliyyahan, laksanakanlah pula ia dalam masa
keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga" [HR. Ahmad dan Abu
Dawud]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Pemelihara anak yatim
kepunyaannya (masih ada hubungan keluarga) atau kepunyaan orang lain ( tidak ada hubungan keluarga), dia
dan aku seperti dua jari ini di surga, lalu Malik mengisyaratkannya dengan jari telunjuk dan jari tengah" [HR.
Muslim]
Dalam kitab Tanbihun Ghafilin bab Kemuliaan hari Asyura, Imam Abu Laits as Samarqandy (beliau wafat 373H,
atau 983M, dengan nama lengkap Abu al-Layts Mudar Nasir ibn Muhammad al-Samardandi, seorang sufi dan
ahli hukum Mazhab Hanafi yang disegani), mengutip riwayat dari ibnu Abbas RA.
"Dari Abdullah ibnu Abbas RA, dimana ia berkata: "siapa yang tangannya mengusap kepala anak yatim pada
hari Asyura, maka Allah SWT mengangkat satu derajat pada setiap rambut"
Menurut ibnu Hajar al-Haitami maksud mengusap kepala anak yatim, adalah makna sebenarnya, yang
dijelaskan dalam hadist lain: "Siapa yang mengusap kepala anak yatim yang semata-mata karena Allah, setiap
rambut yang ia usap, Allah berikan sepuluh kebaikan, dan siapa yang memperbaiki anak yatim perempuan atau
laki-laki yang ada didekatnya niscaya aku dan dia disurga bersanding seperti ini" [al-fatawa al-Haditsiyyah lil Ibni
Hajar, 1/43]
Dalam kitab Mirkah Mafatih Syarah Masyaqoh al-Masyobih yang dimaksud kata mengusap pada hadist diatas
adalah arti kinayah dari memberikan kasih sayang serta berbuat penuh kelembutan dan cinta kasih pada
mereka.
Kisah Bubur Suro (Bubur dari biji bijian yang dimasak saat bulan Muharram)
Dalam kitab I'anatu Thalibin 2/267.
Sabda Nabi : "Allah SWT mengeluarkan nabi Nuh AS dari perahu, sesungguhnya Nabi Nuh AS ketika berlabuh
dan turun dari kapal, beliau bersama orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan
mereka mulai habis. Nabi Nuh AS perintahkan untuk mengumpulkan sisa sisa perbekalan mereka. Serentak
mereka mengumpulkan, ada yang membawa seraup biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang
membawa biji kacal ful, ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 macam biji-
bijian. Peristiwa tersebut terjadi di hari Asyura. Nabi Nuh AS membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah
terkumpul lalu beliau memasaknya. Setelah matang lalu mereka menyantapnya bersama-sama sehingga
kenyang semuanya"
Bercelaklah selalu dengan menggunakan itsmid. Menurut satu pendapat, itsmid adalah celak yang sudah
dimaklumi. Pendapat adh-har, itsmid adalah satu jenis/macam tertentu dari celak karena sebuah riwayat dari
Imam at-Tirmidzi, dari Abdullah Ibn Abbas RA: "Sesungguhnya paling bagusnya celak kalian adalah itsmid"
At-Turbasyi berkata: Itsmid adalah batu ma'dan. Menurut pendapat lain, adalah batu asfihan yang dapat
membersihkan belek/air mata dan luka, memelihara kesehatan mata dan menguatkan rantingnya, apalagi untuk
oran g tua dan anak-anak.
Menurut Syaikh Zainuddin al-Malibari dalam kitab Fathul Mu'in, sedangkan hadist-hadist mengenai kesunahan
bercelak mata, mandi, memakai wewangian pada hari Asyura adalah penetapan orang-orang pendusta [Fathul
Mu'in 1/666]
Nabi SAW bersabda: "Siapa yang mengunjungi orang alim, maka seolah-olah ia mengunjungiku. Siapa berjabat
tangan dengan orang alim, maka seolah-olah ia berjabat tangan denganku. Siapa yang duduk berdampingan
dengan orang alim, maka seolah-olah ia duduk berdampingan denganku di dunia. Siapa duduk berdampingan
denganku di dunia, maka ia akan duduk berdampingan denganku di hari kiamat"
Keutamaan Silaturahim
Menyambung tali silatirahim sama dengan menyambung hubungan dengan Allah SWT, dalam hadist yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT, menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka,
rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan Mu dari memutuskan. Dia
berfirman: "Benar, apakah engkau ridho jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan
memutuskan orang yang memutuskan engkau?, Ia menjawab: Iya, Dia berfirman: "Itulah untukmu" [HR.
Bukhari, no 5989]
ﻢ ﺑﺎﻟـﺼـﻮاب
ُ واﻟﻠ ﻪ أ ﻋﻠ
Related Posts
Majelis Habib Ali al Habsyi Kwitang tanggal 9 Juni 2013 (Keutamaan Menjaga Pandangan Mata)
Peringatan Malam Isro Mi'roj - Majelis Rasulullah SAW (Monas, 5 Juni 2013)
Majelis Habib Ali Al Habsyi Kwitang - Khotmil Kitab Sahih Bukhori - Ahad 26 Mei 2013
Irfan Irawan
Life means to reach the end