Daphnia, Enrich, Mata Merah
Daphnia, Enrich, Mata Merah
Daphnia, Enrich, Mata Merah
1.2.1 KLASIFIKASI
Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia spp. adalah sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia spp.
1.2.4 Karakteristik
Menurut Suwignyo & Krisanti (1997) Daphnia sp. biasanya berukuran 0,25-3
mm, sedangkan menurut Pennak (1989) 1-3 mm. Bentuk tubuh Daphnia sp adalah
lonjong, pipih secara lateral dan memiliki ruas-ruas tubuh walaupun tidak terlihat
dengan jelas. Bagian tubuh sampai ekor ditutupi oleh cangkang transparan yang
mengandung khitin. Cangkang pada bagian kepala menyatu dengan punggung
sedangkan pada bagian perut berongga menutupi lima pasang kaki yang disebut kaki
toraks (Balcer et al. 1984).
Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk (ocellus) dan lima pasang
alat tambahan, yang pertama disebut antena pertama, yang kedua disebut antena
kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga pasang yang terakhir
adalah bagian-bagian dari mulut (Mokoginta 2003). Umumnya cara berenang
Daphnia sp. berupa hentakan-hentakan, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa
berenang dan bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di
lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari dalam hutan tropik (Suwignyo 1989
dalam Casmuji 2002).
Sebagai “raw model” dalam mempelajari interaksi gen dan lingkungan (Mc
Taggart et.al., 2009).
1.4 Enrichment
Pengkayaan / enrichment adalah penambahan bahan tertentu sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan kualitas pakan alami. Pengkayaan penting dilakukan
untuk mencukupkan kekurangan kandungan gizi terte ntu dari suatu pakan alami
yang sangat dibutuhkan oleh larva kultivan dalam pertumbuhannya.
1.4.1 Probiotik
Probiotik menurut Elumalai et al. (2013) adalah mikroorganisme hidup dalam
budidaya ikan yang dapat mencegah penyakit, sehingga meningkatkan produksi dan
dapat menurunkan kerugian ekonomi. Aplikasi probiotik dalam sistem akuakultur
memainkan peran penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya. Probiotik
ketika dikonsumsi oleh ikan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat
kesehatan untuk ikan yang dapat mencapai saluran pencernaan dan tetap hidup
dengan tujuan meningkatkan kesehatan ikan.
Probiotik memiliki efek antimikrobial dan pada bidang akuakultur bertujuan
untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen dalam saluran
pencernaan. Mikroorganisme pada probiotik bersaing dengan patogen di dalam
saluran pencernaan untuk mencegah agar patogen tidak mengambil nutrisi yang
diperlukan untuk hidup ikan (Cruz et al., 2012)
Verstraete et al. (2000) dalam Hapsari (2009) menyatakan bahwa probiotik akuakultur
lebih dikenal sebagai bakteri yang mampu memperbaiki kualitas air, mampu
meningkatkan daya tahan tubuh ikan dan dikenal sebagai bakteri yang mampu
meningkatkan pertumbuhan pada ikan.
1.4.2 Keuntungan Pengkayaan
Untuk memperbaiki / mencukupkan nilai nutrisi yang terkandung dalam
pakan alami.
Pakan yang berkualitas baik akan memberikan dampak positif terhadap larva
ikan seperti tingginya kelulushidupan.
Meningkatkan pertumbuhan larva.
Meningkatkankeaktifanlarva serta,
Mempertinggi dayatahan / sistem pertahanan larva terhadap serangan
penyakit.
2.3.2 Habitat
Kisaran temperatur tempat ditemukannya P. orphoides adalah 24 - 29oC.
Kondisi ini relatif lebih sempit dibandingkan dengan P. javanicus yang berada pada
rentang 24 - 31oC. Hal ini ada kaitannya dengan kedalaman air yang disukai P.
javanicus yaitu perairan yang relatif dalam, dengan rentang 50 - 300 cm. Namun
demikian, kisaran temperatur kedua jenis tersebut masih berada dalam batas yang
layak untuk mendukung kehidupan ikan di daerah tropis, yang berkisar 25 - 32 oC
(Sinaga, 1995).
Selanjutnya kisaran pH tempat ditemukannya P. orphoides yaitu 5,8 - 8,0,
yang relatif lebih luas dibandingkan dengan P. javanicus yang berada pada rentang
6,0 - 7,8. Ditinjaau dari aspek domestikasi, kondisi P. orphoides ini lebih
menguntungkan. Demikian pula untuk kondisi kualitas air lainnya, yaitu
trannsparansi, kandungan oksigen dan karbondioksida bebas tampak memiliki kisaran
yang lebih luas dibandingkan P. javanicus. Selanjutnya, untuk kecepatan arus
tampaknya P. orphoides
lebih menyukai arus yang relatif lebih deras dibandingkan dengan P. javanicus.
Ditinjau dari aspek kualitas air, secara umum dapat dikatakan bahwa P. orphoides
memiliki rentang yang relatif lebih luas, sehingga lebih mudah untuk dibudiyakan
dibandingkan dengan P. javanicus.
DAFTAR PUSTAKA
A.Shofy Mubarak, et al. 2009. Pemberian Dolomit Pada Kultur Daphnia spp. Sistem
Daily Feeding pada Populasi Daphnia spp. dan Kestabilan Kualitas Air.
Balcker, M.D, N. L. Korda dan S.I Dodson. 1984. Zooplankton of The Great Lakes.
University of Wiconson Press : United State of America
Cruz, P. M., A.L. Ibanez, O.A.M Hermosillo and H.C.R. Saad. 2012. Use of Probiotic
in Aquaculture. ISRN Microbiology, doi: 10. 5402/2012/1916845
Curtis,H. Dan N.S Barnes. 1989. Biology : Fifth Edition Worth Publisher Inc : New
York
Dalbare, D , Derth. 1996. Mamal on The Production and Use of Live Food for
Agriculture : Cladocerans, Nematodes and Trocophore Larva. Food and
Agriculture Organization. Fisheries Technical Paper.
Elbert, D. 2005. Ecology, Epidemiology, and Ecolution of Parasitism in
Daphnia.Basel University, Zwiterland
Elumalai, M. Antunes C., Guihernio L. 2013. Effects of single metals and selected
enzymes of carcinus maens Water, Air. And Soil Pollution. 141 (1-4); 273-
280
Hapsari, A. N. 2000. Efektifitas Penambahan Probiotik Komersil Terhadap Perubahan
Kualitas Air, Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila. Skripsi
Universitas Diponegoro Semarang.
Hulsmann, S. 2000. Population Dynamics of Daphnia galeata in the Biomanipulated
Bautzen Reservoir. Life History Strategies Against Food Defficiency and
Predation. Institut tur Hydrobiologie Technischi Universtat. Dresden.
Hutabarat, S dan Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton Daerah Tropik . UI
Press: Jakarta.
Isnansetyo, A dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton
Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Mone, A. 2007. Pengaruh Penambahan Air Rendaman Dedak Dengan Dosis Yang
Berbeda Sebagai Pakan Daphnia sp. Terhadap Produksi Ephippia Daphnia
sp.. Skripsi. Program Studi S-1Budidaya Perairan. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Mubarak, A, et al., 2009. Pemberian Dolomit Pada Kultur Daphnia spp Sisitem Daily
Feeding Pada Populasi Daphnia spp dan Kesetabilan Kualitas Air. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Vol 1 No (1) April 2009
Mudjiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta
Pangky, heneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, UNSRAT. Manado.
Penn State University. 2006. Environmental Inquiry-Bioassays using Daphnia.
Pennak , W. 1989. Fresh-Water Invertebrates of the United States : Protozoa to
Mollusca John Wiley & Sons, Incorporated. New York
Radini. D, 2006. Optimasi Suhu, pH Serta Jenis Pakan Pada Kultur Daphnia sp.
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayat. Bandung.
Rostini,I.2007. Kultur fitoplankton pada skala laboratorium Unpadpress: Bandung.
Sachlan, M. 1982.Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas
Diponegoro: Semarang.
Sentosa, PT. Cipta Mulia. 2007. Kesadahan Air. Jakarta Utara
Stewart. M dan Hutabarat.1986. Kunci Identifikasi Plankton. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang.
Suryaningsih, H. 2006. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Rendaman dedak terhadap
Populasi Daphnia sp. Skripsi. Program Studi S-1 Budidaya Perairan.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Wiadnya, D. Gede R. 1994. Bahan Kuliah Analisis Laboratorium Kualitas Air.
Jurusan PTA. Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Brawijaya. Malang.