Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Dinding

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang masalah adalah informasi terkait dengan masalah yang
akan diteliti dan tersusun secara sistematis. Adapun latar belakang dari
makalah ini adalah :
Bangunan adalah suatu sarana yang sangat penting untuk menunjang
aktifitas manusia dari dulu hingga saat ini. Bangunan sangat erat kaitannya
bagi kelangsungan kesejahteraan hidup manusia sebagai tempat berlingdung,
beraktifitas maupun menunjang kehidupan sosial. Maka dari itu bangunan
mesti dibuat kokoh, estetis, dan fungsional .
Adapun bagian dari bangunan secara umum tergolong kedalam tiga bagian
yaitu bawah, tengah, dan bagian atas. Dimana pada bagian tengah bangunan
ada suatu bagian yang sangat penting yaitu disebut dengan dinding. Dinding
sebagai pembatas antar ruang-ruang sekaligus sebagai bagian yang paling
pertama dilihat mata pada saat mengamati suatu bangunan. Mengingat
pentingnya dinding dalam suatu konstruksi, maka dari itu perlu dibuat indah,
kokoh, efisien, dan seefektif mungkin.
Adapun latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami lebih jelas dan mendetail mengenai apa dan bagaimana dinding itu
terwujud dan apa saja bahan maupun unsur yang mempengaruhinya dalam
menunjang prosen pembelajaran dalam dunia perkuliahan khususnya dibidang
arsitektur.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi
masalah dan pembatasan masalah. Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah :
1.2.1 Bagaimana kedudukan dinding pada suatu bangunan
1.2.2 Apa pengertian dari dinding
1.2.3 Apa fungsi dan maanfaat dinding
1.2.4 Apa jenis dan bagian dinding
1.2.5 Faktor apa yang mempengaruhi dinding

1
1.2.6 Bagian dan bahan apa yang membentuk suatu dinding

1.3 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui kedudukan dinding pada suatu bangunan
1.3.2 Mengetahui pengertian dari dinding
1.3.3 Mengetahui fungsi dan maanfaat dinding
1.3.4 Mengetahui jenis dan bagian dinding
1.3.5 Mengetahui faktor yang mempengaruhi dinding
1.3.6 Mengetahui bagian dan bahan yang membentuk suatu dinding

1.4Manfaat Penulisan
Terdapat beberapa manfaat penulisan makalah ini, yaitu manfaat bagi
mahasiswa arsitektut, dosen, dan bagi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Udayana. Adapun manfaat tersebut dijabarkan seperti dibawah ini:

1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa

Manfaat bagi mahasiswa adalah sebagai sarana pembelajaran sekaligus


memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Teknologi Bahan dalam proses
perkuliahan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.

1.4.2 Manfaat bagi Dosen


Manfaat bagi Dosen Arsitektur adalah sebagai sarana mengajar sekaligus
referensi tugas dan sebagai evaluasi dalam penilaian terhadap mahasiswa dalam
mata kuliah Teknologi Bahan dalam proses perkuliahan di Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Udayana.

1.4.3 Manfaat bagi Jurusan Arsitektur


Manfaat bagi Jurusan Arsitektur adalah sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas mahasiswa dalam perkuliahan di Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filosofi bangunan secara umum

2.1.1 Pengertian Bangunan

Bangunan merupakan setiap susunan sesuatu yang bertumpu pada tanah


atau batu landasan yang mana susunan tersebut akan membentuk suatu ruangan
atau bagian-bagian untuk tujuan tertentu.

Gambar 1. Bangunan secara umum

3
Suatu benda dapat dikatakan sebagai bangunan apabila benda tersebut
merupakan hasil karya orang dengan tujuan untuk kepentingan tertentu dari
seseorang atau lebih dan benda tersebut tidak dapat dipindahkan, kecuali dengan
cara dibongkar.

Penjelasan :

1. Rumah dibuat untuk kepentingan tempat tinggal.


2. Jalan raya atau jembatan dibuat untuk memperlancar lalu lintas.
3. Lemari dibuat untuk kepentingan menyimpan barang.

Ilmu bangunan gedung merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk


perencanaan,pelaksanaan dan perbaikan bangunan-bangunan gedung.

2.1.2 Maksud dan Tujuan Pembuatan Bangunan

Sebagaimana kita ketahui bahwa segala bentuk kegiatan atau aktivitas


yang dilakukan oleh orang selalu memiliki maksud dan tujuan.

Perumusan maksud dan tujuan yang telah ditentukan sangat berguna


sebagai arah dan jalan yang tepat termasuk juga memilih berbagai usaha yang
dilakukan serta fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Gambar 2. Perencanaan bangunan

4
Begitu pula dengan ilmu bangunan memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Maksud dan tujuan pembuatan bangunan adalah untuk mengetahui secara jelas
bagaimana cara merencanakan, melaksanakan pembuatan bangunan dan
memperbaikinya agar bangunan itu kuat, awet, sehat, nyaman ditempati serta
harganya relatif murah.

2.1.3 Jenis-Jenis Bangunan

Bangunan sebagai suatu benda hasil karya orang umumnya besar dan
memiliki bobot yang tinggi serta dikerjakan oleh banyak orang. Mengingat
banyaknya macam bangunan dalam bidang teknik, maka dapat dibedakan menjadi
jenis-jenis sebagai berikut.

A. Bangunan teknik sipil kering

Gambar 3. Bangunan teknik sipil kering (rumah)

Merupakan bangunan yang tidak berhubungan dengan air meliputi


antara lain : gedung-gedung, rumah, jalan raya, pabrik, rugu-rugu
peringatan, gereja, masjid, dll.

B. Bangunan teknik sipil basah

5
Gambar 4. Jembatan

Merupakan bangunan yang berhubungan dengan air meliputi


antara lain : saluran air, dermaga pelabuhan, bendungan-bendungan,
jembatan dll.

2.1.4 Bagian-Bagian Bangunan Gedung

Gambar 5. Bagian bangunan

Setiap bangunan merupakan susunan suatu yang terdiri dari komponen-


komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Untuk
mendapatkan kontruksi yang stabil, ditinjau dari segi susunannya, bangunan
gedung dapat dibagi menjadi 2 baian, yaitu :

6
1. Bangunan bawah, yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan lantai atau bagian bangunan yang ada di dalaam tanah, seperti
batu beton dan pondasi.
2. Bangunan tengah, yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak di atas
permukaan lantai seperti tembok diatasnya, kolom-kolom, pintu, jendela,
rangka atas berserta bagian-bagiannya, dan balok cincin.
3. Bangunan atas, yaitu bangunan yang terletak pada bagian atas dari plafond
diantaranya kudakuda, plat beton, dan penutup atap

2.2 Dinding

2.2.1 Pengertian

Gambar 6. Dinding

Dalam pengertian umum, dinding merupakan bagian dari bangunan yang


berfungsi sebagai pemisah antara ruangan luar dengan ruangan dalam,pembatas

7
ruang, melindungi terhadap intrusi dan cuaca, penyokong atap dan sebagai
pembatas ruangan satu dengan ruangan lainnya, berfungsi pula sebagai penahan
cahaya panas dari matahari, menahan tiupan angin dari luar, dan untuk
menghindari gangguan hewan liar. Serta dalam pengertian kamus teknik, dinding
merupakan struktur solid atau padat yang menahan atau membatasi dan
melindungi suatu area. Dalam kesimpulannya, dinding merupakan bagian
bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu kontruksi bangunan. Dinding
membentuk dan melindungi isi baik dari segi kontruksi maupun penampilan
artistic dari bangunan.

Secara khusus dalam pengenalan pengertian kamus teknik, dinding adalah


struktur solid yang menahan/ membatasi dan melindungi suatu area. Dalam
kesimpulannya, dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya
bagi suatu konstruksi bangunan. Dinding merupakan salah satu elemen bangunan
yang berfungsi memisahkan/membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan
konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pembatas (tidak menahan
beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding partisi/
pembatas bersifat non-struktural sehingga harus diperkuat dengan rangka untuk
yang berbahan dasar kayu dan kolom praktis, sloof, dan ring balok untuk yang
berbahan dasar bata.

2.2.2 Fungsi dan manfaat dinding

A. Umum

Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan, baik dari segi konstruksi
maupun penampilan artistik dari bangunan. Secara umum fungsi dinding adalah:

 Sebagai pemikul beban di atasnya


 Sebagai pembatas ruang, mempunyai sifat:
o Privasi
o Indah dan bagus dalam skala, warna, tekstur
o Dapat dibuat transparan

8
o Meredam bunyi, baik dari dalam maupun dari luar
 Perlindungan terhadap gangguan dari luar (sinar matahari, isolasi terhadap
suhu, air hujan dan kelembaban, hembusan angin, serta gangguan dari luar
lainnya)
B .Khusus

Fungsi dinding dilihat dari nilai kenyamanan, kesehatan dan keamanan:


 Sebagai pemisah antar ruangan
 Sebagai penyekat dan pembatas ruangan sekaligus sebagai pembeda fungsi
ruangan
 Sebagai penahan cahaya, angin, hujan, banjir dan lain-lain yang bersumber
dari alam
 Sebagai pembatas dan penahan struktur (untuk fungsi tertentu seperti
dinding, lift, reservoir, dan lain-lain)
 Sebagai jalur penempatan jaringan instalasi yang diperlukan, seperti: air
bersih, air kotor, listrik, AC maupun pekerjaan utilitas, sanitas, dan ME
lainnya
 Sebagai penahan kebisingan
 Sebagai penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu, seperti pada ruang
radiologi, ruang operasi, laboratorium, dan lain-lain.
 Sebagai fungsi artistik tertentu dan penyimpan surat-surat berharga seperti
brankas di bank dan lain-lain.
 Menambah keindahan

Fungsi dinding dalam konstruksi adalah:


 Dinding berfungsi sebagai pemikul, yang artinya dinding membantu
menahan sebagian atau keseluruhan beban dari struktur pada bangunan
dan meneruskan beban ke pondasi melalui kolom untuk disebarkan ke
tanah dasar pada bangunan permanen Itulah sebabnya konstruksinya harus
kuat dan kokoh agar mampu menahan beban super struktur, bebannya
sendiri serta beban horizontal.

9
 Dinding berfungsi sebagai pembatas/ partisi, tidak perlu kokoh tetapi harus
kaku sehingga perlu kolom penguat (kolom praktis)

2.3 Jenis dinding


2.3.1 Dinding Berdasarkan Sifat

Dari segi sifat, unsur pembatas luar dari ruangan terhadap kelembaban,
dinding dapat digolongkan dalam empat jenis, yaitu :

A. Dinding masip yang dapat bernafas

Gambar 7. Dinding masip


Dalam jenis ini termasuk dinding dari bahan-bahan yang berpori
dan dapat memuat air atau uap –air. Bila dicucuri hujan dinding jenis ini
dapat menyerap jumlah air cukup banyak. Begitu juga bila di bagian dalam
timbul kondensasi. Penguapan air biasanya terjadi pada sisi luar. Tetapi

10
bila suhu ruang dalam sangat turun, maka penguapan terjadi di sisi dalam
juga. Pada dinding ini harus selalu diusahakan, agar penguapan didorong
ke sisi luar. Dengan kata lain: derajat porisitas harus lebih besar di pihak
luar dari pada di dalam (tetapi kehalusan pori harus lebih lembut di sisi
luar daripada di dalam).
Tetapi pertimbangan lain ialah, bahwa dengan adanya pori yang
lebih banyak di sisi luar, maka perembesan yang didorong oleh tekanan
angin semakin menjadi. Dari sebab itu, jenis bahan dinding ini kurang
menguntungkan untuk daerah-daerah dengan hempasan hujan dan angin
yang kuar. Pertolongan efisien dapat dicapai dengan penggunaan “baju-
dinding” .
Namun untuk daerah-daerah dingin seperti di plato Dieng dan
sebagainya yang kerap sekali mengenal suhu dibawah nol derajat C,
dinding yang banyak berpori segera akan pecah, disebabkan
pengembangan air yang menjadi es di balam batu. Maka mudahlah
dimengerti, mengapa seumumnya dinding-dinding jenis ini (batu bata,
batu beton-ringan, batako, dan sebagainya) sebaiknya diberi lapisan plester
yang tepat derajad lubang pori-porinya.

B. Dinding berongga

11
Gambar 8. Dinding berongga
Jenis dinding ini pada prinsipnya merupaka dua lapisan dinding
dengan bantalan udara di antaranya. Dalam bentuknya yang kuno ini
terbuat dari dua dua dinding batu bata biasa. Dalam bentuk model
sekarang, bagian-bagian batu itulah yang berongga atau berbentuk kotak
tanpa dasar tanpa tutup. Begitu maka dimungkinkan lapisan dinding yang
tidak besar porinya bahkan dapat kedap air juga di bagian luar., sehingga
perembesan oleh factor angin sangat dikurangi. Selain itu penguapan air
dari dalam dinding dapat disalurkan melalui ruangan udara di tengah
dengan batu-batu bata yang berongga di dialamnya. Tetapi selalu harus
diingat, bahwa pemakainnya “hollow brick” sejenis ini minta satu syarat
mutlak yakni : arus uap air selalu harus dimungkinkan. Artinya, dibagian
dibagian bawah dan dibagian atas dinding harus cukup ada lubang yang
menyebabkan efek “cerobong” sehingga arus lancer. Pemakaian batu-batu
berongga dengan serba tertupup pada pihak bawah dan diatas adalah

12
percuma saja dari segi penguapan air dalam batu. Jadi di dalam rongga
dinding harus dijamin arus ventilasi.
Begitu juga harus ada kemungkinan bagi air yang mencair (berkat
kondensasi didalam) untuk mengalir ke bawah dan pergi. Bila tidak, maka
dalam jangka waktu pendek, rongga-rongga didalam dinding lalu penuh
dengan air yang tak dapat keluar.
Karena ventilasi sudah dimungkinkan didalam rongga dinding
maka permukaan luar bisa dibuat kedap air, misalnya dengan pengecatan
cat dinding rapat dan sebagainya. Asal syarat diatas dipenuhi.
Dari segi isolasi panas akan menguntungkan, bila lapisan disisi
dalam dibuat lebih tebal dari lapisan sisi luar. Disini lapisan sisi luar
sebenarnya hanya berfungsi sebagai “baju dinding” belaka.
Usaha untuk mengisi rongga dengan bahan-bahan isolasi panas
sebernarnya disini tidak banyak berguna, terutama bila yang dipakai ialah
“hollow bricks” tadi, karena adanya jembatan dingin antara kedua lapisan
akan meniadakan efek isolator. Jauh lebih buruk lagi ialah, bila yang
dipakai sebagai isolator di rongga terbuat dari bahan yang menghisap air
(serabut kelapa dan sebagainya). Hanya bahan sintetis (polystyrene yang
mengembang serba bergelembung) yang bisa dipakai disini. Tetapi untuk
daerah kita seumumnya hal itu kurang bermanfaat, lagi mahal.

C. Dinding kedap air

13
Gambar 9. Dinding beton
Dinding kedap air dapat terbuat dari bahan kedap air seluruhnya
(beton keras, porselin dan sebagainya) tetapi juga diperoleh karena satu
atau dua sisi permukaanya dilapisi dengan cat atau lapisan tipis yang
benar-benar kedap air.
Bila lapisan kedap air ini diselaputkan pada permukaan luar, maka
tidaklah mungkin untuk menghindari kondensasi dipermukaan dalam,
sedangkan penguapan ke ruang dalam hanya mungkin bila tekanan uap air
di ruangan lebih rendah daripada tekanan uap air didalam dinding.Apabila
di permukaan luar terjadi keretakan (hampir selalu) maka sedikit demi
sedikit air dari luar mengalir ke dalam, tanpa bisa menguap lagi keluar.
Demikian jumlah air di dalam dinding semakin banyak terhimpun.
Bila diruang dalam (misalnya ruang pertemuan penuh manusia misalnya
atau kamar mandi) tekanan uap air selalu tinggi , maka segera dinding
kenyang dengan air.

2.3.2 Dinding Berdasarkan Bahan

Saat ini seiring berkembangnya teknologi terutama dalam bidang rekayasa


teknik sipil dan bangunan, penemuan akan bahan-bahan bangunan yang baru terus
bermunculan. Dalam satu dekade terakhir kita sudah umum melihat struktur kuda-
kuda bangunan dari baja ringan, konstruksi rumah atau bangunan dengan sistem
pre-fabrikasi, penutup atap atau penutup dinding luar dari spandeck, termasuk
bahan pengisi dinding dari bata ringan atau batako press . Khusus untuk bahan
yang digunakan untuk pengisi dinding rumah atau bangunan, saat ini terdapat
berbagai macam pilihan material dinding rumah. Dari bata merah, batako press
hingga bata beton ringan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Selain perbedaan pada kualitas dan ukuran, juga antara batako, bata merah dan

14
bata beton ringan berbeda dalam hal kenyamanan ditempati serta biaya
pembangunan. Berdasarkan bahannya, dinding dibedakan menjadi :

A. Dinding buatan
Bahan yang digunakan sesuai dengan perkembangan pembangunan,
kebutuhan, dan peningkatan kualitas bahan yang dibutuhkan, yaitu:

A.1 Batu bata/ batu merah

Gambar 10. Bata merah


Penggunaan bata merah sebagai bahan pengisi dinding bangunan sudah
umum kita lihat di berbagai bangunan dari dulu hingga kini. Bahan material ini,
hingga sekarang sepertinya masih menjadi pilihan utama masyarakat kendati
sudah banyak penemuan dalam bidang teknologi bahan seperti bata ringan, batako
press, dan sebagainya. Cukup bisa dimaklumi, bata merah masih lebih banyak
digunakan dari pada bata ringan atau batako press, karena selain sudah teruji
kekuatannya, mendapatkan jenis material ini pun tidak susah.
Bata merah yang dimaksud adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak
kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,
mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah
sembarang tanah, tapi tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses
pencetakan. Karena itulah, rumah yang dindingnya dibangun dari material bata
merah akan terasa lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta
tahan lama, sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari
material bata merah. Material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat

15
menjadi perlindungan tersendiri bagi bangunan dari bahaya api. Tidak semua
tanah liat bisa digunakan, hanya yang terdiri dari kandungan pasir tertentu.
Bata merah biasanya diproduksi secara home industry. Untuk dapat digunakan
sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar
peraturanbahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari
pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu
(struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis,
sloof/ rollag, dan ring balok yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/
menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata
tersebut. Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat
yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.
Bata merah biasanya dipakai pada setiap bangunan baik untuk bagian luar
maupun dalam untuk menambah keindahan dinding batu merah, dapat dipasang
dengan limestone/batu tempel.
a. Spesifikasi:
 Berat jenis kering : 1500 kg/m3
 Berat jenis normal : 2000 kg/m3
 Kuat tekan : 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978)
 Konduktifitas termis : 0,380 W/mK
 Tebal spesi : 20 – 30 mm
 Ketahanan terhadap api : 2 jam
 Jumlah (kebutuhan) bata merah per 1 m2: 30 – 35 buah tanpa
construction waste

b. Ukuran batu bata:


 Tinggi : 5 – 6 cm
 Lebar : 11 – 13 cm
 Panjang : 23 – 27 cm
Ukurannya yang kecil memberikan kemudahan dalam hal
pengangkutan,sangat bisa digunakan untuk membentuk bidang kecil,
murah harganya, mudah pula mendapatkannya. Untuk dinding seluas 1 m 2,
bila mengguanakan bata berukuran 23 cm x 17 cm x 5 cm, kira-kira
membutuhkan 70 buah bata merah.

16
c. Ukuran dinding pasangan batu bata:
 ¼ bata tebal 5 – 6 cm atau 8 – 10 cm finishing
 ½ bata tebal 11 – 13 cm atau 15 cm finishing
 ¾ bata tebal 16 – 19 cm atau 20 – 22 cm finishing
 1 bata tebal 23 – 27 cm atau 25 – 30 cm finishing

d. Hubungan batu bata:


Dalam sistem tegak maupun horizontal maka untuk penghentian
sementara supaya dibuat bergerigi sesuai dengan pola sambungan yang
digunakan.
 Pada dinding ½ bata dapat digunakan:
 Hubungan bujur
 Hubungan seperempat
 Pada dinding 1 bata dapat digunakan:
 Hubungan tegak
 Hubungan silang
 Hubungan vlam
e. Lubang dinding
Lubang dinding berfungsi sebagai penghubung antar ruangan,
transportasi barang, jalan masuk keluar bangunan, jendela, ventilasi, dan
lainnya.
Bahan baku yang dibutuhkan untuk memasang dinding bata merah
adalah semen dan pasir ayakan. Saat pemasangan tidak memerlukan
perekat khusus, untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3
(artinya 1 takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah
diayak). Sedangkan untuk dinding yang tidak harus kedap air dapat
menggunakan perbandingan 1:4 hingga 1:6.

f. Kelebihan bata merah:


 Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang.

17
 Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan.
 Mudah untuk membentuk bidang kecil
 Murah harganya
 Mudah mendapatkannya
 Perekatnya tidak perlu yang khusus.
 Tahan panas, sehingga dapat menjadi perlindungan terhadap api.
g. Kekurangan bata merah:
 Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi
 Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim
dingin, sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak
stabil.
 Cenderung lebih boros dalam penggunaan material perekatnya.
 Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama
membuat waste-nya dapat lebih banyak.
 Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka
dibutuhkan pelsteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding
yang cukup rata.
 Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.
 Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.
 Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur
bangunan.

A.2 Batako Press

Gambar 11. Batako press


Material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran
semen dan pasir kasar yang dicetak padat atau dipress dan dikeringkan

18
secara alami. Selain itu ada juga yang membuatnya dari campuran batu
tras, kapur dan air. Bahkan, kini juga beredar batako dari campuran semen,
pasir dan batu bara.
Batu batako dapat dibuat dengan mudah dengan alat-alat atau mesin
yang sederhanadan tidak perlu dibakar. Tras dan kapur dengan
perbandingan 5 : 1 jika kualitas tras cukup baik, jika perlu ditambah
dengan sedikit semen portland, diaduk sebaik-baiknya dalam keadaan
kering. Tempat pembuatan adukan harus bersih dan terlindung dari hujan.
Kemudian adukan yang kering diaduk dengan air secukupnya. Untuk
mengetahui kadar air dari suatu adukan dibuat bola-bola adukan, yang
digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan dijatuhkan
hanya sedikit berubah bentuknya, maka kandungan air dalam adukan itu
terlalu banyak, dan bila dilihat telapak tangan tidak berbekas air, maka
kadar air adukan tersebut kurang. Jikalau kadar air tercapai dengan tepat,
perataan dapat dimulai. Batu-batu yang baru dicetak disimpan dalam los
agar terhindar dari panas matahari maupun air hujan, kemudian diletakkan
berderet di rak dengan tidak ditimbun. Masa perawatan 3 hari sampai 5
hari, guna memperoleh pengeringan dan kemantapan bentuk. Biarkan
masih dalam los dan biarkan selama 3 minggu sampai 4 minggu untuk
memperoleh proses pengerasan. Di samping itu diusahakan agar di tempat
sekitarnya udara tetap lembab.

a. Spesifikasi:
 Berat jenis kering : 950 kg/m3
 Berat jenis normal : 1000 kg/m3
 Kuat tekan : 5,5 N/mm²
 Konduktifitas termis : 0,339 W/mK
 Tebal spesi : 20 – 30 m
 Ketahanan terhadap api : 4 jam
 Jumlah (kebutuhan) bata merah per 1 m2: 20 – 25 buah tanpa
construction waste

b. Ukuran batako:

19
 Tinggi : 8-10 cm
 Lebar : 18-20 cm
 Panjang : 36-40 cm

Dengan bahan pembuatan seperti yang telah disebutkan, batako


memiliki kelemahan, yaitu kekuatannya lebih rendah dari bata merah,
sehingga cenderung terjadi keretakan dinding, terutama jika bagian
kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi.
Dalam pemakaian batako, terdapat penghematan dalam pemakaian
adukan sampai 75%. Berat tembok diperingan dengan 50%, dengan
demikian pondasinya bisa berkurang. Namun demikian masih lebih mahal
jika dibanding dengan bata kapur. Bentuk batu batako yang bermacam-
macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup banyak, dan jika
kualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu diplester.
Pemakaian material batako untuk dinding juga membuat bangunan
lebih hangat bahkan cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah
yang terbuat dari material tanah. Teksturnya pun terlihat lebih halus, dan
ukurannya lebih presisi jika dibandingkan bata merah.
Pemakaiannya lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m 2
luas tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga
kuantitatif terdapat penghematan. Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira
membutuhkan 15 buah batako press.
Batako atau bata press dalam 1 m2 biasanya cenderung lebih ringan
daripada bata merah, oleh karena itu biasanya batako press dipilih untuk
memperingan beban struktur sebuah bangunan, mempercepat pelaksanaan,
dan meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses
pemasangan dinding.Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal
berikut:
 Disimpan dalam keadaan cukup kering
 Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis,
untuk keamanan dan juga untuk memudahkan pengambilan
 Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak
boleh direndam air

20
 Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk
membuat goresan pada batu yang akan dipatahkan.

c. Kelebihan batako:
 Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika
dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif
terdapat suatu pengurangan.
 Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama.
 Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih
hemat
 Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara.
 Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
 Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan
potongan
 Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.
 Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
 Pemasangan lebih cepat.
 Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9 – 12 m2.
 Harga relatif murah.
d. Kekurangan batako:
 Rapuh dan mudah pecah.
 Menyerap air sehingga dapat menyebabkan tembok lembab.
 Dinding mudah retak.
 Penggunaan rangka beton pengaku relatif lebih banyak, antara 7,5 – 9
m2.
 Tidak dapat bervariasi sehingga kurang bagus untuk dinding biasa
 Tebalnya juga tidak dapat bervariasi
 Pembuatannya lebih sulit

A.3 Bata ringan (hebel/ celcon)

Gambar 12. Bata ringan

21
Bata ringan atau sering disebut hebel/ celcon dibuat dengan menggunakan
mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang
baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari
sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa
material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung.
Kemudian pertanyaan yang beredar di masyarakat tentunya adalah apakah bata
ringan sudah bisa menggantikan bata merah baik tinjauan dari harga, kekuatan,
kemudahan mendapatkannya, motode pemasangan dan lain-lain.
Campuran atau komposisi bahannya terdiri dari pasir kuarsa, semen,
kapur, sedikit gipsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang
(pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya
akan mengembang selama 7-8 jam. Untuk pemasangan pada dinding seluas 1 m 2,
kira-kira membutuhkan 8 buah bata ringan.
Pemasangan bata ringan ini cukup mudah, bisa langsung diberi acian tanpa
harus diplester terlebih dahulu dengan menggunakan semen khusus. Semen
khusus hanya perlu diberi campuran air. Namun pemasangan bata ringan juga
dapat menggunakan pasir dan semen seperti pemasangan pada batako, bata press
dan bata merah.
a. Spesifikasi:
 Berat jenis kering : 520 kg/m3
 Berat jenis normal : 650 kg/m3
 Kuat tekan : > 4,0 N/mm²
 Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
 Tebal spesi : 3 mm
 Ketahanan terhadap api : 4 jam
 Jumlah (kebutuhan) bata merah per 1 m2: 8 – 9 buah tanpa
construction waste

b. Ukuran batako:
 Tinggi : 20 cm
 Lebar : 8 cm -10 cm
 Panjang : 60 cm
c. Kelebihan Bata Ringan:
 Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat
menghasilkan dinding yang rapi.

22
 Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat
penggunaan perekat.
 Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban
struktur.
 Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.
 Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.
 Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya
2,5 cm saja.
 Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
 Mempunyai kekedapan suara yang baik.
 Kuat tekan yang tinggi.
 Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.

d. Kekurangan Bata Ringan:


 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang
sisa cukup banyak.
 Perekatnya khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini
sudah tersedia di lapangan.
 Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya, karena jika tidak
dampaknya sangat kelihatan.
 Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering
dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata biasa.
 Harga relatif lebih mahal daripada bata merah.
 Agak susah mendapatkannya, hanya toko material besar yang
menjual bata ringan ini.
 Penjualannya pun dalam volume (m3) yang besar.

B. Dinding alami
B.1 Dinding batu

23
Gambar 13. Dinding batu
Dinding batu biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas.
Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus
dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1
kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur
: 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam
umumnya memiliki ketebalan minimal 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa
kolom praktis.
a. Kelebihan batu untuk dinding:
 Bangunan Berkesan Natural. Rumah yang dilapisi batu alam
dengan maksimal apalagi tema yang dipakai untuk rumah lebih
kepada tema tradisionalis, tentunya tampilan rumah akan terlihat
sangat alami/natural. Rumah dengan batu alam akan membuat
nurani manusia terpuaskan seakan rumah sudah mengembalikan
ke hidup aslinya.
 Bangunan Jauh Lebih Berwarna. Batu alam memiliki ciri khas
yaitu ada yang memiliki guratan seperti guratan pohon, ada yang
memiliki campuran warna, ada yang memiliki kemilauan yang
indah dan sebagainya. Bila berbagai jenis yang berbeda ciri khas
disatukan semua, maka akan menghasilkan efek rumah yang
berwarna. Hal ini membuat penghuni akan jauh lebih berwarna
dalam kehidupan di rumahnya.
 Harga Jual Bangunan Jauh Lebih Mahal. Jelas lebih mahal karena
bahan dasarnya juga berharga mahal. Namun harga jual rumah
bisa lebih mahal dan bertambah mahal hanya karena kenaikan dari
batu alamnya. Karena rumah memiliki berbagai bebatuan yang di
desain indah, tentu harga rumah pun menjadi mahal. Belum lagi
kenaikan akibat harga tanahnya dan sebagainya. Seperti yang kita
tahu, investasi properti rumah tidak mengalami penurunan kecuali
kasus-kasus tertentu dan itu pun jarang terjadi.
b. Kekurangan Batu Alam untuk Dinding:
 Warnanya tidak bisa seragam. batu alam tertentu memiliki corak
yang tidak seragam. Memang ini salah satu kelebihan tersendiri.

24
Namun yang menjadi masalah adalah membutuhkan keterampilan
sendiri dalam pemasangannya. Tetapi anda tidak perlu khawatir,
karena produsen batu alam biasanya sudah merancang model batu
alamnya sehingga bisa memudahkan untuk dipasang.
 Memiliki pori-pori yang besar. memang tidak untuk semua batu.
Adapaun untuk beberapa batu yang memiliki pori-pori besar
memiliki masalah tersendiri seperti berlumut karena air mudah
meresap dalam batu. Hal ini tentu perlu penanganan tersendiri
dengan alat pelapis agar air tidak masuk. Namun perlu pelapis
yang masih memperlihatkan keaslian batu.
 Resiko terkena coretan sulit untuk diperbaiki. Bila rumah terkena
banjir sampai mengotori dinding yang terbuat dari batu, tentu
masih bisa diatasi dengan disemprot dengan air. Namun yang
menjadi masalah adalah ketika ada orang iseng yang sengaja
mencoret-coret rumah dengan cat plastik, maka sulit sekali diatasi.
Paling solusi yang bisa diatasi adalah mengganti batu.

B.2 Dinding kayu


a. Dinding kayu log

Gambar 14. Dinding log

25
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional
di Eropa Timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem
konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena
sudah merupakan dinding struktural. Konstruksi batang tersusun untuk dinding
dari kayu merupakan cara yang paling tua. Konstruksi rangka tersusun disusun
setingkat-setingkat. Kuda- kuda penopang di sudut-sudut rumah pada umumnya
diatur, sehingga beban angin langsung disalurkan dari sudut ke bantalan. Pada
konstruksi rangka tersusun yang terbuka seperti telah disebut di atas, maka untuk
kayu bantalan disarankan agar memakai kayu Ulin atau Jati, karena mempunyai
daya tahan terhadap hujan dan panas yang lebih daripada kayu yang lain. Dalam
konstruksi rangka tersusun tempat-tempat yang terbuka antara tiang-tiang, palang-
palang dan sebagainya diisi dengan tembok dari bata. Jarak antar tiang pada
umumnya sekitar 80 cm.
Pemasangan dinding kayu log dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Dinding Kayu Batang Melintang
Gording merupakan bagian atas penutup atap, yang mendukung
seluruh beban atap. Pada bangunan yang bertingkat gording berperan juga
mendukung dinding atasnya. Tinggi gording disesuaikan dengan beban
dan jarak tiang, akan tetapi minimal 12cm. Sambungan seperti pada
bantalan, hanya pada sambungan panjangnya dengan sambungan serong
bertingkat, ditambah dengan dua baut untuk menahan gaya tarik.
Bantalan ke bawah membatasi dinding dan menumpunya.
Bebannya akan disalurkan pada kaki pondasi atau kepala balok. Oleh
sabab itu bantalan harus seluruhnya bertumpu dan cukup kuat.
Bantalan pada dinding bata atau beton harus dikuatkan letaknya
dengan baut angkur yang dimasukkan di dalam dinding, dan pada kepala
balok disambung dengan baut. Kalau bantalan itu tidak cukup panjang
untuk seluruh dinding, maka bisa disambung. Sambungan dengan ditakik
separuh, lihat. Bantalan sebaiknya dibuat dari kayu Ulin atau kayu Jati,
untuk menghindarka n kerusakan oleh kelembaban.

26
Palang berfungsi membagi bidang antara dua tiang atau kuda
penopang dalam bidang yang lebih kecil. Dengan demikian, palang akan
memperkuat dinding juga. Melihat tinggi dinding maka
digunakan 2 sampai 3 palang. Palang disambungkan pada tiang dan kuda
penopang dengan pen biasa. Palang pintu bagian atas dan palang jendela
disambungkan dengan pen bergigi tunggal. Kedua macam palang ini
berukuran seperti tiang palang antara biasanya 2 cm lebih rendah.

2. Kayu Batang Tegak


Tinggi konstruksi tiang menentukan tinggi dinding. Tiang berdiri
tegak lurus antara bantalan dan gording dinding. Tiang biasanya
berpenampang bujur sangkar. Kalau penampang ini tidak sesuai pada
suatu titik, maka dapat digunakan tiang ganda yang ditanam
disambung dengan baut. Biasanya ini hanya terjadi pada gedung-
gedung dengan beberapa tingkat, dimana tiang ganda ini berlajur terus
sampai semua tingkat. Di atas dan di bawah tiang biasanya diberi pen,
yang dalam bantalan sedikitnya 4 cm, dan pada gording dinding
sedikitnya 6 cm panjangnya, yaitu ½ tingginya.

3. Dinding Kayu Batang Miring


Kuda penopang membagi segiempat bidang dinding yang goyah
dalam bidang segitiga yang mantap. Menjaga agar dinding tidak bergerak
oleh benturan atau tekanan angin. Antara tiang dan kuda penopang, dalarn
bantalan dan gording dinding harus tersisa 8 sampai 12 cm kayu muka,
untuk menghindarkan pergeseran. Penampang kuda penopang sedikitnya
harus sarna dengan tiang.

b. Dinding papan

27
Gambar 15. Dinding papan

Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka


kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan
sistem pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/
diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1
meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/
16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan
sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak
masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami muai dan susut.

c. Dinding sirap

Gambar 16. Dinding sirap

28
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang
paling baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai.Selain itu juga
memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak
membutuhkan perawatan.Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis
tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).

2.3.3 Dinding Berdasarkan fungsi

Dinding berdasarkan fungsinya dapat digolongkan menjadi beberapa bagian


diantaranya :

A. Dinding Konstruksi
Dinding konstruksi adalah dinding yang dalam perencanaan dan pelaksanaan
diperhitungkan kekuatannya guna menahan beban dan gaya yang disebabkan baik
oleh kondisi alam lingkungan ataupun konstruksi lain yang ada. Adapun dinding
kontruksi tersebut diantaranya:

29
A.1 Shear wall

Gambar 17. Dinding penahan tanah

Adalah untuk penahan tanah pada ruang basement, subway, ruang khasanah
bank atau pada bangunan bertingkat yang perhitungan strukturnya masih timbul
beban gaya geser yang dapat ditahan oleh dinding beton bertulang. Adapun
fungsi Shear Wall pada gedung secara umum adalah :

a. Memperkokoh Gedung.

Dengan struktur dinding Beton bertulang, maka Dinding bukan


hanya sebagai penyekat ruangan tetapi berfungsi juga sebagai Struktur
Bangunan yang ikut memikul gaya2 beban yang bekerja pada Balok dan
kolom sekitarnya.

30
b. Meredam Goncangan akibat Gempa.

Secara Geografis Negara kita pada umumnya dan daratan Flores


pada khususnya adalah tempat yang sangat rentan terhadap Gempa,
Dengan Dinding sistem Shearwall maka gaya gempa yang terjadi akan
direduksi, sehingga mampu mengurangi akibat yang terjadi pada bentuk
bangunan yang ada.

c. Mengurangi Biaya Perawatan Gedung.

Dengan semakin Kokohnya Gedung yang menggunakan


Shearwall, maka kerusakan-kerusakan yang timbul akibat guncangan
Gedung akibat Gempa bisa di minimalisir sehingga akan mengurangi
biaya perawatan yang seharusnya dikeluarkan apabila gedung tidak
menggunakan jenis dinding ini.

d. Daya Pikul Beban disekitar dinding mampu ditingkatkan.

Dengan dinding jenis Shearwall maka kemampuan lantai beton


diatasnya untuk menerima beban semakin naik, besarnya kekuatan lantai
akan berbanding lurus dengan ketebalan shearwall itu sendiri

B. Dinding Arsitektur
Adalah dinding yang perencanaan dan pelaksanaannya diperhitungkan
guna mengkamuflase atau menyamarkan konstruksi yang harus timbul dalam
mendukung dinding tersebut sesuai syarat yang diijinkan.
B.1 Curtain wall

31
Gambar 18. Dinding curtain wall
Adalah dinding yang untuk menampilkan keindahan arsitektur, dari luar
bangunan akan nampak seperti berdiri sendiri secara vertikal, bahannya terdiri
dari rangka aluminium/stainless steel,kaca dan sebagainya.

B.2 Skatsel

Gambar 19. Dinding skatsel

Adalah dinding yang digunakan sebagai pembatas ruangan, batas


pandangan juga terpenting sebagai penampilan keindahan bahan dari rotan,
anyaman bambu, anyaman kayu, dan sebagainya.

C. Dinding biasa

32
Adalah dinding yang dalam pelaksanaanya memakai bahan dan perhitungan
yang lazim dalam bangunan, biasanya pemakaian bahan betul-betul disesuaikan
dengan fungsi ruangan ataupun fungsi bangunan.
C.1 Dinding batu merah

Gambar 20. Dinding bata merah


Biasa dipakai pada setiap bangunan baik untuk bagian luar maupun dalam
untuk menambah keindahan dinding batu merah, dapat dipasang dengan
limestone/batu tempel
C.2 Partisi

Gambar 21. Dinding Partisi


Biasa dipakai sebagai pembatas ruangan yang bersifat non permanen, dapat
dipasang secara tetap atau buka tutup. Bahannya biasa digunakan gipsum rangka
aluminium, ply wood rangka kayu, kaca rangka aluminium, dan sebagainya.

C.3 Dinding batako

33
Gambar 22. Dinding batako

Dinding bataco dibuat dari batako yaitu agregat kasar seperti krikil
dipadukan dengan adonan speci sama halnya campuran beton pada umumnya,
kemudian dicetak , digunakan biasanya untuk pagar pembatas, dinding gudang,
dinding pabrik, dan sebagainya.

2.4 Bagian Bagian Dinding

2.4.1 Material pembentuk dinding

A. Semen

34
Gambar 23. Semen

Semen berasal dari kata cement dalam bahasa inggris yang berarti
pengikat/ perekat. Perkataan cement itu sendiri diambil dari bahasa Latin
cementum, yaitu nama yang diberikan kepada batu kapur yang serbuknya telah
dipergunakan sebagai bahan adukan (mortar) lebih dari 2.000 tahun yang lalu di
Italia. Dalam perkembangannya, arti perkataan cement mengalami sedikit
perubahan, misalnya pada abad pertengahan diartikan sebagai segaala macam
bahan pengikat perekat seperti rubber cement, termasuk pula portland cement.
Semen adalah hydraulic binder (perekat hidraulis) yang berarti bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan.
Oleh karena sifat hidraulis tersebut, maka semen bersifat:
 Dapat mengeras jika dicampur dengan air
 Tidak larut dalam air

Hydraulic binder misalnya: portland cement, blended cement, high alumunia


cement, dan sebagainya. Di samping hidraulic binder, juga dikenal non-hidraulic
binder misalnya lime.

Sejak berabad-abad kandungan lime merupakan perekat klasik dalam


bangunan yang dibuat dengan memanaskan limestone pada suhu 850℃.

35
Kandungan CaCO3 dari limestone akan melepaskan CO2 dan menghasilkan burnt
lime atau quick lime (CaO). Produk ini bereaksi dengan cepat dengan air
menghasilkan Ca(OH)2 dalam butir yang halus dan selanjutnya Ca(OH)2 ini akan
bereaksi dengan CO2 dari udara dan mengeras menjadi CaCO3 kembali dan juga
bereaksi dengan senyawa-senyawa silikat yang menghasilkan senyawa calcium
silicate hydrate yang bersifat sebagai perekat batuan.

A.1 Kandungan kimia yang ada dalam semen antara lain:

 Trikalsium Silikat
 Dikalsium Silikat
 Trikalsium Aluminat
 Tetrakalsium Aluminofe
 Gipsum

A.2 Adapun bahan baku semen


a. Batu Kapur

Gambar 24. Batu kapur


Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung
CaCO3 dengan sedikit tanah liat, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat,
dan senyawa oksida lainnya. Senyawa besi dan organik menyebabkan batu
kapur berwarna abu-abu hingga kuning.

b. Tanah Liat

36
Gambar 25. Anah liat

Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina


Silikat Hidrat. Klasifikasi senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok
mineral yang dikandungnya:
 Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
 Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
 Kelompok tanah liat beralkali
Meliputi : tanah liat mika (ilite)

c. Pasir Besi dan Pasir Silikat

37
Gambar 26. Pasir silikat

 Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku


(Raw Mix).
 Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang
diperlukan untuk pembuatan semen
 Pasir silika digunakan untuk menaikkan kandungan SiO2
 Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam
Raw Mix
d. Gipsum ( CaSO4. 2 H2O )

Gambar 27. Bubuk gypsum

 Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan

38
dari semen
 Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya sifat gipsum sebagai retarder.

A.3 Agregat

a. Agregat Halus

Gambar 28. Pasir

Pasir adalah salah satu dari bahan campuran beton yang


diklasifikasikan sebagai agregat halus. Yang dimaksud dengan agregat
halus adalah agregat yang lolos saringan no. 8 dan tertahan pada saringan
no. 200. Pasir merupakan bahan tambahan yang tidak bekerja aktif dalam
proses pengerasan, walaupun demikian kualitas pasir sangat berpengaruh
pada beton.
Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi beton harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
 Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.
Butir- butir harus bersifat kekal, dan tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca seperti hujan atau terik matahari.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm.

39
Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat harus dicuci
terlebih dahulu.
 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik
terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak
memenuhi percobaan ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan
adukan agregat tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang
dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci
dalam 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air
pada umur yang sama.
 Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
o sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat
o sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
o sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 95%
berat
 Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
 Butiran agregat halus berdiameter 0.075 mm hingga 4 mm.
Derajat kehalusan suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan
(Fineness Modulus) dengan batasan-batasan sebagai berikut:
 Pasir Halus: 2,20 < FM < 2,60
 Pasir Sedang: 2,60 ≤ FM < 2,90
 Pasir Kasar: 2,90 ≤ FM ≤ 3,20

40
b. Agregat Kasar

Gambar 29. Krikil


Agregat kasar yang digunakan untuk beton merupakan kerikil hasil
disintergrasi dari batu-batuan atau berupa batu pecah (split) yang diperoleh
dair alat pemecah batu, dengan syarat ukuran butirannya lolos ayakan 38,1
mm dan tertahan di ayakan 4,76 mm. Pada umumnya yang dimaksudkan
dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
 Agregat kasar adalah agregat dengan besar butiran lebih dari 5
mm. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk
berbagai mutu beton maka agregat kasar harus memenuhi syarat.
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya
dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir kasar
harus bersifat kekal yang berarti tidak pecah atau hancur akibat
pengaruh cuaca seperti hujan dan terik matahari.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui/lolos ayakan 0,063 mm.

41
Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus
dicuci.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat yang aktif terhadap alkali.
 Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan mesin
pengaus Los Angeles dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat
melebihi 5%.
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
dan apabila diayak, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
o Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat.

o Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan


98%.

o Selisih antara sisa-sisa kumulatif ayakan yang berurutan


adalah maksimum 60% dan minimum 10% dari berat

 Berat butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal
plat atau 3/4 dari jarak bersih minimum di antara batang-batang
atau berkas tulangan. Penyimpangan dari batasan ini diijinkan
apabila menurut pengawas ahli, cara pengecoran beton adalah
sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang
kerikil.

42
2.4.2 Material penyusun dinding

Sebelum membangun rumah atau renovasi kita perlu membuka wawasan kita
seluas-luasnya tentang material bangunan. Ini dimaksudkan agar kita bisa
mendapatkan material yang sesuai dengan kebutuhan dan dana yang kita punya.
Salah satu yang memakan biaya dan waktu dalam pembuatan rumah adalah
pembuatan dinding. Dinding merupakan suatu elemen penting sebuah rumah yang
berfungsi untuk memisahkan atau membentuk ruang. Dinding dapat dibuat dari
bermacam-macam material sebagai berikut:

A. Batu Bata

Gambar 30. Bata merah

Material ini paling banyak digunakan di Indonesia. Hampir di


setiap tempat bahkan pelosok desa terdapat pembuat batu bata. Bahan
baku tanah liat yang mudah didapat dan proses pembuatan yang sederhana
membuat harganya menjadi relatif murah. Ukuran yang biasa ada di
pasaran adalah 25 x 12 x 5 cm atau kurang. Dinding dari pasangan batu
bata umumnya dibuat dengan ketebalan ½ batu dan minimal setiap jarak 3
m diberi kolom praktis sebagai pengikat dan penyalur beban. Dinding batu

43
bata biasanya dipakai sebagai konstruksi non struktural yang tidak
menahan beban.

B. Batako

Gambar 31. Batako

Untuk menghemat biaya pembangunan rumah, alternatif


pemakaian batako banyak digunakan di banyak tempat. Selain harganya
lebih murah per meternya, dimensi yang lebih besar dan berlubang dapat
menghemat 75% plesteran dan 50% beban dinding. Dan tentu saja
pelaksanaan pekerjaannya pun menjadi lebih cepat. Batako terbuat dari
campuran tras, kapur, pasir dan semen. Kekuatannya tentu lebih rendah
dari pada batu bata. Batako yang berkualitas rendah akan mudah pecah
karena kadar semen yang sedikit. Ukuran yang umum di pasaran adalah 40
x 20 x 10 atau kurang.

C. Bata Ringan

44
Gambar 32. Bata ringan

Bata ringan adalah salah satu jenis beton ringan aerasi yang mulai
dikenal di Indonesia pada tahun 1995. Kelebihannya adalah bobotnya yang
jauh lebih ringan dari batu bata ataupun batako. Biasa digunakan untuk
bangunan bertingkat untuk mengurangi pembebanan sehingga biaya
pondasi menjadi lebih kecil. Dimensi yang besar yaitu 60 x 20 x 10/ 7,7
cm menjadikan pekerjaan dinding cepat selesai. Ukurannya yang presisi
juga hanya membutuhkan speci yang sangat tipis. Kelebihan yang lain
adalah kemamampuannya untuk menahan panas dan suara. Dari segi harga
sampai saat ini masih lebih mahal dari batu bata. Namun pekerjaan
pemasangan yang cepat dapat menghemat upah tukang.

D. Dinding Kayu

45
Gambar 33. Dinding kayu

Karena langka dan mahalnya kayu dewasa ini, mungkin jarang


sekali rumah yang memakai dinding jenis ini. Kecuali untuk rumah-rumah
di pedesaan atau rumah-rumah yang sengaja desainnya bergaya country.
Dinding papan kayu juga bisa digunakan pada bangunan konstruksi rangka
kayu. Kelebihan dinding ini adalah untuk menciptakan suasana yang
hangat dan natural. Suasana di dalam rumah pun akan lebih sejuk. Namun
perawatannya lah yang sulit. Kayu lebih mudah lapuk jika terkena panas
dan hujan. Belum lagi serangan rayap untuk daerah tropis seperti negara
kita ini.

E. Kaca

46
Gambar 34. Kaca

Seiring dengan meningkatnya produksi dan teknologi bahan kaca,


penggunaan kaca sebagai bahan konstruksi rumah pun meningkat dari
tahun ke tahun. Dulu mungkin kita hanya memakai kaca di rumah untuk
jendela ataupun pintu. Namu sekarang kaca merupakan bagian dari desain
eksterior maupun interior rumah.Dinding kaca bisa membuat rumah
terlihat lebih luas dari aslinya. Halaman rumah yang hijau dan asri pun
dapat dilihat dari dalanm rumah yang menyebabkan suasana menjadi lebih
alami dan sejuk. Namun perlu dipertimbangkan juga jika dinding kaca
langsung terkena sinar matahari yang akan membuat udara dalam rumah
menjadi panas.

F. lembaran (Cladding)

47
Gambar 35. cladding

Bila anda menginginkan pembuatan dinding dengan cepat, anda


bisa mengganti dinding konvensional dengan dinding partisi lembaran.
Macamnya juga banyak, contohnya, metal cladding, GRC atau Fiber
Cement (Kalsiboard ) untuk dinding bagian luar, dan gypsum atau
multiplex untuk dinding bagian dalam. Rangkanya terbuat dari besi hollow
atau baja ringan. Karena bobotnya yang lebih ringan system dinding ini
cocok digunakan pada bangunan yang berdiri diatas tanah berdaya dukung

2.4.3 Unsur-unsur pembentuk dinding

A. Kolom

Pada suatu kontruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai


pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar
melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur (akibat kontinuitas kontruksi). Oleh karena itu dapat didefinisikan,
kolom adalah suatu struktur yang mendukung beban aksial dengan /tampa momen
lentur.

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok dan pelat. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu
kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse)
lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.

Selanjutnya balok dan kolom ini menjadi satu kesatuan kokoh dan sering
disebut kerangka (portal) dari suatu gedung.

48
Gambar 36. Portal

Kolom dibedakan menjadi beberapa jenis menurut bentuk dan


susunantulangan, serta letak/posisi beban aksial pada penampang kolom.
Disamping itu juga dapat dibedakan menurut ukuran panjang-pendeknya kolom
dalam hubungannya dengan dimensi lateral, yaitu :

1. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan


Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
a. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun
bujur sangkar, dengan tulangan memanjang dan sengkang.
b. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang spiral
c. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil
baja struktural

49
Gambar 37. gambar (a). Kolom segi empat (b) Kolom bulat (c)
Kolom komposit

2. Jenis kolom berdasarkan letak/komposisi beban aksial


Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom,
kolom dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. kolom beban sentries
Untuk kolom dengan posisi sentries, berarti kolom menahan beban
aksialtepat pada sumbu kolom. Pada keadaan seperti ini seluruh
permukaan penampang beton beserta tulangan kolom menahan
beban tekan.

Gambar 38. Kolom beban sentris

Pada kolom dengan beban sentris secara teori hanya


berlaku pada kolom- kolom yang pendek dan bila dijamin bahwa
tidak ada eksentrisitas titik tangkap gaya terhadap pusat kolom,
sehingga pada umumnya dalam hitungan kolom selalu harus
diperhitungkan adanya pengaruh eksentrisitas.(beban aksial berada
diluar sumbu kolom)

b. kolom dengan posisi beban eksentris.

50
Gambar 39. Kolom beban eksentris

Untuk kolom dengan beban eksentris, berarti beban aksial bekerja


diluar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar e (lihat gambar
1.6). Beban ekasentrisitas e ini akan menimbulkan momen (M)
sebesar M = P . e

3. Jenis kolom berdasarkan panjang kolom


Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas
2 macam yaitu kolom panjang (sering disebut kolom langsing/kurus), dan
kolom pendek (sering disebut kolom gemuk). Beban yang bekerja pada
kolom panjang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan/keruntuhan
kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena bahaya tekuk. Tetapi beda
dengan kolom pendek, kehilangan stabilitas lateral akibat tekuk tidak
pernah dijumpai namun lebih sering akibat kegagalan material (beton
yang hancur dan tulangan yang leleh).

4. Kolom utama

51
Gambar 40. Kolom struktur

Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi


utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah
tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok
untuk menompang lantai tidak begitu besar, dan apabila jarak antara
kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 30/30, dengan tulangan pokok 8D12mm, dan
begel d 8-10cm (8 D 12 maksudnya jumlah besi beton Diameter 12mm = 8
buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

5. Kolom praktis

Gambar 40. Kolom praktis


Kolom Praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom
utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

B .Balok

B.1 Susunan beton


 Beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air, agregat
halus (pasir),dan agregat kasar (krikil/ batu pecah). Kadang- kadang

52
ditambah pula campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki
kualitas beton.
 Campuran dari bahan susun (semen, pasir, krikil,dan air) yang masih
plastis ini dicor kedalam acuan dan dirawat untuk mempercepat
reaksi hidraci campurah ir semen, yang menyebabkan pengerasan
beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan yang
tinggi, tetapi kekuatan tarhadap tarik rendah.
 Beton bertulang adalah beton biasa (polos) yang memiliki kekuatan
tekan yang tinggi akantetapi kekuatan tariknya rendah dan dengan
batangan baja yang ditanamkan di dalam beton agar dapat
memberikan kekuatan tarik yang diperlukan

 Sesungguhnya baja tulangan mempunyai kekuatan tarik dan


kekuatan tekan yang sama tingginya, sehingga sering dipakai baja
tulangan selain untuk menahan kekuatan tarik juga menahan
kekuatan tekan bersama- sama dengan beton.

B.2 Konstruksi Balok Beton tanpa tulangan

53
Gambar 40. Balok beton
Sifat bahan beton sangat kuat menahan tekan, tetapi tidak kuat/ lemah
menahan tarik
 Sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpukan sederhana (sendi
dan rol), dan diatas balok bekerja beban terpusat P dan beban merata
(q), maka akan timbul momen luar, sehingga balok akan melentur
kebawah
 Oleh kopel gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik
akan menahan melengkungnya (lenturnya) balok kebawah (akibat
beban luar tadi). Jadi serat-serat tepi-atas akan menahan tegangan
tekan dan serat-serat tepi-bawah menahan tegangan tarik, dan
semakin keatas tegangan teriknya semakin kecil. Pada bagian tengah
yaitu batas antara tegangan tekan dan tarik, serat-sarat bagian tengah
tidak mengalami tegangan sama sekali (nilai nol) dan membentuk
suatu garis disebut garis netral.
 Jika beban diatas balok itu cukup besar dan bentang balok bagian
tengah menahan momen cukup besar dan pada bagian bawah yang
tertarik terjadi retak beton.

B.3 Balok Beton dengan tulangan

54
Gambar 40. Balok beton bertulang

 Untuk menahan gaya tarik cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi
bawah, maka perlu diberi baja-tulangan sehingga disebut dengan istilah
“beton bertulang”
 Tulangan baja yang ditanam di dalam beton sedemikian rupa, sehingga
gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan Momen pada penampang retak
dapat ditahan oleh baja tulangan.
 Sifat beton yang tidak kuat terhadap tarik, maka pada bagian bawah yang
menahan tarik (dibawah garis netral) akan ditahan oleh tulangan,
sedangkan bagian yang menahan tekan (diatas garis netral) tetap ditahan
oleh beton.

55
2.5 Permasalahan Pada Dinding Dan Solusinya

Dinding merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan rumah.


Keberadaan dinding pada rumah memiliki beberapa fungsi penting, diantaranya:

1. Pemikul beban di atasnya

2. Penutup dan pembatas ruangan

3. Perlindungan bagi penghuni, misalnya melindungi dari panas matahari dan


dinginnya udara.

Namun ada kalanya kita dipusingkan dengan timbulnya masalah pada dinding
rumah yang ditempati. Salah satunya adalah retak pada dinding. Meskipun tidak
semua retakan pada dinding berbahaya, namun kita harus tetap mewaspadainya.

Retak yang timbul pada dinding rumah ada berbagai bentuk. Ada yang
membentuk sudut 45 derajat, ada yang berbentuk lurus dan mengarah ke bawah
serta ada pula retakan yang sangat lembut dengan jumlah yang banyak serta
memiliki arah yang tidak beraturan. Anda tidak perlu bingung. Langkah pertama
yang bisa Anda lakukan adalah memantau dan memperhatikan retaknya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui jenis retakan yang terjadi serta bagaimana pula
solusinya.

1. Rembesan air pada dinding biasa disebabkan oleh atap rumah yang bocor.
Solusinya:

 Tutupi tembok yang retak-retak tersebut dengan adukan semen dan


aqua proof.

 Perbaiki genteng. Mulai dari nok atap hingga dudukan genteng


secara keseluruhan.

56
2. Retakan karena kualitas beton dinding basement jelek, tebal plesteran dan
acian tidak sempurna sehingga dinding mudah retak, karena beban terpusat
(atap : dapat dihindari dengan balok ring), penyusutan dan pemuaian kusen
kayu dan faktor alam. Secara umum ada 2 jenis retak pada dinding yaitu retak
struktur dan retak nonstruktur. Kedua jenis retak ini memiliki penyebab dan
karakteristik yang berbeda.

a. Retak Struktur

Retak struktur merupakan jenis retak yang berbahaya terhadap


kekokohan sebuah bangunan. Ciri utamanya adalah terjadi keretakan
dengan lebarnya lebih dari 2 mm dan tembus pada sisi dinding lainnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya retak struktur ini,
diantaranya:

 Adanya penurunan atau pergeseran pada pondasi karena daya


dukung tanah yang kurang baik. Penyebabnya bisa bermacam-
macam antara lain karena terjadinya perubahan karakteristik tanah
akibat kejadian alam seperti banjir, pergerakan tanah ataupun
gempa.

 Ukuran pondasi yang tidak sesuai dengan beban yang dipikulnya


atau kekurangsempurnaan pada saat proses pengerjaan bangunan.

 Kerusakan pada kolom (tiang) serta balok yang disebabkan adanya


keretakan atau bengkok karena kurangnya jumlah atau ukuran
tulangan besi utama dan besi pengikat (sengkang). Faktor
penyebab lain adalah rendahnya kualitas/mutu beton yang
digunakan serta kekurangsempurnaan pada saat proses pengerjaan.

 Retak struktur memerlukan penanganan serius, bahkan tidak jarang


membutuhkan dana yang cukup banyak untuk membuat perkuatan
agar struktur bangunan tidak mengalami pergerakan.

57
 Ada beberapa solusi apabila terjadi retak struktur yaitu :

 Apabila keretakan terjadi akibat pondasi yang mengalami


penurunan maka Anda dapat membuat pondasi baru di
dekatnya dengan terlebih dahulu mendeteksi keretakan
terparah pada dinding di atasnya. Langkah pertama yang
bisa dilakukan adalah memadatkan tanah di bawah pondasi
baru kemudian buatlah kolom/tiang baru untuk membantu
penyaluran beban dari sloof serta balok lantai di atasnya.

 Apabila keretakan terjadi karena rusaknya struktur pada


balok maka jika kondisinya memungkinkan bisa
ditambahkan kolom/ tiang di bawahnya sehingga
penyaluran beban balok menjadi berkurang. Jika tidak
memungkinkan maka balok dapat disuntik/
digroutingdengan epoxy (cairan kimia khusus yang
memiliki sifat mengikat dan cepat kering) kemudian
dilakukan pembesaran ukuran (dimensi) balok dengan
perkuatan dari luar.

 Proses grouting pada balok:

 Apabila keretakan terjadi karena rusaknya struktur pada


kolom maka Anda dapat membuat kolom tambahan di
dekat kolom yang retak. Kolom tambahan tersebut
berfungsi untuk membagi pembebanan pada kolom yang
rusak. Cara lain yang bisa dilakukan yaitu memperkuat
kolom melalui cara menyuntiknya dengan cairan epoxy
kemudian memperlebar ukuran (dimensi) kolom.

 Apabila terjadi keretakan kecil pada kolom dan balok, Anda


cukup menutupnya dengan plesteran agar tulangan besi

58
yang ada di dalamnya tidak berhubungan dengan udara luar
dan menyebabkan terjadinya perkaratan.

 Melakukan kontrol terhadap aliran air di sekitar pondasi,


agar tidak menyebabkan erosi tanah di bawah pondasi yang
berakibat timbulnya retak pada dinding di atasnya.

 Retak struktur bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

 Retak Tarik

Penyebab utama retak tarik yaitu adanya penurunan


permukaan tanah. Sebenarnya proses penurunan pada
bangunan merupakan hal yang lumrah, namun bisa menjadi
masalah jika penurunan ini terjadi tidak secara bersamaan
(serentak). Kondisi tersebut mengakibatkan perubahan
elevasi pada bangunan yang tidak sama (seragam).
Karakteristiknya yang bisa dikenali yaitu keretakan akan
lebih lebar pada bagian atas dan semakin menyempit pada
bagian bawahnya. Faktor penyebabnya antara lain,
pemadatan yang tidak merata, erosi tanah di bawah pondasi
akibat adanya aliran air di dalamnya, pembebanan pada
dinding yang tidak merata sehingga menimbulkan beban
terkonsentrasi pada satu bagian serta dapat pula disebabkan
karena adanya getaran gempa ringan.

 Retak Tekan

Retak tekan terjadi karena adanya tekanan dari atas (beban


berat yang harus dipikul oleh dinding) dan dari bawah
dinding (desakan dari atas tanah) yang berkerja secara
bersama-sama. Terjadinya retak tekan bermula karena
kolom pada bangunan yang tidak bisa bekerja secara

59
maksimal. Kondisi ini berakibat sebagian bebannya harus
dipikul oleh dinding (seharusnya beban tersebut
didistribusikan oleh ringbalk menuju kolom-kolom dinding
dan diteruskan oleh sloof yang ada di bawahnya) sementara
dari bawah ada desakan ke atas karena adanya pergerakan
dari tanah. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya
retak tekan.

b. Retak Non Struktur

Retak non struktur umumnya tidak membahayakan namun


terkadang mengurangi nilai estetis dari bangunan. Ciri utamanya
adalah timbulnya garis lembut dengan arah yang tidak beraturan.
Retak non struktur terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

 Crazing

Retak jenis ini terjadi karena plesteran yang terlalu banyak


di trowel serta pasir yang digunakan banyak mengandung
butiran halus. Ciri-ciri retak crazing adalah:

 Membentuk jaringan retak yang halus, dangkal dan


tidak bersambung

 Membentuk pola hexagonal dengan jarak retak 5


mm - 75 mm

 Terjadi dalam selang waktu beberapa jam setelah


aplikasi plesteran

60
 Solusi mengatasi retak jenis crazing ini adalah
dengan mengorek retakannya kemudian
menutupnya dengan dempul

 Map cracking

Retak jenis ini terjadi karena penggunaan semen yang


terlalu banyak serta plesteran yang dibiarkan terlalu cepat
mengering. Ciri-ciri retak jenis map cracking adalah:

 Pola retakan menyerupai peta (map)

 Membentuk pola heksagonal dengan jarak hingga


200 mm

 Struktur retak cenderung lebih dalam dan


bersambung

 Retak susut (shrinkage)

Retak ini terjadi akibat kandungan semen yang tinggi, mutu


pasir yang buruk serta plesteran yang diaplikasikan terlalu
tebal. Susut disebabkan karena perubahan volume plesteran
maupun beton pada saat terjadi proses reaksi kimia antara
semen dan air, bisa juga karena karbonasi.

Solusi: dengan menggunakan dempul.

61
Berdasarkan faktor penyebabnya, retak susut dapat
dibedakan menjadi beberapa tipe, diantaranya:

 Susut plastis terjadi akibat hilangnya kadar air yang


berlebih saat plaster masih dalam kondisi plastis
atau awal aplikasi. Retak ini biasa terjadi pada sudut
jendela.

Solusinya :

 Injection (grouting); memasukkan bahan


yang bersifat encer kedalam celah atau
retakan pada beton, kemudian diinjection
dengan tekanan, sampai terlihat pada lubang
atau celah lain telah terisi atau mengalir
keluar

 Epoxy injection. Menyiapkan cairan kimia


khusus yang sifatnya mengikat dan cepat
kering (epoxy), selanjutnya
suntikkan/grouting pada daerah retakan

 Mengganti plesteran yang lama dengan yang


baru

 Susut Kering (drying shrinkage)

 Retak susut terjadi akibat kandungan semen


yang tinggi, mutu pasir yang buruk serta
plester yang diaplikasikan terlalu tebal

62
 Susut ini terjadi pada saat dinding/beton
yang sudah mengeras akibat masuknya gas
karbondioksida (CO2) ke dalam pori
plesteran/beton

c. Efflorescence (Kotoran Putih Berbentuk Bunga-bunga)

terjadi saat dinding mengering pertama kali, dapat


diminimalisasi dengan mengefektifkan pengaman kelembaban,
menghindari penggunaan batu bata yang mengandung garam,
membiarkan batu bata mongering terlebih dahulu sebelum
dipasang dan menutup dinding setiap hari sebelum pekerjaan
benar-benar selesai. Untungnya efflorescence normalnya akan
hilang pada saat hujan dan tidak perlu perawatan khusus.

d. Noda

seperti efflorescence terapi tidak bisa hilang saat hujan,


biasanya akibat tumpukan kapur. Penanganannya adalah sebagai
berikut:

 Bersihkan dinding dengan air bersih

 Disikat dengan sikat dan ditambah cairan tertentu

 Setelah noda dibersihkan, bersihkan lagi dengan air bersih

 Dilakukan perawatan secara teratur untuk membersihkan


noda

63
e. Serangan Sulfat

Adalah hasil reaksi tricalcium aluminate pada semen


Portland, sebab lain yaitu air tanah dari batu bata sendiri (tanah
liat), juga dari air hujan. Solusinya untuk daerah yang banyak
terkena sulfat ini harus dihindari menggunakan semen Portland
(menggunakan semen yang bisa mengatasi pengaruh sulfat),
menggunakan bahan penahan kelembaban dan dinding diusahakan
selalu kering.

f. Penurunan bangunan yang normal tidak akan berpengaruh pada


keretakan bangunan, tetapi penurunan bangunan secara differensial
dapat mengakibatkan keretakan bangunan.

g. Stabilitas Dinding diatasi dengan cara-cara berikut :

Memasang balok antara dua dinding baik pada bagian atas ataupun
bawah dinding.

Membuat dinding penopang pada dinding yang tidak stabil

Pada bagian dinding yang mengalami kerusakan diganti dengan


material yang baru

h. Karatan Besi/Baja Kerusakan yang timbul : keretakan pada plester,


kotoran pada dinding.

64
i. Penyusutan karena kering dan pemuaian akibat kondisi basah
Penangannya sama seperti pada batako yaitu menggunakan batu
bata yang sudah matang.

j. Lumut, jamur dan tumbuhan lainnya Solusinya dengan


membersihkan secara periodik atau menggunakan cairan tertentu
seperti sodium ortho pentachlorophenate.

k. Dinding pagar miring

Solusi: Gali tanah di sekitar pondasi, luruskan pagar yang miring


dengan penambahan perkuatan sementara, berupa penopang
kayu/besi pada dinding pagar. Buat pondasi dan sloof di belakang
pagar sebagai tempat dudukan kolom/tiang penopang. Buat
kolom/tiang berbentuk segitiga untuk menahan kemiringan pagar.
Ukuran tiang disesuaikan dengan beban dinding yang ditopang.

65
2.6 Material penghias dinding

Material penghias dinding merupakan suatu faktor yang mempengaruhi


dinding terlihat cantik

 Pilihan Warna

Salah satu faktor yang mempengaruhi luas ruangan pada rumah minimalis
adalah permainan warna-warna cerah. Jadi satu keputusan yang bijak jika
kita mengaplikasikan warna-warna terang untuk mendapatkan kesan lebih
luas. Warna-warna terang bisa kita terapkan pada dinding ruangan atau
perabot didalamnya seperti sofa, gorden, serta furnitur lainnya. Jika tidak
menyukai warna terlalu cerah, kita bisa menggunakan warna netral yaitu
putih. Untuk menambah kesan modern kita bisa menambahkan wallpaper
pada dinding, namun sesuai dengan konsep minimalis yang digunakan,
sebaiknya pilihan wallpaper tidak terlalu banyak motif.

 Pemilihan jenis bahan

Dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Luas Dinding Kosong

aspek paling penting untuk menghias dinding dengan objek


penghias adalah mempertimbangkan berapa besar 'lahan kosong' di
dinding. Pilihlah objek penghias dinding berdasarkan ruang yang
tersedia di dinding.

2. Biaya

menempatkan objek penghias di rumah bukan berarti harus


memakan biaya yang lebih besar. Objek penghias tidak harus selalu
dikaitkan dengan harga mahal, objek penghias bisa berupa sesuatu

66
yang murah tapi tetap dapat menciptakan kesan tersendiri yang
unik pada ruangan.

3. Selera

objek penghias adalah sesuatu yang sangat personal, tergantung


dari selera masing-masing individu. Jadi jangan asal memilih
gambar hanya karena warnanya serasi dengan warna dinding atau
tirai rumah. Pilihlah benda yang memiliki kesan dan arti tersendiri.
Sesuatu yang membangkitkan mood atau mampu menciptakan
suasana tenang dan nyaman saat berada di rumah.

4. Tema

Sesuaikan benda seni dengan tema penataan rumah.

5. Waktu

Jangan pilih secara terburu-buru. Luangkan waktu lebih banyak


untuk melihat-lihat galeri foto secara analog maupun lewat
website. Satu yang penting, pilihlah secara bijaksana, bukan karena
lapar mata.

6. kualitas

objek penghias yang dicetak seperti lukisan contohnya, atau print


art work harganya biasanya lebih murah dibandingkan aslinya.
Maka itu sebaiknya menggunakan untuk bingkai berkualitas bagus
atau memilih bingkai berdetail unik seperti ukiran etnik atau
pecahan cermin.

67
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Dinding merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah


antara ruangan luar dengan ruangan dalam,pembatas ruang, melindungi
terhadap intrusi dan cuaca, penyokong atap dan sebagai pembatas ruangan
satu dengan ruangan lainnya, berfungsi pula sebagai penahan cahaya panas
dari matahari, menahan tiupan angin dari luar, dan untuk menghindari
gangguan hewan liar.
 Fungsi dinding adalah:

 Sebagai pemikul beban di atasnya

68
 Sebagai pembatas ruang, mempunyai sifat:
o Privasi
o Indah dan bagus dalam skala, warna, tekstur
o Dapat dibuat transparan
o Meredam bunyi, baik dari dalam maupun dari luar
 Perlindungan terhadap gangguan dari luar (sinar matahari, isolasi
terhadap suhu, air hujan dan kelembaban, hembusan angin, serta
gangguan dari luar lainnya)
 Jenis dinding dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Berdasarkan Sifat
 Dinding masip yang bernafas
 Dinding berongga
 Dinding kedap air
2. Berdasarkan bahan
 Dinding buatan
 Dinding Alami

3. Berdasarkan fungsi
 Dinding kontruksi
 Dinding arsitektur
 Dinding biasa
 Bagian – bagian dinding dibagi menjadi material pembentuk dinding yaitu
semen dan agregat ; material penyusun dinding yaitu batu bata, batako,
bata ringan, kayu, kaca, dan cladding ; unsur-unsur pembentuk dinding
yaitu kolom dan balok.
 Beberapa masalah dan solusi dalam membuat dinding yaitu

1. Rembesan air pada dinding biasa disebabkan oleh atap rumah yang bocor.
Solusinya:

 Tutupi tembok yang retak-retak tersebut dengan adukan semen dan


aquaproof.

 Perbaiki genteng. Mulai dari nok atap hingga dudukan genteng


secara keseluruhan.

69
2. Retakan karena kualitas beton dinding basement jelek, tebal plesteran dan
acian tidak sempurna sehingga dinding mudah retak, karena beban terpusat
(atap : dapat dihindari dengan balok ring), penyusutan dan pemuaian
kusen kayu dan faktor alam.
 Material penghias dinding merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
dinding terlihat cantik. Hal yang harus diperhatikan adalah pilihan warna,
dan, pilihan bahan.

3.2 Saran

Demikanlah karya tulis ini dibuat guna menunjang perkuliahan sekaligus


memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Teknologi Bahan Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Udayana. Dalam hal ini tentu banyak kekurangan
yang terdapat dalam karya tulis ini dikarenakan keterbatasan sumber ataupun
pengetahuan dan pengalaman yang didapat. Kritik dan saran dari pembaca
sangatlah diperlukan guna mencapai kesempurnaan pada karya tulis ini.

Daftar Pustaka

Mangunwijaya, YB. Pengantar Fisika Bangunan. Edisi ke-2. Yogyakarta.


Djambatan.1994. 398 hlm.
Susanta, Gatut. Panduan Lengkap Membangun Rumah Bertingkat. Edisi-1.
Jakarta.Griya Kreasi. 2009. 251 hlm.
Suratma, Drs. I Made. Modul Menggambar Rencana Balok dan Kolom Beton
Bertulang. Denpasar. SMK N 1 Denpasar.2004.86 hlm.

Sumber Gambar
www.google.com

70
Pertanyaan

1. Nama : Ni Made Sri Dewi Wulandari


NIM : 1605521029
1) Dalam presentasi disebutkan bahwa dinding masip terbuat dari
bahan-bahan yang berpori, apa saja yang termasuk bahan-bahan
berpori tersebut?
2) Apabila dinding disebutkan berbahan kayu, apakah artinya dinding
tersebut luarnya juga berbahan kayu juga? Apabila iya, bagaimana
cara melindungi dinding kayu tersebut supaya tahan dari pengaruh-
pengaruh eksternal seperti cuaca dan sebagainya?

2. Nama : Putu Agus Budi Artawan


NIM : 1605521022
1) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan dinding
batu bata supaya hasilnya kuat dan kokoh?

3. Nama : I Gede Putu Cahya Adi Legawa


NIM : 1605521083
1) Pada dinding pasangan bata, kita mengetahui adanya istilah
trasram. Apa itu trasram dan apa fungsi dari trasram itu sendiri?

4. Nama : Ngurah Arya Wiranatha


NIM : 1605521064
1) Bagaimana cara mengatasi dinding supaya tidak lembab apabila
contoh permasalahannya berupa toilet yang berdampingan
dindingnya dengan dinding kamar tidur?

5. Nama : Amirah Razani

71
NIM : 1605521037
1) Apabila terjadi keretakan pada dinding dan retak tersebut meluas
pada dinding lainnya, apakah solusinya dinding tersebut harus
dibongkar? Atau adakah solusi lain selain membongkar dinding?

6. Nama : Ni Putu Diah Ayu Purnama Sari


NIM : 1605521041
1) Dalam pengawetan kayu sebagai bahan dinding, terdapat dua cara
yaitu pengawetan secara modern dan pengawetan secara
tradisional. Pengawetan secara tradisional ini dilakukan pada kayu
dengan mencelupkan kayu dalam lumpur. Pertanyaannya adalah
apakah dengan cara tersebut kayu yang diawetkan dapat bertahan
dalam jangka waktu yang lama?
2) Apakah strategi atau langkah-langkah dalam pemasangan material
dinding untuk dinding di lantai 1 dan dinding di lantai 2 sama?

7. Nama : I Wayan Dendra Naghi Sadwita


NIM : 1605521053
1) Di Bali, kita mengenal salah satu jenis dinding yang terbuat dari
anyaman yang bambu yang disebut dengan bedek. Bedek termasuk
ke dalam jenis dinding apa? Apakah termasuk ke dalam jenis
dinding berongga, masip, atau yang lainnya? Apa kelebihan dengan
menggunakan dinding bedek tersebut? Dan bagaimana konstruksi
dan pemasangan dari dinding bedek itu sendiri?

8. Nama : Gusti Ngurah Ari Widiana Putra


NIM : 1605521073
1) Saat kita memasuki suatu ruangan, kita dapat merasakan suasana
yang terpancar dari ruangan tersebut yang mana yang kita sebut
dengan aura ruangan. Apa pengaruh dinding dalam ruangan dalam
menciptakan aura suatu ruangan?

72
9. Nama : I Nyoman Dedi Widhi Prawira
NIM : 1605521002
1) Dinding berdasarkan bahannya dapat dibedakan menjadi dinding
bata merah, batako, dan bata ringan. Apakah pemasangan dinding
tersebut berbeda-beda ataukah sama?

10. Nama : Luis Joao Pereira Leo Soro


NIM : 1605521082
1) Mengapa dinding batu bata kurang cocok untuk bangunan dengan
dua lantai keatas? Dan mengapa dinding batako tidak cocok untuk
bangunan berlantai satu?

73

Anda mungkin juga menyukai