MODUL 15 Kelonjongan Dan Kepipihan
MODUL 15 Kelonjongan Dan Kepipihan
MODUL 15 Kelonjongan Dan Kepipihan
MODUL 15
1. Dasar Teori
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana ukuran
nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada suatu gradasi
tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji keseragaman agregat pada suatu
proyek, agar memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
Ada 3 macam bentuk agregat, yaitu butiran agregat berbentuk lonjong, butiran
agregat berbentuk pipih, butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong.
Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan lonjong maksimal
dalam penggunaannya dibatasi yaitu 20 % :
1. Jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter terpanjang kurang
dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut lonjong.
2. Jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata diameter kurang
dari 0,60 maka bentuk agregat termasuk pipih.
Untuk menghitung indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Indeks kepipihan = M3F / M2 x 100 %
Indeks kelonjongan = M3E / M2 x 100 %
Dimana : M2 = total berat sampel memiliki persentase besar dari 5 %.
M3E = total berat sampel tertahan alat pengujian kelonjongan
M3F = total berat sampel yang lolos pengujian kepipihan
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimkasudkan untuk menentukan persentase indeks kepipihan
dan kelonjongan suatu agregat yang dapat digunakan dalam campuran beraspal.
3. Peralatan
4. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
1. Agregat kasar
Digunakan sebagai bahan untuk melakukan pengujian
5. Prosedur Praktikum
Prosedur dalam praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Mengayak agregat yang lolos saringan 19,5 mm , 12,5 mm, 9,5 mm dan 6,3
mm
3. Mengambil agregat yang tertahan saringan masing- masing (syarat untuk
agregat dengan persentase >5%) seberat 2,5 kg
4. Mengukur agregat dengan menggunakan alat pengukur pipih
5. Untuk menguji kepipihan, ukur agregat satu persatu untuk memisahkan
agregat yang lolos no 19.7 , 14.4 , 10.2 , dan 7.2
6. Posisikan agregat sesuai dengan lebarnya agregat, masukkan ke saringan no
19.7 apabila lolos, maka uji dengan no 14.4, begitu pula seterusnya. Apabila
pipih jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.
7. Setelah diuji, timbang berat agregat yang lolos pada masing-masing nomor
tersebut
8. Setelah melakukan pengujian kepipihan, lakukan pengujian untuk
kelonjongan
9. Untuk menguji kelonjongan, ukur agregat satu persatu untuk memisahkan
agregat yang lolos no 20.8 dan no 14.7
10. Untuk menguji kelonjongan, posisikan agregat sesuai dengan panjangnya
agregat. Dikatakan lonjong apabila lebarnya agregat dapat ditempatkan dalam
bukaan yang lebih kecil.
11. Setelah diuji, timbang berat agregat yang lolos pada no 20.8 dan no 14.7
pada pengujian kelonjongan
12. Setelah melakukan pengujian kelonjongan, tenimbang berat agregat yang
tertahan pada masing-masing nomotr tersebut dengan alat uji kelonjongan
6. Pelaporan
7. Perhitungan
M1 = Total berat sampel
= 37.791 %
M2E = 0.65 + 1.107 = 1.72
M3E = 1.107 + 0.223 = 1.059
𝑀3𝐸
Indeks Kelonjongan = 𝑀2𝐸 𝑥100%
1.330
= 1.757 𝑥100% = 61.570%
Kepipihan
= 2.790 %
M2F = 0.402+0.636+0.286 = 1.324
M3F = 0.402+0.636+0.286+0.137 = 1.33
𝑀3𝐹
Indeks Kepipihan = 𝑀2𝐹 𝑥100%
1.461
= 1.324 𝑥100% = 100.453%
=0%
M2E = 0.149
M3E = 0.848
𝑀3𝐸
Indeks Kelonjongan = 𝑀2𝐸 𝑥100%
0.848
= 0.149 𝑥100% = 569.128%
Kepipihan
= 19.031 %
M2F = 0.106+0.451 = 0.557
M3F = 0.443
𝑀3𝐹
Indeks Kepipihan = 𝑀2𝐹 𝑥100%
0.443
= 0.557 𝑥100% = 79.533%
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa
untuk agregat dengan no saringan 19,5 mm indeks kelonjongannya sebesar
61.570% dan indeks kepipihannya sebesar 100.453%. Untuk saringan no 9,5 mm
indeks kelonjongannya sebesar 569.128% dan indeks kepipihannya sebesar
79.533%. Berdasarkan data tersebut, agregat yang diuji tidak memenuhi ketentuan
yang berlaku yaitu tidak lebih dari 45% apabila lebih dari ketentuan maka akan
mempengaruhi gradasi agregat, interlocking, dan menyebabkan peningkatan
porositas perkerasan yang tidak beraspal.
Perhitungan di atas yang menghasilkan hasil indeks kepipihan dan indeks
kelonjongan nilai yang sangat besar dapat terjadi diakibatkan human error karena
agregat yang lolos saat pengujian terlalu besar.
Iqbal Alfaiz