Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]
Scribd Logo
Unggah

Selamat datang di Scribd!

  • 304 tayangan

    HURUF

    Diunggah oleh

    Lidia'dije Djoeddawi
    Dokumen pertama merupakan puisi yang menggambarkan penulis yang terus belajar huruf tetapi belum dapat memahami maksud huruf sepenuhnya. Dokumen kedua merupakan puisi yang ditulis untuk menghibur hati pembaca sambil mengenang masa lalu yang gemilang meski sekarang sudah tua dan renta. Puisi ini juga mengingatkan bahwa hidup selalu ditantang berbagai rintangan.

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

    HURUF

    Diunggah oleh

    Lidia'dije Djoeddawi
    304 tayangan2 halaman
    Dokumen pertama merupakan puisi yang menggambarkan penulis yang terus belajar huruf tetapi belum dapat memahami maksud huruf sepenuhnya. Dokumen kedua merupakan puisi yang ditulis untuk menghibur hati pembaca sambil mengenang masa lalu yang gemilang meski sekarang sudah tua dan renta. Puisi ini juga mengingatkan bahwa hidup selalu ditantang berbagai rintangan.

    Deskripsi Asli:

    https://www.scribd.com/document/346438367/Kebijakan-Alur-Penyelenggaraan-Makanan-Gizi-2016

    Hak Cipta

    © © All Rights Reserved

    Format Tersedia

    DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

    Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

    Apakah konten ini tidak pantas?

    Dokumen pertama merupakan puisi yang menggambarkan penulis yang terus belajar huruf tetapi belum dapat memahami maksud huruf sepenuhnya. Dokumen kedua merupakan puisi yang ditulis untuk menghibur hati pembaca sambil mengenang masa lalu yang gemilang meski sekarang sudah tua dan renta. Puisi ini juga mengingatkan bahwa hidup selalu ditantang berbagai rintangan.

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
    304 tayangan2 halaman

    HURUF

    Diunggah oleh

    Lidia'dije Djoeddawi
    Dokumen pertama merupakan puisi yang menggambarkan penulis yang terus belajar huruf tetapi belum dapat memahami maksud huruf sepenuhnya. Dokumen kedua merupakan puisi yang ditulis untuk menghibur hati pembaca sambil mengenang masa lalu yang gemilang meski sekarang sudah tua dan renta. Puisi ini juga mengingatkan bahwa hidup selalu ditantang berbagai rintangan.

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
    dari 2

    “HURUF”

    Pramoedya Ananta Toer


    Wahai huruf,
    Bertahun kupelajari kau,
    Kucari faedah dan artimu,
    Kudekati kau saban hari,
    Saban aku jaga,
    Kutatap dikau dengan pengharapan,
    Pengharapan yang tidak jauh
    Dari hendak ingin dan dapat tahu

    Tetapi; kecewa hatiku


    Kupergunakan kamu
    Menjadi senjata di alam kanan
    Agaknya belum juga berfaedah
    Seperti yang kuhendakkan.
    Selalu dikau kususun rapi
    Di atas kertas perngharapan yang maha tinggi,

    Tetapi…
    Bilalah aku diliputi asap kemenyan sari,
    Tak kuasa aku menyusun kamu
    Hingga susunan itu dapat dirasakan pula
    Oleh segenap dunia
    Sebagai yang kurasa pada waktu itu.

    Alangkah akan tinggi ucapan


    Terimakasihku, bilalah kamu
    Menjadi buku terbuka bagi manusia yang
    membacanya

    Kalaulah aku diredam lautan api,


    Hendaklah kamu meredam pembacamu,
    Bilalah aku diseduh pilu,
    Hendaklah kamu merana dalam hatinya

    Huruf, huruf…
    Apalah nian sebab maka kamu
    Belum tahu akan maksudku ?
    “Bahwa Kita Ditantang Seratus Dewa”
    W. S Rendra
    Aku tulis sajak ini
    untuk menghibur hatimu

    Sementara engkau kenangkan encokmu Kita menjadi goyah dan bongkok


    kenangkanlah pula masa remaja kita yang kerana usia nampaknya lebih kuat dari kita
    gemilang tetapi bukan kerana kita telah terkalahkan.
    Dan juga masa depan kita yang hamper
    rampung Aku tulis sajak ini
    dan dengan lega akan kita lunaskan. Untuk menghibur hatimu

    Kita tidaklah sendiri Sementara kau kenangkan encokmu


    dan terasing dengan nasib kita kenangkanlah pula
    Kerana soalnya adalah hukum sejarah kehidupan. Bahwa hidup kita ditantang seratus dewa

    Suka duka kita bukanlah istimewa


    kerana setiap orang mengalaminya

    Hidup tidaklah untuk mengeluh dan


    mengaduh
    Hidup adalah untuk mengolah hidup
    bekerja membalik tanah
    memasuki rahasia langit dan samudraa
    serta mencipta dan mengukir dunia.

    Kita menyandang tugas,


    kerana tugas adalah tugas.
    Bukannya demi surga atau neraka.
    tetapi demi kehormatan seorang manusia.
    kerana sesungguhnya kita bukanlah debu
    meski telah reyot, tua renta dan kelabu.

    Kita adalah kepribadian


    dan harga kita adalah kehormatan kita.
    Tolehlah lagi ke belakang
    ke masa silam yang tak seorang pun
    berkuasa menghapusnya.

    Lihatlah betapa tahun – tahun kita penuh


    warna.
    Sembilan puluh tahun yang dibelai napas
    kita.
    Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
    melewatkan tahun – tahun lama yang porak
    peranda.

    Dan kenangkanlah pula


    bagaimana dahulu kita tersenyum
    senantiasa
    menghadapi langit dan bumi, dan juga
    nasib kita.

    Kita tersenyum bukanlah kerana


    bersandiwara.
    Bukan kerana senyuman adalah suatu kedok.
    Tetapi kerana senyuman adalah suatu sikap.
    Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesame, nasib dan kehidupan.

    Lihatlah Sembilan puluh tahun penuh warna


    Kenangkanlah bahwa kita telah selalu
    menolak menjadi koma.

    Anda mungkin juga menyukai