Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Pendidikan Karakter, Anak Dan Remaja

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh : Kak Seto

Pengantar

Pada dasarnya setiap orangtua menginginkan masa depan yang gilang gemilang
bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi orang yang sukses,
berguna bagi Nusa dan Bangsa, berhasil dalam karir, menjadi insan yang shaleh,
berilmu, bertakwa dan berkarakter. Ini tentu menjadi dambaan kita semua, para orang
tua yang mencintai putra-putrinya. Oleh karena itulah, semua orangtua sangat
berperan dalam mendidik putra-putrinya dengan lebih baik lagi.

Peran Penting Orang Tua

Namun perlu senantiasa kita ingat bahwa anak-anak sebagai generasi yang
unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan
lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan karakter
mereka berkembang dengan baik dan lebih optimal.

Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi. Bayi-bayi yang memperoleh berbagai
rangsang mental dalam bentuk pengalaman yang kaya, juga cenderung akan memiliki
perkembangan jiwa yang sehat. Pengalaman tersebut dapat berupa sentuhan yang
hangat, dekapan, belaian, senandung lagu-lagu yang merdu atau dongeng-dongeng
indah yang dibacakan ibu dalam suasana kasih sayang yang hangat.

Bayi-bayi yang memperoleh sentuhan emosional demikian akan tumbuh sehat


dan cerdas di kelak kemudian hari.

Suasana yang penuh kasih sayang pada usia balita mau menerima anak
sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang
kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban bagi tumbuhnya generasi unggul
dan berkarakter di masa depan.

Kemudian pada saat usia remaja masa ini sering dianggap sebagai masa storm
and stress, yaitu masa yang penuh topan dan badai dimana anak sering merasa
frustasi, konflik, sulit menyesuaikan diri, perasaan jatuh cinta, keinginan menentang
dan sebagainya. Di sisi lain, masa ini juga merupakan masa pencarian identitas diri,
salah satunya ditandai dengan pembentukan gang atau peers group.

Disampaikan dalam Seminar Nasional Edukasi dengan tema Membangun Generasi Damai,
Santun dan Tangguh melalui Character Building yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Yasmin
Banyuwangi, bertempat di Auditorium Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi pada tanggal 20
Maret 2012.

1
Masa remaja juga sering dikaitkan dengan masa bermasalah. Yaitu masa yang
dialami oleh remaja karena munculnya kegelisahan akibat perubahan dan
pertumbuhan tubuh serta fungsi-fungsi hormonal, disamping faktor kebudayaan yang
mengakibatkan sikap masyarakat terhadap remaja menjadi sangat ambigous. Disatu
pihak remaja dituntut untuk bertingkah laku sebagai orang dewasa dengan segala
tugas dan kewajibannya, namun di lain pihak mereka masih diperlakukan sebagai
anak-anak yang kurang dipercaya atau kurang bebas menentukan pilihannya.

Keadaan demikian membuat remaja menjadi perasa (emosional), egois, sangat


kritis dan cenderung melawan. Umumnya perlawanan remaja ini dilakukan dalam ha-
hal yang sulit diawasi oleh orang tua, misalnya : merokok, memilih teman,
penyalahgunaan obat, pacaran dan sebagainya. Dimata remaja, perhatian dalam
bentuk negatif (seperti kemarahan dan hukuman), justru akan semakin
mengembangkan tingkah laku negatif yang tidak kehendaki. Dalam masa ini pun,
anak tetap perlu dihadapi dengan penuh kasih sayang dan membina komunikasi yang
efektif.

Memahami Anak

Di sisi lain, keberhasilan suatu pendidikan juga sering dikaitkan dengan


kemampuan para orang tua dan guru dalam hal memahami anak sebagai individu
yang unik, di mana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi
yang saling berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin
dapat diibaratkan sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman yang indah,
mereka akan tumbuh dan merekah bersama !

Selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa
catatan lagi yang perlu kita perhatikan dalam kaitannya dengan upaya kita memahami
anak. Yaitu bahwa anak adalah :

Bukan Orang Dewasa Mini


Anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini. Mereka
memiliki keterbatasan-keterbatasan bila harus dibandingkan dengan orang dewasa.
Selain itu mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat denga kaca
mata anak-anak.

Untuk itu menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta


toleransi yang mendalam. Mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat
dengan membayangkan bahwa mereka adalah orang-orang dewasa seperti kita, tentu
bukan merupakan sikap yang bijaksana.

Dunia Bermain
Dunia mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh dengan spontanitas
dan menyenangkan. Sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh semangat
apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Namun sebaliknya akan dibenci
dan dijauhi oleh anak apabila suasananya tidak menyenangkan.
Seorang anak akan rajin belajar, melakukan pekerjaan rumahnya apabila
suasana belajar adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan.

2
Berkembang
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis. Tidak bisa
anak yang dulu sewaktu masih bayi tampak begitu lucu dan penurut, sekarang pada
usia 4 tahun misalnya, juga tetap dituntut untuk lucu dan penurut. Ada fase-fase
perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilaku sesuai
dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut.

Dengan memahami bahwa anak berkembang, kita akan tetap tenang dan
bersikap dengan tepat menghadapi berbagai gejala yan mungkin muncul pada setiap
tahap tertentu perkembangannya tersebut.

Senang Meniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan
tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.Anak-anak yang gemar
membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan di mana orang-
orang di sekelilingnya juga gemar membaca . Mereka meniru ibu,ayah, kakak atau
orang-orang lain di sekelilingnya yang mempunyai kebiasaan membaca dengan baik
tersebut.

Dengan demikian maka orang tua dituntut untuk bisa memberikan contoh-
contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku
bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.

Kreatif
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif.Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh
para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya : rasa
ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak
takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang
baru, dan sebagainya. Namun sering dikatakan bahwa begitu anak masuk ke sekolah,
kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran
di SD, SMP dan SMA terlalu menekankan pada cara berpikir secara konvergen,
sementara cara berpikir secara divergen kurang dirangsang.

Dalam hal ini maka orang tua perlu memahami kreativitas yang ada pada diri
anak-anak, dengan bersikap luwes dan kreatif pula.Bahan-bahan pelajaran di sekolah,
termasuk bahan ulangan dan ujian hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk
memberikan satu-satunya jawaban yang benar menurut guru atau kunci. Kepada
mereka tetaplah perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya secara
liar, dengan menerima dan menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif.

Begitu pula orang tua di rumah, hendaknya tidak selalu hanya memaksakan
kehendaknya terhadap anak-anak, namun secara rendah hati tetap harus menerima
gagasan-gagasan anak yang mungkin tampaknya aneh dan tidak lazim. Sebab hanya
dengan demikian anak pun akan terpacu untuk belajar dengan motivasi yang tinggi.

Anak-anak yang dihargai cenderung akan terhindar dari berbagai masalah


psikologis serta akan tumbuh dan berkembang secara lebih optimal.

3
Pendidikan

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan


diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Untuk itu, peserta didik seyogyanya bisa dilibatkan untuk memahami potensi
unggul masing-masing untuk dapat dikembangkan melalui kegiatan pendidikan yang
tepat baik formal, non formal maupun informal. Dalam teori Multiple Intelligence
yang dikemukakan oleh Howard Gardner, dikemukakan bahwa ada 8 jenis unsur
kecerdasan yang dimiliki seseorang, yaitu :

Kecerdasan matematika logika


Kecerdasan bahasa
Kecerdasan musikal
Kecerdasan visual spasial
Kecerdasan Kinestik
Kecerdasan inter-personal
Kecerdasan intra-personal
Kecerdasan naturalis

Kecerdasan Marematika Logika sendiri memuat kemampuan seseorang


dalam berfikir secara induktif dan dedukatif, kemampuan berfikir menurut aturan
logika, memahami dam menganalisa pola angka-angka serta memecahkan mesalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir.

Anak dengan kecerdasan matematika logika tinggi cenderung menyenangi


kegiatan menganalisa dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia
menyenangi berpikir secara konseptual, yaitu misalnya menyusun hipotesis,
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak
semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi
dalam menyelesaikan problem matematika.

Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung untuk bertanya dan
mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat
menyukai berbagai macam permainan yang banyak melibatkan kegiatan berfikir aktif,
seperti: catur, bermain teka-teki, dan sebagainya.

Kecerdasan Bahasa memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan


bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang
berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.

Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan


kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa,
seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara,dan
sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat
misalnya terhadap nama-nama seseorang,istilah-istilah baru maupun hal-hal yang
sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan

4
dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

Kecerdasan Musikalmemuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap


suara-suara non verbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah
nada dan irama.Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan
irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri,
mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra atau alat musik yang dimainkannya
sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-
gagasannnya apabila dikaitkan dengan musik.

Kecerdasan Visual Spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami


secara lebih mendalam mengenai hubungan antara obyek dan ruang. Anak-anak ini
memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam
pikirannnya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti
dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu
bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian
memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang
menonjol pada jenis kecerdasan visual spasial ini. Anak-anak demikian akan unggul
dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.

Kecerdasan Kinestetik memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif


menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul
pada salah satu cabang olah raga, seperti misalnya: bulu tangkis, sepak bola, tenis,
renang, basket, dan sebagainya. Atau bisa pula tampil pada anak-anak yang pandai
menari, terampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.

Kecerdasan Inter-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka


terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisai dengan lingkungan di
sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan
sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-
temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani
perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari anak yang lain, dan sebagainya.

Kecerdasan Intra-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka


terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai
kekuatan mapun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini
senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannnya,
kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung
menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.

5
Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap
lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti
pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan
seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperi aneka macam
bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di
angkasa, dan sebagainya.

Melalui konsepnya mengenai kecerdasan multiple atau kecerdasan ganda ini,


Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai
kecerdasan. Dimana kecerdasan seolah-olah hanya terbatas pada apa yang diukur oleh
beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang
ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.

Dengan memahami konsep kecerdasan sebagaimana di atas, para orang tua dan
guru didorong untuk lebih bisa memahami jenis kecerdasan putra-putrinya, sekaligus
untuk dapat memanfaatkan jenis kecerdasan tersebut untuk mengembangkan
potensinya.

Kecerdasan Emosional

Beberapa ahli mengatakan bahwa generasi sekarang cenderung mulai banyak


yang mengalami kesulitan emosional, seperti misalnya : mudah merasa kesepian dan
pemurung, mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopan santun
dan sebagainya.

Ini semua akan sangat merugikan perkembangan anak-anak itu sendiri,


meskipun mungkin mereka tampil sebagai anak-anak yang pintar di sekolah.

Kecerdasan atau angka IQ yang tinggi bukan merupakan satu-satunya jaminan


bagi kesuksesan seorang anak di masa depan. Ada faktor lain yang saat ini cukup
populer, yaitu : kecerdasan emosional.

Salah satu aspeknya adalah kecerdasan sosial, dimana anak memiliki


kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain serta bertindak bijaksana
dalam hubungan antar manusia.

Selain itu, kecerdasan emosional juga meliputi kemampuan seseorang untuk


mengenali emosinya sendiri serta mengelola emosi tersebut dengan cara yang benar.
Disamping juga kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta tetap bersemangat
untuk menghadapi berbagai kesulitan.

Kecerdasan emosional ini dapat dikembangkan pada anak-anak sejak usia dini.
Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, contoh-contoh nyata berupa
sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi

6
kesulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, tidak mudah putus asa, lebih banyak
tersenyum dari pada cemberut, semua ini memungkinkan anak mengembangkan
kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya.

Kecerdasan Spiritual

Danah Zohar dan Ian Marshal dalam bukunya yang berjudulConnectingwith


Our Spiritual Intelligence (2000), menyatakan bahwa dalam otak manusia
ditemukan adanya eksistensi God-Spot sebagai pusat spiritual yang terletak antara
jaringan syaraf dan otak. Adanya God-Spot dalam otak menunjukan bahwa manusia
memiliki kepekaan terhadap makna hidup dan nilai-nilai kehidupan.

Kecerdasan spiritual dapat menumbuhkan fungsi manusiawi seseorang sehingga


membuat mereka menjadi lebih kreatif, luwes, berwawasan luas, spontan, dapat
menghadapi perjuangan hidup, menghadapi kecemasan dan kekhawatiran, dapat
menjembatani antara diri sendiri dan orang lain serta menjadi lebih cerdas secara
spiritual dalam beragama.

Peran orangtua dalam upaya menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual pada


anak sangat penting. Sama pentingnya dalam upaya orangtua dalam
menumbuhkembangkan potensi kecerdasan anak pada bidang yang lainnya. Dalam
hal ini, yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah :

Usahakan untuk tidak mematikan spontanitas anak.


Usahakan untuk selalu tidak berprasangka buruk pada anak maupun orang lain.
Upayakan agar dapat mendidik dan membesarkan anak dengan kasih sayang serta
keakraban dalam lingkungan keluarga.
Tumbuhkan rasa percaya diri anak dengan tidak melakukan kekerasan sehingga
mengakibatkan anak jadi takut mencoba sesuatu hal yang baru serta dapat
mengambil kesimpulan yang keliru terhadap suatu peristiwa.
Upayakan agar anak dapat membuat dan memiliki prioritas hidup.

Penutup

Anak-anak unggul dan berkarakter pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan
sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk itu,
yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh secara optimal. Dalam hal ini
orangtua dan guru, memainkan peranannya yang sangat penting.

Oleh karena itu tentunya dibutuhkan suatu kesungguhan dari kita semua, para
orangtua dan guru untuk secara tekun dan rendah hati melakukan hal-hal yang terbaik
bagi anak-anak.

Kiranya uraian diatas dapat memberikan sedikit wawasan bagi kita semua untuk
usaha-usaha tersebut.

Semoga.

Banyuwangi, 20 Maret 2013

7
Kepustakaan
Amabile, T.M. (1989). Growing up creative. New York : Crown Publishers, Inc.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences. New York : Basic Books
HarperCollins Publ.,Inc.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. New York : Bantam Books.
Gordon, T. (1996). Menjadi Orang Tua Efektif.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lewis, D. (1982). How to be a gifted parent. New York : Berkeley Books.
Papalia, Diane E. & S.W Olds. (1995). Human Development. New York : McGraw-
Hill, Inc.
Zohar, Danah & Marshal, Ian. (2000). Connecting with Our Spiritual Intelligence.
New York : Bloomsbury Publishing.

Anda mungkin juga menyukai