Makalah Pendidikan Karakter, Anak Dan Remaja
Makalah Pendidikan Karakter, Anak Dan Remaja
Makalah Pendidikan Karakter, Anak Dan Remaja
Pengantar
Pada dasarnya setiap orangtua menginginkan masa depan yang gilang gemilang
bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi orang yang sukses,
berguna bagi Nusa dan Bangsa, berhasil dalam karir, menjadi insan yang shaleh,
berilmu, bertakwa dan berkarakter. Ini tentu menjadi dambaan kita semua, para orang
tua yang mencintai putra-putrinya. Oleh karena itulah, semua orangtua sangat
berperan dalam mendidik putra-putrinya dengan lebih baik lagi.
Namun perlu senantiasa kita ingat bahwa anak-anak sebagai generasi yang
unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan
lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan karakter
mereka berkembang dengan baik dan lebih optimal.
Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi. Bayi-bayi yang memperoleh berbagai
rangsang mental dalam bentuk pengalaman yang kaya, juga cenderung akan memiliki
perkembangan jiwa yang sehat. Pengalaman tersebut dapat berupa sentuhan yang
hangat, dekapan, belaian, senandung lagu-lagu yang merdu atau dongeng-dongeng
indah yang dibacakan ibu dalam suasana kasih sayang yang hangat.
Suasana yang penuh kasih sayang pada usia balita mau menerima anak
sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang
kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban bagi tumbuhnya generasi unggul
dan berkarakter di masa depan.
Kemudian pada saat usia remaja masa ini sering dianggap sebagai masa storm
and stress, yaitu masa yang penuh topan dan badai dimana anak sering merasa
frustasi, konflik, sulit menyesuaikan diri, perasaan jatuh cinta, keinginan menentang
dan sebagainya. Di sisi lain, masa ini juga merupakan masa pencarian identitas diri,
salah satunya ditandai dengan pembentukan gang atau peers group.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Edukasi dengan tema Membangun Generasi Damai,
Santun dan Tangguh melalui Character Building yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Yasmin
Banyuwangi, bertempat di Auditorium Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi pada tanggal 20
Maret 2012.
1
Masa remaja juga sering dikaitkan dengan masa bermasalah. Yaitu masa yang
dialami oleh remaja karena munculnya kegelisahan akibat perubahan dan
pertumbuhan tubuh serta fungsi-fungsi hormonal, disamping faktor kebudayaan yang
mengakibatkan sikap masyarakat terhadap remaja menjadi sangat ambigous. Disatu
pihak remaja dituntut untuk bertingkah laku sebagai orang dewasa dengan segala
tugas dan kewajibannya, namun di lain pihak mereka masih diperlakukan sebagai
anak-anak yang kurang dipercaya atau kurang bebas menentukan pilihannya.
Memahami Anak
Selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa
catatan lagi yang perlu kita perhatikan dalam kaitannya dengan upaya kita memahami
anak. Yaitu bahwa anak adalah :
Dunia Bermain
Dunia mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh dengan spontanitas
dan menyenangkan. Sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh semangat
apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Namun sebaliknya akan dibenci
dan dijauhi oleh anak apabila suasananya tidak menyenangkan.
Seorang anak akan rajin belajar, melakukan pekerjaan rumahnya apabila
suasana belajar adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan.
2
Berkembang
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis. Tidak bisa
anak yang dulu sewaktu masih bayi tampak begitu lucu dan penurut, sekarang pada
usia 4 tahun misalnya, juga tetap dituntut untuk lucu dan penurut. Ada fase-fase
perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilaku sesuai
dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut.
Dengan memahami bahwa anak berkembang, kita akan tetap tenang dan
bersikap dengan tepat menghadapi berbagai gejala yan mungkin muncul pada setiap
tahap tertentu perkembangannya tersebut.
Senang Meniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan
tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.Anak-anak yang gemar
membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan di mana orang-
orang di sekelilingnya juga gemar membaca . Mereka meniru ibu,ayah, kakak atau
orang-orang lain di sekelilingnya yang mempunyai kebiasaan membaca dengan baik
tersebut.
Dengan demikian maka orang tua dituntut untuk bisa memberikan contoh-
contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku
bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.
Kreatif
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif.Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh
para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya : rasa
ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak
takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang
baru, dan sebagainya. Namun sering dikatakan bahwa begitu anak masuk ke sekolah,
kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran
di SD, SMP dan SMA terlalu menekankan pada cara berpikir secara konvergen,
sementara cara berpikir secara divergen kurang dirangsang.
Dalam hal ini maka orang tua perlu memahami kreativitas yang ada pada diri
anak-anak, dengan bersikap luwes dan kreatif pula.Bahan-bahan pelajaran di sekolah,
termasuk bahan ulangan dan ujian hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk
memberikan satu-satunya jawaban yang benar menurut guru atau kunci. Kepada
mereka tetaplah perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya secara
liar, dengan menerima dan menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif.
Begitu pula orang tua di rumah, hendaknya tidak selalu hanya memaksakan
kehendaknya terhadap anak-anak, namun secara rendah hati tetap harus menerima
gagasan-gagasan anak yang mungkin tampaknya aneh dan tidak lazim. Sebab hanya
dengan demikian anak pun akan terpacu untuk belajar dengan motivasi yang tinggi.
3
Pendidikan
Untuk itu, peserta didik seyogyanya bisa dilibatkan untuk memahami potensi
unggul masing-masing untuk dapat dikembangkan melalui kegiatan pendidikan yang
tepat baik formal, non formal maupun informal. Dalam teori Multiple Intelligence
yang dikemukakan oleh Howard Gardner, dikemukakan bahwa ada 8 jenis unsur
kecerdasan yang dimiliki seseorang, yaitu :
Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung untuk bertanya dan
mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat
menyukai berbagai macam permainan yang banyak melibatkan kegiatan berfikir aktif,
seperti: catur, bermain teka-teki, dan sebagainya.
4
dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
5
Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap
lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti
pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan
seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperi aneka macam
bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di
angkasa, dan sebagainya.
Dengan memahami konsep kecerdasan sebagaimana di atas, para orang tua dan
guru didorong untuk lebih bisa memahami jenis kecerdasan putra-putrinya, sekaligus
untuk dapat memanfaatkan jenis kecerdasan tersebut untuk mengembangkan
potensinya.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional ini dapat dikembangkan pada anak-anak sejak usia dini.
Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, contoh-contoh nyata berupa
sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi
6
kesulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, tidak mudah putus asa, lebih banyak
tersenyum dari pada cemberut, semua ini memungkinkan anak mengembangkan
kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya.
Kecerdasan Spiritual
Penutup
Anak-anak unggul dan berkarakter pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan
sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk itu,
yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh secara optimal. Dalam hal ini
orangtua dan guru, memainkan peranannya yang sangat penting.
Oleh karena itu tentunya dibutuhkan suatu kesungguhan dari kita semua, para
orangtua dan guru untuk secara tekun dan rendah hati melakukan hal-hal yang terbaik
bagi anak-anak.
Kiranya uraian diatas dapat memberikan sedikit wawasan bagi kita semua untuk
usaha-usaha tersebut.
Semoga.
7
Kepustakaan
Amabile, T.M. (1989). Growing up creative. New York : Crown Publishers, Inc.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences. New York : Basic Books
HarperCollins Publ.,Inc.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. New York : Bantam Books.
Gordon, T. (1996). Menjadi Orang Tua Efektif.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lewis, D. (1982). How to be a gifted parent. New York : Berkeley Books.
Papalia, Diane E. & S.W Olds. (1995). Human Development. New York : McGraw-
Hill, Inc.
Zohar, Danah & Marshal, Ian. (2000). Connecting with Our Spiritual Intelligence.
New York : Bloomsbury Publishing.