Wali Songo
Wali Songo
Wali Songo
DALAM PERKEMBANGAN
AGAMA ISLAM DI INDONESIA
Nama kecil Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Beliau berasal dari
Campa (keungkinan wilayah Jeumpa, Aceh). Sunan Ampel merupakan penerus
cita-cita dan perjuangan Maulana Malik Ibrahim. Beliau ikut mendirikan
Masjid Agung Demak yang dibangun kira-kira pada tahun 1401 Saka atau 1479
M. Sunan Ampel juga berperan sebagai perencana berdirinya Kerajaan Islam
Demak di Jawa yang beribu kota di Bintoro. Kerajaan Demak mengangkat
Raden Patah sebagai sultan pertamanya.
Raden Rahmat memilih daerah Ampeldenta dekat Surabaya sebagai
pusat kegiatan pengembangan agama Islam. Oleh karena pusat dakwahnya
berada di wilayah Ampeldenta, maka Raden Rahmat lebih dikenal sebagai
Sunan Ampel.
Sunan Ampel mulai mengembangkan agama Islam di Jawa Timur
dengan mendirikan Pesantren Ampeldenta. Pesantren ini digunakan untuk
mendidikan para pemuda Islam sebagai kader yang nantinya disebarkan ke
seluruh pelosok Pulau Jawa. Di antara siswa-siswanya yang terkenal adalah
Raden Paku yang kemudian terkenal dengan sebutan Sunan Giri; Raden Patah
yang kemudian menjadi sultan pertama Kerajaan Islam Demak; Raden
Makhdum Ibrahim (putranya sendiri) yang terkenal dengan sebutan Sunan
Bonang; Masih Maunat atau Syarifuddin (putranya sendiri) yang terkenal
dengan sebutan Sunan Drajad.
3. Sunan Drajad
Sunan Giri disebut juga Raden Paku, Prabu Satmaka atau Sultan Fakih.
Beliau putra Maulana Ishak yang pernah ditugaskan oleh Raden Rahmat untuk
menyebarkan agama Islam ke daerah Blambangan yang pada waktu itu masih
memeluk agama Hindu.
Sunan Giri diakui oleh Raja Majapahit sebagai pemimpin masyarakat
Ampel dan Gresik setelah Raden Rahmat wafat. Beliau di Giri kemudian
mendirikan sebuah masjid dan pesantren yang menampung banyak murid dari
berbagai wilayah. Sunan Giri pernah mengirimkan utusan ke luar Jawa, seperti
ke Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean, serta ke Ternate dan Haruku
(Kepulauan Maluku) untuk meyebarkan agama Islam. Para utusan itu terdiri
atas para pelajar, saudagar, dan nelayan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa
Sunan Giri-lah yang menciptakan Gending Asmarandana dan Gending
Pucung. Sunan Giri juga terhitung seorang ahli pendidik yang berjiwa
demokratis. Beliau banyak menciptakan permainan anak-anak yang berjiwa
Islam, seperti Ilir-ilir, Jamuran, dan Cublak-cublak suweng.
6. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga yang mempunyai nama kecil Raden Mas Syahid adalah
putra Tumenggung Sahur Wilantikta, Bupati Tuban. Sunan Kalijaga menikah
denga Dewi Sarah binti Maulana Ishak. Dari perkawinan itu beliau berputra
tiga orang, yaitu: Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Ruhayah, dan Dewi
Safiah.
Sunan Kalijaga selain seorang wali, juga dikenal sebagai mubalig,
pejuang, pujangga, dan filsuf yang berjiwa besar. Beliau termasuk mubalig
keliling sehingga daerah penyebarannya tidak terbatas. Sunan Kalijaga sebagai
pujangga pandai mengarang cerita yang disesuaikan dengan ajaran Islam. Oleh
karena itu, cara beliau menyiarkan agama Islam adalah melalui cerita-cerita
wayang yang sudah banyak dimasuki ajaran-ajaran agama Islam. Sunan
Kalijaga wafat di Kadilangu dekat Bintoro, Demak.
7. Sunan Kudus
Sunan Kudus yang mempunyai nama kecil Jafar Shodiq adalah putra
Raden Mas Usman Haji atau Sunan Ngundung di Jipang Panolan (sebelah
utara Blora). Beliau seorang wali yang pandai dala ilmu agama, seperti ilmu
tauhid, usul fikih, sastra, mantik, dan fiqh. Oleh karena itu beliau mendapat
gelar sebagai Walliyyulilmi. Daerah penyebaran ajaran Islam-nya meliputi
daerah pesisir sebelah utara Jawa Tengah. Dalam mengajarkan agama Islam,
Sunan Kudus berusaha mengikis habis pengaruh Hindu. Jadi, berbeda dengan
cara yang digunakan oleh Sunan Kalijaga. Tempat beliau mengajarkan agama
diberi nama Kudus yang berasal dari bahasa Arab, quds yang berarti suci.
Menurut riwayat, Sunan Kudusadalah seorang pujangga yang pandai
mengarang cerita-cerita pendek yang berisi filsafat agama Islam. Di antara
karya ciptaannya ialah Gending Maskumambang dan Gending Mijil. Sunan
Kudus juga pernah diangkat menjadi Senapati Kerajaan Demak.
8. Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama kecil Sunan Muria
adalah Raden Prawata. Beliau kawin dengan Dewi Sujinah, putri Sunan
Ngundung, saudara sekandung Sunan Kudus dan memperoleh seorang anak
laki-laki bernama Pangeran Santri (Sunan Ngadilangu). Beliau menciptakan
Gending Sinom dan Gending Kinanti untuk kepentingan dakwah. Daerah
penyebaran dakwah Islam-nya berada di sekitar lereng Gunung Muria. Cara
dakwah yang dilakukan adalah memberi kursus kepada rakyat jelata. Beliau
lebih suka bergaul dengan rakyat jelata. Sunan Muria wafat dan dimakamkan
di puncak Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati mempunyai nama yang sangat banyak, antara lain
Fatahillah, Muhammad Nurudin, Faletehan, Syah Nurullah, Syarif
Hidayatullah, Makhdum Jati, dan Makhdum Rahmatullah.
Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh dan masih
keturunan raja. Setelah menamatkan pelajarannya di Mekah, Fatahillah datang
ke Demak karena Pasai sudah diduduki Protugis. Kedatangan Fatahillah di
Jawa disambut baik oleh Kerajaan Islam Demak yang pada masa itu diperintah
oleh Sultan Trenggana (1521-1546). Fatahillah diangkat sebagai panglima
yang ditugaskan ke Jawa Barat. Fatahillah di Jawa Barat dapat menduduki
tempat-tempat penting, seperti Pantai Sunda Kelapa. Beliau mengubah nama
Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (kota kemenangan) pada tahun 1527. Setelah
berada di Jawa Barat, beliau berhasil menyebarkan agama Islam kepada
penduduk yang pada saat itu masih kuat agama Hindunya. Usaha Fatahillah
selanjutnya adalah mendirikan Kerajaan Banten dan Kerajaan Cirebon.
Perjuangan Fatahillah di Jawa Barat bukan hanya menyebarkan agama Islam,
tetapi berjuang pula melawan kedatangan kaum penjajah Portugis di Malaka.
Fatahillah wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon.