Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Satuan Layanan EMOSI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling

A. Judul Layanan : Mengendalikan Emosi


B. Jenis Layanan : Layanan Informasi
C. Bidang Bimbingan : Sosial dan Pribadi
D. Fungsi Layanan : Pencegahan dan Pengentasan
E. Tujuan Layanan :
1. Agar siswa mampu memahami makna pengelolaan emosi
2. Agar siswa dapat mengetahui manfaat pengelolaan emosi
3. Agar siswa dapat mengetahui akibat dari tidak adanya pengelolaan emosi
4. Agar siswa dapat mengelola emosi
F. Hasil yang ingin dicapai :
1. Siswa mampu memahami makna pengelolaan emosi
2. Siswa dapat mengetahui manfaat pengelolaan emosi
3. Siswa dapat mengetahui akibat dari tidak adanya pengelolaan emosi
4. Siswa dapat mengelola emosi
G. Sasaran kegiatan : Siswa kelas V SD
H. Media :
1. LCD
2. Laptop
3. Film
I. Materi layanan : Terlampir
1. Pengertian emosi dan pengelolaan emosi
2. Kunci sukses adalah pengendalian emosi
3. Cara mengelola emosi
4. Manfaat pengelolaan emosi
5. Akibat tidak dapat mengelola emosi
J. Uraian Kegiatan :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Penyampaian materi : 20 menit
3. Tanya jawab : 10 menit
4. Menyampaikan kesimpulan : 5 menit
5. Penutup : 5 menit
K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas V SDN Timur 1 Surakarta
L. Waktu dan Tanggal : 1 x 45 menit / 11 September 2011
M. Semester : I (Gasal)
N. Penyelenggara Layanan : Guru BK
O. Pihak yang Terlibat : Wali kelas
P. Rencana Penilaian :
1. Penilaian segera : Dengan tanya jawab
2. Penilaian jangka pendek : Dengan melihat perubahan perilaku para
siswa setelah diberi layanan.
3. Penilaian jangka panjang : Dengan melihat perubahan siswa dalam hal
pengembangan diri
INDAHNYA MENGENDALIKAN EMOSI

A. Pengertian Emosi

Wikipedia mencari arti Emosi yaitu adaptasi evolusi, karena meningkatkan kemampuan
organisme untuk mengalami dan mengevaluasi lingkungannya dan kemudian menambah
kemungkinan hidup dan bereproduksi, dengan mempersiapkan rencana sederhana untuk berbagai
tingkah yang diperlukan, seperti mendekati atau menjauhi obyek yang (tidak) bisa dicerna,
bersaing bersama organisme lain atau lari jika organisme itu terlalu kuat (kemarahan vs.
ketakutan), dan membentuk atau kehilangan ikatan kooperatif berdasarkan pada altruisme
berbalasan (kebanggaan vs. kesedihan) dengan organisme lain. Kata "emosi" diturunkan dari kata
bahasa Perancis, motion, dari mouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian
eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. "Motivasi" juga diturunkan dari movere
Menurut Daniel Goleman (1995) yang diambil dari Oxford English Dictionary, emosi adalah
setiap kegiatan atau pergolakan pemikiran, perasaan, nafsu, atau setiap keadaan mental
(psikologis) yang hebat atau meluap-luap. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk
bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang
mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan,
parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal
maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), an emotion, is an affective experience that accompanies
generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and
that shows it self in his evert behaviour. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai
oleh perubahan-perubahan fisik.
Bentuk emosi ini bermacam-macam, sulit untuk didefinisikan karena terkadang emosi itu
bercampur aduk menjadi satu. Berbagai macam emosi tersebut bisa dikategorikan menjadi sedih,
stres, putus asa, kecewa, marah, senang, bahagia, frustrasi, gembira, gelisah, depresi, terluka,
iri/dengki, kesepian, rasa bosan, takut, terkejut, jengkel, malu, khawatir, cemas, rasa bersalah,
tersinggung, dendam, sakit hati, rasa tidak mampu, benci, perasaan tidak nyaman, bahagia,
tersanjung, cinta, dll, dalam berinteraksi kita harus bisa menemukan lawan yang tepat dari emosi
lawan bicara kita untuk mendapat komunikasi yang baik.

B. Kunci Sukses adalah Pengendalian Emosi


Seorang sahabat pernah bertanya," Apa yang membedakan orang yang bijak dengan orang
biasa?" Sekilas saya mencoba merenung, mungkin jawaban adalah pengetahuan, tetapi sahabat itu
mengatakan itu benar tapi bukan faktor utama. Lalu saya menjawab lagi, kemampuan untuk
memecahkan dan melihat masalah. Dan sahabat saya menerangkan kembali, hampir mendekati
faktor kunci utama. Lalu saya menyerah dan meminta sahabat itu menjelaskan apa perbedaan
orang bijak dan orang biasa, dan satu jawaban yang tidak terduga dan ternyata sangat mudah,
jawabannya adalah Emosi.
"Kenapa Emosi," tanya saya lanjut kepada sahabat tersebut. "Kenapa emosi, iya orang yang
bijaksana adalah orang yang bisa mengontrol emosi dengan tepat, tidak selalu orang bijaksana
memiliki pengetahuan yang lebih, tetapi dengan kemampuan emosi untuk mendengarkan dengan
seksama, dia bisa mendapat jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan kepadanya" demikian
jawabannya. Dan sahabat saya pun menambahkan kunci dari kesuksesan atau pun kegagalan
adalah emosi.
Lalu setelah perbincangan di atas, dapat suatu kesimpulan bahwa seluruh aspek dalam hidup
ini berhubungan dengan emosi, baik ketika kita lagi senang, sedih, gembira, atau pun marah, di
semua sisi emosi manusia sangat menunjang. Sudah otomatis perilaku manusia dihasilkan oleh
kekuatan emosional. Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan emosi.
Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belaskasih, sayang, perasaan tertarik.
Cara seseorang mengatasi masalah secara emosional akan dapat memperkaya wawasan
kehidupannya, namun dapat juga menyusahkan hidupnya sendiri. Orang yang berhasil atau sukses
dapat merespon emosi dengan tepat, dan akan membuahkan sesuatu reaksi yang memang
diinginkanya.
Jadi disaat ingin sukses, kita pasti tidak akan luput dalam berinteraksi dengan sesama orang
untuk mencapai tujuan kita. Nah dalam berinteraksi ini kita harus bisa mengontrol atau
menempatkan emosi yang tepat yang dalam berinteraksi, misal ketika kita berbicara dengan orang
yang tersenyum, kita harus ikut tersenyum sebagai reaksi yang tepat, dan kita akan mendapat hasil
yang baik, kita akan mendapat hasil yang berlawanan ketika seseorang tersenyum dan kita
memberi reaksi marah, yang terjadi komunikasi kita dengan orang tersebut akan terjadi salah arah,
atau tidak akan terjadi komunikasi yang baik.
Dalam agama Islam, orang muslim diminta untuk bersabar, "Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-
orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya". (Al-Baqarah: 45-46), dalam hal ini Alloh
mengajarkan untuk bisa mengontrol emosi, serta dalam tehnik psikilogi banyak tehnik yang
ditawarkan untuk bisa mengontrol emosi ada NLP, SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique), atau EFT (Emotional Freedom Technique) yang dalam mempelajarinya memerlukan
biaya yang sangat mahal.

C. Cara Mengelola Emosi


Bisa dibayangkan, alangkah kacaunya dunia ini jika emosi-emosi tidak teredam. Semua
bertindak sesuka hati, dengan perasaan dan luapan emosional masing-masing. Ingat, dikuasai atau
menguasai emosi adalah sebuah pilihan. Berikut ini beberapa cara untuk melatih emosi, antara lain
:
1. Belajar mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat
menimbulkan respons emosional. Untuk dapat menafsirkan yang obyektif, coba minta beberapa
pendapat dari orang-orang tentang sesuatu atau situasi tertentu. Misalnya kita merasa teman dekat
menyakiti hati kita, kita bisa menanyakan kepada teman lain apakah benar omongan teman dekat
kita itu menyakitkan atau mungkin itu hanya perasaan kita yang lagi kacau.
Penting belajar memberikan respons terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang
tidak berlebihan, proporsional sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima
lingkungan sosial.
2. Belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, bahagia, sayang) dan
negatif (khawatir, sebal, sedih, marah).
3. Belajar menunda pemuasan kebutuhan.
4. Berfikiran positif.
5. Belajarlah untuk mendengarkan. Pernahkah kita meluangkan waktu untuk mendengarkan orang
lain? Bukan sekadar mendengar, tapi menyimak dengan saksama. Mendengarkan yang tidak
terdengar. Itu adalah cara yang efektif. Karena sewaktu kita mendengarkan orang lain, kita juga
sedang belajar untuk menguasai dan menetralkan emosi. Beberapa orang mungkin tidak cukup
sabar untuk mendengarkan orang lain. Mereka lebih senang didengarkan daripada mendengarkan.
Padahal dalam proses mendengarkan itulah, kita dapat melatih penguasaan diri. Demikian pula
secara simultan seseorang yang emosional akan mengalami kelegaan luar biasa ketika isi hatinya
didengarkan.
6. Kekuatan dalam penguasaan diri. Ada foto menarik yang sering digunakan sebagai ilustrasi
sikap penguasaan diri. Seekor kucing tampak dengan santai menghirup genangan air di tengah
pelataran. Sementara di sekelilingnya berbaris puluhan anjing herder polisi. Demikian pula orang
yang tidak memiliki ketenangan akan kerap mendapati dirinya melakukan kecerobohan dan
kesalahan yang tidak perlu. Sebaliknya, dalam keadaan tenang kita dapat menganalisis situasi
dengan akal sehat yang jernih. Dengan penguasaan diri kita dapat mengambil keputusan dan
tindakan yang tepat.
7. Sikap lapang hati yang melegakan. Kelapangan hati dapat muncul ketika kesesakan melanda
hidup kita. Menyimpan kerikil-kerikil tajam atau melepaskan semua beban berat yang mengganjal
di hati adalah suatu pilihan. Dan pilihan kita akan menentukan apakah kita dapat berdamai dengan
emosi atau tidak. Mengembangkan kekuatan penguasaan diri melalui sikap empati dan lapang hati
akan memberikan kelegaan yang besar untuk berdamai dengan emosi.

Dapat juga dengan :

1. Cari tempat yang aman dan nyaman menurut Anda.


2. Boleh dengan duduk atau posisi tiduran.
3. Berdoa kepada Allah, supaya Yang Memberi Petunjuk memberikan kita kedamaian dengan
Kelembutan dan Kasih Sayang Nya.
4. Bisa dengan memejamkan mata atau sambil menutup mata Anda.
5. Fokuskan diri Anda, pada nafas masuk dan keluar (Hanya menyadari saja, bukan membuat-
buat / kontrol)
6. Fokuskan kepada rasa yang sedang timbul (Marah).
7. Kenali ia, lihat apa yang terlihat, dengar apa yang terdengar.
8. Biarkan saja, apapun yang terlintas. Tidak ada intervensi dari kita melainkan mengikuti
dan menikmati saja (Let it go).
9. Bila sudah merasa nyaman, ingat kembali dengan Niat dan tujuan melakukan proses ini.
(Yaitu mencari apa maksud dari Emosi Marah ini?)
10. Setelah mendapatkan maksud dan tujuan yang dinginkan, maka segera bersyukur dan
berterima kasih kepada Nya.
11. Sebelum membuka mata, SADARI kembali kepada nafas yang masuk dan keluar.
12. Buka mata perlahan-lahan, dan nikmati solusi yang didapatkan.

D. Manfaat Mengelola Emosi


1. Tidak pernah panik dalam menghadapi situasi apapun
2. Bisa menjaga kualitas kerjanya dengan baik
3. Dapat meningkatkan rasa percaya diri
4. Menghemat energi, tidak mudah lelah dan selalu siap dengan aktivitas sehari-hari
5. Lebih sehat baik fisik maupun mental
6. 50% kesuksesan hidup sudah diraih
7. Hidup akan nyaman dan indah
8. Tujuan akan mudah tercapai

E. Akibat Dari Tidak Dapat Mengelola Emosi


1. Menyebabkan energi terkuras habis
2. Dicap tidak kuat mental dan tidak dewasa
3. Membuka peluang besar untuk melakukan kesalahan fatal dalam bekerja
4. Menimbulkan penyakit mental (stres dan depresi)
5. Menimbulkan penyakit fisik yang cukup berat (hipertensi, alergi, maag, migrain)
6. Mudah gelap mata
7. Berfikir irasional, karena secara langsung emosi bisa mempengaruhi logika

Anda mungkin juga menyukai