Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Prinsip Pemilihan Obat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP PEMILIHAN OBAT

Bertambahnya jenis obat, tunggal dan kombinasi, membuat para dokter menjumpai kesulitan
dalam memilih obat yang tepat untuk suatu keadaan penyakit tertentu. Hal ini tidak dirasakan
saat para dokter masih sering meramu obat sendiri dari obat tunggal yang telah jelas diketahui
khasiatnya. Saat ini pabrik obat telah memasarkan obat-obat tunggal baru dengan khasiat
yang baru, dan juga obat-obat kombinasi yang jarang dibuktikan manfaatnya serta tidak
selalu mudah untuk menyesuaikan dosisnya untuk setiap pasien. Keadaan ini telah dipersulit
dengan adanya faktor komersial, di mana pabrik obat berusaha merebut pasaran dan
dokterlah yang dipengaruhi dengan segala macam cara, ditambah dengan kesulitan untuk
menguasai sepenuhnya pengetahuan mengenai obat-obat baru yang setiap saat bertambah di
pasaran Indonesia, sehingga pemilihan obat sering terjadi bias. Oleh karena itu dokter perlu
mengenal prinsip dasar pemilihan obat yang benar demi kepentingan pasiennya, karena
belum tentu obat yang terbaru, termahal, terbanyak jenisnya, terbesar dosisnya, atau yang
terkenal adalah yang terbaik bagi pasien.
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang lainnya akan mengarahkan dokter untuk mencapai suatu diagnosis yang kemudian
dilanjutkan dengan pengobatan. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat (profilaksis,
simtomatik, kausal) atau tanpa obat. Harus diingat bahwa banyak pasien tidak memerlukan
pengobatan medikamentosa, bahkan kadang pasien dirugikan dengan pemberian obat.
Kelainan yang tidak memerlukan pengobatan misalnya pada kelainan remeh, self limiting
disease kecuali dengan simtomatik, maupun kelainan yang dapat diperbaiki dengan terapi
alternatif. Kelainan yang dapat diperbaiki dengan mengubah cara hidup yang kurang sehat,
cara makan, atau cara berpikir, lebih baik daripada pemberian obat.

Dalam pemilihan obat, perlu dasar pertimbangan sebagai berikut:


1. Timbanglah manfaat-risiko. Faktor yang menentukan manfaat-risiko ini adalah kebutuhan,
efektivitas, efek samping, dan beban biaya (cost). Setiap faktor tersebut perlu dipikirkan
dalam konteks saling mempengaruhi dan tidak pernah berdiri sendiri.
2. Pilihan pertama, gunakan obat yang paling established. Established berarti obat ini terpilih
untuk indikasi tertentu.
3. Gunakan obat yang diketahui paling baik sesuai dengan pengetahuan mengenai farmakologi
obat tersebut sehingga dapat diketahui dengan tepat dosis untuk setiap keadaan, jadwal
pemberian, dan potensinya untuk menimbulkan efek samping.
4. Tailor drug need. Kebutuhan jenis obat harus disesuaikan untuk setiap pasien.
5. Tailor drug dose. Dosis obat disesuaikan dengan pasien karena tidak semua pasien
memerlukan dosis yang sama.
6. Gunakanlah dosis efektif terkecil. Perlu diketahui bahwa penambahan dosis tidak selalu
menambah efek, dan perlu disadari, bahwa dengan memperbesar dosis, efek samping akan
lebih jelas atau lebih sering timbul. Untuk obat yang memiliki kurva dosis-efek agak datar
atau telah digunakan dosis yang memberi efek maksimum, lebih baik digunakan obat
alternatif atau menambah obat lain daripada meninggikan dosis.
Berikut ini adalah beberapa contoh obat yang diperkirakan memerlukan penyesuaian
dosis ke bawah:
- Klorpromazin, trietilperazin, proklorperazin, dan perfenazin, 4 golongan fenotiazin ini untuk
penggunaan antiemetik bekerja dalam dosis 1/3-1/2 kali yang dianjurkan oleh brosur. Yang
penting ialah menganjurkan makan obat-obat ini 1 jam sebelum makan. Dalam dosis seperti
brosur, efek samping ekstrapiramidal sering timbul.
- Supresi batuk yang terlalu banyak dengan kodein, doveri, dan antitusif lain dengan menaikan
dosis, sebaiknya dipertimbangkan bronkodilator. Alternatif pemberian adalah bila batuk
sangat mengganggu.
- Dipiron (antalgin) dosis 500 mg sering menimbulkan hiperhidrosis pada keadaan demam,
250 mg merupakan dosis per kali yang lebih cocok.
7. Pilihlah pemberian yang paling aman. Sebagai prinsip, pemberian oral paling aman daripada
parenteral. Kecuali dalam pilihan yang menentukan kematian, obat dengan bioavailabilitas
yang cukup baik jangan diberikan parenteral.
8. Jangan memilih sediaan terbaru karena barunya. Pelajari dahulu khasiat, dosis, indikasi,
kontraindikasi, dan efek sampingnya.
9. Jangan ketinggalan menggunakan obat baru yang baik.
10. Cocokkanlah data promosi pabrik obat, karena semua kepustakaan termasuk brosur yang
dikeluarkan perusahaan obat diusahakan untuk menunjang penjualan obat.

PERESEPAN IRASIONAL
Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah yang kadang-kadang terjadi karena
maksud baik dan perhatian dokter. Peresepan irasional dapat dikelompokkan menjadi:
1. Peresepan mewah, yaitu pemberian obat baru dan mahal padahal tersedia obat tua yang lebih
murah yang sama efektif dan sama amannya, pengobatan simtomatik untuk keluhan remeh
sehingga dana untuk penyakit yang berat tersedot, atau penggunaan obat dengan nama
dagang walaupun tersedia obat generik yang sama baiknya.
2. Peresepan berlebihan, yaitu yang mengandung obat yang tidak diperlukan, dosis terlalu
tinggi, pengobatan terlalu lama, atau jumlah yang diberikan lebih dari yang diperlukan.
Terdapat beberapa jenis obat yang paling banyak diberikan kepada pasien tanpa indikasi yang
jelas dan tepat. Golongan obat tersebut adalah antibiotik, kortikosteroid, obat penurun berat
badan, antikolesterol, multivitamin dan tonikum, vasodilator, obat untuk memperbaiki
metabolisme otak, dan sediaan dermatologis.
3. Peresepan salah, yaitu obat diberikan untuk diagnosis yang keliru, obat yang dipilih untuk
suatu indikasi tertentu tidak tepat, penyediaan (di apotik, rumah sakit) salah atau tidak
disesuaikan dengan kondisi medis, genetik, lingkungan, dan faktor lain yang ada pada saat
itu.
4. Polifarmasi, yaitu penggunaan dua atau lebih obat padahal satu obat sudah mencukupi atau
pengobatan setiap gejala secara terpisah padahal pengobatan terhadap penyakit primernya
sudah dapat mengatasi semua gejala.
5. Peresepan kurang, yaitu tidak memberikan obat yang diperlukan, dosis tidak mencukupi, atau
pengobatan terlalu singkat.
Sumber : kapita selekta kedokteran jilid I, Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai