Laporan Koagulasi Flokulasi
Laporan Koagulasi Flokulasi
Laporan Koagulasi Flokulasi
1. Tujuan Penelitian
2. Menentukan dosis optimum asam jawa untuk mengurangi kekeruhan air sungai.
2. Teori Dasar
Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dan lazimnya muncul karena
hasil aktivitas manusia. Untuk mengolah air limbah maka dilakukan penyisihan bahan-bahan
tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu
dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau
tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan
bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid
ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses
koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau
tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata
distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara
merata pula.
1.1.1 Koagulasi
Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan memperlihatkan efek
Brownian. Permukan partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel itu
menarik ion-ion positif yang terdapat dalam air dan menolak ion-ion negatif. Ion-ion positif
tersebut kemudian menyelubungi partikel-partikel koloid dan membentuk lapisanrapat
bermuatan didekat permukannya. Lapisan yang terdiri dari ion-ion positif itu disebut dengan
lapisan kokoh (fixed layer). Adanya muatan-muatan pada permukaan partikel koloid tersebut
menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di sekitar partikel itu sehingga menimbulkan
gaya tolak-menolak antar partikel. Disamping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada
partikel-partikel koloid, ada juga gaya tarik manarik antara 2 patikel yang dikenal dengan
gaya Van der Walls. Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan muatan-
muatan listrik partikel koloid, gaya tolak menolak yang ada selalu lebih besar dari pada gaya
Van der Walls, dan akibatnya partikel koloid tetap dalam keadaan stabil (Farooq dan Velioglu,
1989).
Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan kedalam koloid target
koagulasi, maka kation tersebut akan masuk kedalam lapisan difusi karena tertarik oleh
muatan negatif yang ada permukaan partikel koloid. Hal ini menyebabkan konsentrasi ion-ion
dalam lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya, ketebalan lapisan difusi akan berkurang
(termampatkan kea rah permukaan partikel). Pemampatan lapisan difusi ini akan
mempengaruhi potensial permukaan partikel koloid, gaya tolak menolak antar partikel serta
stabilitas partikel koloid. Penambahan kation hingga mencapai suatu jumlah tertentu akan
merubah besar partikel kesuatu tingkat dimana gaya tarik menarik Van der Walls antar
partikel dapat melampaui gaya tolak menolak yang ada. Dengan demikian, partikel koloid
dapat saling mendekati dan menempel satu sama lain serta membentuk mikroflok. (Farooq
dan Velioglu, 1989).
Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan untuk meniadakan
kestabilan partikel koloid tersebut dapat dihasilkan dari senyawa organic dan anorganik
tertentu yang disebut koagulan. Zat kimia yang digunakan dalam proses ini meliputi ion-ion
metal seperti alumunium atau besi, yang mana akan terhidrolisa dengan cepat untuk
membentuk presipitat yang tidak larut dan polielektrolit organik alam atau sintetik, yang
mana dengan cepat teradsoprsi pada permukaan partikel koloid, dengan demikian
mempercepat laju pembentukan agregat dari partikel koloid (Montgomery, 1985).
1.1.2 Flokulasi
Agar patikel koloid dapat menggumpal, gaya tolak-menolak elektrostatik antara partikelnya
harus dikurangi dan transportasi partikel harus menghasilkan kontak diantara partikel yang
mengalami destabilisasi. Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, adalah
penting untuk membawa partikel-partikel tersebut ke dalam suatu kontak antara satu dengan
yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar yang
disebut flok. Proses kontak ini disebut flokulasi.
Jenis koagulan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah biji asam jawa. Asam Jawa
termasuk ke dalam suku Fahaccae. Spesies ini adalah satu-satunya anggota marga
Tamarindus. Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica L) mengandung senyawa tanin, minyak
esensial, serta polimer alamipli. Tanin adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri (Rosydah, 2008). Minyak esensial merupakan minyak aromatik yang dapat
mengurangi bau yang tidak sedap (Rosydah, 2008), sedangkan polimer alami seperti
albuminoid, pati, dan getah berfungsi sebagai koagulan yang berperan dalam pengumpalan
partikel-partikel air (Rosydah, 2008). Ekstrak biji asam jawa mengandung polisakarida alami
yang tersusun atau D-galactose, D-glucose dan D-xylose yang merupakan flokulan alami.
Biji asam jawa sendiri mudah ditemukan di Indonesia. Di Indonesia sendiri biji asam jawa
biasa dimakan setelah direndam dan direbus, atau setelah dipanggang. Selain itu, biji asam
juga dijadikan tepung untuk membuat kue atau roti. Selain dikonsumsi untuk sebagian orang,
pemanfaatan biji asam jawa yang selama ini hanya sebagai limbah yang jarang digunakan
perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengolahan limbah cair, yang lebih ekonomis dan
ramah lingkungan.
C. Langkah Kerja
E. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengolahan limbah pada air sungai dengan menggunakan
koagulan alami yaitu biji asam jawa. Dengan penambahan koagulan, partikel-pertikel koloid
dari air limbah tersebut dapat terendapkan sehingga air limbah dapat dijernihkan dan partikel-
partikel pencemar dapat berkurang. Alasan penambahan koagulan pada pengolahan air
limbah adalah karena sifat koloid yang sulit mengendap ini akan menjadikan waktu
pengendapan yang sangat lama. Hal ini disebabkan karena adanya gaya van der walls dan
elektrostatik pada koloid, sehingga koloid sangat stabil. Maka dari itu untuk mempercepat
partikel-partikel koloid mengendap maka ditambahkan koagulan. Limbah yang digunakan
adalah limbah dari sungai yang berada di sarijadi dengan kekeruhan awal yaitu 40,88 NTU
dengan pH sebesar 8,95.
1.1 Pengaruh asam jawa sebagai koagulan terhadap pH dan ketinggian endapan
Menurut literatur pH optimum biji asam jawa sebagai koagulan untuk pengolahan limbah
adalah pada pH 3. Biji asam jawa dibuat pH optimum karena pada proses koagulasi flokulasi
agar diperoleh hasil maksimum harus dilaksanakan pada pH yang optimum.Untuk membuat
biji asam jawa pada pH optimum maka dilakukan penurunan pH. Akan tetapi pada percobaan
ini penurunan pH dengan penambahan H2SO4 4N terlalu banyak sehingga pH limbah air
sungai adalah 2. Akan tetapi menurut literatur semakin tinggi pH maka kemampuan biji asam
jawa semakin berkurang, sehingga semakin rendah pH maka kemampuan asam jawa semakin
optimal, oleh karena itu pada pH 2 biji asam jawa kemampuannya sebagai koagulan tetap
optimal.
Koagulan yang digunakan adalah biji asam jawa. Biji asam jawa dapat menjadi koagulan
disebabkan karena pengotor-pengotor atau koloid dari limbah tersebut bermuatan negatif
sedangkan koagulan biji asam jawa bermuatan positif. Sehingga pada prosesnya akan terjadi
tarik menarik antara koloid dan koagulan karena adanya perbedaan muatan tersebut sehingga
terbentuklah flok-flok yang menyebabkan menurunnya kekeruhan pada air sungai tersebut.
Menurut teori maka semakin banyak jumlah koagulan yang ditambahkan pada limbah air
sungai maka semakin banyak pula partikel-partikel koloid pada limbah air sungai yang akan
berikatan dengan koagulan, sehingga flok yang terbentuk semakin banyak seiring dengan
penambahan jumlah koagulan. Dengan semakin banyaknya flok yang terbentuk maka tinggi
endapan akan semakin besar.
Berdasarkan grafik hasil percobaan (tinggi endapan vs koagulan), tinggi endapan semakin
besar seiring dengan penambahan jumlah koagulan yang ditambahkan. Pada dosis koagulan
0,2 gr/L tinggi endapan adalah 3 mL, pada dosis koagulan 0,3 gr/L tinggi endapan adalah 6,5
mL, pada dosis koagulan 0,4 gr/L tinggi endapan adalah 7 mL, pada dosis koagulan 0,5 gr/L
tinggi endapan adalah 10 mL, pada dosis koagulan 0,6 gr/L tinggi endapan adalah 8,5 mL,
dan pada dosis koagulan 0,7 gr/L tinggi endapan adalah 11 mL. Dari data tersebut semakin
banyak dosis koagulan yang ditambahkan maka tinggi endapan semakin tinggi. Hanya saja
pada dosis 0,5 gr/L dan dosis 0,6 gr/L tinggi endapan sama, yaitu 10 mL. Hal ini disebabkan
karena pada penambahan koagulan saat proses koagulasi sempat ada yang terjatuh sehingga
jumlah koagulan tidak sama lagi seperti yang seharusnya. Namun, ketidak sempurnaan dalam
pengadukan juga bisa mempengaruhi tinggi endapan yang terbentuk karena masih ada
pengotor yang membentuk flok-flok. Akan tetapi dari hasil percobaan ini bila dilihat semakin
banyak jumlah dosis yang ditambahkan maka semakin tinggi endapannya. Hasil percobaan
ini terdapat kesesuaian dengan teori bahwa semakin banyak dosis koagulan yang
ditambahkan maka semakin tinggi endapannya. Pengukuran tinggi endapan dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu pada mnit ke-30, mnit ke 60 dan pada jam ke-22. Pengukuran sebanyak
3 kali ini dilakukan karena pada menit ke 30 masih terlihat flok-flok yang terbentuk masih
mengapung dan belum terendapkan oleh karena itu dilakukan pengukuran pada menit ke 60.
Akan tetapi pada menit ke 60 pun flok-flok masih ada yang belum terendapkan. Dikarenakan
flok-flok sangat lama untu terendapkan maka dilakukan pengukuran pada jam ke-22. Dari
ketiga pengukuran ini terlihat semakin lama waktu sedimentasi maka tinggi endapan semakin
banyak. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu yang diberikan untuk sedimentasi, maka
lebih banyak flok-flok terendapkan. Pada dosis 0,3 gr/L, 0,4 gr/L,0,5 gr/L, 0,6 gr/L, 0,7 gr/L
tinggi endapan meningkat seiring lamanya waktu sedimentasi, kecuali pada dosis 0,2 gr/L
tinggi endapan awalnya meningkat pada menit ke 30 tinggi endapan 4,2 mL dan pada menit
ke-60 tinggi endapan 5 mL akan tetapi pada jam ke-22 tinggi endapan menurun menjadi 3
mL, hal ini dikarenakan pada saat penelitian corong imhoff pada dosis 0,2 gr/L ketika
pendiaman untuk jam ke-22 corong imhoff tersebut mengalami pembocoran sehingga
kemungkinan terdapat endapan yang keluar yang menyebabkan penurunan tinggi endapan.
Sedangkan pada pengaruh pH, pH limbah air sungai sebelum dilakukan koagulasi flokulasi
adalah 2, sedangkan setelah proses koagulasi flokulasi pH nya adalah sebesar 2. Apabila
dilihat sama sekali tidak ada perubahan pH sebelum dan sesudah proses koagulasi flokulasi,
artinya penggunaan koagulan asam jawa belum memiliki kemampuan untuk mengembalikan
pH ke keadaan netral. Sehingga bila akan digunakan koagulan biji asam jawa maka perlu
dilakukan pengolahan lebih lanjut sebelum langsung dibuang ke lingkungan untuk mengatasi
pH sehingga pH air setelah pengolahan adalah netral.
4.1 Penentuan dosis optimum asam jawa untuk mengurangi kekeruhan air sungai
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin banyak jumlah dosis koagulan yang
ditambahkan maka semakin tinggi pula endapan yang terbentuk. Menurut teori semakin
banyak partikel koloid terendapkan maka semakin jernih filtratnya. Sehingga apabila semakin
tinggi endapan yang terbentuk maka kekeruhan pada filtranya pun semakin kecil. Dari hasil
percobaan telah didapatkan bahwa semakin tinggi dosis koagulan yang ditambahkan nilai
kekeruhannya pun semakin berkurang. Terlihat pada data percobaan yang didapat dosis 0,2
gr/L memiliki kekeruhan sebesar 22,98 NTU, dosis 0,3 gr/L memeiliki kekeruhan sebesar
17,39 NTU, dosis 0,4 gr/L memiliki kekeruhan sebesar 11,77 NTU, dosis 0,5 gr/L memiliki
kekeruhan sebesar 14,01 NTU, dosis 0,6 gr/L memiliki kekeruhan sebesar 10,71 NTU, dosis
0,7 gr/L memiliki kekeruhan sebesar 9,75 NTU. Sehingga hasil percobaan ini dapat dikatakan
semakin besar dosis koagulan maka nilai kekeruhannya semakin kecil. Hasil percobaan ini
terdapat kesesuaian dengan teori bahwa semakin banyak jumlah dosis koagulan yang
ditambahkan maka kejernihannya meningkat dan kekeruhannya semakin menurun.
Pengukuran kekeruhan dilakukan pada jam ke-22. Hal ini dikarenakan pada jam ke-22 tinggi
endapan optimum dan kemungkinan flok-flok yang belum terendapkan telah sedikit.
Sedangkan nilai kekeruhan apabila dibandingkan dengan nilai kekeruhan awal sebelum
dilakukan proses kaogulasi flokulasi adalah sebesar 40,88 NTU sedangkan setelah proses
koagulasi flokulasi kekeruhan berkurang 22,98 (bila dibandingkan dengan data dengan
kekeruhan yang paling rendah pada variasi dosis). Hal ini tentunya biji asam jawa cukup
optimal untuk menurunkan kekeruhan pada air limbah sungai karena dari hasil percobaan
nilai kekeruhan sesudah proses koagulai flokulasi dengan koagulan biji asam jawa terjadi
penurunan yang sangat besar dibandingkan dengan kekeruhan sebelum dilakukan proses
koagulasi flokulasi.
4.1 Kemampuan biji asam jawa sebagai koagulan apabila dikombinasikan dengan
aquaclear
Pada percobaan ini digunakan kaogulan biji asam jawa dan flokulan aquaclear. Penambahan
aquaclear pada percobaan ini adalah sebagai flokulan. flokulan berperan sebagai pengikat
antara flok yang satu dengan flok yang lainnya, sehingga flok-flok tersebut bersatu menjadi
flok-flok yang lebih besar dan memungkinkan dapat mengendap lebih cepat. Setelah
dilakukan penambahan aquaclear sebagai flokulan maka didapatkan data bahwa semakin
tinggi dosis koagulan maka tinggi endapan semakin tinggi dan kekeruhannya pun semakin
menurun serta pH setelah proses koagulasi flokulasi adalah tetap yaitu pada pH 2
Pada grafik (kekeruhan vs koagulan + flokulan) dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa
semakin banyak dosis yang ditambahkan maka nilai kekeruhannya semakin berkurang. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa semakin banyak koagulan yang ditambahkan, semakin banyak
partikel yang terendapkan maka nilai kekeruhannya pun semakin berkurang. Dari hasil
percobaan yang didapat, tinggi endapan limbah sebelum adanya penambahan flokulan lebih
kecil dibandingkan tinggi endapan pada limbah setelah adanya penambahan flokulan. Hal ini
dapat dilihat pada rata-rata tinggi endapan berbagai variasi dosis tanpa penambahan aquaclear
adalah sebesar 7,82 dan rata-rata tinggi endapan dengan memakai aquaclear adalah 8,01.
Sehingga tinggi endapan lebih tinggi bila ditambahkan aquaclear. Begitupun dengan nilai
kekeruhan, rata-rata nilai kekeruhan tanpa aquaclear adalah 13,87 dan rata-rata kekeruhan
dengan memakai aquaclear adalah 14,04. Sehingga kekeruhan dengan koagulan dengan
penambahan aquaclear lebih rendah dibanding kekeruhan dengan koagulan tanpa
penambahan aquaclear. Sedangkan untuk pH setelah proses koagulasi flokulasi pH tidak
berubah yaitu tetap pada pH 2.
a. Proses Netralisasi
Proses netralisasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat keasaman (pH)
air limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses (pengkondisian) air limbah sebelum
dilakukan proses lanjutan atau pada akhir proses sebelum air limbah dibuang kelingkungan
dalam rangka memenuhi standar baku mutu air limbah yaitu pH 6-9.
Beberapa air limbah memiliki derajat keasaman (pH) asam dan basa, dalam
proses netralisasi diharapkan pH air limbah menjadi netral atau berkisar 6-9. Berbagai reaksi
yang terjadi pada proses netralisasi :
YOH + HX XY + H2O
Y dan X mewakili monovalen kation dan anion, XY merupakan garam yang terbentuk,
sebagai contoh reaksi netralisasi yaitu natrium hidroksida dengan asam clorida seperti
berikut.
Dimana Na merupakan Y dan Cl merupakan X, pada reaksi tersebut akan dihasilkan garam
yaitu NaCl. Berbagai reaksi netralisasi seperti berikut :
2 HCl + Mg MgCl2 + H2
Pada air limbah yang bersifat asam, dibutuhkan basa untuk netralisasi dan
sebaliknya. Pada netralisasi air limbah dapat pula terbentuk padatan sehingga dibutuhkan
proses pemisahan padatan.
b. Proses Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah secara
kimia yaitu dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Air limbah pada umumnya
mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid (berukuran < 1 mikron), bahan terlarut
(berukuran < nanometer). Padatan-padatan dalam air pada umumnya bermuatan negatif
dan padatan-padatan tersebut sangat sulit dipisahkan secara fisik (sedimentasi dan filtrasi
dengan media padat) dan dapat dilakukan secara kimia melalui proses koagulasi-flokulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel, sedangakan flokulasi
merupakan proses penggabungan partikel yang telah mengalami proses destabilisasi,
mekanisme destabilisasi partikel seperti terlihat dalam gambar berikut. Proses destabilisasi
partikel dilakukan dengan penambahan bahan kimia yang bermuatan positif yang dapat
menyelimuti permukaan partikel sehingga partikel tersebut dapat berikatan dengan partikel
lainnya. Partikel yang telah berikatan akan mudah untuk dipisahkan secara fisik
(sedimentasi, flotasi, dan filtrasi). Proses flokulasi dibutuhkan untuk penggabungan partikel
dengan mennggunakan bahan kimia sehingga mempercepat waktu pengendapan partikel
(flok).
Berbagai reaksi yang terjadi pada penambahan koagulan kedalam air atau air limbah seperti
reaksi-reaksi berikut
ALUMINIUM SULPHATE
FERRIC SULFATE
FERRIC CHLORIDE
FERROUS SULFATE
Beberapa jenis bahan kimia yang berfungsi sebagai flokulan seperti tercantum dalam
tabel berikut.
1. Konsentrasi padatan yang terkandung dalam air limbah. Konsentrasi padatan atau
zat terlarut dalam air limbah akan mempengaruhi kebutuhan konsentrasi koagulan
yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah, pada umumnya jika konsentrasi
padatan atau zat terlarutnya tinggi akan dibutuhkan konsentrasi koagulan yang lebih
kecil (diperlukan penelitian pendahuluan)
4. Kecepatan aliran air limbah masuk dalam tangki (jika kecepatan aliran dimanfaatkan
untuk pengadukan)
6. Jenis padatan (flok) yang dihasilkan. Jenis flok yang terbentuk tergantung pada jenis
air limbah dan koagulan yang dipergunakan, pada pemakain jenis koagulan tertentu
akan menghasilkan flok tertentu, kekuatan flok tertentu dan berat jenis flok tertentu.
Dalam proses pengolahan air limbah secara kimia yang diharapkan adalah terbentuk
flok yang kuat dan mudah untuk diendapkan dan pengendapan membutuhkan waktu
yang relatif cepat.
7. Pengelolaan flok yang dihasilkan. Pada proses pengolahan air limbah secara kimia
dihasilkan padatan (flok), flok yang dihasilkan perlu dilakukan pengelolaan sehingga
tidak menghasilkan limbah padat meskipun jumlahnya tidak banyak. Dalam
pengelolaan flok yang perlu diperhatikan adalah apakah flok dapat dioleh kembali
menjadi bahan kimia baru, produk baru dan sebagainya.
1. Konsentrasi koagulan
2. Kecepatan Putaran Pengadukan
3. Waktu Pengadukan
Dalam optimasi proses diarahkan kepada perancangan peralatan tangki berpengaduk yang
efisien. Untuk optimasi proses dipergunakan persamaan Camp, yang dikenal dengan
bilangan Camp yaitu menghubungkan GRADIEN KECEPATAN dengan Waktu Pengadukan :
Gradien kecepatan (G) merupakan fungsi dari Daya yang dibutuhkan (P), Viskositas air
limbah (Mu) dan Volume air limbah (V).
Daya (P) merupakan fungsi dari kecepatan putaran pengaduk (rev), luas penampang
pengaduk (A), densitas air limbah (rho), dan drag coefisien (CD). dan Persamaannya seperti
berikut.
CD : drag coefisien yang merupakan fungsi dari bilangan Reynold (NRe) (lihat literatur)
Langkah pengerjaan :
1. Cari sifat fisik air limbah yaitu viskositas (Mu), densitas air limbah (rho)
3. Dengan mengetahui harga viskositas (Mu), densitas (rho), diameter pengaduk (dp)
dan kecepatan putaran pengaduk (rev), nilai bilangan Reynold (NRe) dapat dihitung.
5. Dengan mengetahui nilai CD, rho dan rev, serta luas pengaduk, maka dapat
menghitung besarnya Daya (P)
6. Dengan mengetahui nilai Daya (P), Volume air limbah (V) dan viskositas (Mu) maka
dapat menghitung nilai Gradien kecepatan (G)
7. Dengan mengetahui nilai Gradien kecepatan (G), dan waktu pengadukan (t), maka
besarnya bilangan Camp (Ca) dapat dihitung.
Bilangan Camp inilah yang sering diperguanakn sebagai landasan dalam optimasi proses
koagulasi dan flokulasi. Bilangan Camp terbaik untuk proses koagulasi dan flokulasi adalah
10.000 - 100.000 (bilangan tak berdimensi).
Penurunan COD : 50 - 70 %
Penurunan BOD : 50 - 70 %
1. Injeksi gas chlor kedalam pengolahan air bertujuan untuk membunuh bakteri
2. Injeksi gas ozon kedalam pengolahan air limbah bertujuan untuk proses oksidasi
3. Injeksi udara kedalam pengolahan air limbah bertujuan untuk proses oksidasi,
menjaga agar air limbah tidak berbau, menjaga kehidupan mikroorganisme (proses
pengolahan air limbah secara biologi)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam injeksi gas/udara kedalam air limbah :
1. Kelarutan gas/udara tersebut didalam air limbah. Kelarutan gas/udara didalam air
limbah sangat penting untuk diketehui, ini berkaitan dengan perhitungan berapa laju
alir gas/udara yang diinjeksikan kedalam air limbah. Penentuan kelarutan gas/udara
sangat tergantung kepada Tekanan dan Temperatur.
2. Distribusi gas/udara didalam air limbah. Pendistribusian gas/udara didalam air limbah
bertujuan agar distribusi gas/udara merata pada setiap bagian air limbah, sehingga
perlu pengaturan pemasangan distributor gas/udara yang baik.
Sumber : http://ketutsumada.blogspot.co.id/2012/04/pengolahan-air-limbah-
secara-kimia.html
CAMPURAN BINER II
(KESETIMBANGAN UAP-CAIR PADA SISTEM BINER)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
1. Dapat menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram
temperatur versus
komposisi
2. Dapat menentukan indeks bias campuran
Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi. Dimana akan
menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem
aseton karbon disulfida dan sisitem Hcl air.
Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume konstraksi dimana akan
menghasilkan titik didih minimum pada sisitem campuran. Contoh : sisitem benzena
etanol dan sisitem aseton kloroform.
Dalam percobaan ini komposisi larutan merupakan harga mol fraksi larutan. untuk
membuat diagram T-X maka harga x tdak dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi
dengan larutan. Kemudian dibuat dahulu grafik standard komposisi versus indeks
bias. Komposisi dapat dihitung sebagai berikut : misalnya mencampurkan a ml
komposisinya
M1 = massa molekul aseton = 48
M2 = massa molekul CHCl3 = 119,5
V. CARA KERJA
1. Mencatat massa jenis zat yang digunakan dari tabel atau melakukan dengan
aerometer
2. Menentukan indeks bias aseton murni dan kloroform murni menggunakan
refraktometer
3. Selanjutnya menentukan indeks bias campuran dengan perbandingan sebagai
berikut :
aseton 100 ml 80 ml 60 ml 40 ml 20 ml 0 ml
kloroform 0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 80 ml 100 ml
4. Untuk setiap campuran yang didestilasi, dicatat tititk didihnya dan titik uapnya
masing-masing larutan. Destilat diambil dengan pipet dilihat indeks biasnya
kemudian residunya juga ditentukan indeks biasnya.
Aseton 0 ml 60 60
Kloroform 100
ml
Aseton 20 62 61
Kloroform 80
Aseton 40 63 62
Kloroform 60
Aseton 60 64 62
Kloroform 40
Aseton 80 59 62
Kloroform 20
Aseton 100 ml 56 56
Kloroform 0 ml
VII. PERHITUNGAN
BM aseton = 56,08 gr/mol
= =
= =
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. semakin besar komposisi dari larutan campuran, maka semakin rendah titik didih
dan titik uapnya
2. Campuran azeotropik adalah campuran dua/lebih komponen yang mempunyai
komposisi tertentu diaman komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya bila melalui
destilasi biasa,titik didih dua zat cair yang saling meunjukkan adanya titik didih
maksimum.
3. Titik didih campuran adalah 62
X. DAFTAR PUSTAKA
Modul.Penuntun Pratikum kimia fisika.Jurusan Teknik Kimia,Politeknik Negeri
Sriwijaya.2012
GAMBAR ALAT
Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL.
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi limbah
asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan
padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak,
meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan
racun.
1. Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam.
Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 9,5. Di luar kisaran pH
tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri.
Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air
limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat
asam dapat menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat
menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue,
tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system batch biasanya digunakan
jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system
continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat
kontrol otomatis.
2. Presipitasi
Koagulasi
Jenis dosing pump yang digunakan adalah positive displacem (screw, membrane,
peristaltic).
Flokulasi
Secara garis besar, hal-hal penting mengenai proses flokulasi dapat diringkaskan
sebagai berikut:
Home
About Me
o Personal
o Friends Blog
9 Votes
Ketika input sebuah sistem berubah secara tiba-tiba, keluaran atau output
membutuhkan waktu untuk merespon perubahan itu. Bentuk respon
transient atau peralihan bisa digambarkan seperti berikut:
Gain Margin,
Phase Margin,
sistem orde 1
tabel penurunan nilai fungsi eksponensial
Kesimpulan
Tampak bahwa respon sistem menyerupai respon sistem orde satu, oleh
karena itu spesifikasi respon sistem yang digunakan adalah spesifikasi
respon sistem orde satu.
Sistem orde dua dengan koefisien redaman > 1, dapat didekati dengan
model orde I, dengan gain over-all K sama dengan sistem semula dan time
constant * adalah waktu yang dicapai respon pada 63,2% dari
keadaan didekati dengan respon sistem orde I, model sistem dapat
direduksi menjadi model orde I.steady state. Model pendekatan tersebut
disebut sebagai Model Reduksi.
Kesimpulan,
Tampak bahwa respon sistem menyerupai respon sistem orde satu, oleh karena itu sama
seperti kesimpulan sebelumnya, sistem orde dua dengan koefesien redaman= 1, dapat
didekati dengan model reduksi orde I, seperti berikut :
Spesifikasi Respon Steady State Sistem Orde II Seperti juga pada sistem
orde I, pada sistem orde II spesifikasi respon steady state di ukur melalui %eror
posisi pada keadaan tunak :
1. Tipe sistem 0, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 tidak ada (tidak terdapat s=0
dari akar persamaan karakteristik) dan persamaan sistemnya:
2. Tipe sistem 1, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 ada 1 atau ada satu akar
persamaan karakteristik s=0 dan persamaan sistemnya:
3. Type sistem n, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 ada n atau ada n akar
persamaan karakteristik s=0 dan persamaan sistemnya:
ket: n=type sistem (0,1,2,3,) bilangan bulat G(s)=G(s)H(s) , untuk loop tertutup. Koefisien
steady state error dapat dibagi atas:
1. Kp, Koefisien error posisi (static error) terhadap input unit step
Klik Soal Teknik Kendali atau soal tentang teknik kendali : tanggapan-tanggapan
system sebagai bahan pembelajaran
Iklan
Share This :
Sukai ini:
Terkait
Soal Teknik Kendali : Tanggapan-tanggapan Sistem
Berikut ini adalah soal teknik kendali mengenai tanggapan tanggapan sistem atau respons
system 1. Perubahan perilaku output terhadap perubahan sinyal input disebut. . . a. Respon
System* c. Respon Peralihan b. Steady state error
d. Respon Steady State 2. Ketika input sebuah sistem berubah secara tiba-tiba,
keluaran atau
dalam "Notes"
dalam "Notes"
dalam "Elektronika"
Entri ini ditulis di Notes dan ber-tag Apa itu Tanggapan tanggapan sistem,
klasifikasi respon sistem, Pengertian tanggapan tanggapan sistem, respon
steady state, respon transient sistem orde 2, sensitifitas sistem adalah, teknik
kendali pada November 21, 2012 oleh bagaskawarasan.
Navigasi tulisan
Inquiry Letter Soal Teknik Kendali : Tanggapan-tanggapan Sistem
Rate This
SukaSuka
Balas
Rate This
SukaSuka
Balas
Rate This
SukaSuka
Balas
AM
Rate This
SukaSuka
Balas
Tinggalkan Komentar
35ff10481e /2012/11/21/tekni guest
Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:
(wajib)
( Logout / Ubah )
( Logout / Ubah )
( Logout / Ubah )
7b9db7b675
1494826697
1494826647175
Find Here
Cari untuk:
Cari
Archieves
Archieves
Pilih Bulan
Categories
Download Electronics Project Elektronika Football
Top Posts
Business Letter
Virus Komputer
Analisa Tugas
Coretan
Diproteksi: Test
Penulisan Ilmiah
metalstorm.net News
Leah - Covers Skyrim Video Game Theme Mei 14, 2017 BloodTears
Dawn Of Disease - Unveil Details About New Album Mei 14, 2017
BloodTears
Accept - Unveil New Album Artwork Mei 13, 2017 The Underdog
Visitors
Free counters
Blog di WordPress.com.
Tuliskan ke
Batal
Blog Ulang Pos 16061481 https://bagaskaw Chamber of Madn
068a9d1a6b /2012/11/21/tekni
Ikuti
o Chamber of Madness
o Sesuaikan
o Ikuti
o Mendaftar
o Masuk
o Salin shortlink
o Laporkan isi ini
o Kelola langganan