Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 99

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alamiah, merupakan
kumpulan dari mineral baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis, dan
mempunyai susunan kimia yang konstan. Di dalam makalah ini kita akan
mempelajari tentang pengertian, cara terbentuknya dan mendeskripsikan tentang
batuan beku, batuan sedimen, batuan piroklastik dan batuan metamorf.
Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian
nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi
adalah

mempelajari

batuan

denagn

menggunakan

mata

telanjang,

optik/mikroskopis, kimia dan radio isotop.


Aspek pemerian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,
komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas)
dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa-interpretasi mencakup
sumber asal (source) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan
didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan
merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah terhablur
(mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan
bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun

biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil
pelapukan dan erosi termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis batuan, yaitu:
1. Batuan beku (Igneous Rocks), adalah kumpulan mineral silikat sebagai
hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.
2. Batuan sedimen (Sedimentary Rocks), adalah hasil litifikasi bahan
rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme.
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (Metamorpic Rocks), adalah
batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral dan fasa padat sebagai kondisi
perubahan fisika (tekanan dan temperatur).
Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat
mengalam jentera (siklus) batuan seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus Batuan (siklusbatuan.blogspot.com/)

I.2 Maksud dan Tujuan

Secara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk
menjelaskan apa itu Petrologi, disertai dengan deskripsi mineral menurut struktur
dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis batuan baik Batuan Beku, Batuan
Sedimen, Batuan Metamorf dan Batuan Piroklastik. Dan juga agar dapat mengerti
perbedaan dan cara terbentuknya batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf
dan batuan piroklastik.
Selain itu untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa teknik
geologi tentang berbagai jenis batuan di muka bumi ini, berdasarkan petrogenesa
batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh batuan tersebut,
sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis batuan dilapangan nantinya.
I.3 Metode Penulisan
Metode penulisan laporan ini diambil dari sumber sekunder yaitu: dari
buku-buku atau diktat yang diberikan dosen, buku panduan dari praktikum,
laporan dari senior, juga sumber yang didapat dari internet.
Dari sumber primer yaitu: hasil deskripsi batuan di laboratorium dan juga
hasil pengamatan langsung di lapangan.
I.4 Alat dan Bahan
A. Praktikum Laboratorium
1. Alat tulis
2. Pensil Mekanik
3. Pensil warna (1 set)
4. Mister (1 set)
5. Busur 3600
6. Kertas HVS
7. Larutan HCl
8. Loupe
9. Batuan
B. Praktikum Lapangan
1. Alat tulis

2. Pensil Mekanik
3. Pensil warna (1 set)
4. Mister (1 set)
5. Busur 3600
6. Kertas HVS
7. Larutan HCl
8. Loupe
9. Kompas
10. GPS
11. Palu Sedimmen
12. Palu Beku
13. Singkapan Batuan

BAB II
PETROLOGI BATUAN BEKU

II.1 Pengertian dan Klasifikasi


Batuan beku atau igneous rocks (dari Bahasa Latin: ignis api) adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan
atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan instrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif (vulkanik). Magma

ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun di kerak bumi. Umumnya proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur penurunan tekanan atau
perubahan komposisi. Lebih daari 700 tipe batuan beku telah dideskripsikan,
sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Gambar 2. Contoh Batuan (www.slideshare.net/fooddestroyer/batu-beku)

Klasifikasi batuan beku berdasarkan genetik


Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan
beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan
penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai
berikut :
1.

Batuan Beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan

beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai

karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan


tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh
batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan, yaitu:
a.

Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar


dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan
yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari
sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan
ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa
batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya.
Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan
bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholit tidak terbentuk oleh
magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang
sebesar dimensi batholit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong
batuan yang diatasnya. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh

b.

magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.


Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock
merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

c.

Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,
sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur

d.

(perlapisan) batuan yang diterobosnya.


Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang
menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang
lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut

konkordan diantaranya adalah :


a.

Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya

b.

sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill.
Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya

c.

eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.


Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan

2.

bawahnya cekung ke atas.


Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

b.

Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

c.

poligonal seperti batang pensil.


Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-

d.

gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
Vesikuler, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan

e.

beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral

f.

lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.


Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran

a.

mineral pada arah tertentu akibat aliran.


Tabel 1. Contoh Batuan Beku (ptbudie.wordpress.com)

Batuan Intrusi
Batuan Ekstrusi
Granit
Riolit
Syenit
Trahkit
Diorit
Andesit
Dasar
Tonalit
Dasit
Monsonit
Latit
Gabro
Basal
pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti
kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (Silika) pada tabel di bawah :
Tabel 2. Pembagian Batuan Beku menurut kandungan Silika
(ptbudie.wordpress.com)

Nama Batuan
Batuan Asam
Batuan Menengah
Batuan basa
Batuan Ultra basa

Kandungan Silika
Lebih besar 66 %
52 66 %
45 52 %
Lebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:


Tabel 3. Penamaan batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik
(ptbudie.wordpress.com)

Nama Batuan

Kandungan Silika

Leucocratic
Mesocratic
Melanocratic

0 33 %
34 66 %
67 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :


a.
b.
c.

Batuan Felsik
Batuan Mafik
Batuan Ultramafik

: Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.


: Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.
: 90% terdiri dari mineral mafik.

Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek


yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk
mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke
permukaan dan kedalaman zona Benioff.
Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian
besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineralmineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium
feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya
mineral amphibol, piroksen dan olovin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur
batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan
itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama,
sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi
pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang
cepat.

10

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a.

Batuan Dalam, bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang

b.

menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.


Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
Batuan Lelehan, bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak

c.

dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.


Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
keluarga atau kelompok yaitu :
1.

Keluarga granitriolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali

2.

felsparnya melebihi plagioklas.


Keluarga granodioritlatit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas

3.

dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar


Keluarga syenittrakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-

4.

Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir


Keluarga monzonitlatit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-

5.

Felspar
Keluarga syenitfonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-

6.

Felspar melebihi plagioklas


Keluarga tonalitdasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa

7.

dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar


Keluarga dioriteandesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,

8.

plagioklas melimpah
Keluarga gabbrobasalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar

11

9.

Keluarga gabbrobasalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama


felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun

10.

tidak hadir
Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik, plagioklas (Ca)
sangat sedikit atau absen.

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineral


Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi
4 yaitu:
1. Kelompok GranitRiolit, berasal dari magma yang bersifat asam, terutama
tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang
terdapat hornblende, biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
2. Kelompok DioritAndesit, berasal dari magma yang bersifat intermediet,
terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen
dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.
3. Kelompok Gabro Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa dan
terdiri dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan
hornblende.
4. Kelompok Ultra Basa, tersusun oleh olivin dan piroksen. Mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
A. Batuan beku ultrabasa
Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung
kurang dari 45% SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi
oleh

mineral-mineral

berat

dengan

kandungan

unsur-unsur

seperti

Fe(besi/iron) dan Mg(magnesium) yang disebut juga mineral ultramafik.


Batuan beku ultrabasa hanya dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan
materi magma asalnya yang merupakan magma induk (parent magma) yang

12

berasal dari asthenosfer. Kehadiran mineralnya seperti olivin, piroksin,


hornblende, biotit dan sedikit plagioklas. Pada batuan beku ultrabasa hampir
tidak ditemukan mineral kuarsa. Batuan beku ultrabasa ini juga hanya
bertekstur afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang plutonik.

13

1. Peridotit
Peridotit adalah kelompok betuan ultra basa. Pada umumnya berwarna
gelap, berat jenisnya 3 3,3. Komposisi dan persentase secara umum dari mineral
pembentuk batuannya adalah : mineral mafis (olivin, piroksen, hornblenda) 85-95
%, mineral bijih (magnetit, ilmenit,kromit dll) 10-3 %, plagioklas kalsium 5 %.
Kelompok batuan peridotite terdiri dari :
a. Duniteterdiri dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite pyroxene
dan chromite.
b. Harzburgite terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite.
c. Lherzolite terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite
dan atau pyrope garnet.
d. Pyroxenite terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan
sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel.
Nama Batuan : Peridotite

Gambar 3. Contoh Batu Peridotit


(geology.about.com/od/more.../peridotite/)

14

2. Dunite
Dunit adalah batuan beku plutonik, komposisi ultramafik, dengan tekstur
kasar atau phaneritic. Pengelompokan mineral olivin lebih besar dari 90%, dengan
sejumlah kecil mineral lain seperti piroksen, kromit dan pyrope.
Dunite adalah olivin yang kaya akhir-anggota kelompok dari mantel
peridotit yang diturunkan batu. Dunit dan batuan peridotit lainnya dianggap
konstituen utama dari mantel bumi di atas kedalaman sekitar 400 kilometer. Dunit
jarang ditemukan dalam batuan kontinental, tetapi di mana ia ditemukan, biasanya
terjadi di dasar urutan ofiolit di mana lempengan batu mantel dari zona subduksi
telah diserahkan ke kerak benua dengan obduction selama benua atau pulau busur
tabrakan (orogeny). Hal ini juga ditemukan di massifs alpine peridotit yang
mewakili potongan sub-kontinental mantel terkena selama orogeny tumbukan.
Dunit biasanya mengalami metamorfosis retrograde di dekat permukaan
lingkungan dan diubah untuk serpentinit dan soapstone.
Dunit dapat digunakan untuk menyerap CO2 dan membantu mengurangi
perubahan iklim global melalui batu dipercepat pelapukan. Hal ini akan
melibatkan penyebaran jumlah besar dunit ditumbuk halus di daerah tropis
dikenal dekat sumber dunit.

15

Gambar 4. Contoh Batu Dunit


(www.galleries.com/rocks/dunite.htm)

3. Harzburgite
Pada batuan beku ultrabasa, harsburgit, adalah berbagai peridotit yang
sebagian besar terdiri dari dua mineral, olivin dan rendah kalsium (Ca) piroksen
(enstatite), melainkan adalah nama untuk kejadian di Pegunungan Harz Jerman.
Ini biasanya berisi persen spinel kromium kaya beberapa mineral sebagai aksesori.
Garnet-bantalan harzburgit jauh kurang umum, ditemukan paling sering sebagai
xenoliths di kimberlite.
Harzburgit biasanya membentuk dengan ekstraksi parsial meleleh dari
peridotit piroksen kaya lebih disebut lherzolite. Magma cair diekstraksi dari
harzburgit kemudian dapat meletus di permukaan sebagai basal. Jika pencairan
sebagian harzburgit berlanjut, semua piroksen dapat diekstraksi dari itu untuk
membentuk magma, meninggalkan peridotit piroksen miskin disebut dunit.
Harzburgit juga bisa terbentuk oleh akumulasi piroksen dan olivin rendah Ca di
ruang magma besar basal dalam di kerak benua (intrusi berlapis).

16

Gambar 5. Contoh Batu Harzburgite


(https://www2.imperial.ac.uk/)

4. Lherzolite
Lherzolite, adalah jenis batuan beku ultrabasa. Ini adalah batu berbutir
kasar yang terdiri dari 40 sampai 90% olivin bersama dengan orthopyroxene
signifikan dan lebih rendah yg mengandung kapur clinopyroxene kromium kaya.
Mineral minor termasuk spinel krom dan aluminium dan garnet. Plagioklas dapat
terjadi pada lherzolites dan peridotites lain yang mengkristal pada kedalaman
yang relatif dangkal (20 - 30 km). Pada plagioklas lebih mendalam tidak stabil
dan diganti dengan spinel. Pada kedalaman sekitar 90 km, garnet pyrope menjadi
fase alumina stabil. Lherzolite Garnet adalah konstituen utama dari mantel atas
bumi (memanjang sampai kedalaman ~ 300 km). Lherzolite diketahui dari bagian
ultramafik yang lebih rendah dari kompleks ofiolit (meskipun harzburgit lebih
sering terjadi pada pengaturan ini), dari alpine tipe massifs peridotit, dari zona
fraktur berdekatan dengan pertengahan samudera pegunungan, dan sebagai
xenoliths dalam pipa kimberlite dan basal alkali. Pencairan sebagian spinel
lherzolite adalah salah satu sumber utama dari magma basaltik.
Nama ini berasal dari Massif Lherz, sebuah alpine peridotit kompleks
(juga dikenal sebagai kompleks lherzolite orogenic), (lokalitas jenis) di Lers

17

Etang de, dekat Massat di Pyrenees Perancis; Lherz adalah ejaan kuno dari lokasi
ini.
Masif Lherz juga mengandung harzburgit dan dunit, serta lapisan spinel
piroksenit, piroksenit garnet, dan hornblendite. Lapisan mewakili sebagian
mencair diekstrak dari peridotit host selama dekompresi di dalam mantel panjang
sebelum emplasemen menjadi kerak.
Massif Lherz adalah unik karena telah emplaced ke Paleozoikum karbonat
(batugamping dan dolostones), yang membentuk campuran breksi batu kapurlherzolite sekitar margin dari massif tersebut. Contoh batuan beku ultrabasa
Lherzolite.

Gambar 6. Contoh Batu Lherzolite


(https://www2.imperial.ac.uk)

5. Pyroxenite
Piroksenit merupakan batuan beku ultrabasa terdiri terutama dari mineral
dari kelompok piroksen, seperti augit dan diopside, hipersten, bronzite atau
enstatite. Mereka diklasifikasikan (lihat diagram di bawah) ke clinopyroxenites,
orthopyroxenites, dan websterites yang mengandung kedua pyroxenes. Erat
bersekutu dengan kelompok ini adalah hornblendites, terdiri terutama dari
hornblende dan amfibol lainnya.

18

Mereka pada dasarnya asal beku, meskipun beberapa pyroxenites termasuk


dalam kompleks Lewisian metamorf dari Skotlandia. Para piroksen kaya batuan
yang dihasilkan dari metamorfisme kontak batugamping tidak murni digambarkan
sebagai hornfelses piroksen (kalk-silikat hornfelses).

Gambar 7. Contoh Batu Pyroxenite


(geology.about.com)

6. Picrite Basalt
Picrite basal, adalah berbagai tinggi magnesium basal olivin yang sangat
kaya akan olivin mineral. Hal ini gelap dengan kuning-hijau fenokris olivin (20
sampai 50%) dan hitam untuk piroksen coklat tua, sebagian besar augit.
Para basal olivin picrite kaya yang terjadi dengan basal tholeiitic lebih
umum dari Kilauea dan gunung berapi lain dari Kepulauan Hawaii adalah hasil
dari akumulasi kristal olivin baik dalam sebagian dari dapur magma atau di
sebuah danau kaldera lava. komposisi batuan dengan baik diwakili oleh campuran
dari olivin dan basalt tholeiitic tipikal.
Nama picrite juga dapat diterapkan ke olivin yang kaya alkali basal: picrite
seperti sebagian besar terdiri dari fenokris dari olivin dan piroksen titanium kaya
augit dengan plagioklas kecil diatur dalam massa dasar dari augit dan lebih sodik
plagioklas dan mungkin analcite dan biotit.

19

Gambar 8. Contoh Batu Picrite Basalt


(www.britannica.com)

7. Komatite
Komatite adalah jenis ultrabasa mantel yang diturunkan dari batu vulkanik.
Komatiites memiliki silikon kalium, rendah dan aluminium, dan tinggi untuk
kadar magnesium yang sangat tinggi. Komatiite bernama untuk lokalitas jenisnya
sepanjang Sungai Komati di Afrika Selatan.
Komatiites benar sangat jarang dan pada dasarnya terbatas pada batuan
usia Archaean, dengan komatiites Proterozoikum atau Fanerozoikum beberapa
dikenal (meskipun tinggi magnesian lamprophyres dikenal dari Mesozoikum).
Pembatasan usia ini diduga terjadi karena pendinginan dari mantel, yang
mungkin sampai 500 C lebih panas selama awal hingga pertengahan Archaean
(4,5-2,6 Ga). Bumi awal memiliki produksi panas lebih tinggi, karena panas sisa
dari akresi planet, serta banyak keberlimpahan elemen radioaktif.

20

Gambar 9. Contoh Batu Komatite


(www.petrologyslides.com)

B. Batuan beku basa


Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung
45%-52% SiO2 dalam komposisinya. Kandungan mineral penyusunnya di
dominasi oleh mineral-mineral gelap (mafik). Batuan beku basa dapat terbentuk
secara plutonik maupun vulkanik. Yang terbentuk secara plutonik umumnya
adalah batuan dari kerak samudra yang terbentuk dari jalur tektonik divergen,
sedangkan yang terbentuk secara vulkanik adalah dari gunung api atau intrusian
yang ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-mineralnya
seperti Olivin, Piroksin, Hornblende, Biotit, Plagiolas dan sedikit Kuarsa. Warna
pada batuan beku basa ini umumnya gelap karena kandungan mineralnya yang
dominan gelap.
1. Gabro
Batuan Gabro, berwarna kelabu kehijauan, berhablur penuh, hipidiomorf,
berbutir seragam, besaran butir antara 14,5mm, tersusun oleh mineral plagioklas
(labradorit) dan piroksen (augit) dengan mineral ikutan hornblende dan bijih.
Tempat piroksen terkloritkan men-jadi hornblende. Di beberapa tempat batuan
ultramafik, diorit, berwarna kelabu, berhablur penuh, hipidiomorf berbutir

21

seragam, butiran berkisar 12,5mm, mineral plagioklas (andesine), dengan


mineral tambahan biotit, hornblende dan bijih malihan dan batuan ultramafik.

Gambar 10. Contoh Batu Gabro


(www.redorbit.com Reference Library Minerals)

2. Basalt
Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan
magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya
membentuk lempeng samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat
baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Basalt adalah umum
ekstrusif batuan vulkanik . Biasanya berwarna abu-abu menjadi hitam dan halus
karena pendinginan yang cepat dari lava pada suhu permukaan. Menurut definisi
resmi, basal didefinisikan sebagai batuan beku aphanitic yang mengandung,
volume, kurang dari 20% kuarsa dan kurang dari 10% feldspathoid dan di mana
setidaknya 65% dari felspar dalam bentuk plagioklas.
Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri
atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam.

22

Kandungan mineral Vulkanik ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt
yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabro.

Gambar 11. Contoh Batu Basalt


(geology.com Rocks Igneous Rocks)
C.

Batuan beku intermediet


Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku

intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama


banyak. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52% - 66
%. Tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen serta kuarsa
biotit, dan orthoklas dalam jumlah kecil.
1.

Diorit
Batuan ini merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang

membentuk morfologi pembuktian berelief kasar dengan elevasi dari beberapa


ratus meter hingga mencapai lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (dpal).
Batuan ini umumnya mempunyai warna yang bervariasi, yaitu coklat,
coklat kehitaman, abu-abu kehitaman, abu-abu dengan bercak-bercak hitam, hitam
kecoklatan atau abu kehitaman, bersifat pejal (massif) dan kompak dengan tekstur
porfiro granitik. Batu diorit ini dapat dijadikan sebagai batu ornamen dinding

23

maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan
atau jalan raya.

Gambar 12. Contoh Batu Diorit


(geology.about.com/.../rocks/.../igrockind)...
2.

Andesit
Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara

dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi. Batuan
lelehan dari diorit, berbutir halus, bertekstur halus, dimana batuan andesit
memiliki derajat kristalisasi holokristalin hingga hipokristalin, yaitu dimana
perbandingan komposisi mineralnya mayoritas diisi oleh mineral kristalin, sifat
dari andesit yaitu intermediet, struktur yang dimiliki oleh andesit yaitu massif atau
pejal. Andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam, yaitu
andesit terbentuk berasal dari magma yang sedang menuju kepermukaan bumi
atau membeku dalam celah-celah di kerak bumi. Gunung api di Indonesia
umumnya menghasilkan batuan andesit. Batuan andesit yang banyak mengandung
mineral hornblende sehingga disebut dengan andesit-hornblende, sedangkan yang
banyak mengandung piroksen disebut dengan andesit-piroksin.

24

Gambar 13. Contoh Batu Andesit


(volcanoes.usgs.gov/images/pglossary/andesite.php)

3. Syenit
Syenit adalah batuan beku intrusif kasar dari komposisi umum yang sama
seperti granit tetapi dengan kuarsa tidak ada atau hadir dalam jumlah yang relatif
kecil (<5%). Komponen feldspar dari syenite didominasi basa dalam karakter
(biasanya orthoclase). Feldspars plagioklas mungkin hadir dalam jumlah kecil,
kurang dari 10%. Ketika hadir, mineral ferromagnesian biasanya amphibole
hornblende, piroksen jarang atau biotit. Biotit jarang, karena dalam magma
syenite paling aluminium digunakan dalam memproduksi feldspar. Syenite
biasanya baik peralkaline dengan proporsi tinggi unsur alkali relatif terhadap
aluminium, atau peraluminous dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
aluminium relatif terhadap elemen alkali (K, Na, Ca).

25

Gambar 14. Contoh Batu Syenit


(www.sandatlas.org/2012/08/syenite)

4. Monzonit
Monzonit adalah batuan beku plutonik yang terdiri dari jumlah yang kirakira sama dari plagioklas dan feldspar ortoklas. Monzonit mirip dengan syenit
tetapi dengan ortoklas kurang atau feldspar kalium. Dengan plagioklas lebih yg
mengandung kapur dan mineral akan mafik sebuah diorit.

Gambar 15. Contoh Batu Monzonit


(http://webmineral.com)

D. Batuan Beku Asam

26

Batuan beku Asam adalah batuan beku yang bersifat asam, memiliki
kandungan SiO2 > 60%, memiliki indeks warna < 20%. Terbentuk langsung dari
pembekuan magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi
padat di daerah vulkanik dengan temperatur tinggi. Pada umumnya batuan beku
asam memiliki warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari
magma asam kaya kuarsa, sedangkan kandungan oksida magnesiumnya rendah.
Kuarsa adalah mineral yang hanya mengandung silikon dioksida (SiO 2)
tanpa ada kandungan aluminium, besi, magnesium, kalsium, sodium atau
potasium. Mineral penting lainnya adalah felspar, seperempat hingga setengah
kandungan silika seperti pada kuarsa digantikan oleh unsur aluminium. Felspar
juga mengandung potasium, sodium atau kalsium, namun tidak mengandung
magnesium dan besi.
Batuan beku intrusif yang bersifat felsik terbagi menjadi granit dan
granodiorit, tergantung pada banyaknya kandungan potasium. Keduanya berwarna
terang dan mengandung mineral kuarsa dan felspar berukuran kristal besar.
Batuan beku ekstrusif yang memiliki komposisi kimia yang sama dengan granit
adalah riolit, dan yang sama dengan granodiorit adalah dasit. Riolit dan dasit,
keduanya berwarna terang dan mineralnya berukuran halus.

27

Gambar 16. Contoh Batu Granit

(www.encyclopedia.com/topic/granite.aspx)

Gambar 17. Contoh Batu Riolit


(www.britannica.com/EBchecked/topic/.../rhyolite)

II.2 Cara Pemerian


Cara pemerian batuan beku meliputi:
1. Jenis batun
Batuan beku

28

2. Warna
Bataun beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral mineral felsik, misalnya kuarsa, potasium feldspar
dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan
beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batun beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah minera mineral mafik.
Warna batuan sangat berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusun
batuan. Mineral penyusun batuan tersebut sangat berkaitan erat dengan magma
asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya.

3. Sruktur
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang
besar,sepetti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti
lavabongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat
erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam sturktur batuan beku
adalah:
a. Masif, apabila tidak menunjukkan fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.

29

b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada
batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal
dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm dan
jaraknya berdekatan, khas pada bulkanik bawah laut.
c. Joint, struktur ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak
lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar
jointing.
d. Vesikuler, merupakn struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai
dengan

lubang-lubang

sebagai

akibat

pelepasan

gas

selama

pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnya).
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh
mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
g. Xinolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini
terbentuk sebagai akibat peleburan tidak semprna dari suatu batuan
samping di dalm magma yang menerobos.
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmenfragmen dari lava itu sendiri.

30

4. Tekstur
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau
mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan.
Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi.
Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma
dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah
pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat
kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan
kemas (fabric), (Wiliams, 1982; Huang, 1962).
a. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan
masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa krista.l

Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas.

Holohyalin

b. Granularitas

: apabila batuan seluruhnya tersusun oleh masa gelas.

31

Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat


sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi
dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir, yaitu
afanitik dan fanerik.

Afanitik, dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat


halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.

Fanerik, kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan


menjadi ukuran-ukuran:
-

Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm

Sedang, ukuran diameter kristal 1mm 5 mm

Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm 30 mm

Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm

c. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam, yaitu:

Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang


kristal yang sempurna.

Subhedrar, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh


sebagian bidang kristal yang sempurna.

32

Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh


sebagian bidang kristal yang sempurna.

Secara tiga dimensi dikenal:

Equidemensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
lain.

Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

d. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari ukuran dikenal:

Granularitas atau equigranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir


yang relatif seragam, terdiri dari:
-

Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran


seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri
mineral-mineral yang tebentuk paling awal, hal ini dimungkinkan
mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga
mineral-mineral tersebut sampai membentuk kristal secara
sempurna.

33

Hipiodiomorfik

granular,

yaitu

sebagian

besar

mineralnya

berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran


penyususn subhedral atau kurang sempurna yang merupakan
penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau
membentuk kristal secara sempurna.
-

Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran


relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan
sama sekali merupakan pertanda bahwa pada saat mineral-mineral
penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia
saja. Sehingga dapat ditagsirkan bahwa mineral-mineral anhedral
tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan
batuan beku.

Inequigranular, apabila mineralnya mempunya ukuran butir tidak sama,


antara lain terdiri dari:
-

Porfiritik, adalah tekstur batuan beku diana kristal besar (fenokris)


tertanam dalam masa dasar kristal yang lebih halus.

Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa


gelas.

5. Komposisi mineral

34

Menurut Walker T. Huang (1962), komposisi mineral dikelompokkan


menjadi tiga kelompok mineral yaitu:
a. Mineral utama
Minral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukan dalam penamaan batuan.

Mineral felsik (mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5


2,7), yaitu:
-

Kuarsa (SiO2)

Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali

(K, Na)

AlSi3O8. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas,


anorthoklasm adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari
albit, oligoklas, andesin, labradorit, bitownit dan anortit.
-

Kelompok feldspatoid (Na, K Alumina Silika), terdiri dari nefelin


sodalit, leusit.

Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan


densitas rata-rata 3,0 3,6), yaitu:
-

Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite

Kelompok piroksen, trdiri dari enstatite, hiperstein, pigeonit,


diopsit.

35

Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit.

Kelompok

Amphibole,

terdiri

dari

antofilit,

cumingtonit,

hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.


b. Mineral sekunder
Merupakan mineral-mineral ugahan dari mineral utama,dapat dari hasil
pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama.
Dengan dimikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan
magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari:
-

Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari


hasil ubahan mineral plagioklas.

Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil


ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen).

Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil


ubahan mineral kelompok plagioklas.

Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas

Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan sebagai hasil


pelapukan batuan beku.

36

c. Mineral tambahan
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma,
umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam holongan ini antara lain:
-

Hematite, Kromit, Muskovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit dan


lain-lain.
Tabel 4. Pengenalan Mineral dan Sifatnya
(Modul praktikum Petrologi UPN)

Nama

Bentuk dan

Mineral
Warna

Perawakan

Belahan

Keterangan

Tidak sempurna

Kilap kaca

Prismatik pendek,

2 arah saling tegak

Kilap kaca dan

masif, membutir

lurus

permukaannya halus

Prismatik panjang,

2 arah membentuk

menyerat dan

sudut lancip

Kristal
Tidak teratur,
membutir dan masif
Olivin

Piroksen

Amphibol

Hijau

Hijau tua -hitam

Hitam-coklat

Kilap arang

membutir
Tabular, berlembar
(memika)

Biotit

Hitam-coklat

2 arah

Kilap kaca

2 arah

Kilap kaca/lemak

Prismatik, tabular
panjang, masif,
Feldspar Alkali

Merah jambu/putih/hijau

membutir

37

Prismatik/tabular
panjang. Masif,
Plagioklas

Putih susu, abu-abu

membutir

3 arah

Tabular berlembar

Kilap kaca/lemak
Kilap kaca/mutiara

(memika)
Muskovit

Putih transparan

1 arah
Tidak teratur,

Kilap kaca/lemak

membutir dan masif


Kuarsa

Kalsit

Tidak berwarna

3 arah
Rombohedral, masif,

Kilap kaca, berbuih

membutir

dengan HCl

Tidak berwarna, putih

Sempurna

Umumnya pada
batuan metamorfik
Klorit

dan lapukan
batuanbeku basa

Serisit

Hijau

Berlembar, memika

Sempurna

Tidak berwarna, putih

Tabular, berlembar

Sempurna

Kilap kaca berukuran


halus

Asbes

Putih, abu-abu kehijauan

Menyerat, masa fiber

Tidak ada

Kilap lemak

asbestos

Garnet

Coklat merah-hitam

Poligonal, membutir

Tidak ada

Kilap kaca/mutiara

Tidak berwarna, putih

Kubus, masif ,

Sempurna

Sebagai garam

kekuningan, merah

membutir

Halit

evaporite

38

Gypsum

Tidak berwarna, putih

Memapan,

Lembar-lembar tipis

membutir, menyerat

terjadi karena
Sempurna

Anhidrit

Putih, abu-abu, biru pucat

Masif, membutir

Sempurna

evaporasi

Karena evaporasi

Tabel 5. Klasifikasi batuan beku menurut Russel B. Travis (dearthurjr.blogspot.com)

39

40

BAB III
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN

III.1 Batuan Sedimen Silika


A. Pengertian
Batuan ini terbentuk daripada proses kimia, yaitu dari bahan kimia yang
larut dalam air (terutamanya air laut). Bahan kimia ini terendap hasil daripada
proses kimia (contohnya proses peruapan membentuk hablur garam), atau dengan
bantuan proses biologi (seperti pembesaran cangkang oleh hidupan yang
mengambil bahan kimia yang ada dalam air). Dalam keadaan tertentu, proses yang
terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk
hasil daripada proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses
kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai kedua-dua jenis sedimen ini diletak
dalam satu kelas yang sama (sedimen endapan kimia / biokimia).
Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini
terhasil dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan
organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges.
Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi
reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat.

41

Kelompok batuan silika adalah:


1. Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan
asam. Berasal dari organisme planktonik yang dikenal dengan diatoms
(Diatomaceous Earth).
2. Rijang (Chert), adalah batuan sedimen silikaan berbutir halus. Batuan
keras, kompak yang terbentuk oleh kristal kuarsa berukuran lanau
(mikrokuarsa) dan kalsedon, sebuah bentuk silika yang terbuat dari serat
memancar dengan panjang beberapa puluh hingga ratusan mikrometer.
Lapisan rijang terbentuk sebagai sedimen primer atau oleh proses
diagenesis.
Beberapa

rijang

adalah

hasil

diagenesis,

terbentuk

oleh

penggantian mineral lain oleh air kaya silika yang mengalir melalui
batuan.

Umumnya

mengganti

batugamping

(contoh

sebagai

batuapi / flint dalam kapur) dan terkadang terjadi dalam batulumpur.


Rijang ini dalam bentuk nodul-nodul atau lapisan irreguler dan dari sini
dengan mudah dapat dibedakan dari rijang primer. Jasper adalah rijang
dengan pewarnaan merah yang kuat karena adanya hematit.

Gambar 18. Contoh Batu Diatomit


(geology.about.com/.../rocks/.../sedrockin)

42

Gambar 19. Contoh Batu Chert


(blog.ub.ac.id/vanino/2012/06/28/batuan-rijang-chert/)

B. Cara Pemerian
1. Batuan sedimen klastik
Pemerian batuan sedimen klastik meliputi:
a. Jenis batuan
Batuan sedimen klastik
b. Warna
Secara umum warna batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Warna mineral pembentuk batuan sedimen
Contoh, jika mineral pembentukan batuan sedimen didominasi oleh
kuarsa maka batuan akan berwarna putih.
2. Warna masa dasar/matrik atau warna semen
3. Warna material yang menyelubungi
Contoh batupasir kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan
berwarna hijau.
4. Derajat kehalusan butir
Contoh pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus
ukuran butir maka warnanya cenderung ajan lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan

pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan


menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan

43

sedimen yang banyak dandungan material organik mempunyai warna yang


lebih gelap.
c. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran butir dan
bentuk serta susunannya (Pettijohn, 1975)
1. Ukuran butir (Grain Size)
Pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir yang
disampaikan oleh Wentworth, 1992, seperti di bawah ini:

Tabel 6. Ukuran Butir Batuan Sedimen Klastik


(zonegeologi.blogspot.com)

2. Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan
endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai
berikut:

44

Terpilah baik (well sorted) kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran

besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.


Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan
sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung

hingga kerikil atau bahkan bongkah.


Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya

seorang peneliti

menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak


seragam.

3. Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi
butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi
menjadi:

Membundar sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan

cembung (Ekuidimensional).
Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar,

ujung-ujung dan tepi butiran cekung.


Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan

ujung-ujung yang membundar.


Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung

yang tajam.
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing
dan tajam.

45

Gambar 20. Kebundaran Butir (zonegeologi.blogspot.com)

4. Kemas (Fabric)
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir padabatuan sedimen.
Batuan sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar
butir dan sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa
banyak ruang atau rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memiliki
ukuran butir pasir halus hingga lempung karena pada ukuran tersebut
cenderung sekali memiliki ruang antar butiran.
d. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari
batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan
energi pembentuknya. Studi struktur paling baik dilakukan di lapangan
(Pettijhon, 1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat
dibagi menjadi tiga maca yaitu:
1. Struktur Sedimen Primer

46

Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme


pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain: perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa.
Menunjukkan keadaan lingkungan pengendapannya. Contoh struktur sedimen
sekunder antara lain: Cetak beban, cetak suling dll.

3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing
atau binatang lainnya. Struktur organik antara lain: kerangka, laminasi
pertumbuhan dan lain-lain.
Macam-macam perlapisan:

Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijhon & Potter, 1964) atau
ketebalan lebih dari 120 cm.
Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm.
Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada
arah vertikal.
Perlapisan Silang Siur

47

Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di


atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat
intensitas arus yang berubah-ubah.
e. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi:

1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmeen dan
terletak diantarannya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan
batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah materian pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen,
dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim

adalah:
Semen Silika (kalsedon dan kuarsit)
Semen oksida (limonit, hematit dan siderit)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak

hadir karena tidak adanya rongga antar butiran.


f. Petrogenesa
Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendapan kembali
dendritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Dalam pembentukan batuan
sedimen klastik ini mengalami diagenesa yaitu perubahan yang
berlangsung pada temperatur rendah di dalam sutatu sedimentasi selama
dan sesudah litifikasi.

48

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses


ogranik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk
golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan ini
tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
2. Batuan sedimen non klastik
Pemerian batuan sedimen non klastik didasarkan pada:
a. Jenis batuan
Batuan sedimen non klastik
b. Warna
Secara umum warna batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Warna mineral pembentuk batuan sedimen
Contoh, jika mineral pembentukan batuan sedimen didominasi oleh
kuarsa maka batuan akan berwarna putih.
2. Warna masa dasar/matrik atau warna semen
3. Warna material yang menyelubungi
Contoh batupasir kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan
berwarna hijau.
4. Derajat kehalusan butir
Contoh pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus
ukuran butir maka warnanya cenderung ajan lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan

pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan


menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan
sedimen yang banyak dandungan material organik mempunyai warna yang
lebih gelap.
c. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi:
1. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya
menggunakan skala Wenworth dengan modifikasi sebagai berikut:
Tabel 7. Pemerian batupasir dari Skala Wentworth

49

(Modul praktikum Petrologi UPN)

Nama Butir
Berbutir kasar
Berbutir sedang
Berbutir halus
Berbutir sangat halus

Besar Butir (mm)


>2
1/16 2
1/256 1/16
<1/256

2. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau metamorf.
d. Struktur
Struktur batuan sedimen non klastik yaitu masif, terbentuk oleh reaksi
kimia maupun aktifitas organisme.
e. Komposisi mineral
Komposisi mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari larutan kimia
yaitu monomineralik karbonat.
f. Petrogenessa
Terbentuk dari reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu
kristalisasi atau organik.
III.2 Batuan Sedimen Karbonat
A. Pengertian
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral
mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya,
mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (CO3)2). Batuan
karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan
batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat bervareasi mulai dari praKambrium sampai Kuarter. Di alam batuan karbonat menempati 1/5 1/4 dari
seluruh catatan stratigrafi dunia. Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas dunia
diambil dari batuan karbonat. Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia,

50

kebanyakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan beberapa di antaranya


terbentuk di daerah teresterestrial, tetapi laut dangkal tropis.
Klasifikasi Batuan Karbonat
Beberapa klasifikasi batuan karbonat telah diterbitkan oleh APPG pada
Memoir 1 tahun 1962. Namun yang paling banyak digunakan oleh para ahli
batuan karbonat adalah yang dikemukakan oleh Folk (1959, 1962), Dunham
(1962). Klasifikasi batuan karbonat oleh Dunham (1962) kemudian
disempurnakan oleh Embry and Klovan, (1971). Dalam pembahasan ini
klasifikasi akan difokuskan pada klasifikasi batuan karbonat yang dikeluarkan
oleh Dunham, 1962.
Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat
tentang apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan
apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya batuan karbonat merupakan batuan
yang mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu studi tentang
batuan karbonat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak
mengetahui proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut
terbentuk.
Menurut Dunham 1962 bahwa tekstur batugamping atau batuan
karbonat dapat menggambarkan genesa pembentukannya, sehingga klasifikasi
ini dianggap mempunyai tipe genetik dan bukan deskriptif seperti yang
dikemukakan oleh Folk (1962). Terdapat empat dasar klasifikasi batuan
karbonat menurut Dunham 1962 yaitu kandungan lumpur karbonat (mud),

51

kandungan butiran, keterikatan komponen, dan kenampakan tekstur hasil


diagenesis
B. Cara Pemerian
1. Batuan sedimen karbonat klastik
Pemerian batuan sedimen kabonat klastik meliputi:
a. Jenis batuan
Batuan sedimen karbonat klastik.
b. Warna
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning
atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu
gelap sampai hitam, serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan
sedimen sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada komposisi bahan
penyusunnya..
c. Tekstur
Tekstur batuan sedimen karbonat klastik dilihat dari ukuran butir, seperti
tabel yang dibawah ini.
Tabel 8. Ukuran butir batuan sedimen karbonat klastik
(Modul praktikum Petrologi UPN)

Nama Butir
Rudit
Arenit
Lutite

Ukuran Butir (mm)


>2
0,062 2
<0,062

d. Struktur
Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijhon & Potter, 1964) atau

ketebalan lebih dari 120 cm.


Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.

Laminasi

52

Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm.

Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.


Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada

arah vertikal.
Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di
atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat

intensitas arus yang berubah-ubah.


e. Komposisi mineral
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan
istilah (Folk, 1954), meliputi:
1. Allochem: sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik.
Macam-macam Allochem:

Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka

hasil pertumbuhan.
Interclas, merupakan butiran-butiran dari hasil abrasi batugamping yang

telah ada.
Pisolit, merupan butiran-butiran dari hasil oolit berukuran lebih dari 2 mm.
Pelet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur
konsentris.

2. Mikrit
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal
karbonat terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitasi dari air
laut dan mengisi rongga antar butir.

53

3. Sparit
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butri dan rekahan, berukuran
halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau
rekristalisasi dari mikrit.
f. Petrogenesa
Batugamping

klastik

adalah

batugamping

yang

terbentuk

dari

pengendapan kembali detritus batugamping. Contoh kalsirudit butiran


berukuran rudit (granule), kalkarenit butiran berukuran arenit (sand) dan
kalsilutit buturan berukuran lutit (clay).
2. Batuan Sedimen karbonat Non Klastik
Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen Non Klastik lainnya
hanya saja dalam jenis batuan memakai Karbonat Non Klastik.
a. Jenis batuan
Batuan sedimen karbonat non klastik
b. Warna
Pada umumnya, batuan karbonat non klastik berwarna terang atau cerah,
putih, kuning atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna
gelap, abu-abu gelap, serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan
sedimen sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada komposisi bahan
penyusunnya..
c. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi:
1. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking.
2. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal.
d. Struktur
Struktur batuan sedimen karbonat non klastik terbentuk oleh reaksi kimia
maupun aktifitas organisme. Macam-macamnya:

54

- Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil


- Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral oleh
mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter kurang dari
2mm.
- Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2
mm.
- Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
- Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa pertumbuhan
kerucut perkerucut
- Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
- Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.

e. Komposisi mineral
Komposisi mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari larutan
kimia. Contoh: batugamping (kalsit, dolomit).
f. Petrogenesa
Batugamping non klastik terbentuknya dari proses proses kimiawi
maupun organis. Umumnya bersifat monomineral. Dapat dibedakan
menjadi:
1. Hasil biokimia: bioherm, biostrom
2. Hasil larutan kimia: travertin, tufa
3. Hasil replacement: batugamping

fostat,

batugamping

dolomit,

batugamping silikat dan lain lain.


Tabel 9. Nama-Nama Batuan Karbonat
(Modul praktikum Petrologi UPN)

BATUAN KARBONAT
Klastik
Non Klastik
Dominasi rombakan
Dominasi
Pertumbuhan
Karbonat
>2 mm

Kalsirudit

rombakan

terumbu

Kristalin

Fosil
Batugamping

Batugamping

Batugamping

55

1-0,06 mm

Kalkarenit

<0,06 mm

Kalsilutit

Bioklastik

terumbu

Kristalin

Tabel 10. Klasifikasi batuan sedimen menurut Boggs,1992 (dearthurjr.blogspot.com)

56

BAB IV
PETROLOGI BATUAN METAMORF

IV.1 Pengertian dan Klasifikasi


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan
tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi
proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi
dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya
terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang
jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan
terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang
stabil.
Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme
juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H 2O) dalam jumlah bervariasi di
antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion
terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut:

57

a.
b.
c.
d.

Komposisi mineral batuan asal


Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
Pengaruh gaya tektonik
Pengaruh fluida
Klasifikasi ini di tinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam

batuan metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Berdasarkan komposisi


kimianya batuan metamorf terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
1. Calcic Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya terdiri atas
batulempung dan serpih. Contoh: batu sabak dan Phyllite.
2. Quartz Feldsphatic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan yang kaya akan unsur kuarsa dan feldspar. Contoh : Gneiss
3. Calcareous Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari
batugamping dan dolomit. Contoh : Marmer
4. Basic Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf

yang berasal dari

batuan beku basa, semibasa dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen
yang bersifat napalan dengan kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.
5. Magnesia Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan yang kaya akan Mg. Contoh : serpentit, sekis.
A. Batuan metamorf regional (Dinamo-Termal)
Batuan metamorf dinamo merupakan batuan malihan yang terbentuk
karena faktor tekanan dan waktu yang lama. Contoh batuan ini adalah batuan
sabak. Batu sabak terbentuk dari sedimen tanah liat yang luas dan tertimbun
batuan di atasnya dalam waktu lama. Akibat tekanan dalam waktu yang lama dari
timbunan tersebut, sedikit demi sedikit berubah menjadi batuan yang berlapislapis sebagai batu sabak. Batuan metamorf dinamo disebut juga batuan metamorf
kinetis.

58

Proses pembentukkan batuan metamorf yang diakibatkan oleh


kenaikan tekan (P) dan temperature (T) secara bersama-sama. Proses ini terjadi
secara regional, berhubungan dengan lingkungan tektonis, misalnya pada jalur
pembentukan pegunungan dan zona tunjaman dsb. Contoh batuannya adalah
filit, sekis, gneiss, kuarsit, eklogit, marmer.

Gambar 21. Contoh Gneiss (geodaszone5.blogspot.com)


B. Batuan Metamorf Kontak
Proses pembentukan batuan metamorf yang tejadi akibat adanya pengaruh suhu (T)
yang tinggi yang dikarenakan pengaruh instrusi magma yang panas (akibat intrusi/kontak
langsung dengan magma). Dengan demikian batuan metamorf tipe ini sering ditemui di sekitar
tempat-tempat batuan instrusi. Contoh batuannya yaitu batu sabak, batu tanduk (hornfels),
marmer (marbel), kuarsit.
1. Marmer, atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa
atau malihan dari batu gamping. Marmer termasuk dalam batuan metamorf
Non Foliasi. Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan
batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batugamping,
walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena
keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang

59

mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang


tinggi.

Gambar 22. Contoh Batu Marmer (www.raspari.net)

C. Batuan Metamorf Dislokasi


Batuan metamorf dislokasi adalah proses pembentukkan batuan
metamorf yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan (P) yang dihasilkan oleh gerak
diastropisme. Metamorfose semacam ini biasanya didapatkan di daerah patahan
dan lipatan. Dengan adanya tekanan dari arah yang berlawanan maka butiranbutiran mineral akan menjadi pipih dan sebagian akan mengkristal kembali.
Contoh batu sabak (slate), milonit dan lainnya.
1. Batu Sabak (slate), Batu sabak merupakan batuan hasil proses
metamorfosa dari mudstone (batu lumpur). Mudstone yan gterdiri dari
butiran-butiran kuarsa di dalam masa liat yang lebih halus, karena tertekan
maka butiran kuarsa menjadi pipih sedangkan partikel liat mengkristal
kembali menjadi lapisan mika. Batu sabak termasuk dalam batuan
metamorf foliasi.

60

Gambar 23. Contoh Batu Sabak (tugasgeografi.wordpress.com)

IV.2 Cara Pemerian


Cara pemerian batuan metamorf ini akan meliputi:
a. Jenis batuan
Batuan metamorf
b. Warna
Warna batuan

berkaitan

erat

dengan

komposisi

mineral

penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh


komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya.
c. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu:

1. Sturktur Foliasi (schistosity),


Dimana mineral baru menunjukkan penjajaran mineral yang planar.
Seringkali terjadi pada metamorfisme regional dan kataklastik.

61

Struktur foliasi yang menunjukkan urutan derajad metamorfisme dari rendah ke


tinggi:
a. Slatycleavage, berasal dari batuan sedimen (lempung) yang
berubah ke metamorfik, sangat halus dan keras, belahannya
rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan warna
kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada
batuan sabak/slate.
b. Filitik/Phylitik,
rekristalisasi

lebih

kasar

daripada

slatycleavage, lebih mengkilap daripada batusabak, mineral


mika lebih banyak dibanding slatycleavage.
c. Schistosa, merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan
dari metamorfose regional, sangat jelas keping-kepingan
minera-mineral palt seperti mika, talk, klorit, hematit dan
mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral
pipih dengan mineral granular diana mineral pipih lebeih
banyak daripada mineral granular, orientasi penjajaran mineral
pipih menerus.
d. Gneistosa, jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling
tinggi, dimana terdapat minenral mika dan mineral granular,
tetapi orientasi menrnal pipihnya tidak menerus/terputus.
2. Struktur Non Foliasi
Dimana mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang
planar. Seringkali terjadi pada metamorfisme kontak/termal.
Pada struktur non foliasi ini hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu:

62

Granulose/Hornfelsik, merupakan mozaik yang terdiri dari mineralmineral

equidemensional

serta

pada

jenis

ini

tidak

ditemukan

menunjukkan belahan (cleavage). Contohnya antara lain adalah marmer,

kuarsit.
Liniasi, pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineralmineral menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan

asbestos.
Kataklastik, suatu struktur yang berkambang oleh penghancuran terhadap

batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo.


Milonitik, hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannhya
lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai

salah satu ciri adanya sesar.


Filonitik, hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih

halus lagi.
Flaser, seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk

lensa tertanam pada masa dasar milonit.


Augen, suatu struktur batuan metamorf juga seperti flaser, hanya lensalensanya terdiri darii butir-butir feldspar, dalam masa dasar yang lebih

halus.
d. Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi
karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam
suasana cair. Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kristoblastik

63

Yaitu tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk
pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.

Porfiroblastik, seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat


masa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya

disebut porfiroblast.
Granoblastik, tekstur pada batuan metamorf dinama butiranya seragam.
Lepidoblastik, dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling

sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.


Nematoblastik, disini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya

mineral-mineralnya berbentuk prismatis, menyerat dan menjarum.


Idioblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral

pembentuknya berbentuk euhedral (baik).


Hipidioblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral

pembentuknya berbentuk subhedral (sedang).


Xenoblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk anhedral (buruk).

2. Tekstur sisa (Palimsest)


Blastoporfiritik, sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
Blastofitik, sisa tekstur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
Blastopsepit, tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran
butir lebih besar dari pasir (psepit).
Blastopsamit, suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lempung (pelit).
e. Komposisi Mineral
Berdasarkan bentuk kristal/mineralnya, dibagi menjadi:

64

1. Mineral Stress, adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh
memanjang dengan kristal tegak lurus gaya.
Contohnya: Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Hornblende,
Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit.
2. Mineral Antistress, adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi
tertekan, umumnya berbentuk equidimensional.
Contohnya: Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldspar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu seperti:
Pada metamorfisme regional: Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit,
Talk, Glaukofan.
Pada metamorfisme termal: Garnet, Andalusit, Korundum.
f. Petrogenesa
Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan
temperatur yang tinggi dalam kulit bumi dari batuan yang sudah ada
(batuan beku dan batuan sedimen).
Tabel 11. Nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, serta
batuan asal. (Buku Panduan praktikum Geologi Dasar)

Batuan
Metamorfik
Slate
Phyllite
Mica Schist
Gneiss
Marble

Tekstur
Foliasi
Foliasi
Foliasi
Foliasi
Non Foliasi

Derajat
Metamorfosa
Rendah
Rendah-sedang
Sedang-tinggi
Tingi
Rendah-tinggi

Batuan Asal

Quartzite
Amphibolite
Chlorite Schist
(Green Schist)
Hornfels

Non Foliasi
Non Foliasi
Foliasi

Sedang-tinggi
Sedang-tinggi
Rendah

Serpih (Shale)
Serpih (Shale)
Serpih (Shale)
Granit, Andesit
Batugamping
Dolomit
Batupasir, Kuarsa
Basalt, Gabro
Basalt

Non Foliasi

Talc Schist

Foliasi

Meramorfosa
Kontak
Rendah

Semua jenis
batuan
Peridotit

Tabel 12.Klasifikasi batuan metamorf menutut Boggs, 1992(jackyminer.blogspot.com)

65

BAB V
PETROLOGI BATUAN PIROKLASTIK

V.1 Pengertia dan Klasifikasi


Batuan

piroklastik

adalah

jenis

batuan

yang

dihasilkan

oleh

proses lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama

66

erupsi

yang

bersifat eksplosif.

Bahan-bahan

jatuhan

kemudian

mengalami litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es.
Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer, dapat
bergerak dan menerobos ke permukaan bumi melalui rongga-rongga yang
terbentuk oleh proses tektonik (bidang sesar). Selain berupa padatan, magma juga
mengandung uap air dan gas yang bervariasi komposisinya.
Kalau magma tersebut encer dan bertekanan tinggi, maka akan terjadi
letusan gunung api. Sumbat kepundan akan hancur dan terlempar ke sekitarnya
dan bersamaan dengan itu sebagian magma panas juga akan terlempar ke udara.
Akibat dari letusan tersebut terjadi proses pendinginan yang cepat, sehingga
magma akan membeku dengan cepat dan membentuk gelas (obsidian), tufa atau
abu halus, lapili dan bom (berupa batuapung dengan rongga-rongga gas). Material
yang halus (tufa) akan terlempar jauh dan terbawa angin ke tempat yang lebih
jauh, sedangkan bom, lapili, dan gelas, dan material-material lain yang berukuran
pasir dan kerikil akan jatuh di sekitar puncak gunung.
Klasifikasi berdasarkan genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis
endapan piroklastik yaitu:
1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari
letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan
jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini
umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi
pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan

67

fragmen litik, mungkin menunjukan stratifikasi internal dalam ukuran


butir atau komposisi, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari
pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik
yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik
ini tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya
pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik,
dan butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat erupsi.
Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran
temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan
oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur
dengan air.
3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk
pergerakan lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas
konsentrasi rendah yang panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan
stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes
dan pind and swell, endapan sedikit menebal di bagian topografi rendah
dan menipis pada topografi tinggi.
Berdasarkan terbentuknya fragmen, batuan piroklastik dibagi menjadi 3, yaitu :
Juvenile pyroclast
: hasil langsung akibat letusan, membuka di

permukaan.
Cognate pyroclast
: fragmen bentukan hasil erupsi terdahulu.
Accidental pyroclast : fragmen batuan berasal dari basement.
Sedangkan menurut William ( 1982 ), batuan piroklastik adalah batuan

vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang
berkaitan letusan gunung api, dengan material asal berbeda, dimana material

68

penyusun tersebut diendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi


oelh air atau es.
Berdasarkan jenis endapan batuan piroklastik dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi
eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm 64mm. Selain dari fragmen batuan,
kadang-kadang terdiri dari mineralmineral augti, olivine, plagioklas.

Gambar 24. Contoh Batulapili (wingmanarrows.wordpress.com)

2. Debu Gunungapi
Debu gunungapi adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran
2mm- 1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi
eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses
penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunungapi masih dalam
keadaan belum terkonsolidasi.

69

Gambar 25. Contoh Debu Gunungapi (zonegeologi.blogspot.com)

3. Bom Gunungapi
Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 64 mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat
besar. Sebagai contoh bomb yang berdiameter 5 meter dengan berat 200 kg
dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di gunungapi
Asama, Jepang pada tahun 1935.

Gambar 26. Contoh Bom Gunungapi (www.merbabu.com)

4. Block Gunungapi
Block Gunungapi merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh
erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan

70

ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau
equidimensional.

Gambar 27. Contoh Block Gunungapi (thekoist.wordpress.com)

V.2 Cara Pemerian


Dalam pemerian batuan piroklastik terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, antara lain :
a. Jenis batuan

Batuan piroklastik
b. Warna
Warna

batuan

berkaitan

erat

dengan

komposisi

mineral

penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi


oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui
jenis magma pembentuknya. Kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan.
c. Tekstur

71

Tekstur pada batuan piroklastik meliputi:


1. Ukuran butir
Ukuran butir pada piroklasti tersebut merupakan salah satu
kriteria

untuk

menamai

batuan

piroklastik

mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik tersebut.

Tabel 13. Ukuran butir batuan piroklastk (zonegeologi.blogspot.com)

2. Derajat pembundaran

tanpa

72

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi


butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar.
Kebundaran dibagi menjadi:
Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua

permukaan cembung (equidemensional)


Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki

permukaan bundar, ujung ujung dan tepi butiran cekung.


Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya

datar dengan ujungnya yang membundar


Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar ujung

ujung yang tajam


Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung

ujung butir runcing dan tajam


3. Derajat Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun
batuan endapan/sedimen. Dalam pemilahan depergunakan
pengelompokan sebagai berikut:
Terpilah baik (Well Sorted), kenampakan ini diperlihatkan
oleh ukuran besar butir yang seragam pada semua

komponen batuan sedimen


Perpilah buruk (Poorly Sorted), merupakan kenampakan
pada batuan sedimen yang memiliki besar butir yang
beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan

bongkah
Selain dua pengelompokan tersebut adakalnya seorang
peneliti menggunakan pemilahan untuk mewakili
kenampakan yang agak seragam.

d. Struktur

73

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian bagian batuan


yang berbeda. Struktur pada batuan pyroklastik biasanya mengacu
pada kenmpakan di lapnagan atau singkapan dengan skala yang besar.
Masif, bila batuan pejal tanpa adanya lubang lubang gas.
Vesikuler, dicirikan dengan adanya lubang lubang gas.
Scoria, lubang lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumiceous, lubang lubang gas saling berhubungan.
Aliran, adanya kenampakan aliran dari kristal kristal

maupun lubang gas.


Amigdaloidal, dicirikan dengan lubang lubang gas terisi

oleh mineral mineral sekunder.


Berlapis, bila batuan tersebut terdapat lapisan lapisan

endapan dari fragmen fragmen hasil letusan gunung api.


e. Komposisi mineral
1. Mineral mineral sialis
Mineral mineral sialis terdiri dari:
Kuarsa, (SiO2), ditemukan hanya pada batuan

gunungapi yang kaya kandungan silika atau bersifat asam.

Feldspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca)


Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi
larutan magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.
2. Mineral feromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat

yang kadang kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa
kelompok mineral.

Piroksen, mineral penting dalam batuan gunungapi


Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan

miskin silika
Hornblende, biasanya hadir dalam andesit

74

Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan volkanik


berkomposisi intermediet hingga asam.
3. Mineral tambahan
Mineral tambahan hadir adalah ilmenit dan magnetit, keduanya merupakan

mineral bijih. Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur
murni.
4. Mineral ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
perlapukan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit,
epidot, serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.
f. Petrogenesa
Batuan piroklastik terbentuk oleh hasil letusan gunungapi yang
tertransportasi, terkonsolidasi oleh media angin dan terkonsolidasi belum jauh dari
sumbernya.
Tabel 14. Klasifikasi batuan piroklastik menurut Ficher, 1966
(zonegeologi.blogspot.com)

BAB VI

75

LAPANGAN

VI.1 Lapangan 1
A. Geologi Regional Kulon Progo
Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah
dibagi menjadi 3 zona, yaitu:
1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan
2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi
3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato
Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa
Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang
sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948).
Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk dome yang
luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32
km yang melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km
pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong
Dome.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi
menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu:
a. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara
100 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar 15 0
160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utara ke
selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,
meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon

76

Progo ini sebagian besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah
dan tegalan.
b. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan

perbukitan

Sentolo

ini

mempunyai

penyebaran

yang

sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten Kulon
Progo dan Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 150 meter diatas
permukaan air laut dengan besar kelerengan rata rata 15 0. Di wilayah ini, satuan
perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.
c. Satuan Teras Progo
Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan
disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan
dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
d. Satuan Dataran Aluvial
Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,
daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian
Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan untuk
pemukiman dan lahan persawahan.

e. Satuan Dataran Pantai


1. Subsatuan Gumuk Pasir
Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang pantai
selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di

77

pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material
berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan,
batuan tersebut menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan
aktivitas

angin,

material

tersebut

diendapkan

di

dataran

pantai

dan membentuk gumuk gumuk pasir.


2. Subsatuan Dataran Alluvial Pantai
Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan
gumuk pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal dari
subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak dijumpai
gumuk - gumuk

pasir sehingga

digunakan

untuk persawahan

dan

pemukiman penduduk.
Stratigrafi Regional daerah Kulon Progo, menurut Sujanto dan Ruskamil (1975)
daerah Kulon Progo merupakan tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan
Kebumen di bagian barat dan Yogyakarta di bagian timur, yang didasarkan pada
pembagian tektofisiografi wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yang mencirikan
tinggian Kulon Progo yaitu banyaknya gunungapi purba yang timbul dan tumbuh
di atas batuan paleogen, dan ditutupi oleh batuan karbonat dan napal yang
berumur neogen.
Dalam stratigrafi regional mengenai daerah fieldtrip, dibahas umur batuan
berdasarkan batuan penyusunnya, untuk itu perlu diketahui sistem umur batuan
penyusun tersebut. Sistem tersebut antara lain:
1. Sistem eosen

78

Batuan yang menyusun sistem ini adalah batu pasir, lempung, napal, napal
pasiran, batu gamping, serta banyak kandungan fosil foraminifera maupun
moluska. Sistem eosen ini disebut Nanggulan group. Tipe dari sistem ini
misalnya di desa Kalisongo, Nanggulan Kulon Progo, yang secara keseluruhannya
tebalnya mencapai 300 m. Tipe ini dibagi lagi menjadi empat yaitu Yogyakarta
beds, Discoclyina, Axiena Beds dan Napal Globirena, yang masing - masing
sistem ini tersusun oleh batu pasir, napal, napal pasiran, lignit dan lempung. Di
sebelah timur Nanggulan group ini berkembang facies gamping yang kemudian
dikenal sebagai gamping eosen yang mengandung fosil foraminifera, colenterata,
dan moluska
2. Sistem oligosen miosen
Sistem oligosen miosen terjadi ketika kegiatan vulkanisme yang
memuncak dari Gunung Menoreh, Gunung Gadjah, dan Gunung Ijo yang berupa
letusan dan dikeluarkannya material material piroklastik dari kecil sampai balok
yang berdiameter lebih dari 2 meter. Kemudian material ini disebut formasi
andesit tua, karena material vulkanik tersebut bersifat andesitik, dan terbentuk
sebagai lava andesit dan tuff andesit. Sedang pada sistem eosen, diendapkan pada
lingkungan laut dekat pantai yang kemudian mengalami pengangkatan dan
perlipatan yang dilanjutkan dengan penyusutan air laut. Bila dari hal tersebut,
maka sistem oligosen miosen dengan formasi andesit tuanya tidak selaras
dengan sistem eosen yang ada dibawahnya. Diperkirakan ketebalan istem ini 600
m. Formasi andesit tua ini membentuk daerah perbukitan dengan puncak puncak
miring.

79

3. Sistem miosen
Setelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami
penggenangan air laut, sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih muda
secara tidak selaras. Fase pengendapan ini berkembang dengan batuan
penyusunnya terdiri dari batu gamping reef, napal, tuff breksi, batu pasir, batu
gamping globirena dan lignit yang kemudian disebut formasi jonggrangan, selain
itu juga berkembang formasi sentolo yang formasinya terdiri dari batu gamping,
napal dan batu gamping konglomeratan. Formasi Sentolo sering dijumpai
kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi Jonggrangan dan formasi
Sentolo sama sama banyak mengandung fosil foraminifera yang beumur
burdigalian miosen. Formasi formasi tersebut memilik ipersebaran yang luas
dan pada umumnya membentuk daerah perbukitan dengan puncak yang relative
bulat. Diakhir kala pleistosen daerah ini mengalami pengangkatan dan pada
kuarter terbentuk endapan fluviatil dan vulkanik dimana pembentukan tersebut
berlangsung terus menerus hingga sekarang yang letaknya tidak selaras diatas
formasi yang terbentuk sebelumnya.
Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun batuan
stratigrafi regional menurut Wartono Rahardjo dkk(1977), Wirahadikusumah
(1989), dan Mac Donald dan partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi
menjadi 4 formasi, yaitu :
a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir,
sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu

80

gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300
m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi
nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di
daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo. Formasin Nanggulan
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Axinea Beds
Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari
abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies
litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.
2. Yogyakarta beds
Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras
denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi
nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung
banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.
3. Discocyclina beds
Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta
beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari batu napal yang terinteklasi
dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi dnegan
batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah discocyclina.
b. Formasi Andesit Tua
Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff,
tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang
tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras

81

dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini


formasi ini berumur oligosen miosen.
c. Formasi Jonggrangan
Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi,
batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya
terdiri dari batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu
gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak
selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur
miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan
gastropoda.
d. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir
napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan.
Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi
jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen bawah sampai
pleistosen.

82

Gambar 28. Peta Geologi Daerah Kulon Progo (Petatematikindo.wordpress.com)

B. Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah


Praktikum lapangan I di laksanakan pada hari minggu, 11 Mei 2014.
Semua praktikan kumpul di kampus II Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta pada pukul 07 :30 WIB. Setelah itu berangkat dari kampus II menuju
lokasi praktikum yang berada di daerah Kulon progo dengan mengendarai
kendaraan beroda dua, hingga sampai pada lokasi pengamatan pertama (LP1)
pada pukul 08:26 WIB.
Lokasi pengamatan pertama (LP1) berada pada tubuh sungai dengan
vegetasi yang sedang terdiri dari, pohon jati, pohon kelapa dll. Lokasi yang berada
pada kordinat 70 4415BT dan 11001149 LS dengan elevasi 122 mdpl ini
terletak di kali Nongko daerah Kulon progo dengan litologi dominan ialah batuan
beku. Untuk lebih jelas dapat dilihat di sketsa yang di lampirkan pada halaman
berikut.

83

Setelah itu berangkat dari lokasi pengamatan pertama ke lokasi


pengamatan berikutnya (LP2) dengan kordinat 0704355 BT dan 1100 11 49LS
dengan elevasi 165 mdpl ini terletak pada tubuh sungai, di Sungai Timala daerah
Kulon Progo yang bervegetasi sedang sampai jarang terdiri dari pohon jati, pohon
kelapa dll. Di lokasi ini litologi yang diamati ialah batuan sedimen klastik dan non
klastik, yaitu batupasir dengan sisipan lignit (batubara muda) dengan batulanau.
Untuk lebih lengkap, bisa dilihat dari sketsa yang telah di lampirkan di halaman
berikut.
Selesai pengamatan tersebut berangkat lagi ke lokasi pengamatan ketiga
(LP3) yang tidak jauh dari lokasi pengamatan kedua (LP2) kearah utara dengan
vegetasi dan morfologi yang sama dengan (LP2). Lokasi ini berada pada kordinat
0704352 BT dan 1100 11 47LS dengan elevasi 165 mdpl dengan litologi yang
diamati ialah batuan sedimen klastik yaitu (napal). Lebih jelasnya bisa dilihat dari
sketsa yang telah di sediakan di halaman berikut.
Setealh itu berangkat lagi ke lokasi pengamatan berikutnya yaitu lokasi
pengamtan keempat (LP4) yang berada pada kordinat 0704239 BT dan 1100 12
24LS dengan elevasi168 mdpl ini terletak di daerah Purwoharjo dengan
morfologi perbukitan terdenudasi bervegetasi sedang sampai jarang. Pada lokasi
ini singkapan yang diamati ialah batuan sedimen klastik yaitu breksi polemik
( breksi yang tersusun dari banyak fragmen yang berbeda beda). Untuk lebih
jelas boleh dilihat dari sketsa yang telah di lampirkan di halaman berikut.
VI.2

Lapangan 2

A. Geologi Regional Daerah Penelitian


Kondisi umum kecamatan Bayat
Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota
Yogyakarta. Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu
wilayah di sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jala raya

84

Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area
di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan
Selatan (Southern Mountains).
Kondisi geomorfologi
a. Perbukitan Jiwo
Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di
sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang
berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih
dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu
perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat
dan

Jiwo

Timur

yang

keduanya

dipisahkan

oleh

Sungai

Dengkeng

secara antecedent. Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo


Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian
ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast.
Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar
Perbukitan Jiwo. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo
Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng.
Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang
mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air
ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar.
Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo
merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi
yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk

85

dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat


saluran-saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G.
Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya
yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan
untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah
yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai
Rawa Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan
irigasi darah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.
Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari
sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat
mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat
aqueduct di sebelah seatan Jotangan menerus ke arah timur.
Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan
perbukitan memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan
punca-puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu
terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di
Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh
batuan metamorfik perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan
tebing-tebing yang terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan
akumulasi

endapan

sebagai colluvial.

hasil

erosi

Puncak-puncak

di

kaki

perbukitan

perbukitan
yang

ini

tersusun

yang

dikenal

dari

batuan

metamorfik terlihat menonjol dan beberapa diantaranya cenderung berbentuk


kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah degan relief kuat

86

ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak Konang kea rah timur hingga
puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak Pendul merupakan satusatunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi
morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik namun relief yang
ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.
1. Daerah Jiwo Barat
Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G.
Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki
litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 40
cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu
tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu
(reef). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak
langsung dengan batuan metamorfik (mica schist).
Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan
yang diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu
dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.
Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G.
Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit,
dan banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan
G. Merak pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan
mikrodiorit. Zona-zona lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak
dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan

87

yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungaisungai kecil yang menunjukkan kekar kolom (columnar joint).
Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk,
terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G.
Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan
bongkah-bongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran
pada area pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa
konglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut
ditafsirkan sebagai batuan berumur Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan
konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal.
Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit
Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat
penggalian penduduk untuk mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di
bukit tersebut.
2. Daerah Jiwo Timur
Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan
deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung
Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak,
terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang
kala terdapat ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur
Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami
deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.

88

Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai


kemungkinan karena kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di
daerah dataran. Kepastian stratigrafis antar satuan batuan tersebut barn dapat
diyakini jika telah ada pengukuran umur absolut. Walaupun demikian berbagai
pendekatan penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyak dilakukan oleh
para ahli.
Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah
barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas,
Gunung J okotuo dan Gunung T emas.
Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan sekismika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi
mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan batuan metasedimen (marmer) dimana
pada tempat tersebut dijumpai tanda-tanda struktur pense saran. Sedangkan
Gunung Temas merupakan tubuh batu gamping berlapis.
Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gampmg
nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping
nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping
nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutam di sekitar desa Padasan,
dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jopkotuo dan
Bawak.
Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir
yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini
adalah bukit Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum

89

tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas
batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu
gamping Neogen.
b. Daerah Pegunungan selatan
Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak
Pegunungan Baturagung, secara stratigrafis sudah tennasuk wilayah Pegunungan
Selatan. Secara struktural deretan pegunungan tersebut, pada penampang utaraselatan, merupakan suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur.
Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai
merupakan bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi
singkapan penting penting antard lain sekitar Lanang dan desa Tegalrejo
dijumpai batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan desa Banyuuripan,
yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola retakan radial yang
ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar desa
Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian
barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan
mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan
zona kekar.
Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-Iperlapisan batuan sedimen
akan dijumpai dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir
krikilan, batu pasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamtan sepanjang jalan ini

90

sangat penting untuk melacak keaadaan strtigrafis serta struktur geologi di daerah
selatan Kampus Lapangan.
c. Kondisi statigrafi regional
Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf
berupa filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk
batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung
untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang
diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang
menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang
menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping
Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.
Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir
yang tidak garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di
atasnya tertutup oleh batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang
melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina,
menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar ini bersarna
dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu
lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas. Secara
resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya,
batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku
menengah bertipe dioritik.

91

Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang


terletak di bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike.
Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi
di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini secara
stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping yang masih mempunyai
kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike! intrusi pendul oleh
Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta tahun,
dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang
menfsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari
gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di
Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati.
Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut
disebabkan oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir
oligosen. Proses erosi terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada,
kemudian disusul oleh periode transgresi dan menghasilkan pengendapan batu
garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut
mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang tersingkap lenih
banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya).
Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi
WungkalGampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan
Pegunungan Baturagung di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastikmarin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi
lainnya

tersingkap dengan

baik. Perbedaan-perbedaan ini

kemungkinan

92

disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo
dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.
Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir.
Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan
Jiwo berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari
gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan
aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo.
Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :
1. Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan
lava, umur Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.
2. Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian
bawah (N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.
3. Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan
lempung dan batu pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah dengan
Formasi Nglanggran.
4. Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan
breksi aliran.
5. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari
akan dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan
6. Formasi Kepek.

93

Gambar 29. Peta Geologi Daerah Bayat (earthy-moony.blogspot.com)


B. Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah
Praktikum lapangan di laksanakan pada hari minggu, 15 juni 2014. Semua
praktikan kumpul di kampus II Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta pada pukul 07 :30 WIB. Setelah itu berangkat dari kampus II menuju
lokasi praktikum yang berada di daerah Bayat dengan mengendarai kendaraan
beroda dua sekitar pukul 07:50 WIB dengan perjalanan yang memakan waktu
sekitar 30 menit ke arah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga sampai pada
lokasi pengamtan pertama pada pukul 08:20 WIB.
Lokasi pengamatan pertama (LP1) berada di tubuh sungai yang
bervegetasi sedang terdiri dari pohon jati, pohon dll, dengan kordinat 07 04830
BT dan 1100 27 33LS dan elevasi 144mdpl. Di lokasi ini ada dua singkapan
yang diamati yaitu batuan piroklastik dan batuan beku (lava bantal). Dapat dilihat
di sketsa di halaman berikut.

94

Selesai mengamati, berangkat lagi ke lokasi pengamatan kedua (LP2)


dengan mengendarai kendaraan beroda dua dengan perjalanan yang cukup lama
sekitar 2 jam lebih untuk mencapai lokasi pengamatan kedua. Lokasi ini berada di
daerah Gunung gajah (Bayat) dengan kordinat 0704919 BT dan 1100 40 21LS
dengan elevasi 150 mdpl, morfologi perbukitan terdenudasi

dengan vegetasi

jarang . Litologi yang diamati ialah batuan beku (spheroidal weathering).


Setelah itu berangkat lagi ke lokasi berikutnya yaitu lokasi pengamatan
ketiga (LP3) yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya sekitar 70 meter kearah
selatan lokasi pengamtan kedua. Lokasi pengamatan ketiga mempunyai morfologi
dan vegetasi yang sama dengan lokasi pengamatan kedua. Lokasi ini berada di
kordinat 0704625 BT dan 1100 27 33LS dengan elevasi 157 mdpl. Pada lokasi
ini litologi yang diamati ialah batuan beku. Dapat dilihat di sketsa di halaman
berikut.
Setelah mengamatinya, berangkat lagi ke lokasi pengamatan keempat
(LP4), lokasi tersebut berada pada kordinat 07 04603 BT dan 1100 40 07LS
dengan elevasi 135 mdpl, lokasi yang berada pada morfolgi lereng perbukitan ini
dengan vegetasi sedang sampai lebat terdiri dari pohon jati, pohon kelapa, pohon
mahoni dll, ini terletak di daerah Watu Prahu (Bayat). Di lokasi ini litologi yang
diamati ialah batuan sedimen karbonat, dapat dilihat di sketsa yang telah
dilampirkan di halaman berikut.
Setelah itu berangkat lagi ke lokasi berikutnya yaitu lokasi pengamatan
terakhir (LP5) yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya, lokasi ini berada di
kordinat 0704537 BT dan 1100 40 29LS dengan elevasi 156 mdpl terletak di

95

daerah Joko Tuwo (Bayat), morfologi lokasi adalah perbukitan denudasional


dengn vegetasi sedang sampai lebat terdiri dari pohon jati, pohon mahoni dll. Di
lokasi terakhir ada 2 litologi yang diamati yaitu batuan metamorf (sekis dan
marmer), dapat dilihat dari sketsa yang di lampirkan berikut.

96

BAB VII
PENUTUP

VII.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di lapangan pertama, dapat saya mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
-

Lokasi pengamatan pertama (LP1) denga litologi batuan beku intermediet


(andesit), dengan komposisi mineral yang dominan horblende, plagioklas
dan sedikit piroksin berupa mineral mineral yang berukuran porfiro
afanitik yang mencirikan bahwa batuan tersebut terbentuk di luar

permukaan bumi berupa lava.


Lokasi pengamatan kedua (LP2) dengan litologi batuan sedimen klastik
berupa batupasir dan batulanau dengan sisipan batuan sedimen nonklastik
berupa lignit (batubara muda), proses ini mencirikan bahwa litologi
tersebut merupakan hasil pengendapan dari material material dan
tumbuh tumbuhan yang telah mati dan diendapkan oleh material

material hasil transportasi.


Lokasi pengamatan keitga (LP3) dengan litologi yang disusun oleh batuan
sedimen, dengan struktur berfosil dan komposisi matrik lanau sampai
lempung dengan semen karbonat yang sangat tinggi. Hal tersebut
mencirikan

bahwa

litologi

di

daerah

tersebut

merupakan

hasil

pengendapan dari material material yang tertransport air dan angin.


Lokasi pengamatan keempat (LP4) dengan litologi batuan sedimen klastik,
litologi yang komposisinya disusun oleh beberapa fragmen yang berbeda
beda dan matrik bongkah lanau dengan semen silika, hal ini mencirikan
bahwa litologi tersebut merupakan hasil rombakan dari batuan lain yang
telah mengalami transportasi dan terkonsolidasi tidak jauh dari batuan
induknya.

Pada pengamatan lapangan kedua dapat saya menyimpulkan sebagai berikut:

97

Lokasi pengamatan pertama (lp1) dengan dua litologi yang berbeda yaitu
batuan beku dan piroklastik. Pada singkapan batuan beku mempunyai
struktur singkapan berupa lava bantal atau pillow lava dengan komposisi
mineral olivin, piroksin, horblende, proses ini mencirikan bahwa batuan
tersebut terbentuk di luar permukaan bumi berupa lava yang mengalir ke
permukaan dan terkontak langsung dengan air.
Pada singkapan batuan piroklastik mempunyai struktur perlapisan,
dan disusun oleh fragmen berupa tuff, matrik pasir dan semen silika,
proses ini menunjukkan bahwa singkapan tersebut merupakan hasil erupsi
dari material material gunungapi yang tertransport dan terkonsolidasi

jauh dari source-nya


Lokasi pengamatan kedua (LP2) dengan litologi batuan beku dengan
strukur masif, dan komposisinya disusun oleh plagioklas, muskovit biotit
dan kuarsa, batuan tersebut terbentuk dibawah permukaan bumi dan
nampak di permukaan bumi karena mengalami proses pengangkatan dari
tenaga endogenik. Batuan tersebut telah mengalami pelapukan membola (
spheroidal weathering ) hal ini menunjukkan bahwa batuan tersebut telah
mengalami struktur geologi berupa kekar yang diisi oleh air hujan

sehingga pada akhirnya batuan tersebut mengalami pelapukan membola.


Lokasi pengamtan ketiga (LP3) dengan litologi batuan beku intermediet
berupa diorit karena batuan tersebut mempunyai struktur masif dengan
komposisi mineral plagioklas, muskovit, kuarsa. Batuan tersebut terbentuk
dibawah permukaan bumi berupa dike yang memotong perlapisan batuan
dan nampak ke permukaan akibat lapisan yang diatasnya telah mengalami

erosi.
Lokasi pengamatan keempat (LP4) dengan litologi batuan sedimen
karbonat, dengan struktur batuan berfosil dan teksur amorf dengan
susunan komposisi monomineralik (karbonat). Proses ini menunjukkan
bahwa batuan tersebut terbentuk di lingkungan air laut dan tersedimentasi
secara bersamaan dengan organisme yang hidup di laut kemudian muncul
di permukaan bumi karena mengalami proses pengangkatan oleh tenaga
endogen.

98

Lokasi pengamatan kelima (LP5) dengan litologi batuan metamorf dengan


2 singkapan.
Singkapan pertama dengan tekstur granoblastik dan struktur non
foliasi yang tersusun oleh komposisi mineral kalsit ( CaCO 3). Dari tekstur,
struktur dan komposisi mineralnya menunjukkan bahwa batuan tersebut
merupakan batuan hasil metamorfisme kontak atau thermal

pada

batugamping yang nampak di permukaan bumi karena mengalami


pengangkatan dan lapisan atasnya telah tererosi.
Singkapan kedua dengan tekstur lepido- granoblastik, dan struktur
foliasi dengan komposisi mineral zeoliet. Dari hasil tersebut dapat kita
mengetahui bahwa batuan tersebut mengalami metamorfisme dengan suhu
dan tekanan yang tinggi.
Selain dari hasil pengamatan di lapangan adapula hasil deskripsi
batuan di laboratorium. Deskripsi batuan sedimen 2 kali, batuan sedimen 3
kali, batuan metamorf 2 kali dan batuan piroklastik 2 kali. Metode
pendeskripsiannya maju satu satu ke depan dan mendeskripsikan batuan
secara handspacemen dan mendeskripsikan batuan di tempat duduk
masing masing.

VII.2 Saran
Sebaiknya untuk kedepannya asisten dosen harus mempersiapkan modul
praktikum agar praktikum bisa memakai buku tersebut sebagai buku acuan,
sehingga dapat mempermudah kegiatan praktikum. Tapi pada intinya praktikan

99

merasa puas dengan penjelasan yang diberikan oleh para asisten. Semoga
kedepannya bisa lebih baik lagi.
Terimakasih kepada para asisten dosen yang telah membagikan ilmu
pengetahunnya untuk praktikan, walaupun ada praktikan yang sering membuat
asisten dosen kecewa atau marah, sebagai praktikan saya minta maaf.

Anda mungkin juga menyukai