Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Laporan Resmi Praktikum Petrologi
BAB I
PENDAHULUAN
mempelajari
batuan
denagn
menggunakan
mata
telanjang,
biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil
pelapukan dan erosi termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis batuan, yaitu:
1. Batuan beku (Igneous Rocks), adalah kumpulan mineral silikat sebagai
hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.
2. Batuan sedimen (Sedimentary Rocks), adalah hasil litifikasi bahan
rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme.
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (Metamorpic Rocks), adalah
batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral dan fasa padat sebagai kondisi
perubahan fisika (tekanan dan temperatur).
Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat
mengalam jentera (siklus) batuan seperti pada gambar 1.
Secara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk
menjelaskan apa itu Petrologi, disertai dengan deskripsi mineral menurut struktur
dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis batuan baik Batuan Beku, Batuan
Sedimen, Batuan Metamorf dan Batuan Piroklastik. Dan juga agar dapat mengerti
perbedaan dan cara terbentuknya batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf
dan batuan piroklastik.
Selain itu untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa teknik
geologi tentang berbagai jenis batuan di muka bumi ini, berdasarkan petrogenesa
batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh batuan tersebut,
sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis batuan dilapangan nantinya.
I.3 Metode Penulisan
Metode penulisan laporan ini diambil dari sumber sekunder yaitu: dari
buku-buku atau diktat yang diberikan dosen, buku panduan dari praktikum,
laporan dari senior, juga sumber yang didapat dari internet.
Dari sumber primer yaitu: hasil deskripsi batuan di laboratorium dan juga
hasil pengamatan langsung di lapangan.
I.4 Alat dan Bahan
A. Praktikum Laboratorium
1. Alat tulis
2. Pensil Mekanik
3. Pensil warna (1 set)
4. Mister (1 set)
5. Busur 3600
6. Kertas HVS
7. Larutan HCl
8. Loupe
9. Batuan
B. Praktikum Lapangan
1. Alat tulis
2. Pensil Mekanik
3. Pensil warna (1 set)
4. Mister (1 set)
5. Busur 3600
6. Kertas HVS
7. Larutan HCl
8. Loupe
9. Kompas
10. GPS
11. Palu Sedimmen
12. Palu Beku
13. Singkapan Batuan
BAB II
PETROLOGI BATUAN BEKU
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun di kerak bumi. Umumnya proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur penurunan tekanan atau
perubahan komposisi. Lebih daari 700 tipe batuan beku telah dideskripsikan,
sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
b.
c.
Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,
sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur
d.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya
b.
sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill.
Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
c.
2.
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
b.
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
c.
d.
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
Vesikuler, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
e.
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
f.
a.
Batuan Intrusi
Batuan Ekstrusi
Granit
Riolit
Syenit
Trahkit
Diorit
Andesit
Dasar
Tonalit
Dasit
Monsonit
Latit
Gabro
Basal
pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti
kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (Silika) pada tabel di bawah :
Tabel 2. Pembagian Batuan Beku menurut kandungan Silika
(ptbudie.wordpress.com)
Nama Batuan
Batuan Asam
Batuan Menengah
Batuan basa
Batuan Ultra basa
Kandungan Silika
Lebih besar 66 %
52 66 %
45 52 %
Lebih kecil 15 %
Nama Batuan
Kandungan Silika
Leucocratic
Mesocratic
Melanocratic
0 33 %
34 66 %
67 100 %
Batuan Felsik
Batuan Mafik
Batuan Ultramafik
10
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a.
b.
c.
2.
3.
4.
5.
Felspar
Keluarga syenitfonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-
6.
7.
8.
plagioklas melimpah
Keluarga gabbrobasalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar
11
9.
10.
tidak hadir
Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik, plagioklas (Ca)
sangat sedikit atau absen.
mineral-mineral
berat
dengan
kandungan
unsur-unsur
seperti
12
13
1. Peridotit
Peridotit adalah kelompok betuan ultra basa. Pada umumnya berwarna
gelap, berat jenisnya 3 3,3. Komposisi dan persentase secara umum dari mineral
pembentuk batuannya adalah : mineral mafis (olivin, piroksen, hornblenda) 85-95
%, mineral bijih (magnetit, ilmenit,kromit dll) 10-3 %, plagioklas kalsium 5 %.
Kelompok batuan peridotite terdiri dari :
a. Duniteterdiri dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite pyroxene
dan chromite.
b. Harzburgite terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite.
c. Lherzolite terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite
dan atau pyrope garnet.
d. Pyroxenite terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan
sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel.
Nama Batuan : Peridotite
14
2. Dunite
Dunit adalah batuan beku plutonik, komposisi ultramafik, dengan tekstur
kasar atau phaneritic. Pengelompokan mineral olivin lebih besar dari 90%, dengan
sejumlah kecil mineral lain seperti piroksen, kromit dan pyrope.
Dunite adalah olivin yang kaya akhir-anggota kelompok dari mantel
peridotit yang diturunkan batu. Dunit dan batuan peridotit lainnya dianggap
konstituen utama dari mantel bumi di atas kedalaman sekitar 400 kilometer. Dunit
jarang ditemukan dalam batuan kontinental, tetapi di mana ia ditemukan, biasanya
terjadi di dasar urutan ofiolit di mana lempengan batu mantel dari zona subduksi
telah diserahkan ke kerak benua dengan obduction selama benua atau pulau busur
tabrakan (orogeny). Hal ini juga ditemukan di massifs alpine peridotit yang
mewakili potongan sub-kontinental mantel terkena selama orogeny tumbukan.
Dunit biasanya mengalami metamorfosis retrograde di dekat permukaan
lingkungan dan diubah untuk serpentinit dan soapstone.
Dunit dapat digunakan untuk menyerap CO2 dan membantu mengurangi
perubahan iklim global melalui batu dipercepat pelapukan. Hal ini akan
melibatkan penyebaran jumlah besar dunit ditumbuk halus di daerah tropis
dikenal dekat sumber dunit.
15
3. Harzburgite
Pada batuan beku ultrabasa, harsburgit, adalah berbagai peridotit yang
sebagian besar terdiri dari dua mineral, olivin dan rendah kalsium (Ca) piroksen
(enstatite), melainkan adalah nama untuk kejadian di Pegunungan Harz Jerman.
Ini biasanya berisi persen spinel kromium kaya beberapa mineral sebagai aksesori.
Garnet-bantalan harzburgit jauh kurang umum, ditemukan paling sering sebagai
xenoliths di kimberlite.
Harzburgit biasanya membentuk dengan ekstraksi parsial meleleh dari
peridotit piroksen kaya lebih disebut lherzolite. Magma cair diekstraksi dari
harzburgit kemudian dapat meletus di permukaan sebagai basal. Jika pencairan
sebagian harzburgit berlanjut, semua piroksen dapat diekstraksi dari itu untuk
membentuk magma, meninggalkan peridotit piroksen miskin disebut dunit.
Harzburgit juga bisa terbentuk oleh akumulasi piroksen dan olivin rendah Ca di
ruang magma besar basal dalam di kerak benua (intrusi berlapis).
16
4. Lherzolite
Lherzolite, adalah jenis batuan beku ultrabasa. Ini adalah batu berbutir
kasar yang terdiri dari 40 sampai 90% olivin bersama dengan orthopyroxene
signifikan dan lebih rendah yg mengandung kapur clinopyroxene kromium kaya.
Mineral minor termasuk spinel krom dan aluminium dan garnet. Plagioklas dapat
terjadi pada lherzolites dan peridotites lain yang mengkristal pada kedalaman
yang relatif dangkal (20 - 30 km). Pada plagioklas lebih mendalam tidak stabil
dan diganti dengan spinel. Pada kedalaman sekitar 90 km, garnet pyrope menjadi
fase alumina stabil. Lherzolite Garnet adalah konstituen utama dari mantel atas
bumi (memanjang sampai kedalaman ~ 300 km). Lherzolite diketahui dari bagian
ultramafik yang lebih rendah dari kompleks ofiolit (meskipun harzburgit lebih
sering terjadi pada pengaturan ini), dari alpine tipe massifs peridotit, dari zona
fraktur berdekatan dengan pertengahan samudera pegunungan, dan sebagai
xenoliths dalam pipa kimberlite dan basal alkali. Pencairan sebagian spinel
lherzolite adalah salah satu sumber utama dari magma basaltik.
Nama ini berasal dari Massif Lherz, sebuah alpine peridotit kompleks
(juga dikenal sebagai kompleks lherzolite orogenic), (lokalitas jenis) di Lers
17
Etang de, dekat Massat di Pyrenees Perancis; Lherz adalah ejaan kuno dari lokasi
ini.
Masif Lherz juga mengandung harzburgit dan dunit, serta lapisan spinel
piroksenit, piroksenit garnet, dan hornblendite. Lapisan mewakili sebagian
mencair diekstrak dari peridotit host selama dekompresi di dalam mantel panjang
sebelum emplasemen menjadi kerak.
Massif Lherz adalah unik karena telah emplaced ke Paleozoikum karbonat
(batugamping dan dolostones), yang membentuk campuran breksi batu kapurlherzolite sekitar margin dari massif tersebut. Contoh batuan beku ultrabasa
Lherzolite.
5. Pyroxenite
Piroksenit merupakan batuan beku ultrabasa terdiri terutama dari mineral
dari kelompok piroksen, seperti augit dan diopside, hipersten, bronzite atau
enstatite. Mereka diklasifikasikan (lihat diagram di bawah) ke clinopyroxenites,
orthopyroxenites, dan websterites yang mengandung kedua pyroxenes. Erat
bersekutu dengan kelompok ini adalah hornblendites, terdiri terutama dari
hornblende dan amfibol lainnya.
18
6. Picrite Basalt
Picrite basal, adalah berbagai tinggi magnesium basal olivin yang sangat
kaya akan olivin mineral. Hal ini gelap dengan kuning-hijau fenokris olivin (20
sampai 50%) dan hitam untuk piroksen coklat tua, sebagian besar augit.
Para basal olivin picrite kaya yang terjadi dengan basal tholeiitic lebih
umum dari Kilauea dan gunung berapi lain dari Kepulauan Hawaii adalah hasil
dari akumulasi kristal olivin baik dalam sebagian dari dapur magma atau di
sebuah danau kaldera lava. komposisi batuan dengan baik diwakili oleh campuran
dari olivin dan basalt tholeiitic tipikal.
Nama picrite juga dapat diterapkan ke olivin yang kaya alkali basal: picrite
seperti sebagian besar terdiri dari fenokris dari olivin dan piroksen titanium kaya
augit dengan plagioklas kecil diatur dalam massa dasar dari augit dan lebih sodik
plagioklas dan mungkin analcite dan biotit.
19
7. Komatite
Komatite adalah jenis ultrabasa mantel yang diturunkan dari batu vulkanik.
Komatiites memiliki silikon kalium, rendah dan aluminium, dan tinggi untuk
kadar magnesium yang sangat tinggi. Komatiite bernama untuk lokalitas jenisnya
sepanjang Sungai Komati di Afrika Selatan.
Komatiites benar sangat jarang dan pada dasarnya terbatas pada batuan
usia Archaean, dengan komatiites Proterozoikum atau Fanerozoikum beberapa
dikenal (meskipun tinggi magnesian lamprophyres dikenal dari Mesozoikum).
Pembatasan usia ini diduga terjadi karena pendinginan dari mantel, yang
mungkin sampai 500 C lebih panas selama awal hingga pertengahan Archaean
(4,5-2,6 Ga). Bumi awal memiliki produksi panas lebih tinggi, karena panas sisa
dari akresi planet, serta banyak keberlimpahan elemen radioaktif.
20
21
2. Basalt
Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan
magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya
membentuk lempeng samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat
baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Basalt adalah umum
ekstrusif batuan vulkanik . Biasanya berwarna abu-abu menjadi hitam dan halus
karena pendinginan yang cepat dari lava pada suhu permukaan. Menurut definisi
resmi, basal didefinisikan sebagai batuan beku aphanitic yang mengandung,
volume, kurang dari 20% kuarsa dan kurang dari 10% feldspathoid dan di mana
setidaknya 65% dari felspar dalam bentuk plagioklas.
Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri
atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam.
22
Kandungan mineral Vulkanik ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt
yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabro.
Diorit
Batuan ini merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang
23
maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan
atau jalan raya.
Andesit
Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara
dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi. Batuan
lelehan dari diorit, berbutir halus, bertekstur halus, dimana batuan andesit
memiliki derajat kristalisasi holokristalin hingga hipokristalin, yaitu dimana
perbandingan komposisi mineralnya mayoritas diisi oleh mineral kristalin, sifat
dari andesit yaitu intermediet, struktur yang dimiliki oleh andesit yaitu massif atau
pejal. Andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam, yaitu
andesit terbentuk berasal dari magma yang sedang menuju kepermukaan bumi
atau membeku dalam celah-celah di kerak bumi. Gunung api di Indonesia
umumnya menghasilkan batuan andesit. Batuan andesit yang banyak mengandung
mineral hornblende sehingga disebut dengan andesit-hornblende, sedangkan yang
banyak mengandung piroksen disebut dengan andesit-piroksin.
24
3. Syenit
Syenit adalah batuan beku intrusif kasar dari komposisi umum yang sama
seperti granit tetapi dengan kuarsa tidak ada atau hadir dalam jumlah yang relatif
kecil (<5%). Komponen feldspar dari syenite didominasi basa dalam karakter
(biasanya orthoclase). Feldspars plagioklas mungkin hadir dalam jumlah kecil,
kurang dari 10%. Ketika hadir, mineral ferromagnesian biasanya amphibole
hornblende, piroksen jarang atau biotit. Biotit jarang, karena dalam magma
syenite paling aluminium digunakan dalam memproduksi feldspar. Syenite
biasanya baik peralkaline dengan proporsi tinggi unsur alkali relatif terhadap
aluminium, atau peraluminous dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
aluminium relatif terhadap elemen alkali (K, Na, Ca).
25
4. Monzonit
Monzonit adalah batuan beku plutonik yang terdiri dari jumlah yang kirakira sama dari plagioklas dan feldspar ortoklas. Monzonit mirip dengan syenit
tetapi dengan ortoklas kurang atau feldspar kalium. Dengan plagioklas lebih yg
mengandung kapur dan mineral akan mafik sebuah diorit.
26
Batuan beku Asam adalah batuan beku yang bersifat asam, memiliki
kandungan SiO2 > 60%, memiliki indeks warna < 20%. Terbentuk langsung dari
pembekuan magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi
padat di daerah vulkanik dengan temperatur tinggi. Pada umumnya batuan beku
asam memiliki warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari
magma asam kaya kuarsa, sedangkan kandungan oksida magnesiumnya rendah.
Kuarsa adalah mineral yang hanya mengandung silikon dioksida (SiO 2)
tanpa ada kandungan aluminium, besi, magnesium, kalsium, sodium atau
potasium. Mineral penting lainnya adalah felspar, seperempat hingga setengah
kandungan silika seperti pada kuarsa digantikan oleh unsur aluminium. Felspar
juga mengandung potasium, sodium atau kalsium, namun tidak mengandung
magnesium dan besi.
Batuan beku intrusif yang bersifat felsik terbagi menjadi granit dan
granodiorit, tergantung pada banyaknya kandungan potasium. Keduanya berwarna
terang dan mengandung mineral kuarsa dan felspar berukuran kristal besar.
Batuan beku ekstrusif yang memiliki komposisi kimia yang sama dengan granit
adalah riolit, dan yang sama dengan granodiorit adalah dasit. Riolit dan dasit,
keduanya berwarna terang dan mineralnya berukuran halus.
27
(www.encyclopedia.com/topic/granite.aspx)
28
2. Warna
Bataun beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral mineral felsik, misalnya kuarsa, potasium feldspar
dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan
beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batun beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah minera mineral mafik.
Warna batuan sangat berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusun
batuan. Mineral penyusun batuan tersebut sangat berkaitan erat dengan magma
asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya.
3. Sruktur
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang
besar,sepetti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti
lavabongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat
erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam sturktur batuan beku
adalah:
a. Masif, apabila tidak menunjukkan fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.
29
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada
batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal
dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm dan
jaraknya berdekatan, khas pada bulkanik bawah laut.
c. Joint, struktur ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak
lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar
jointing.
d. Vesikuler, merupakn struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai
dengan
lubang-lubang
sebagai
akibat
pelepasan
gas
selama
pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnya).
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh
mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
g. Xinolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini
terbentuk sebagai akibat peleburan tidak semprna dari suatu batuan
samping di dalm magma yang menerobos.
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmenfragmen dari lava itu sendiri.
30
4. Tekstur
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau
mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan.
Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi.
Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma
dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah
pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat
kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan
kemas (fabric), (Wiliams, 1982; Huang, 1962).
a. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan
masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holohyalin
b. Granularitas
31
c. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam, yaitu:
32
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
lain.
d. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari ukuran dikenal:
33
Hipiodiomorfik
granular,
yaitu
sebagian
besar
mineralnya
5. Komposisi mineral
34
Kuarsa (SiO2)
(K, Na)
35
Kelompok
Amphibole,
terdiri
dari
antofilit,
cumingtonit,
36
c. Mineral tambahan
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma,
umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam holongan ini antara lain:
-
Nama
Bentuk dan
Mineral
Warna
Perawakan
Belahan
Keterangan
Tidak sempurna
Kilap kaca
Prismatik pendek,
masif, membutir
lurus
permukaannya halus
Prismatik panjang,
2 arah membentuk
menyerat dan
sudut lancip
Kristal
Tidak teratur,
membutir dan masif
Olivin
Piroksen
Amphibol
Hijau
Hitam-coklat
Kilap arang
membutir
Tabular, berlembar
(memika)
Biotit
Hitam-coklat
2 arah
Kilap kaca
2 arah
Kilap kaca/lemak
Prismatik, tabular
panjang, masif,
Feldspar Alkali
Merah jambu/putih/hijau
membutir
37
Prismatik/tabular
panjang. Masif,
Plagioklas
membutir
3 arah
Tabular berlembar
Kilap kaca/lemak
Kilap kaca/mutiara
(memika)
Muskovit
Putih transparan
1 arah
Tidak teratur,
Kilap kaca/lemak
Kalsit
Tidak berwarna
3 arah
Rombohedral, masif,
membutir
dengan HCl
Sempurna
Umumnya pada
batuan metamorfik
Klorit
dan lapukan
batuanbeku basa
Serisit
Hijau
Berlembar, memika
Sempurna
Tabular, berlembar
Sempurna
Asbes
Tidak ada
Kilap lemak
asbestos
Garnet
Coklat merah-hitam
Poligonal, membutir
Tidak ada
Kilap kaca/mutiara
Kubus, masif ,
Sempurna
Sebagai garam
kekuningan, merah
membutir
Halit
evaporite
38
Gypsum
Memapan,
Lembar-lembar tipis
membutir, menyerat
terjadi karena
Sempurna
Anhidrit
Masif, membutir
Sempurna
evaporasi
Karena evaporasi
39
40
BAB III
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN
41
rijang
adalah
hasil
diagenesis,
terbentuk
oleh
penggantian mineral lain oleh air kaya silika yang mengalir melalui
batuan.
Umumnya
mengganti
batugamping
(contoh
sebagai
42
B. Cara Pemerian
1. Batuan sedimen klastik
Pemerian batuan sedimen klastik meliputi:
a. Jenis batuan
Batuan sedimen klastik
b. Warna
Secara umum warna batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Warna mineral pembentuk batuan sedimen
Contoh, jika mineral pembentukan batuan sedimen didominasi oleh
kuarsa maka batuan akan berwarna putih.
2. Warna masa dasar/matrik atau warna semen
3. Warna material yang menyelubungi
Contoh batupasir kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan
berwarna hijau.
4. Derajat kehalusan butir
Contoh pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus
ukuran butir maka warnanya cenderung ajan lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan
43
2. Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan
endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai
berikut:
44
seorang peneliti
3. Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi
butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi
menjadi:
cembung (Ekuidimensional).
Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar,
yang tajam.
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing
dan tajam.
45
4. Kemas (Fabric)
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir padabatuan sedimen.
Batuan sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar
butir dan sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa
banyak ruang atau rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memiliki
ukuran butir pasir halus hingga lempung karena pada ukuran tersebut
cenderung sekali memiliki ruang antar butiran.
d. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari
batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan
energi pembentuknya. Studi struktur paling baik dilakukan di lapangan
(Pettijhon, 1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat
dibagi menjadi tiga maca yaitu:
1. Struktur Sedimen Primer
46
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing
atau binatang lainnya. Struktur organik antara lain: kerangka, laminasi
pertumbuhan dan lain-lain.
Macam-macam perlapisan:
Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijhon & Potter, 1964) atau
ketebalan lebih dari 120 cm.
Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm.
Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada
arah vertikal.
Perlapisan Silang Siur
47
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmeen dan
terletak diantarannya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan
batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah materian pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen,
dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim
adalah:
Semen Silika (kalsedon dan kuarsit)
Semen oksida (limonit, hematit dan siderit)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak
48
lingkungan
49
Nama Butir
Berbutir kasar
Berbutir sedang
Berbutir halus
Berbutir sangat halus
2. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau metamorf.
d. Struktur
Struktur batuan sedimen non klastik yaitu masif, terbentuk oleh reaksi
kimia maupun aktifitas organisme.
e. Komposisi mineral
Komposisi mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari larutan kimia
yaitu monomineralik karbonat.
f. Petrogenessa
Terbentuk dari reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu
kristalisasi atau organik.
III.2 Batuan Sedimen Karbonat
A. Pengertian
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral
mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya,
mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (CO3)2). Batuan
karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan
batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat bervareasi mulai dari praKambrium sampai Kuarter. Di alam batuan karbonat menempati 1/5 1/4 dari
seluruh catatan stratigrafi dunia. Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas dunia
diambil dari batuan karbonat. Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia,
50
51
Nama Butir
Rudit
Arenit
Lutite
d. Struktur
Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijhon & Potter, 1964) atau
Laminasi
52
arah vertikal.
Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di
atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat
hasil pertumbuhan.
Interclas, merupakan butiran-butiran dari hasil abrasi batugamping yang
telah ada.
Pisolit, merupan butiran-butiran dari hasil oolit berukuran lebih dari 2 mm.
Pelet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur
konsentris.
2. Mikrit
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal
karbonat terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitasi dari air
laut dan mengisi rongga antar butir.
53
3. Sparit
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butri dan rekahan, berukuran
halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau
rekristalisasi dari mikrit.
f. Petrogenesa
Batugamping
klastik
adalah
batugamping
yang
terbentuk
dari
54
e. Komposisi mineral
Komposisi mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari larutan
kimia. Contoh: batugamping (kalsit, dolomit).
f. Petrogenesa
Batugamping non klastik terbentuknya dari proses proses kimiawi
maupun organis. Umumnya bersifat monomineral. Dapat dibedakan
menjadi:
1. Hasil biokimia: bioherm, biostrom
2. Hasil larutan kimia: travertin, tufa
3. Hasil replacement: batugamping
fostat,
batugamping
dolomit,
BATUAN KARBONAT
Klastik
Non Klastik
Dominasi rombakan
Dominasi
Pertumbuhan
Karbonat
>2 mm
Kalsirudit
rombakan
terumbu
Kristalin
Fosil
Batugamping
Batugamping
Batugamping
55
1-0,06 mm
Kalkarenit
<0,06 mm
Kalsilutit
Bioklastik
terumbu
Kristalin
56
BAB IV
PETROLOGI BATUAN METAMORF
57
a.
b.
c.
d.
batuan beku basa, semibasa dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen
yang bersifat napalan dengan kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.
5. Magnesia Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan yang kaya akan Mg. Contoh : serpentit, sekis.
A. Batuan metamorf regional (Dinamo-Termal)
Batuan metamorf dinamo merupakan batuan malihan yang terbentuk
karena faktor tekanan dan waktu yang lama. Contoh batuan ini adalah batuan
sabak. Batu sabak terbentuk dari sedimen tanah liat yang luas dan tertimbun
batuan di atasnya dalam waktu lama. Akibat tekanan dalam waktu yang lama dari
timbunan tersebut, sedikit demi sedikit berubah menjadi batuan yang berlapislapis sebagai batu sabak. Batuan metamorf dinamo disebut juga batuan metamorf
kinetis.
58
59
60
berkaitan
erat
dengan
komposisi
mineral
61
lebih
kasar
daripada
62
equidemensional
serta
pada
jenis
ini
tidak
ditemukan
kuarsit.
Liniasi, pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineralmineral menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan
asbestos.
Kataklastik, suatu struktur yang berkambang oleh penghancuran terhadap
halus lagi.
Flaser, seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk
halus.
d. Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi
karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam
suasana cair. Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kristoblastik
63
Yaitu tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk
pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
disebut porfiroblast.
Granoblastik, tekstur pada batuan metamorf dinama butiranya seragam.
Lepidoblastik, dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling
64
1. Mineral Stress, adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh
memanjang dengan kristal tegak lurus gaya.
Contohnya: Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Hornblende,
Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit.
2. Mineral Antistress, adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi
tertekan, umumnya berbentuk equidimensional.
Contohnya: Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldspar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu seperti:
Pada metamorfisme regional: Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit,
Talk, Glaukofan.
Pada metamorfisme termal: Garnet, Andalusit, Korundum.
f. Petrogenesa
Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan
temperatur yang tinggi dalam kulit bumi dari batuan yang sudah ada
(batuan beku dan batuan sedimen).
Tabel 11. Nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, serta
batuan asal. (Buku Panduan praktikum Geologi Dasar)
Batuan
Metamorfik
Slate
Phyllite
Mica Schist
Gneiss
Marble
Tekstur
Foliasi
Foliasi
Foliasi
Foliasi
Non Foliasi
Derajat
Metamorfosa
Rendah
Rendah-sedang
Sedang-tinggi
Tingi
Rendah-tinggi
Batuan Asal
Quartzite
Amphibolite
Chlorite Schist
(Green Schist)
Hornfels
Non Foliasi
Non Foliasi
Foliasi
Sedang-tinggi
Sedang-tinggi
Rendah
Serpih (Shale)
Serpih (Shale)
Serpih (Shale)
Granit, Andesit
Batugamping
Dolomit
Batupasir, Kuarsa
Basalt, Gabro
Basalt
Non Foliasi
Talc Schist
Foliasi
Meramorfosa
Kontak
Rendah
Semua jenis
batuan
Peridotit
65
BAB V
PETROLOGI BATUAN PIROKLASTIK
piroklastik
adalah
jenis
batuan
yang
dihasilkan
oleh
proses lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama
66
erupsi
yang
bersifat eksplosif.
Bahan-bahan
jatuhan
kemudian
mengalami litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es.
Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer, dapat
bergerak dan menerobos ke permukaan bumi melalui rongga-rongga yang
terbentuk oleh proses tektonik (bidang sesar). Selain berupa padatan, magma juga
mengandung uap air dan gas yang bervariasi komposisinya.
Kalau magma tersebut encer dan bertekanan tinggi, maka akan terjadi
letusan gunung api. Sumbat kepundan akan hancur dan terlempar ke sekitarnya
dan bersamaan dengan itu sebagian magma panas juga akan terlempar ke udara.
Akibat dari letusan tersebut terjadi proses pendinginan yang cepat, sehingga
magma akan membeku dengan cepat dan membentuk gelas (obsidian), tufa atau
abu halus, lapili dan bom (berupa batuapung dengan rongga-rongga gas). Material
yang halus (tufa) akan terlempar jauh dan terbawa angin ke tempat yang lebih
jauh, sedangkan bom, lapili, dan gelas, dan material-material lain yang berukuran
pasir dan kerikil akan jatuh di sekitar puncak gunung.
Klasifikasi berdasarkan genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis
endapan piroklastik yaitu:
1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari
letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan
jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini
umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi
pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan
67
permukaan.
Cognate pyroclast
: fragmen bentukan hasil erupsi terdahulu.
Accidental pyroclast : fragmen batuan berasal dari basement.
Sedangkan menurut William ( 1982 ), batuan piroklastik adalah batuan
vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang
berkaitan letusan gunung api, dengan material asal berbeda, dimana material
68
2. Debu Gunungapi
Debu gunungapi adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran
2mm- 1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi
eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses
penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunungapi masih dalam
keadaan belum terkonsolidasi.
69
3. Bom Gunungapi
Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 64 mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat
besar. Sebagai contoh bomb yang berdiameter 5 meter dengan berat 200 kg
dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di gunungapi
Asama, Jepang pada tahun 1935.
4. Block Gunungapi
Block Gunungapi merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh
erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan
70
ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau
equidimensional.
Batuan piroklastik
b. Warna
Warna
batuan
berkaitan
erat
dengan
komposisi
mineral
71
untuk
menamai
batuan
piroklastik
2. Derajat pembundaran
tanpa
72
bongkah
Selain dua pengelompokan tersebut adakalnya seorang
peneliti menggunakan pemilahan untuk mewakili
kenampakan yang agak seragam.
d. Struktur
73
yang kadang kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa
kelompok mineral.
miskin silika
Hornblende, biasanya hadir dalam andesit
74
mineral bijih. Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur
murni.
4. Mineral ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
perlapukan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit,
epidot, serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.
f. Petrogenesa
Batuan piroklastik terbentuk oleh hasil letusan gunungapi yang
tertransportasi, terkonsolidasi oleh media angin dan terkonsolidasi belum jauh dari
sumbernya.
Tabel 14. Klasifikasi batuan piroklastik menurut Ficher, 1966
(zonegeologi.blogspot.com)
BAB VI
75
LAPANGAN
VI.1 Lapangan 1
A. Geologi Regional Kulon Progo
Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah
dibagi menjadi 3 zona, yaitu:
1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan
2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi
3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato
Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa
Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang
sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948).
Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk dome yang
luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32
km yang melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km
pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong
Dome.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi
menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu:
a. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara
100 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar 15 0
160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utara ke
selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,
meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon
76
Progo ini sebagian besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah
dan tegalan.
b. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan
perbukitan
Sentolo
ini
mempunyai
penyebaran
yang
sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten Kulon
Progo dan Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 150 meter diatas
permukaan air laut dengan besar kelerengan rata rata 15 0. Di wilayah ini, satuan
perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.
c. Satuan Teras Progo
Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan
disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan
dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
d. Satuan Dataran Aluvial
Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,
daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian
Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan untuk
pemukiman dan lahan persawahan.
77
pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material
berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan,
batuan tersebut menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan
aktivitas
angin,
material
tersebut
diendapkan
di
dataran
pantai
pasir sehingga
digunakan
untuk persawahan
dan
pemukiman penduduk.
Stratigrafi Regional daerah Kulon Progo, menurut Sujanto dan Ruskamil (1975)
daerah Kulon Progo merupakan tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan
Kebumen di bagian barat dan Yogyakarta di bagian timur, yang didasarkan pada
pembagian tektofisiografi wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yang mencirikan
tinggian Kulon Progo yaitu banyaknya gunungapi purba yang timbul dan tumbuh
di atas batuan paleogen, dan ditutupi oleh batuan karbonat dan napal yang
berumur neogen.
Dalam stratigrafi regional mengenai daerah fieldtrip, dibahas umur batuan
berdasarkan batuan penyusunnya, untuk itu perlu diketahui sistem umur batuan
penyusun tersebut. Sistem tersebut antara lain:
1. Sistem eosen
78
Batuan yang menyusun sistem ini adalah batu pasir, lempung, napal, napal
pasiran, batu gamping, serta banyak kandungan fosil foraminifera maupun
moluska. Sistem eosen ini disebut Nanggulan group. Tipe dari sistem ini
misalnya di desa Kalisongo, Nanggulan Kulon Progo, yang secara keseluruhannya
tebalnya mencapai 300 m. Tipe ini dibagi lagi menjadi empat yaitu Yogyakarta
beds, Discoclyina, Axiena Beds dan Napal Globirena, yang masing - masing
sistem ini tersusun oleh batu pasir, napal, napal pasiran, lignit dan lempung. Di
sebelah timur Nanggulan group ini berkembang facies gamping yang kemudian
dikenal sebagai gamping eosen yang mengandung fosil foraminifera, colenterata,
dan moluska
2. Sistem oligosen miosen
Sistem oligosen miosen terjadi ketika kegiatan vulkanisme yang
memuncak dari Gunung Menoreh, Gunung Gadjah, dan Gunung Ijo yang berupa
letusan dan dikeluarkannya material material piroklastik dari kecil sampai balok
yang berdiameter lebih dari 2 meter. Kemudian material ini disebut formasi
andesit tua, karena material vulkanik tersebut bersifat andesitik, dan terbentuk
sebagai lava andesit dan tuff andesit. Sedang pada sistem eosen, diendapkan pada
lingkungan laut dekat pantai yang kemudian mengalami pengangkatan dan
perlipatan yang dilanjutkan dengan penyusutan air laut. Bila dari hal tersebut,
maka sistem oligosen miosen dengan formasi andesit tuanya tidak selaras
dengan sistem eosen yang ada dibawahnya. Diperkirakan ketebalan istem ini 600
m. Formasi andesit tua ini membentuk daerah perbukitan dengan puncak puncak
miring.
79
3. Sistem miosen
Setelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami
penggenangan air laut, sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih muda
secara tidak selaras. Fase pengendapan ini berkembang dengan batuan
penyusunnya terdiri dari batu gamping reef, napal, tuff breksi, batu pasir, batu
gamping globirena dan lignit yang kemudian disebut formasi jonggrangan, selain
itu juga berkembang formasi sentolo yang formasinya terdiri dari batu gamping,
napal dan batu gamping konglomeratan. Formasi Sentolo sering dijumpai
kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi Jonggrangan dan formasi
Sentolo sama sama banyak mengandung fosil foraminifera yang beumur
burdigalian miosen. Formasi formasi tersebut memilik ipersebaran yang luas
dan pada umumnya membentuk daerah perbukitan dengan puncak yang relative
bulat. Diakhir kala pleistosen daerah ini mengalami pengangkatan dan pada
kuarter terbentuk endapan fluviatil dan vulkanik dimana pembentukan tersebut
berlangsung terus menerus hingga sekarang yang letaknya tidak selaras diatas
formasi yang terbentuk sebelumnya.
Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun batuan
stratigrafi regional menurut Wartono Rahardjo dkk(1977), Wirahadikusumah
(1989), dan Mac Donald dan partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi
menjadi 4 formasi, yaitu :
a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir,
sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu
80
gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300
m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi
nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di
daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo. Formasin Nanggulan
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Axinea Beds
Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari
abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies
litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.
2. Yogyakarta beds
Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras
denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi
nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung
banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.
3. Discocyclina beds
Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta
beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari batu napal yang terinteklasi
dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi dnegan
batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah discocyclina.
b. Formasi Andesit Tua
Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff,
tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang
tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras
81
82
83
Lapangan 2
84
Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area
di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan
Selatan (Southern Mountains).
Kondisi geomorfologi
a. Perbukitan Jiwo
Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di
sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang
berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih
dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu
perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat
dan
Jiwo
Timur
yang
keduanya
dipisahkan
oleh
Sungai
Dengkeng
85
endapan
sebagai colluvial.
hasil
erosi
Puncak-puncak
di
kaki
perbukitan
perbukitan
yang
ini
tersusun
yang
dikenal
dari
batuan
86
ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak Konang kea rah timur hingga
puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak Pendul merupakan satusatunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi
morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik namun relief yang
ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.
1. Daerah Jiwo Barat
Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G.
Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki
litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 40
cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu
tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu
(reef). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak
langsung dengan batuan metamorfik (mica schist).
Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan
yang diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu
dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.
Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G.
Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit,
dan banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan
G. Merak pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan
mikrodiorit. Zona-zona lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak
dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan
87
yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungaisungai kecil yang menunjukkan kekar kolom (columnar joint).
Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk,
terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G.
Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan
bongkah-bongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran
pada area pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa
konglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut
ditafsirkan sebagai batuan berumur Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan
konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal.
Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit
Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat
penggalian penduduk untuk mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di
bukit tersebut.
2. Daerah Jiwo Timur
Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan
deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung
Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak,
terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang
kala terdapat ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur
Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami
deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.
88
89
tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas
batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu
gamping Neogen.
b. Daerah Pegunungan selatan
Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak
Pegunungan Baturagung, secara stratigrafis sudah tennasuk wilayah Pegunungan
Selatan. Secara struktural deretan pegunungan tersebut, pada penampang utaraselatan, merupakan suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur.
Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai
merupakan bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi
singkapan penting penting antard lain sekitar Lanang dan desa Tegalrejo
dijumpai batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan desa Banyuuripan,
yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola retakan radial yang
ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar desa
Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian
barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan
mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan
zona kekar.
Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-Iperlapisan batuan sedimen
akan dijumpai dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir
krikilan, batu pasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamtan sepanjang jalan ini
90
sangat penting untuk melacak keaadaan strtigrafis serta struktur geologi di daerah
selatan Kampus Lapangan.
c. Kondisi statigrafi regional
Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf
berupa filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk
batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung
untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang
diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang
menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang
menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping
Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.
Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir
yang tidak garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di
atasnya tertutup oleh batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang
melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina,
menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar ini bersarna
dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu
lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas. Secara
resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya,
batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku
menengah bertipe dioritik.
91
tersingkap dengan
kemungkinan
92
disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo
dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.
Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir.
Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan
Jiwo berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari
gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan
aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo.
Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :
1. Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan
lava, umur Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.
2. Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian
bawah (N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.
3. Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan
lempung dan batu pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah dengan
Formasi Nglanggran.
4. Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan
breksi aliran.
5. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari
akan dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan
6. Formasi Kepek.
93
94
dengan vegetasi
95
96
BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di lapangan pertama, dapat saya mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
-
bahwa
litologi
di
daerah
tersebut
merupakan
hasil
97
Lokasi pengamatan pertama (lp1) dengan dua litologi yang berbeda yaitu
batuan beku dan piroklastik. Pada singkapan batuan beku mempunyai
struktur singkapan berupa lava bantal atau pillow lava dengan komposisi
mineral olivin, piroksin, horblende, proses ini mencirikan bahwa batuan
tersebut terbentuk di luar permukaan bumi berupa lava yang mengalir ke
permukaan dan terkontak langsung dengan air.
Pada singkapan batuan piroklastik mempunyai struktur perlapisan,
dan disusun oleh fragmen berupa tuff, matrik pasir dan semen silika,
proses ini menunjukkan bahwa singkapan tersebut merupakan hasil erupsi
dari material material gunungapi yang tertransport dan terkonsolidasi
erosi.
Lokasi pengamatan keempat (LP4) dengan litologi batuan sedimen
karbonat, dengan struktur batuan berfosil dan teksur amorf dengan
susunan komposisi monomineralik (karbonat). Proses ini menunjukkan
bahwa batuan tersebut terbentuk di lingkungan air laut dan tersedimentasi
secara bersamaan dengan organisme yang hidup di laut kemudian muncul
di permukaan bumi karena mengalami proses pengangkatan oleh tenaga
endogen.
98
pada
VII.2 Saran
Sebaiknya untuk kedepannya asisten dosen harus mempersiapkan modul
praktikum agar praktikum bisa memakai buku tersebut sebagai buku acuan,
sehingga dapat mempermudah kegiatan praktikum. Tapi pada intinya praktikan
99
merasa puas dengan penjelasan yang diberikan oleh para asisten. Semoga
kedepannya bisa lebih baik lagi.
Terimakasih kepada para asisten dosen yang telah membagikan ilmu
pengetahunnya untuk praktikan, walaupun ada praktikan yang sering membuat
asisten dosen kecewa atau marah, sebagai praktikan saya minta maaf.