School Work, bioethanol dan chemical engineering university of indonesia">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Sebagai Bahan Baku Bioetanol Denagan Metode Hidrolisis Dan Fermentasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pada masa sekarang kecenderungan penggunaan bahan bakar sangat tinggi
sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang dipakai semakin menipis.
Cepat atau lambat cadangan minyak bumi di dunia ini pasti akan habis. Ini
disebabkan karena depositnya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui.
Penelitian dan pengembangan mengenai energi terbaharukan terus dikembangkan,
bahkan menjadi salah satu program utama pemerintah. Saat ini produk alternatif
yang berpeluang untuk dikembangkan adalah bioethanol dan biodiesel.
Bioethanol memiliki beberapa keunggulan diantara produk alternatif lainnya,
diantaranya memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi (35%) sehingga
terbakar lebih sempurna, bernilai oktan lebih tinggi (118) dan lebih ramah
lingkungan karena mengandung emisi gas CO yang lebih rendah sekitar 19-25%
(Indarto,Y., 2005). Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahanbahan yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana
semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol.
Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang, dll. Bioethanol dapat dihasilkan dari
tanaman yang banyak mengandung selulosa dengan menggunakan bantuan dari
aktivitas mikroba.
Penelitian ini menggunakan biomassa lignoselulosa yaitu Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) karena tidak berkompetesi dengan pangan maupun pakan,
tersedia melimpah, murah dan terbaharukan. TKKS merupakan bagian dari kelapa
sawit yang berfungsi sebagai tempat untuk buah kelapa sawit. Tandan Kosong
Kelapa Sawit merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh perkebunan
kelapa sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar)
dihasilkan TKKS sebanyak 22 23% atau sebanyak 220 230 kg TKKS. Jika
PKS berkapasitas 100 ton/jam maka dihasilkan sebanyak 22 23 ton TKKS.
Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai
18.2 juta ton (Aryafatta, 2008). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah
berlignoselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal. Selama ini
pemanfaatan tandan kosong hanya sebagai bahan bakar boiler, kompos dan juga
sebagai pengeras jalan di perkebunan kelapa sawit.

Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tulisan ini memiliki tujuan untuk :
1. Memanfaatkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai bahan baku
pembuatan bioethanol
2. Mengetahui pengaruh penambahan jumlah enzim terhadap ethanol yang
dihasilkan
3. Mengetahui kondisi optimum proses hidrolisis asam dan fermentasi
4. Mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar ethanol
5. Sebagai alternatif pembuatan energi terbaharukan
Adapun manfaat dari pembuatan karya tulis ini adalah:
a) Menambah wawasan mengenai proses hidrolisis asam dan fermentasi
pembuatan bioethanol dari limbah TKKS beserta beberapa variabel yang
mempengaruhi optimalisasi kadar ethanolnya.
b) Menjadikan bioethanol sebagai bahan bakar yang dapat mengurangi krisis
energi
c) Mengurangi limbah TKKS dan membantu melestarikan lingkungan
d) Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

GAGASAN
Kondisi kekinian
Dewasa ini perkebunan kelapa sawit telah menyebar di 22 propinsi, yang
pada tahun 2010 luasnya mencapai 8,3 juta Ha, yang mana sekitar 41%
merupakan perkebunan rakyat (Ditjenbun, 2012). Semakin luasnya perkebunan
kelapa sawit akan diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa
sawit. Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar
yaitu sekitar 23% tandan buah segar (TBS). Komponen utama limbah pada kelapa
sawit ialah selulosa dan lignin, sehingga limbah ini disebut sebagai limbah
lignoselulosa (Widiastuti dan Tri, 2007). Dalam satu ton kelapa sawit, terdapat
230-250 kg tandan kosong kelapa sawit, 130-150 serat, 65 kg cangkang dan 55-60
kg biji dan 160-200 kg minyak mentah (Fauzi, 2005).
Contoh gambaran, apabila sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30
ton/jam akan menghasilkan LCPKS 360 m3/hari dan TKKS 138 m3/hari sehingga
hasil perpaduan kedua limbah tersebut akan diolah menghasilkan kompos TKKS
sebesar 70 ton/hari. Limbah sebanyak ini semuanya dapat diolah sehingga tidak
menimbulkan masalah pencemaran, sekaligus mengurangi biaya pengolahan
limbah yang cukup besar (PPKS, 2008).

Gambar 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit yang telah dikeringkan

Kandungan dalam bahan TKKS


Tabel 1. Komposisi senyawa kandungan dalam Tandan Kosong Kelapa Sawit
Senyawa
Presentase (%)
Lignin
17-20
Alfa-selulosa
43-44
Pentosan
27
Hemiselulosa
34
Abu
0,7-4
Silika
0,2
Sumber: Dian Anggraini dan Han Roliadi, 2011

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah
padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar
karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah
tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari
TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya
lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %) (Dekker, 1991).
Salah satu alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai
pupuk organik dengan melakukan pengomposan (Fauzi et al., 2002).
Tandan kosong kelapa sawit mengandung serat yang tinggi. Kandungan
utama TKKS adalah selulosa dan lignin. Selulosa dalam TKKS dapat mencapai
54- 60%, sedangkan kandungan lignin mencapai 22-27% (Hambali, 2007). Dua
bagian tandan kosong kelapa sawit yang banyak mengandung selulosa adalah
bagian pangkal dan bagian ujung tandan kosong sawit yang agak runcing dan
agak keras. (Hasibuan, 2010).

Solusi Terdahulu
Menghadapi kondisi masa sekarang yang membutuhkan bahan pengganti
BBM yang diperlukan adalah sikap kritis dan kreatif masyarakat untuk
menghadapi kondisi yang ada pada saat ini. Salah satunya dengan memanfaatkan
limbah yang ada di sekitar lingkungan atau perkebunan. Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) sendiri merupakan limbah perkebunan kelapa sawit yang terbesar
yaitu sekitar 23% dari perkebunannya, sebelumnya TKKS sendiri sebelum
diketahui khasiatnya biasanya hanya dijadikan bahan bakar boiler dan pengeras
jalan. Untuk menghadapi kelangkaan energi yang terjadi para peneliti mencari dan
menginovasikan bahan-bahan ramah lingkungan untuk dikembangkan menjadi
bahan baku pembuatan energi. Gagasan pembuatan bioethanol, biofuel dan
biodiesel menjadi alternatif yang paling memungkinkan manusia untuk
menggantikan bahan bakar fosil. Pemerintah telah melakukan berbagai macam
upaya untuk menanggulangi kelangkaan energi salah satunya dengan
4

menggalakkan pembangunan bahan bakar nabati berupa bioethanol dari singkong


untuk mengatasi kelangkaan bensin. Saat ini, banyak dikembangkan bahan bakar
nabati berupa bioethanol yang berasal dari singkong. Namun seiring berjalannya
waktu ternyata solusi tersebut menimbulkan masalah. Bioethanol mengundang
pro dan kontra karena bioethanol tersebut berbahan baku pangan (singkong)
dikhawatirkan akan terjadi persaingan antara kebutuhan bahan bakar dan bahan
pangan. Maka dari itu perlu dikembangkan bahan bakar alternatif sumber
bioethanol dari bahan non-pangan agar kepentingannya tidak bertolak belakang
dengan kebutuhan pangan.

Solusi yang Ditawarkan


Bioethanol
Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar
alternative yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Pada
umumnya pembuatan bioetanol menggunakan jagung dan tebu sebagai bahan
baku. Penggunaan kedua bahan baku tersebut bepotensi menimbulkan kontradiksi
terhadap kebutuhan bahan pangan bila diterapkan di Negara berkembang seperti
Indonesia. Oleh sebab itu, selulosa berpotensi menjadi salah satu bahan baku
alternatifnya dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) memiliki potensi yang
besar menjadi sumber biomassa selulosa ddengan kelimpahan cukup tinggi dan
sifatnya terbarukan. (Dea,I.A, 2009).
Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu gula, pati, dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu,
gula bit, molase dan buah-buahan, dapat langsung dikonversi menjadi etanol.
Sumber dari bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman
harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari
kayu, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula
dengan bantuan asam mineral. Biokonversi glukosa menjadi bioetanol,
memerlukan perantara mikroba lain yang umumnya menggunakan
Saccharomyces cereviceae dan zymonas mobilis.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada proses produksi bioetanol
antara lain, komponen ligniselulosa dan enzim pendegradasinya.(Trisanti
Anindyawati, 2009). Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku
industri turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol
harus berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang mempunyai grade 90%
- 96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam
campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol
yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus betul

betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga bioetanol
harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100% (Khairani, 2007).
Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa
kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut
memiliki nilai oktan 92 lebihtinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax
nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat
aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.
Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb,
namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik.
Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon
dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar
bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana
yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007).

Gambar 2. Skema ideal pemanfaatan Lignoselulosa untuk membuat bioetanol

Metode Hidrolisis Asam


Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomasa
ligniselulosa,yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula yang dapat
dilakukan secara kimia ataupun enzimatis. Dibandingkan proses secara kimia,
hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan karena ramah lingkungan.
(Trisanti Anindyawati, 2009). Didalam metode hidrolisis asam, biomasa
ligniselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama
waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan
hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam
anntara lain asam sulfat (
), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat
merupakan asam yang paling bannyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis
6

asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi : hidrolisis asam pekat dan
hidrolisis asam encer.
Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida yang
berikatan melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati yaitu glukosa yang berikatan
dengan ikatan yaitu (1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia yang menggabungkan 2
molekul monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Pati
merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa
yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer
linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan (1,4)-glukosa. Sedangkan
polimer amilopektin adalah terbentuk ikatan (1,4)-glukosa dan membentuk
cabang pada ikatan -(1,6)-glukosida.
Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan
dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara
berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa.
(
)n +
n
n
Pati
air
glukosa
Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula
pecah menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin.
Dextrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltose (dua unit glukosa) dan akhirnya
maltose pecah menjadi glukosa. (Murdijati Gardjito, 1992).
Pati
dextrin
maltose
glukosa
Metode Fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya telibat dalam
fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang.. Contoh bakteri yang digunakan
dalam fermentasi adalah Acetobacter xylimnum pada pembuatan nata de coco,
Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi
adalah Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan alkohol.
Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu
untuk tujuan mengubah sifat bahan, agar dapat dihasilkan sesuatu yang
bermanfaat. Misalnya asam dan alkohol yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroba yang beracun.(Widayati E, 1996).
Awalnya, fermentasi adalah pemecahan gula menjadi alkhol dan
karbondioksida. Tetapi banyak proses yang dikatakan fermentasi tidak selalu
menggunakan substrat gula dan menghasilkan alkohol serta karbondioksida,
contohnya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri Streptococcus
lactis pada kondisi anaerobic. Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada
jenis substrat, macam mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. (Winarno F.G,1980).

Menurut Judoamidjojo dkk. (1992), menyatakan bahwa beberapa langkah


utama yang diperlukan dalam melakukan suatu proses fermentasi diantaranya
adalah :
a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.
b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
c. Sterilisasi semua bagian penting untuk mencegah kontaminasi oleh mikroba
yang tidak dikehendaki.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat bioethanol dari TKKS
melalui metode fermentasi adalah :
1. Alat yang digunakan pada proses fermentasi disterilisasi dalam autokalf
pada suhu 121 selama 15 menit agar bebas mikroba, lalau dinginkan.
2. Timbang sebanyak 2,4 gram ragi roti ( Saccaromyces cereviseae )
3. Masukan ragi roti ke dalam bubur TKKS yang sudah dihidrolisis, lalau
aduk 5 menit.
4. Ukur pH larutan yaitu sekitar 4-5
5. Setelah itu menghubungkan erlenmeyer 500ml yang berisi bubur TKKS
dengan selang karet dan ujung selang dimasukkan kedalam air agar tidak
berkontak langsung dengan udara.
6. Selanjutnya larutan difermentasi selama 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari
(sesuai perlakuan).
7. Selanjutnya memisahkan larutan dengan bubur TKKS sehingga diperoleh
cairan alkohol+air
8. Masukkan campuran alkohol+air tersebut kedalam labu, kemudian pasang
labu tersebut pada alat destilasi (proses destilasi).
9. Proses destilasi dilakukan selama 1,5jam-2jam sampai ethanol tidak
menetes lagi
10. Destilat (ethanol) yang dihasilkan lalu ditimbang dan disimpan di dalam
botol yang tertutup rapat.

Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam implementasi gagasan ini antara lain:
1. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berperan sebagai penggalak utama dalam kegiatan
pengolahan limbah TKKS ini menjadi bioethanol dengan memberikan
dana riset dan mengatur pelaksanaannya.
2. Pemilik Perusahaan Kelapa Sawit
Pemilik perusahaan kelapa sawit berperan sebagai pihak yang membantu
pemerintah daerah untuk mengumpulkan, memilah, dan memisahkan
limbah TKKS untuk diolah lebih lanjut.
3. Lembaga Riset dan Penelitian

4.

Lembaga penelitian berperan dalam menguji kandungan lignoselulosa dan


keefisienan dalam menghasilkan bioethanol yang telah diolah dari TKKS
menggunakan hidrolisis asam dan fermentasi ini dan melakukan penelitian
yang lebih mendalam tentang kelebihan dan kekurangandari TKKS dan
mencari solusi yang lebih baik.
Mahasiswa
Mahasiswa berperan sebagai pihak yang memberi himbauan dan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai TKKS dan bioethanol serta bahan
bakar ramah lingkungan yang sebaiknya dipakai.

Langkah-langkah Strategis Implementasi


Untuk mengimplementasikan inovasi pembuatan bioethanol dari tandan
kosong kelapa sawit ini perlu adanya langkah-langkah khusus. Langkah-langkah
strategis untuk mengimplementasikan antara lain :
1. Merancang gagasan dan menyediakan alat yang dibutuhkan untuk
melakukan pembuatan bioethanol.
2. Melakukan kerjasama antara pemerintah dan pemilik perkebunan kelapa
sawit untuk memisahkan limbah tandan kosong kelapa sawit dan
bekerjasama mengolahnya.
3. Melakukan riset dan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian
pembuatan bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit agar bisa lebih
maksimal dengan hasil persen ethanol yang maksimal.
4. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
penghematan penggunaan bahan bakar energi dan lebih menggunakan
energi alternatif.
5. Menyempurnakan alat dan menguji keefektifan penggunaan alat
pemanfaatan dan pembuatan bioethanol tersebut.
Peluang dan Tantangan dalam Mengaplikasikan Proses Pembuatan
Bioethanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Peluang-peluang yang didapat dari pembuatan biogas dari limbah batang
pisang adalah:
1. Bioethanol ini bisa menjadi sumber energi baru yang dapat diaplikasikan
menjadi lebih dari satu jenis energi seperti, energi bahan bakar.
2. Bioethanol ini mudah diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat serta
ramah lingkungan.
3. Bahan baku bioethanol ini yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit sangat
melimpah di Indonesia.
4. Mengurangi dampak dari pemanasan global dan mengatasi krisis energi yang
semakin parah.
9

Dan tantangan yang akan dihadapi untuk menerapkan pembuatan


bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit adalah:
1. Kurangnya peran serta pemerintah dan dinas perkebunan mengenai tandan
kosong kelapa sawit ini untuk dikembangkan lebih lanjut.
2. Informasi masyarakat terhadap bioethanol masih sangat minim sehingga
dibutuhkan sosialisasi proses pembuatan bioethanol ini kepada masyarakat
luas baik di pedesaan maupun kota
3. Kurangnya edukasi dan kemampuan pembuatan bioethanol yang masih
tergolong rumit dan memerlukan biaya alat yang cukup besar membuat
masyarakat kurang tertarik.
4. Dengan kondisi masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bahan bakar
fosil sehingga mereka enggan menggunakan energi alternatif ini.

10

KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembuatan
bioethanol dari TKKS sebagai sumber energi alternatif merupakan suatau solusi
energi yang terbaharukan dimana masyarakat Indonesia sendiri ketergantungan
akan pengunaannya. Masalah ini mendorong terlahirnya PKM ini yaitu
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Sumber Energi Terbarukan
Bioethanol. Bahan yang digunakan berasal dari bahan yang selama ini dihambur
hamburkan dan menjadi sampah. Namun, yang paling penting, bahannya berasal
dari sumber energi yang terbarukan (khususnya biomassa). Berdasarkan penelitian
yang saya tulis, pembuatannya menggunakan metodologi hidrolisis asam dan
fermentasi yang melalui tahap pretreatment, hidrolisis/fermentasi, dan destilasi.
Pemilihan bahan baku berupa TKKS dikarenakan ketersediaannya yang melimpah
di Indonesia sehingga dapat di jadikan energi alternatif dan kandungan selulosa
dan lignoselulosa yang dimilikinya cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya
energi alternatif ini krisis energi menghilang, energi fosil tidak akan habis, dan
membantu melestarikan lingkungan.
Teknik Implementasi
Tahapan pengimplementasian dari PKM ini yaitu dengan pertama tama
pengambilan bahan yaitu limbah TKKS dari perkebunan kelapa sawit, lalu tahap
penelitian dan pengujian dari produk apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan
standar bahan bakar, kemudian tahap pendistribusian yang awalnya diawali
dengan sosialisasi kepada masyarakat terhadap produk bioetanol dari TKKS ini.
Lalau penyuluhan dan pencerdasan masayarakat mengenai teknik pembuatan
bioethanol dari TKKS tersebut. Langkah strategis utama yang dilakukan, yaitu
bekerjasama dengan lembaga penelitian dan riset untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut. Dibuat tata tertib dan prosedur pembuatan bioethanol oleh pemerintah dan
Kementerian ESDM. Lalu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat oleh
pemerintah dan lembaga sosial melalui media sosial, cetak dan penyuluhan
langsung.
Prediksi Hasil
Inovasi ini memerlukan peran serta mahasiswa sebagai pembawa gagasan
dan perubahan, masyarakat luas sebagai pengguna fasilitas, serta pemerintah
bersama dinas energi dan sumber daya alam terkait, sehingga dapat diperkirakan
bahwa inovasi ini memiliki peluang dan tantangan tersendiri untuk
mengimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang
dilakukan, inovasi ini memiliki peluang diantaranya adalah inovasi ini dapat

11

diterima dengan mudah oleh masyarakat karena pemanfaatan tandan kosong


kelapa sawit sebagai bioethanol dapat dijadikan energi alternatif menggantikan
energi bahan bakr fosil. Selain itu bahan-bahan yang digunakan juga mudah
ditemukan, berlimpah dan murah, yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit yang
porsinya sangat besar di perkebunan kelapa sawit. Selain itu dengan
menggunakan limbah tersebut kita juga turut mengupayakan pelestarian
lingkungan dan membuat sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Dibutuhkan kerja sama dengan pihak pemerintah dan perusahaan untuk
menghimbau kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan tandan
kosong kelapa sawit ini. Semua inovasi yang dibuat tentunya diawali dengan
suatu hipotesa mengenai hasil. Rencana mengenai hasil yang dicapai adalah suatu
penerapan dan penggunaan produk hasil inovasi yang bertujuan untuk
meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatandan pembuatan
bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Bioetanol Sebagai Energi Alternatif Yang


http://skadrongautama.blogspot.com Diakses 28 Oktober 2014.

Kompetitif.

Isroi. 2008. Potensi Biomassa Lignoselulosa di Indonesia Sebagai Bahan Baku


Bioetnaol: Tandan Kosong Kelapa Sawit. http://isro.wordpress.com Diakses 29
Oktober 2014
Kusuma, Betaria. 2012. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Sabut Kelapa dengan
Metodologi Fermentasi Ragi Tape. http://www.slideshare.net/riabetaria/proposalpenelitian-pkm-1 Diakses 29 Oktober 2014
Manurung, M 2012, Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan (SFS) dari Limbah
Ekstraksi Alginat untuk Pembuatan Bioetanol, Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53441?show=full
Diakses
30
Oktober 2014
Prawita, Dewi. 2008. Mengolah Limbah Sawit Menjadi Bioetanol dan Kompos.
http://blogs.unpad.ac.id Diakses 30 Oktober 2014
Shofinita, Dian. 2009. Bioetanol Generasi Kedua: Teknik pengkonversian
lignoselulosa.

http://

http://majarimagazine.com/2009/02/bioetanol-generasi-

kedua/ Diakses 1 November 2014


Andayani, Rina. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Melalui Proses Fungal Treatment Aspergillus niger dan Fermentasi oleh
Zymomonas mobilis. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-17188-2308201004Presentation.pdf Diakses 1 November 2014
Nuryanto, eka. 2008. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Sumber
Lignin. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7285 Diakses 2 November
2014

13

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar)
2 Jenis kelamin
3 Program studi
4 NPM
5 Tempat tanggal lahir
6 E-mail
7 Nomor telepon/HP

Arif Hendrawan
Laki-laki
Teknik Kimia
1406531763
Jakarta, 13 Agustus1996
arifhendrawan@live.com
081932957252

B. Riwayat Pendidikan
SMP
SMPN 252
Jakarta
2008-2011

SMA
SMAN 12
Jakarta
IPA
2011-2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Peretemuan
No
Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/Seminar
1
-

Waktu dan
Tempat
-

Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SD
SD N Malaka
Sari 03 Pagi
2002-2008

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No
Jenis Penghargaan
Tahun
Penghargaan
1
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

14

Anda mungkin juga menyukai