Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Bubuk pengembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bubuk pengembang

Bubuk pengembang atau bubuk pemuai[1] (bahasa Belanda: bakpoeder, bahasa Inggris: baking powder)[2][3] adalah bahan pengembang yang dipakai untuk meningkatkan volume dan memperingan tekstur makanan yang dipanggang seperti muffin, bolu, scone, dan biskuit. Bubuk pengembang bekerja dengan melepaskan gas karbon dioksida ke dalam adonan melalui sebuah reaksi asam-basa, menyebabkan gelembung-gelembung di dalam adonan yang masih basah, dan ketika dipanaskan adonan memuai; ketika adonan matang, gelembung-gelembung itu terperangkap hingga menyebabkan kue menjadi naik dan ringan. Bubuk pengembang dipakai untuk menggantikan ragi ketika rasa fermentasi tidak diingini pada makanan yang dihasilkan,[4] atau ketika adonan kurang memiliki sifat elastis untuk menahan gelembung-gelembung gas lebih dari beberapa menit.[5] Roti yang dibuat dengan memakai bahan pengembang kimia disebut roti cepat.

Sebagian besar bubuk pengembang yang tersedia di pasaran dibuat dari unsur basa (biasanya soda kue yang juga dikenal sebagai natrium bikarbonat ditambah satu atau lebih garam asam, dan pati lembam (umumnya pati jagung, meskipun pati kentang juga dapat digunakan). Bubuk pengembang adalah sumber karbon dioksida,[6] dan reaksi asam-basa yang terjadi lebih tepat dijelaskan sebagai dekomposisi soda kue setelah diaktifkan oleh asam, sesuai persamaan berikut:[7]

NaHCO3 + H+ → Na+ + CO2 + H2O

Penambahan pati lembam dalam bubuk pengembang memiliki beberapa kegunaan, terutama untuk menyerap kelembapan. Dengan terserapnya kelembapan, umur simpan dapat lebih lama karena mencegah terjadinya reaksi unsur asam dan basa secara prematur. Selain itu, bubuk yang kering juga dapat bercampur dengan mudah, dan bentuk tepung memungkinkan penimbangan yang lebih akurat.[8]

Asam di dalam bubuk pengembang dapat berupa aksi-cepat atau aksi-lambat.[9] Asam aksi-cepat beraksi dalam campuran basah dengan bubuk pengembang pada suhu ruang, sementara asam aksi-lambat tidak akan bereaksi hingga dipanaskan di dalam oven. Bubuk pengembang yang terdiri dari asam-asam aksi-cepat dan aksi-lambat disebut aksi ganda. Bubuk pengembang yang hanya berisi satu asam disebut aksi tunggal. Bubuk pengembang aksi ganda hanya melepaskan sebagian gas sewaktu adonan masih basah, dan adonan naik untuk kedua kalinya sewaktu dipanggang di dalam oven, bubuk pengembang aksig ganda menjamin adonan kue panggang menjadi naik, sehingga selisih waktu antara mengaduk adonan dan memanggang tidak begitu memengaruhi hasil akhir kue. Bubuk pengembang aksi ganda inilah yang sekarang ini tersedia secara luas untuk konsumen, meskipun tidak ditulis pada label. Garam asam suhu rendah yang umum, di antaranya krim tartar dan monokalsium fosfat (juga disebut kalsium asam fosfat). Garam asam suhu tinggi di antaranya natrium aluminum sulfat, natrium aluminum fosfat, dan natrium asam pirofosfat.[10]

  1. ^ "Arti kata bubuk pemuai". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 11 Juni 2023. 
  2. ^ Echols, John M.; Shadily, Hassan; Wolff, John U. (1989). An Indonesian-English Dictionary (dalam bahasa Inggris). Cornell University Press. ISBN 978-0-8014-2127-3. 
  3. ^ Pringgodigdo, Prof Mr Ag (1991-01-01). Ensiklopedi Umum. Kanisius. ISBN 978-979-413-522-8. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Matz, Samuel A. (1992). Bakery Technology and Engineering (edisi ke-3). Springer. hlm. 54. Diakses tanggal 2009-08-12. 
  5. ^ McGee, Harold (2004). On Food and Cooking (edisi ke-revised). Scribner-Simon & Schuster. hlm. 533. Diakses tanggal 2009-08-12. 
  6. ^ "Chemical Leaveners, Lallemand Baking Update, Vol. 1 No. 12, 1996" (PDF). Lallemand Inc. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-10-14. Diakses tanggal 2009-03-05. 
  7. ^ A.J. Bent, ed. (1997). The Technology of Cake Making (edisi ke-6). Springer. hlm. 102. Diakses tanggal 2009-08-12. 
  8. ^ McGee, Harold (2004). On Food and Cooking (edisi ke-revised). Scribner-Simon & Schuster. hlm. 534. Diakses tanggal 2009-08-12. 
  9. ^ Lindsay, Robert C. (1996). Owen R. Fennema, ed. Food Chemistry (edisi ke-3). CRC Press. hlm. 772. Diakses tanggal 2009-08-12. 
  10. ^ Matz, Samuel A. (1992). Bakery Technology and Engineering (edisi ke-3). Springer. hlm. 71–72. Diakses tanggal 2009-08-12.