Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

PSPS Pekanbaru

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
PSPS Pekanbaru
Nama lengkapPersatuan Sepak bola Pekanbaru dan Sekitarnya
JulukanAskar Bertuah
Berdiri1 Januari 1955
StadionStadion Kaharudin Nasution Pekanbaru Riau, Indonesia
(Kapasitas: 20.000)
CEOIndonesia Effendi Syahputra
PelatihIndonesia Aji Santoso
Asisten PelatihIndonesia Miskardi
LigaLiga 2
Kelompok suporterAsykar Theking Dan Curva Nord 1955

PSPS Pekanbaru singkatan dari Persatuan Sepak Bola Pekanbaru dan Sekitar adalah klub sepak bola kebanggaan kota Pekanbaru, Riau. Pada musim kompetisi 2024, tim ini akan bermain di Liga 2 dan akan menggunakan Stadion Kaharuddin Nasution sebagai kandang. Tim ini memiliki julukan Askar Bertuah dengan Suporter Asykar Theking dan Curva Nord 1955.

Sejarah PSPS Pekanbaru

[sunting | sunting sumber]

Klub ini terbentuk pada 1955. Tidak gampang untuk mengangkat perserikatan Pekanbaru untuk menjadi bond perserikatan yang disegani di kancah sepak bola nasional. Selama 44 tahun hingga melangkah ke Divisi Utama PSSI tahun 1999, PSPS selalu menghitung hari dan menebar harapan.

Mulai dari periode kepengurusan pertama yang dipimpin mantan Kepala PLN PEKANBARU, Yubahar, langkah PSPS di saat itu hanyalah sebuah perserikatan kecil yang hanya didukung lima klub anggota yang terdiri dari PS IPP (Ikatan Pemuda Pekanbaru), PS Pelayaran, PS Caltex, PS PU (Pekerjaan Umum) dan PS Elektra (PLN).

Meski begitu diawal berdirinya, PSPS sudah menjadi bond yang sejajar dengan perserikatan lain yang ada di Sumatra, yang memiliki aset berupa pemain nasional. Tahun 1961 PSPS juga pernah ikut PON di Bandung maka tersebutlah beberapa pemain seperti Jayusman, Thamrin Manaf dan Hamid. Saat itu kondisi pendidikan dan sepak bola berbeda dengan kondisi sekarang. dr Thamrin Manaf yang dipanggil ke Timnas, tidak bisa bergabung karena tidak mendapat izin dari sekolah dan tempat ia bekerja. Meski begitu jatah Riau diisi oleh Hamid yang saat itu menjadi kiper nasional. Hamid kala itu sangat diidolakan masyarakat Pekanbaru, Hamid memperkuat Timnas Indonesia di Pyongyang, Korea Utara tahun 1963 dibawah pelatih EA Mangindaan.

Besarnya potensi sepak bola di Pekanbaru saat itu pulalah yang kemudian menggiring Gubernur Riau, Kaharudin Nasution untuk mendirikan sebuah stadion yang diberi nama Stadion Dwikora pada tahun 1963. Meski terbuat dari kayu, stadion ini menjadi pusat olahraga pertama di Pekanbaru. Pemain PSPS lain yang juga sempat terdaftar sebagai pemain timnas adalah Jayusman, Jayusman adalah pegawai di kantor pajak, tetapi sayang gelandang tangguh ini gagal memperkuat timnas yang sebelumnya telah berencana tampil di Aljazair, saat itu Aljazair sedang terjadi pergolakan.

Era dukungan dan gairah dari masyarakat Pekanbaru tidak berlanjut, era Hamid,Thamrin Manaf, Jayusman hanya menghasilkan kenangan yang indah untuk dikenang. Kepengurusan demi kepengurusan pun mulai berganti, tercatat beberapa nama sempat menjadi Ketua Umum PSPS diantaranya Farouq Alwi, yang saat itu menjadi Wali kota Pekanbaru, hingga tradisi Ketua Umum PSPS dijabat oleh wali kota Pekanbaru.

Pada tahun 1972 pusat pelatihan pemain PSPS yaitu Stadion Dwikora mengalami kebakaran, dan bangunan utama dari stadion tersebut mengalami kebakaran hebat sehingga tidak dapat digunakan kembali. Stadion yang telah menjadi pusat pembibitan pemain PSPS Pekanbaru ini sempat terbengkalai selama 6 tahun dan hanya menjadi lapangan ilalang. Hingga akhirnya dibangun kembali oleh PT. Caltex Pacific Indonesia dan diresmikan oleh Gubernur Riau saat itu, Arifin Achmad pada tanggal 13 Maret 1977 dengan kapasitas penonton 3500 orang. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1980 Stadion ini berganti nama menjadi Stadion Hang Tuah dan pengantian namanya diresmikan oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga saat itu, Abdul Gafur.

Setelah Stadion Hang Tuah diresmikan, PSPS mulai aktif kembali dan PSPS kembali mampu menggairahkan pemain mudanya untuk memacu prestasi, maka lahirlah pemain seperti Sugiarto yang pernah mengikuti seleksi PSSI Pra Olimpiade tahun 1975. Sejumlah nama juga hadir, hingga sekarang namanya masih disebut kehebantannya antara lain Mahmud (mewakili Sumbagut ke PON di Makassar), Nantan Ibrahim, Nazwar Nurdin, Majid, Margono dan Ujang Jufri. Usaha PSPS Pekanbaru untuk tampil di kompetisi elite nasional pernah hampir berhasil pada tahun 1984, kala itu kompetisi terbagi antar Perserikatan dan Galatama. PSPS sebagai klub perserikatan tergabung dalam zona Sumbagut dan berhasil mewakili SUmatra mengikuti babak play off di Cimahi, Jawa Barat untuk ke Divisi Utama. Sayangnya pada salah satu pertandingan, PSPS tersingkir. PSPS mengalami kelelahan karena sebagian besar pemain PSPS berasal dari PS UNRI yang pada saat bersamaan juga sedang melakukan turnamen di Bandung, sehingga harus pulang pergi Bandung-Cimahi. Saat itu Peluang PSPS untuk lolos sangat besar sebab diperkuat sejumlah pemain nasional yang juga mereka semua adalah pemain handalan PS BPD RIAU (Bank Riau Kepri saat ini) diantaranya Ricky Darman, Dino Kardinal, Edu Mukhni dan kiper berdarah Tionghoa yang terkenal saat itu, Sutanto Ongso. Saat itu PS BPD merupakan salah satu klub elite yang tidak terkalahkan di Pekanbaru, berkat kepedulian Direktur Utama BPD Riau Syafii Yusuf yang saat itu juga menjadi Manajer PSPS Pekanbaru. Syafii Yusuf dinilai sebagai orang yang mempelopori masuknya pemain dari luar Riau ke Pekanbaru terutama dari Padang dan Medan.

Menapaki kasta pertama liga sepakbola Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Hingga akhirnya pada tahun 1994, jabatan kepengurusan PSPS dipimpin Iskandar Husin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Transmigrasi Riau. Iskandar Husin juga sukses mempromosikan Persiraja Banda Aceh ke Divisi Utama PSSI, ia berusaha untuk mengembalikan bond perserikatan ini menjadi kebanggaan masyarakat Pekanbaru dan Riau.

Iskandar Husin mendatangkan pemain baru, dibawah pelatih kepala Amrustian, mulailah PSPS Pekanbaru merintis jalan di Divisi Dua menuju Divisi Satu PSSI. Dan perjuangan itu akhirnya berhasil, pada Liga Indonesia tahun 1994/1995. Sejak saat itu PSPS bercokol di Divisi Satu PSSI. Tahun 1995/1996 PSPS berhasil meraih juara dua Piala Menpora di Bogor serta juga lolos ke PON yang sebelumnya harus melewati seleksi tingkat regional.

Berkat keberhasilan itu Iskandar Husin mendapat pujian masyarakat pecinta bola Pekanbaru. Lalu semakin besarlah harapan dibebankan dipundaknya untuk membawa PSPS ke jenjang paling bergengsi yaitu Divisi Utama PSSI, namun upaya ini dua kali gagal. Di Liga Indonesia II (LIGINA II) PSPS hanya bisa bertahan tidak terdegradasi, di Liga Indonesia III (LIGINA III) PSPS berhasil masuk 10 besar. Hanya angan-angan dan impian Iskandar Husin untuk mengangkat PSPS ke Divisi Utama tidak kesampaian, hingga akhirnya Iskandar Husin yang pernah membawa Persiraja ke Divisi Utama PSSI pindah tugas ke Kalimantan Barat.

SANG JUARA DIVISI I

Era kebangaan itu akhirnya datang juga. Setelah berkutat di di Divisi II Wilayah Riau, Divisi II PSSI, dan Divisi I PSSI, jalan panjang itu mulai menampakkan titik terangnya. Pergantian kepengurusan dari Iskandar Husin ke Tengku Lukman Jafaar pada tahun 1997/1998 membuat PSPS bergairah kembali.

Didukung staf yang memiliki kemampuan untuk memanage organisasi, didukung semangat yang bergelora dari semua pengurus terutama peran besar dari Syali Duyun Tanjung (Alm) yang menjabat sebagai Ketua Harian PSPS.

Dengan merangkul pengusaha muda Riau, Arsadianto Rahman (Anto Rahman, kakak kandung dari Plt. Gubernur Riau saat ini periode 2014 - 2019, Arsyadjuliandi Rachman) sebagai manajer PSPS di LIGINA IV, PSPS mulai mendatangkan pemain yang berkualitas untuk mengangkat prestasi sekaligus memotivasi pemain muda. Sayangnya gelora Divisi Utama sempat terhenti satu tahun karena Liga Indonesia IV dihentikan ditengah jalan karena pertukaran pemimpin di Tanah AIr.

Semangat itu terus muncul hingga akhirnya di Liga Indonesia v pada tahun 1998/1999 kembali diputar. PSPS melakukan persiapan yang benar-benar matang PSPS merekrut pelatih nasional, Sofyan Hadi serta mengontrak dua pemain asing yaitu Mourmada Marco dan Essama Raymond, keduanya menjadi idola baru publik Pekanbaru. Disamping itu PSPS juga memboyong 10 pemain terbaik di tanah jawa untuk bermain di Pekanbaru, makam muncullah nama Hasyim, Khairul Minan, Kamarudin Betay. Masuknya pemain luar daerah ini justru memberi dampak postitif bagi PSPS, karena dengan kehadiran mereka pemain lokal PSPS kembali bergairah untuk bersaing, maka muncullah pahlawan baru seperti Miskardi, Tharjaki Lubis, Agus Rianto.

JALAN MENUJU DIVISI UTAMA LIGA INDONESIA

Memasuki divisi utama untuk pertama kalinya setelah dalam penantian 43 tahun. PSPS promosi ke Divisi Utama untuk pertama kalinya dengan predikat juara Divisi Satu dengan mengalahkan PS Indocement Cirebon dengan skor 2-1 di final yang diselenggarakan di Stadion Sanggraha Lebak Bulus, Jakarta.

Para pemain yang memperkuat PSPS saat itu antara lain Miskardi, Mourmada Marco, Simon Tin Atangana, Essama Amougu Raymond, Aidil Desfi, Darwin, Dodi Cahyadi, Agus Rianto, Toyo Hariono, dan lainnya.

Setelah masuk ke Divisi Utama, PSPS sempat diperkuat oleh nama-nama tenar yang telah lama malang melintang di Liga Indonesia, seperti Sudirman, Adnan Mahing, Ritham Madubun, Rahmad M. Rivai, (alm) Chairul Minan, Rusdianto, Rino Yuska, Nova Zaenal, Gustavo Hernan Ortiz, I Komang Mariawan, Ebwelle Bertin, Felipe E. Cortez, Joe Nagbe, Moses Nyewan, M. Affan Lubis, Mbeng Jean, Joseph Lewono, Alejandro Castro dan beberapa nama lainnya.

PSPS pernah mengalami masa jayanya sewaktu berhasil merekrut pemain-pemain Timnas Indonesia, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Eko Purdjianto, Aples Gideon Tecuari, Hendro Kartiko, Sugiyantoro, Edu Juanda, dan Amir Yusuf Pohan. Ini berakhir pada musim 2004, saat PSPS mulai melakukan perombakan setelah gagal mewujudkan target juara dalam 2 musim. Ditambah lagi dengan insiden skorsing yang menimpa 3 orang pilar PSPS akibat sikap tidak profesional terhadap wasit.

Sejak saat itu, PSPS mengalami pasang surut dalam prestasi di Liga Indonesia dengan penggantian pelatih yang hampir setiap musimnya dilakukan, mulai dari pelatih nasional maupun lokal Riau seperti Syafrianto Rusli, Abdulrahman Gurning, Miskardi, Mundari Karya, hingga pelatih saat ini, Philep Hansen Maramis.

Di era kendali pelatih Syafrianto Rusli, PSPS memperlihatkan kemajuan yang cukup mengesankan, sebelumnya keadaan PSPS di Liga Divisi Satu terlihat timbul-tenggelam karena ketidakseriusan pemain dan manajemen tim. Semenjak ditangani oleh Syafrianto Rusli, frekuensi kemenangan baik di kandang maupun tandang mengalami perkembangan yang signifikan. Itu juga berlaku pada 'saudara mudanya', Persih Indragiri Hilir. Kedua 'kakak-beradik' ini berpacu untuk mendapatkan tempat di Divisi Utama Liga Indonesia pada musim yang akan datang.

Mulai musim kompetisi 2008, PSPS naik ke Liga Divisi Utama. Kursi pelatih dipercayakan kepada Mundari Karya. Namun, karena belum jelasnya kesepakatan dengan manajemen, Mundari Karya menangani tim PSPS[butuh rujukan], dan ditunjuklah mantan pelatih kepala Persitara Jakarta Utara Abdurrahman Gurning sebagai pengganti Mundari Karya.

Semenjak putaran ke II musim kompetisi Liga Indonesia 2007, Manajemen Tim PSPS telah diganti. sebagai Manager Drs. Destrayani Bibra, Ass. Manager Ir. Dityo Pramono dan sekretaris Tim Drs. Fardiyansyah Akt. Dengan Manajemen baru Tim PSPS berhasil menggeliat dalam percaturan Liga Divisi Utama. Pada musim kompetisi Liga Indonesia 2008, PSPS Pekanbaru mempercayakan Tim dilatih oleh A.R. Gurning, yang biasa di panggil "Bang Haji". Dan di awal musim kompetisi PSPS telah menunjukan kemajuan yang sangat baik, dengan menduduki posisi teratas sementara dengan 6 kemenangan dan 2 kali seri serta tidak terkalahkan. Hasilnya PSPS Pekanbaru langsung dipromosikan ke Liga Super Indonesia 2009-10 setelah meduduki peringkat ketiga Divisi Utama.

INDONESIAN SUPER LEAGUE

Menjajal ISL bersama tim papan atas Indonesia, di musim pertamanya PSPS berhasil tampil gemilang dengan menempati peringkat 7. Hal ini termasuk istimewa karena saat itu PSPS tampil hampir tanpa pemain bintang dan mengandalkan pemain lokal Riau yang akhirnya pada musim itu mencuat menjadi pemain yang diperhitungkan seperti Herman Dzumafo, Dedi Gusmawan, Danil Junaedi, Banaken Bassoken, Agus Cima, April Hadi dll. Semakin istimewa karena pada musim 2009-2010 ini PSPS hanya kalah sekali di kandang dari juara musim tersebut yaitu Persipura Jayapura.

Di musim berikutnya PSPS mengalami penurunan dan akhirnya kemudian kembali terdegradasi ke Divisi Utama pada akhir musim 2013.

ISC

Indonesia Soccer Championship adalah kompetisi tidak resmi yang diakibatkan oleh sanksi yang dijatuhkan FIFA kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. PSPS bermain di ISC B yang merupakan kompetisi kasta kedua itu sebelum akhirnya terhenti pada babak 8 besar.

Liga 2 2017

Setelah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia sudah lepas dari sanksi yang diberikan FIFA, maka kompetisi sepak bola indonesia kembali bergulir dengan nama baru. Liga 1 untuk kasta pertama, Liga 2 untuk kasta kedua, dan Liga 3 untuk kasta paling rendah. Pada Liga 2 Musim 2017 PSPS kembali berhasil menembus babak 8 besar. namun kembali gagal untuk melangkah ke babak 4 besar setelah bermain imbang pada pertandingan terakhir melawan PSIS Semarang. PSIS unggul produktivitas 1 gol dari PSPS, sehingga PSPS harus puas finish di posisi 3 grup Y 8 Besar Liga Musim 2018.


AKUISISI SAHAM PSPS RIAU OLEH PENGUSAHA MALAYSIASetelah PSPS Riau dihimpit dengan permasalahan gaji dan juga biaya yang terhutang oleh manajemen terdahulu, Hal ini menarik minat pengusaha perhotelan asal Malaysia Bapak Norizam Tukiman untuk menjadi penyelamat dan seterusnya membawa PSPS Riau kembali ke jalur yang tepat untuk dapat bersaing di industry sepakbola indonesia. Di awal tahun 2021, Rumor berita terus berkembang di kalangan pendukung sepakbola Indonesia bahwa Tim Askar Bertuah akan diambil alih.

Beberapa waktu kemudian, tepatnya pada tanggal 3 Mei 2021, PSPS Riau sah diambil alih oleh pengusaha Malaysia, Bapak Norizam Tukiman yang menjadi berita hangat antara pecinta sepakbola Indonesia yang membawa angina segar untuk era baru kebangkitan PSPS Riau.

Akuisisi PSPS Riau itu juga merupakan sejarah dalam industri sepakbola Indonesia untuk pertama kalinya investor asing menjadi pemilik klub sepakbola profesional di Indonesia. Selain itu, akuisisi PSPS Riau juga didukung oleh Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Mochamad Iriawan, yang meyakini hal itu legal dan diperbolehkan didalam aturannya.

Bapak Norizam Tukiman yang juga pemilik klub sepakbola TRW Kelantan FC yang bermain di kasta kedua Liga Primer Malaysia, dengan kepemilikan ini maka besar peluang terjadinya kolabrasi dua klub antara PSPS Riau dan Kelantan FC untuk dapat mengembangkan prestasi di dua negara tersebut sehingga industry sepakbola di Malaysia dan Indonesia semakin maju, selain itu hal dapat Ini membuka peluang bagi meningkatkan prestasi kedua Klub dan peluang kerjasama lainnya yang dapat bermanfaat untuk seluruh pihak terutama PSPS Riau dan Kelantan FC.

Tim Askar Bertuah, setelah terjadinya pengalihan saham PSPS Riau, PSPS Riau juga kini dikenal sebagai The Riau Warriors (TRW), yang merupakan julukan yang mirip dengan Kelantan FC yaitu The Red Warriors (TRW).

PSPS akan menggunakan Stadion Kaharuddin Nasution yang berkapasitas 25.000 tempat duduk untuk menghadapi musim kompetisi 2018. Stadion ini pernah digunakan untuk menghelat PON Riau tahun 2012 dan kualifikasi AFC U-22 tahun 2012.

Askar Bertuah berarti Pasukan Beruntung. Sesuai dengan julukan Kota Pekanbaru sebagai Kota Bertuah maka PSPS Pekanbaru diberi julukan Askar Bertuah, yang diartikan agar PSPS Pekanbaru selalu beruntung dengan memenangi setiap pertandingan baik kandang maupun tandang.

Pendukung

[sunting | sunting sumber]

Pendukung PSPS datang dari kota Pekanbaru terutama daerah Rumbai, Rumbai Pesisir, Senapelan, Sukajadi, Pekanbaru Kota, Simpang Tiga, Marpoyan Damai, Panam dll. Beberapa Universitas di Pekanbaru jadi basis pendukung diantaranya UNRI, UIR, UNILAK dan UIN Sultan Syarief Qasim II. Konsentrasi pendukung juga terdapat di luar kota Pekanbaru yaitu Minas, Kampar, Taluk kuantan, Duri, Perawang, Siak dan Pelalawan. Namun secara menyeluruh masyarakat Riau umumnya adalah pendukung PSPS.

Pendukung PSPS memiliki 1 kelompok besar suporter yakni Asykar Theking

Manajemen & Staf

[sunting | sunting sumber]

Manajemen

Jabatan Staf
Presiden Norizam Tukiman
Wakil Presiden Ari Nugroho Arsadianto
General Manager Edward Riansyah
Supporting Director Qusmaini Noor
Team Manager Andi Oh
Business Manager M. Masmaidi Aris
Media Officer Muhammad Teza Taufik
Sekretaris Muhammad Teza Taufik
Team Coordinator Ahmad Riansyah
Financial Manager Mikhail Djatmiko
Graphic Designer Sony Andrio Ranhas
Photographer Fauzan Nur Rachman
Videographer Fajar Prasetio

Staf Kepelatihan

Jabatan Staf
Pelatih Kepala Simón Elissetche
Asisten Pelatih Miskardi
Pelatih Kiper Indra Surya
Dokter Tim dr. Miftah
Kitman Yarmel
Kitman Haris Hami Meagalky

Divisi I Liga Indonesia

  • Juara (1): 1998-1999

Kiprah di liga nasional

[sunting | sunting sumber]
Musim Liga
Komp. Pos Keterangan
1996/1997 Divisi I 3 Putaran 2
1997/1998 Musim tidak selesai
1998/1999 Divisi I 1 Juara, Promosi ke Divisi Utama
1999/2000 Divisi Utama 5 Wilayah Barat
2001 Divisi Utama 6 Wilayah Barat
2002 Divisi Utama 5 Wilayah Barat
2003 Divisi Utama 9
2004 Divisi Utama 16
2005 Divisi Utama 14 Wilayah Barat. Degradasi ke Divisi I
2006 Divisi I 4
2007 Divisi Utama 4 Promosi ke Divisi Utama
2008/2009 Divisi Utama 3 Promosi ke ISL
2009/2010 ISL 7
2010/2011 ISL 11
2011/2012 ISL 13
2013 ISL 18 Degradasi ke Divisi Utama
2014 Divisi Utama Babak 16 besar
2015 Tidak ada kompetisi (Banned FIFA)
2016 ISC B Babak 8 besar
2017 Liga 2 5 Babak 8 besar
2018 Liga 2 Putaran Pertama
2019 Liga 2 Putaran Pertama
2020 Kompetisi dihentikan (Pandemi Covid-19)
  • BRI
  • Zamburger
  • Zamsaham
  • Hotel Zamburger
  • Radio Zamburger
  • Eka hospital
  • 93 sports
  • Next PhySiocare
  • Muscle gym
  • Isabell's
  • MG Barber salon
  • Bank Riau-Kepri
  • Riau Andalan Pulp and Paper
  • Nike (2001-2002)
  • Adidas (2003-2004)
  • Lotto (2009–2011)
  • Pluso (2012)
  • Joma (2012–2014)
  • Calcetto (2015-2016)
  • Classico (2017)
  • Kelme (2018)
  • Curva Sport Apparel (2019-2020)
  • 93 Sports (2021-2023)
  • Curva Sport Apparel (2023)

Berikut skuat yang diturunkan untuk ajang Liga 2 Indonesia 2019.[1]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK Indonesia IDN Erlangga Setyo
9 MF Indonesia IDN Yudi Adytia Tile
10 MF Indonesia IDN Ifrawadi
11 FW Indonesia IDN Fachri Alhayani
12 DF Indonesia IDN Rifaldo Dwi Sugandi
13 DF Indonesia IDN Hidayatullah
15 DF Indonesia IDN Danil Junaidi
16 MF Indonesia IDN Fadau
17 FW Indonesia IDN Riki Dwi Saputro
19 MF Indonesia IDN Kevin Julian
20 FW Indonesia IDN Susilo Irwandoyo
No. Pos. Negara Pemain
22 DF Indonesia IDN Arif Budi Darmawan
23 DF Indonesia IDN Muhammad Zulkhairi
24 MF Indonesia IDN Irdan Ismail
77 MF Indonesia IDN Muhammad Yogi Novrian
25 FW Indonesia IDN Firman Septian
30 MF Indonesia IDN M. Yoga Pratama
41 DF Indonesia IDN Muhammad Mukhlis
78 GK Indonesia IDN Ismail Hanafi
94 FW Indonesia IDN Rido Rinaldi (captain)
98 GK Indonesia IDN Ivan Fadillah

Pemain Terkenal

[sunting | sunting sumber]

PSPS Riau memiliki dua maskot salah satunya berupa hewan Tapir Andalas, karena Provinsi Riau merupakan habitat alami binatang Tapir, Juga sebagai kampanye pelestarian binatang Tapir yang kini terancam kepunahan. Tapir memiliki indra pendengarannya dan penciuman sangat tajam. Karena ukurannya, tapir memiliki sedikit pemangsa alami, bahkan tapir jarang dimangsa oleh Harimau. Akan tetapi, bila merasa terancam, tapir dapat lari dengan cepat meskipun bertubuh besar, dan mereka juga dapat membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya.  Oleh karena itu, PSPS Pekanbaru juga memiliki julukan Tapir Andalas selain julukan Askar Bertuah. Dengan harapan PSPS Riau menjadi kelab yang tidak mudah kalah dan bisa menyerang tim lawan.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Squad List". liga-indonesia.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-01. Diakses tanggal 2013-01-05. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]