Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

ArticleText 30080 2 10 20191230

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338623579

PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING UNTUK SEKOLAH DASAR

Article · January 2020


DOI: 10.21009/JPD.0102.15

CITATIONS READS

9 4,007

3 authors, including:

Octaviany Widyaningsih Devita Cahyani Nugraheny


Universitas Negeri Semarang STKIP Kusuma Negara Jakarta
4 PUBLICATIONS 29 CITATIONS 9 PUBLICATIONS 23 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Octaviany Widyaningsih on 16 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JPD: Jurnal Pendidikan Dasar DOI: doi.org/10.21009/JPD.0102.15.
P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING


UNTUK SEKOLAH DASAR

Octaviany Widyaningsih
STKIP Kusuma Negara
octaviany.widyaningsih@gmail.com

Chrisnaji Banindra Yudha


STKIP Kusuma Negara
chrisnaji_by@stkipkusumanegara.ac.id

Devita Cahyani Nugraheny


STKIP Kusuma Negara
devitacahyani@stkipkusumanegara.ac.id

Abstract: The purpose of this study is to develop a Blended Learning Type Station Rotation model
for thematic learning in elementary schools. Research and development methods refer to the Dick,
Carey & Carey development model and adapt the Blended Learning model from Stake & Horn.
Preliminary studies conducted through of literature review and interviews found data that the
application of the Blended Learning model for elementary schools in Indonesia has not been
researched and the primary school teachers who interviewed have not implemented it, so it is
necessary to develop learning models that refer to the curriculum at this time. The validation of the
developed learning model is carried out by the instructional design expert and the class teacher. The
trial was carried out in 3 stages: 1 class trial, 3 class trials, and expanded trials (9 classes). The trial
results state that the learning model developed was deemed effective in terms of the validation of the
components of the learning model which included: social systems, reaction principles, support
systems, as well as instructional and accompaniment impacts. The learning outcomes of 209 students
are known for an average completeness of KKM for 9 classes by 98% and the level of learning
motivation reaches 77% with the category of "high"; thus this model is worth testing in the field.
Keywords: Learning model, Blended Learning, Type Station Rotation, Elementary Schools

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan model Blended Learning Tipe Station
Rotation untuk pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Metode penelitian dan pengembangan
mengacu pada model pengembangan Dick, Carey, & Carey dan mengadaptasi model pembelajaran
Blended Learning dari Stake & Horn. Studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara kajian referensi
ilmiah dan wawancara ditemukan data bahwa penerapan model Blended Learning untuk sekolah dasar
(SD) di Indonesia belum ada hasil penelitiannya dan guru SD yang diwawancarai belum ada yang
menerapkannya sehingga perlu untuk pengembangan model pembelajaran yang mengacu pada
kurikulum yang sedang digunakan. Validasi model pembelajaran yang dikembangkan dilakukan oleh
ahli desain pembelajaran dan guru kelas. Uji coba dilakukan dengan 3 tahap: uji coba 1 kelas, uji coba
3 kelas, dan uji coba diperluas (9 kelas). Hasil uji coba menyatakan bahwa model pembelajaran yang
dikembangkan dinyatakan efektif dilihat dari validasi komponen model pembelajaran yang
mencakup: sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan dampak
pengiring. Hasil belajar dari 209 siswa diketahui rata-rata ketuntasan KKM untuk 9 kelas sebesar 98%
dan tingkat motivasi belajarnya mencapai 77% dengan kategori “tinggi”; dengan demikian model
pembelajaran ini layak untuk diujicobakan di lapangan.

Kata kunci: pengembagan, model pembelajaran, Blended Learning, tipe Station Rotation, sekolah
dasar

143
PENDAHULUAN Salah satu strategi pembelajaran
Guru sebagai pendidik memiliki
yang membutuhkan penguasaan terhadap
tugas keprofesionalan untuk meningkatkan
kemajuan teknologi adalah penerapan model
dan mengembangkan kualifikasi akademik
pembelajaran dengan pendekatan Blended
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
Learning. Sejauh ini penerapan Blended
dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
Learning untuk Sekolah Dasar (primary
teknologi, dan seni (Undang-undang
schools) di luar negeri (seperti: Amerika
Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
Serikat, Taiwan, China, Australia, Hong
tentang Guru dan Dosen); dengan demikian
Kong, dan Yunani) lebih banyak dilakukan
para guru dituntut untuk selalu
untuk meningkatkan keterampilan membaca
mengembangkan kompetensi mengajarnya
anak yang mana hal ini menunjukkan bahwa
sesuai dengan perkembangan ilmu
Blended Learning bisa dilaksanakan di kelas
pengetahuan dan teknologi terkini yang akan
rendah. Siswa-siswa yang mengikuti
berpengaruh dalam menerapkan strategi
program Blended Learning memiliki hasil
pembelajaran di kelasnya.
tes membaca yang signifikan, selain itu
Penerapan strategi pembelajaran pendekatan pembelajaran ini dapat
yang tepat melalui kombinasi metode atau memperluas manfaat teknologi dalam
model pembelajaran yang menarik, media pembelajaran serta waktu pembelajaran
pembelajaran maupun sumber belajar yang yang digunakan lebih efektif dari pada
tepat, serta melibatkan siswa untuk belajar pembelajaran satu-satu (Prescott, et al.
aktif bisa mempermudah guru untuk 2018)
mencapai tujuan belajar siswa. Guru dituntut
Di Indonesia model pembelajaran
untuk bisa mendesain strategi pembelajaran
dengan pendekatan Blended Learning sudah
agar siswa bisa fokus untuk melaksanakan
mulai marak diterapkan, akan tetapi masih
pembelajaran di sekolah sehingga
belum ditemukan hasil penelitian yang
pembelajaran menjadi bermakna. Masalah-
mengkaji tentang penerapannya untuk
masalah belajar di dalam kelas seperti
tingkat Sekolah Dasar. Kesempatan untuk
bosan, tidak paham dengan materi yang
melakukan penelitian di Sekolah Dasar
diberikan, ataupun siswa asyik main sendiri
masih terbuka lebar, hal ini dikarenakan
bisa diantisipasi jika guru kreatif dalam
Blended Learning lebih banyak diterapkan
mengembangkan strategi pembelajarannya
di level pendidikan yang lebih tinggi
(Widyaningsih, 2010:3).
(Drysdale, et. al., 2013). Padahal
pendekatan ini dapat digunakan sebagai

144
solusi untuk mengatasi kejenuhan belajar di mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
kelas yang menggabungkan pembelajaran merumuskan, mengembangkan desain,
tatap muka dengan pembelajaran on-line menguji coba, merevisi. Subyek uji coba
learning, atau tatap muka dengan off-line untuk penelitian ini adalah siswa SD kelas 5
learning; apalagi sekarang siswa sudah di SD Islam PB Soedirman yang berjumlah
terbiasa untuk mengakses sumber belajar 9 kelas dengan total siswa 209 anak.
melalui internet sehingga perlu pendekatan Analisis komponen model
pembelajaran yang mengakomodasi siswa- pembelajaran meliputi: sintaks, sistem
siswa tersebut (Suhartono, 2016). sosial, prinsip reaksi, serta dampak
instruksional dan dampak pengiring (Joyce,
Minimnya hasil penelitian tentang
dkk:1992)
penerapan Blended Learning di Sekolah
Dasar khususnya di Indonesia
Tabel 1. Kategori Hasil Validasi Komponen
mengindikasikan bahwa pendekatan Model Pembelajaran
Interval Skor
pembelajaran ini belum populer di kalangan Sintaks Sistem Prinsip Dampak Kategori
Sosial Reaksi instruksional
guru-guru Sekolah Dasar. & pengiring
12 < X1 12 < 7,95 < 7,95 < X4 ≤ 10 Sangat
≤ 15 X2 ≤ X3 ≤
METODE Valid
15 10
10 < X1 10 < 6,65 < 6,65 < X4 ≤ Valid
≤ 12 X2 ≤ X3 ≤ 7,95
Jenis penelitian yang digunakan 12 7,95
8 < X1 ≤ 8 < X2 5,35 < 5,35 < X4 ≤ Cukup
menggunakan metode penelitian dan 8 ≤8 X3 ≤ 6,65
Valid
6,65
pengembangan (Research and 6 < X1 ≤ 6 < X2 4,05 < 4,05 < X4 ≤ Tidak
8 ≤8 X3 ≤ 5,35
Valid
Development), yaitu metode penelitian yang 5,35
3 < X1 ≤ 3 < X2 2 < X3 2 < X4 ≤ 4,05 Sangat
digunakan untuk menghasilkan produk 6 ≤6 ≤ 4,05
Tidak
Valid
tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. (Sugiyono, 2013:297). Produk
yang dihasilkan dalam penelitian Analisis data kepraktisan model
pengembangan ini adalah model Blended pembelajaran menggunakan kriteria angket
Learning tipe Station Rotation untuk skala 5 mengacu berikut ini:
Sekolah Dasar. Pengembangan yang Tabel 2. Pedoman Pengubahan Data Kuantitatif
menjadi Data Kualitatif
dilaksanakan dalam penelitian ini Interval Skor Skor Kategori
X > 4.2 5 Sangat Valid
mengadaptasi model pengembangan dari 3.4 < X ≤ 4.2 4 Valid
Dick, Carey, & Carey (cit. Gall, Gall, & 2.6 < X ≤ 3.40 3 Cukup Valid
1.8 < X ≤ 2.6 2 Kurang Valid
Borg: 2007). Prosedur dalam model X ≤ 1,8 1 Sangat Kurang
Valid
pengembangan ini meliputi:

145
Untuk melihat keefektifan model sudah ada yang melaksanakan tetapi
pembelajaran, dilihat dari korelasi koefisien untuk Sekolah Dasar Negeri sepertinya
antara motivasi belajar siswa selama belum ada sama sekali. Pernyataan
menerapkan model dan hasil belajarnya. tersebut diperkuat dengan hasil survei
dari 12 guru (dengan sekolah yang
HASIL
berbeda) yang berstatus PNS dan
Hasil Pengembangan mengajar di SD negeri juga
Model pembelajaran yang dikembangkan menunjukkan hasil bahwa mereka belum
dalam penelitian ini adalah model ada yang menerapkan Blended Learning
pembelajaran Blended Rotation dengan tipe di sekolah masing-masing, bahkan
khusus Station Rotation untuk pembelajaran masih ada yang guru yang baru
tematik. Prosedur pengembangan meliputi: mendengar istilah tersebut. Dari data
studi pendahuluan/ analisis kebutuhan, tersebut diperoleh analisis yaitu:
analisis tujuan pembelajaran, analisis penerapan Blended Learning di Sekolah
indikator, pengembangan, penilaian. Dasar di Indonesia masih sangat minim.
a. Studi Pendahuluan & Analisis Minimnya wawasan tentang hal ini bisa
Kebutuhan berdampak bagi kemajuan pendidikan
Kegiatan ini diawali dengan pencarian karena pada dasarnya sudah ada kegiatan
referensi/ literatur tentang hasil pengintegrasian teknologi infomasi dan
penelitian penerapan Blended Learning komunikasi (TIK) untuk pembelajaran di
di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil Sekolah Dasar, tetapi sebagaian besar
pencarian hanya ditemukan hasil siswa hanya sekedar memanfaatkan TIK
penelitian penerapan Blended Learning sebagai sumber belajar.
di Sekolah Dasar di luar negeri. Hasil
penelitian penerapannya di Indonesia Dari hasil analisis tersebut, peneliti
belum ada. Kegiatan selanjutnya adalah berkesimpulan untuk menerapkan dan
mengadakan wawancara dengan salah mengembangkan Blended Learning di
satu Ketua PGRI (Kecamatan Ciracas, SD dan memilih salah satu model dari
Jakarta Timur), hasil wawancara dapat beberapa jenis model yang ada dalam
disimpulkan bahwa penerapan Blended Blended Learning yang ditentukan
Learning di Sekolah Dasar belum melalui kajian literasi. Berdasarkan
banyak, setidaknya untuk Sekolah Dasar pendapat Staker & Horn (2012) model
swasta yang memiliki fasilitas lengkap Blended Learning yang populer

146
diterapkan di luar negeri adalah Model Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
Rotation dengan Tipe Station Rotation. diujicobakan ke siswa kelas 5.
Setelah mendalami lebih lanjut teori d. Pengembangan Produk
tentang cara penerapan, kelebihan dan Pada tahap ini peneliti merancang dan
kelemahannya; peneliti memutuskan mengembangkan produk berupa: (1)
memilih tipe ini sebagai titik awal model pembelajaran Blended Learning
penelitian Blended Learning untuk Tipe Station Rotation untuk
Sekolah Dasar. Salah satu kelebihan pembelajaran tematik; (2) perangkat
yang menonjol dari tipe ini adalah hanya pembelajaran meliputi: Rencana
menggunakan satu ruang kelas saja Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
sehingga tidak rumit untuk diterapkan. lembar kerja siswa (LKS) / worksheets,
b. Analisis Materi kuis, petunjuk aktivias belajar di setiap
Analisis materi dilakukan dengan station, dan (3) instrumen penilaian.
mengkaji kurikulum yang berlaku di SD Draft model pembelajaran yang
yang disesuaikan dengan waktu uji coba. dirancang ditelaah oleh ahli yaitu satu
Di lokasi uji coba menerapkan dosen ahli di bidang desain
kurikulum 2013 yang pendekatan pembelajaran untuk dinilai
pembelajarannya tematik. Peneliti kevalidannya. Hasil dari validasi
bersama guru mengkaji, menentukan, diperoleh bahwa model pembelajaran
dan mengembangkan materi berdasarkan dan perangkatnya dinyatakan valid dan
silabus dan buku tema (buku guru dan terpenuhi kriterianya sehingga bisa
buku siswa) yang disediakan dari untuk diujicobakan.
pemerintah. Hasil dari analisis ini
ditentukan untuk materi yang akan Hasil Uji Coba Produk dan Revisi
diterapkan adalah materi tema 3 Uji coba produk meliputi 3 tahapan: tahap 1
“Makanan Sehat” dan tema 4 “Sehat Itu (uji coba 1 kelas), tahap 2 (uji coba 3 kelas),
Penting” dan tahap 3 (uji diperluas/lapangan sejumlah
c. Analisis Indikator Pembelajaran 9 kelas). Uji coba tahap 1 dan 2 dilakukan
Setelah mengkaji dan menentukan untuk mengevaluasi penerapan model
materi, peneliti bersama guru pembelajaran melalui observasi dan
merumuskan tujuan pembelajaran yang wawancara guru kelas yang menerapkan.
akan dicapai dan sekaligus sebagai Uji coba tahap 3 untuk mengukur kelayakan
bahan untuk merancang Rencana model pembelajaran dan perangkatnya.

147
a. Uji Coba 1 Kelas dan Revisi berikut ini: (1) hasil validasi komponen
Uji coba ini dilaksanakan untuk melihat Model Pembelajaran; (2) hasil validasi
apakah model pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
perangkatnya sudah sesuai dengan yang (RPP); (3) hasil validasi Lembar Kerja/
diharapkan. Hasil uji coba pertama Kegiatan Siswa (LKS); (4) hasil
ditemukan data hasil pengamatan dan kepraktisan Model Pembelajaran oleh
wawancara dengan guru kelas yang guru.
perlu diperhatikan dan direvisi yaitu: (1)
Penentuan waktu dalam RPP perlu dikaji Hasil Validasi Komponen Model
ulang untuk alokasinya agar tidak ada Pembelajaran Blended Tipe Station
selisih waktu untuk aktivitas belajar di Rotation Dari hasil uji coba lapangan
antara setiap stationnya; (2) Petunjuk diperoleh hasil validasi komponen
teknis aktivitas belajar perlu dibuat Model Pembelajaran Blended Tipe
menonjol dan menarik perhatian siswa Station Rotation yang tersaji berikut ini:
serta urutannya aktivitas belajar dibuat
lebih jelas. Tabel 3. Hasil Validasi Komponen Model
Pembelajaran
b. Uji Coba 3 Kelas dan Revisi Rata-rata
No. Komponen Skor Kriteria
Dari uji coba model pembelajaran dan Validator
1. Sintak 13 Sangat valid
perangkatnya di 3 (tiga) kelas diperoleh
2. Sistem sosial 13,5 Sangat valid
data pengamatan dan hasil wawancara 3. Prinsip Reaksi 9 Sangat valid
guru yang dapat disimpulkan: (1) 4. Dampak Pengiring 10 Sangat valid
& Instruksional
penerapan waktu sudah pas sesuai
dengan hasil masukan dari uji coba Rata-rata skor dari validator
pertama; (2) jenis aktivitas belajar di menunjukkan kriteria sangat valid, oleh
setiap stationnya lebih memancing karena itu bisa disimpulkan bahwa model
keaktifan belajar siswa; (3) ada 1 guru yang dikembangkan memenuhi semua
yang mengusulkan bahwa penerapan kriteria yang ditetapkan.
model ini di kelas setidaknya Validasi Rencana Pelaksanaan
memerlukan 2 guru. Pembelajaran (RPP)
c. Uji Coba Diperluas/ Lapangan 9 Kelas Hasil penilaian instrumen RPP
& Penyempurnaan menggunakan lembar penilaian yang sudah
Uji coba tahap 3 atau uji coba lapangan dinilai layak untuk digunakan. Berikut ini
dilakukan untuk pengambilan data

148
adalah ringkasan dari hasil penilaian oleh Model pembelajaran yang ideal untuk siswa
validator: Sekolah Dasar dibuat agar mudah
Tabel 4. Hasil Validasi RPP diterapkan, berikut ini data kepraktisan guru
No. Validator Skor Kriteria dalam menerapkan model pembelajaran
1. I 4,08 Valid
2. II 4,08 Valid Blended tipe Station Rotation:
3. III 4,25 Sangat Valid
4. IV 4 Valid Tabel 6. Kepraktisan Model Pembelajaran oleh Guru
5. V 4,58 Sangat Valid Guru Skor Kriteria
6. VI 4,42 Sangat Valid I 4,25 Sangat Praktis
7. VII 4,83 Sangat Valid II 4,25 Sangat Praktis
8. VIII 4,33 Sangat Valid III 4,75 Sangat Praktis
9. IX 4,67 Sangat Valid IV 3,92 Praktis
Rata-rata skor 4,36 Sangat Valid V 4,19 Praktis
VI 4,3 Sangat Praktis
VII 4,19 Praktis
Dari hasil tabel di atas dapat dianalisis VIII 4,5 Sangat Praktis
IX 4,5 Sangat Praktis
bahwa nilai skor rata-rata dari 9 validator
Rata-rata 4,32 Sangat Praktis
diperoleh skor 4,36 dan skor tersebut masuk
dalam interval skor “X>4.2” yang artinya Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan
masuk kriteria atau dinyatakan “sangat bahwa kemudahan/ kepraktisan model
valid”. pembelajaran yang dikembangkan setelah
diujicobakan dinilai sangat praktis oleh guru
Data hasil validasi LKS secara ringkas dan memenuhi syarat minimal praktis;
termuat dalam tabel berikut ini: sedangkan tingkat kemudahan/ kepraktisan
Tabel 5. Hasil Validasi LKS model pembelajaran menurut 209 siswa
No. Validator Skor Kriteria sebagai berikut:
1. I 60 Sangat Valid
2. II 62 Sangat Valid
3. III 63 Sangat Valid
4. IV 61 Sangat Valid Tabel 7. Kepraktisan Model Pembelajaran oleh Siswa
5. V 62 Sangat Valid Tingkat
No. Aspek
6. VI 64 Sangat Valid Kepraktisan
7. VII 63 Sangat Valid 1. Kemudahan dalam memahami 90,81%
8. VIII 65 Sangat Valid instruksi
9. IX 64 Sangat Valid 2. Kemudahan dalam melaksanakan 89,80%
aktivitas belajar
Rata-rata skor 62,66 Sangat Valid
3. Ketepatan waktu dalam 73,20%
menyelesaikan tugas
Dari tabel di atas bisa ditarik kesimpulan 4. Kemudahan dalam berotasi antar 95,7%
station
bahwa rata-rata skor yang diperoleh secara
keseluruhan masuk dalam kriteria “sangat Keefektifan Model Blended Learning Tipe
valid” sehingga bisa dianggap layak untuk Station Rotation
diterapkan.

149
Untuk melihat efektivitas model pemahaman/ kognitif peserta didik. Nilai
pembelajaran yang dikembangkan dapat Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang
dilihat melalui hasil survei motivasi belajar disampaikan guru dalam pembelajaran
siswa yang terlibat dalam penerapan model tematik adalah 75. Persentase ketuntasan
Blended Learning tipe Station Rotation belajar siswa setelah selesai pembelajaran
terhadap hasil belajar yang dilakukan di tematik dengan menggunakan model ini
akhir pembelajaran. termuat pada gambar berikut ini:
Untuk mengetahui motivasi belajar siswa
Gambar 2. Persentase Kentutasan Belajara Siswa
dalam pembelajaran Blended Learning Tipe
Station Rotation diadakan survei ke 209 Berdasarkan analisis korelasi motivasi
siswa yang terlibat. Dari hasil pengolahan belajar siswa yang terlibat dalam
data diketahui bahwa rata-rata keseluruhan pembelajaran Blended Learning Tipe
siswa yang mengikuti pembelajaran Blended Station Rotation dan hasil postes siswa
memiliki tingkat motivasi belajar sebesar dapat diperoleh nilai koefisien korelasi
77% yang masuk dalam kategori “tinggi”. sebesar 0,734 dengan taraf signifikansi 5%;
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
Peneliti juga melakukan survei untuk korelasi yang kuat antara motivasi belajar
mengetahui perasaan siswa terhadap siswa ketika mengikuti pembelajaran
penerapan Model Blended Learning Tipe Blended Learning dengan hasil belajarnya;
Station Rotation. Dari 209 siswa yang dengan demikian model pembelajaran
menjawab survei, diketahui 200 siswa Blended Learning tipe Station Rotation
senang terhadap penerapan pembelajaran
ini, 8 siswa tidak menjawab, dan 1 siswa
tidak menyukai. Data ringkasan hasil belajar
siswa diketahui sebagai berikut:
Tabel 9. Ringkasan Data Hasil Belajar
Jumlah Siswa 209
Skor maksimal 21
Skor minimal 0
Perolehan skor tertinggi 21
Perolehan skor terendah 8 dapat dikatakan efektif.
Rata-rata skor 17,68

Postes dilaksanakan setiap di akhir


penerapan pembelajaran Blended Tipe
Station Rotation untuk mengetahui tingkat

150
1. Kajian Produk dari tembok sehingga mendapatkan jaringan
Pengembangan produk / model internet yang lancar.
pembelajaran dalam penelitian ini mengacu
pada model pengembangan dari Dick, Carey
& Carey untuk prosedur pengembangan
model pembelajaran dan mengadaptasi
model pembelajaran Blended Learning Tipe
Station Rotation dari Stake & Horn.
Pengembangan model pembelajaran dalam
penelitian ini lebih dikhususkan untuk
mengembangkan sintak pembelajaran
Gambar 3. Contoh pengaturan ruang kelas
tematik dengan model Blendel Learning tipe
Station Rotation.
Hal lain yang perlu dilakukan dalam tahap
a. Langkah-langkah (sintaks) Model Blended
ini adalah mempersiapkan perangkat
Learning Tipe Station Rotation
pembelajaran berupa: nama setiap station,
1) Langkah pertama: setting kelas &
petunjuk belajar di setiap station, media
mempersiapkan perangkat pembelajaran.
belajar, sumber belajar, dan LKS. Guru
Langkah ini dimulai sebelum pelaksanaan
sudah menaruh/ menempel nama station
pembelajaran di mana guru menyeting
beserta petunjuk belajar di setiap station
kelasnya menjadi beberapa station (lokasi
agar siswa yang duduk di station tersebut
siswa belajar) sesuai dengan kebutuhan. Di
bisa membaca dengan detail kegiatan belajar
bawah ini adalah contoh pengaturan kelas
yang akan dilakukan, meskipun nanti guru
menjadi 4 (empat) station. Dalam
juga akan menyampaikan secara lisan di
pengaturan station guru hendaknya
awal kegiatan pembelajaran. Media belajar
mempertimbangkan lokasi station yang akan
khususnya media online bisa ditaruh atau
digunakan untuk aktivitas belajar online.
juga bisa dibawa guru terlebih dahulu (jika
Pada saat uji coba pertama, station untuk
sifatnya portable misalnya: tablet) dan baru
pembelajaran online mengalami kendala
diberikan setelah siswa siap belajar. LKS
jaringan internet yang posisinya dekat
bisa disiapkan di station yang
tembok sehingga mengganggu kelancaran
membutuhkannya.
jaringan. Solusi yang diterapkan pada waktu
2) Langkah kedua: mengorganisasi siswa.
masalah ini adalah siswa disuruh untuk
Guru membentuk kelompok sesuai dengan
menggeser tempat duduknya agak menjauh
jumlah station yang sudah ditentukan.

151
Pembentukan kelompok ini perlu tentang aktivitas belajar di setiap stationnya
mempertimbangkan latar belakang yang dan menyuruh siswa untuk selalu membaca
berbeda. Guru harus memiliki informasi petunjuk belajar terlebih dahulu ketika
tentang: a) siswa yang belum bisa menempati station selanjutnya setelah
mengoperasikan teknologi komputer; b) selesai berotasi.
tingkat kecerdasan siswa; c) karakter siswa. 4) Langkah keempat: belajar di station. Setelah
Kelompok yang baik bersifat heterogen di guru selesai memberikan materi pengantar,
mana siswa memiliki latar belakang yang guru menginstruksikan siswa untuk belajar
berbeda-beda untuk mengembangkan secara khusus sesuai dengan petunjuk
kecerdasan emosional mereka dan melatih belajar di station masing-masing. Pada
kepercayaan diri. Penentuan waktu juga waktu uji coba peneliti bersama guru
menjadi pertimbangan penting untuk merancang aktivitas belajar khusus untuk
menerapkan model ini. Idealnya dalam satu setiap stationnya berupa kegiatan: diskusi,
kelas untuk satu kali pembelajaran (satu membaca, menggambar, mewarnai,
hari) ada 4 (empat) station dengan alokasi mengamati, bermain peran, belajar online,
waktu aktivitas belajar di satu station antara membuat poster, dan menulis cerita.
45 menit – 1 jam. Sebelum pembelajaran di Aktivitas-aktivitas tersebut dikombinasikan
mulai, siswa sudah duduk di setiap station sehingga siswa merasa tidak bosan. Pada
sesuai dengan kelompok yang sudah saat kegiatan belajar di station berlangsung,
ditentukan oleh guru kelas. guru bisa memposisikan diri di salah satu
3) Langkah ketiga: memberikan materi station untuk memberikan materi lebih
pengantar. Sebelum siswa memulai aktivitas lanjut atau mendampingi di salah satu
belajar khusus sesuai petunjuk di station, station; guru juga bisa memonitoring
guru memberikan materi terlebih dahulu kegiatan belajar siswa dengan berkeliling di
tentang pokok bahasan yang dipelajari. Pada setiap station. Pada waktu monitoring ini
saat ini, materi/ pokok bahasan di Sekolah guru bisa melakukan evaluasi pengamatan
Dasar bersifat tematik yang mengacu pada untuk sikap siswa.
kurikulum 2013, dengan demikian materi 5) Langkah kelima: berotasi. Guru memastikan
yang dipelajari oleh siswa di setiap station terlebih dahulu aktivitas belajar siswa di
mengacu pada materi yang disampaikan setiap stationnya selesai dalam waktu
oleh guru; hanya berbeda jenis aktivitasnya. bersamaan, oleh karena itu guru harus
Di akhir pemberian materi pengantar, guru memberikan tanda peringatan terlebih
memberikan penjelasan kepada siswa dahulu sebelum berhenti kegiatan dengan

152
cara menyampaikan bahwa waktu tinggal 10 Pada model pembelajaran ini sistem sosial
menit kemudian tersisa 5 menit agar siswa yang dikembangkan mencakup peran
siswa fokus menyelesaikan tugas belajarnya hubungan guru dengan siswa dan siswa
tepat waktu di setiap station. Sebelum dengan siswa. Pada saat pengorganisasian
pindah station, guru bisa meminta hasil atau pembentukan kelompok sistem sosial
belajar atau LKS per satu kelompok, atau dikendalikan oleh guru untuk menciptakan
membiarkan siswa membawa hasil keteraturan dalam aktivitas siswa. Peran
belajarnya masing-masing hingga semua guru dari awal pembelajaran hingga selesai
station dimasuki untuk melatih tanggung memiliki tugas yang berbeda. Di awal
jawab mereka. pembelajaran guru menjadi sumber belajar
6) Langkah keenam: presentasi. Pada langkah untuk memberikan materi pengantar,
ini semua siswa sudah selesai melakukan setelahnya guru berperan menjadi fasilitator,
aktivitas belajarnya dan guru meminta pembimbing dan evaluator bagi siswa. Di
kelompok atau individu untuk melakukan tengah-tengah pembelajaran guru bisa
kegiatan presentasi hasil belajarnya. Setelah melakukan evaluasi dengan cara
itu guru memberikan umpan balik secara pengamatan kerja siswa. Pada saat kegiatan
langsung dan memberikan reward atas hasil belajar di station dan presentasi, siswa
kerja siswa. berperan besar untuk mengendalikan sistem
7) Langkah ketujuh: refleksi dan evaluasi. sosial. Siswa berinteraksi satu sama lain
Guru melakukan refleksi secara umum untuk melakukan kegiatan belajar secara
dengan cara menyuruh siswa untuk berkelompok dari satu station ke station
mengingat kembali/ mereview materi yang yang lainnya; meskipun jenis tugas yang
dipelajari di setiap stationnya dan diselesaikan merupakan tugas kelompok
memancing siswa untuk mengetahui maupun tugas individu.
dampak bagi mereka setelah mempelajari c. Prinsip Reaksi Blended Learning Tipe
materi. Di tahap ini juga guru memberikan Station Rotation
menanyakan proses kerja kelompok, Guru sebagai sumber belajar di awal
mencari tahu kendala yang mereka hadapi kegiatan berperan untuk menyampaikan
dan merefleksikan peran siswa di setiap materi layaknya mengajar biasa untuk
kelompoknya masing-masing. memberikan materi pelajaran. Pada tahap
b. Sistem Sosial Blended Learning Tipe berikutnya guru memberikan bimbingan
Station Rotation langsung di salah satu station jika memang
dibutuhkan bantuan lebih lanjut bagi guru

153
agar siswa tidak kehilangan arah untuk lembar untuk media menggambar/
mempelajari materi yang lebih rumit. Peran mewarnai, lembar daftar pertanyaan untuk
guru untuk melakukan bimbingan terlihat kegiatan pengamatan, dan lembar hasil
selama model pembelajaran ini diterapkan, diskusi kelompok. Buku siswa juga
guru juga melakukan evaluasi pengamatan diperlukan sebagai sumber referensi belajar
terhadap sikap siswa ketika berdiskusi siswa untuk menggali informasi lebih
dalam kelompok dan menilai kontribusi dalam.
setiap siswa bagi kelompoknya masing- e. Dampak Instruksional dan Dampak
masing. Guru dengan sigap membantu Pengiring Blended Learning Tipe Station
siswa yang membutuhkan bantuan ketika Rotation
pelaksanaan belajar online menemui kendala Tujuan pembelajaran yang ditargetkan
seperti jaringan internet yang lambat atau dicapai oleh siswa sesuai dengan
tidak berfungsinya tombol dalam tablet yang kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan.
digunakan oleh siswa. Guru juga harus lebih Dampak lain yang terlihat antara lain: siswa
memperhatikan untuk station belajar online terbiasa untuk melakukan kegiatan diskusi
yang beberapa kali ditemukan siswa setelah guru memberikan bimbingan di
menggunakan media onlinenya di luar station yang melakukan aktivitas diskusi;
penggunaan yang seharusnya. meskipun di awal diskusi terlihat bahwa
d. Sistem Pendukung Blended Learning Tipe masih ada siswa yang belum mengetahui
Station Rotation perannya di dalam kelompok. Siswa juga
Model pembelajaran ini membutuhkan berlatih untuk meningkatkan kepercayaan
sistem pendukung yang mungkin lebih dirinya dengan melakukan presentasi di
banyak jika dibandingkan dengan model depan kelas, melatih untuk fokus pada
pembelajaran lain untuk penerapan di aktivitas belajarnya tiap station agar bisa
Sekolah Dasar. Media belajar online selesai tepat waktu untuk pindah di station
merupakan persyaratan khusus yang harus selanjutnya. Aktivitas belajar yang berbeda-
ada yaitu: internet dan perangkatnya. beda di setiap station sangat mendukung
Perangkat yang digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan kerja sama dan
ini menggunakan tablet karena dinilai lebih komunikasi di antara siswa sehingga terlihat
praktis dan portable. Pendukung yang lain bahwa pembelajaran aktif dan kondusif.
adalah lembar kerja siswa (LKS) untuk Respon siswa terhadap pembelajaran ini
meningkatkan kemampuan siswa. LKS yang sangat positif dan 98% menyatakan bahwa
digunakan selama pembelajaran berupa:

154
pembelajaran berotasi dan belajar online sedangkan 1 kelas sudah menggunakan
sangat seru dan menyenangkan. sistem rotasi tetapi tidak pernah
diintegrasikan dengan belajar online di
KESIMPULAN
kelas; (2) penentuan alokasi waktu untuk
Model ini merupakan pengembangan
pembelajaran sistem rotasi membutuhkan
model Blended Learning tipe Station
kajian lebih dalam karena
Rotation dari Stake & Horn (2012) yang
mempertimbangkan jenis aktivitas belajar di
diadaptasikan untuk pembelajaran tematik di
setiap stationnya.; (3) guru belum terlalu
Sekolah Dasar. Hasil validasi menunjukkan
mengenal jenis-jenis aplikasi pembelajaran
bahwa model yang dikembangkan layak
yang digunakan dalam pembelajaran online.
untuk diujicobakan lapangan berdasarkan
validasi komponen model pembelajaran DAFTAR PUSTAKA

meliputi: sintaks, sistem sosial, prinsip Gall, Meredith D., Gall, Joyce P & Borg,
reaksi, sistem pendukung, dampak Walter R. (2007). Educational
instruksional dan pengiring. Motivasi Research An Introduction. Boston:
Pearson Education, Inc.
belajar siswa ketika menerapkan model ini
tergolong “tinggi” dilihat dari hasil Heather Staker & Michael B. Horn. (2012).
pengukuran data motivasi dan hasil belajar Classifying K-12 Blended Learning.
www.innosightinstitute.org.
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
mencapai 98% untuk materi tema 3 dan J. Drysdale, et.al. (2013). An Analysis of
Research Trends in Dissertation and
tema 4. Koefisien korelasi antara motivasi Theses Studying Blended Learning.
belajar dengan hasil belajarnya sebesar 0,77 The Internet and Higher Education.
yang artinya bahwa terdapat hubungan yang Volume 7, pg.90-100.
www.sciencedirect.com.
kuat antara motivasi belajar siswa dengan
hasil belajarnya selama pelaksanaan Jean Elise Prescot, et.al. (2018). Elementary
pembelajaran menggunakan model Blended School-wide Implementation of A
Blended Learning Program for
Learning Tipe Station Rotation untuk
Reading Intervention. The Journal of
pembelajaran tematik. Batasan yang ditemui Educational Research. Volume 111,
di lapangan adalah: (1) guru membutuhkan Issue 4, pg. 497-506.
www.tandfonline.com.
waktu untuk menyesuaikan diri
menggunakan model pembelajaran ini di Octaviany Widyaningsih. (2010).
mana sistem rotasi dan penggunaan media Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
online belum pernah diterapkan di 8 kelas, Sumber Belajar IPA di SD Interaktif
Harum Mulia Klaten (Skripsi).

155
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Suhartono. 2016. Menggagas Pendekatan


Blended Learning di Sekolah Dasar.
Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru
(TING) VIII. www.reposiory.ut.ac.id.

Undang-undang Republik Indonesia. No. 14


Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

156

View publication stats

You might also like