Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperat A554b5a9

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

P-ISSN: 2654-4105 Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIP) Vol 1. No.

1
https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/SJPIF/

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DENGAN METODE DISKUSI KELAS X SMA NEGERI 1
MODEL MUARA BELITI TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Heis mendri1, Ade saputa2, Rini hartini3


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI LLG,
2
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika
3
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

Email: neliyuliani094@gmail.com

Abstract : This study aims to find out the Comparison of Learning Outcomes Between Students' Physics
Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Division (STAD) with Class X Discussion
Method 1 Model Muara Beliti 1 High School 2018/2019 Academic Year. The problem in this study is
whether there is a comparison of Student Physics Learning Outcomes Between Cooperative Learning
Model Student Tesms Achievement Division (STAD) model and Discussion Method in Class X Model
Muara Beliti 1 High School 2018/2019 Academic Year ?. The type of research used is quantitative in the
form of experimental research methods conducted by comparing the experimental group I and the
experimental group II design of this study pre-test post-test. As a population of all class X students of SMA
Negeri 1 Model Muara Beliti Academic Year 2018/2019, which consisted of 236 students consisting of 7
classes. Sampling was done randomly and as a sample of experimental class I class X.IPA.1, and as a class
experiment II class X.IPA.2. Data collection is done by test techniques, namely pre-test and post-test. Then
the collected data was analyzed using the t-test, based on the results of the t-test analysis with a real level
of α = 0.05, obtained tcount> t table (2.20> 2.00), so it can be concluded that the results of student physics
learning using Cooperative Learning Model Student Tesms Achievement Division (STAD) type is higher
than the discussion method in Class X of Model Muara Beliti 1 High School in Academic Year2018/2019.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Tesms Achievement Division (STAD) dengan Metode Diskusi
Kelas X SMA Negeri 1 Model Muara Beliti Tahun Pelajaran 2018/2019. Masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara model pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Tesms Achievement Division (STAD) dengan Metode Diskusi di Kelas X SMA Negeri 1 Model
Muara Beliti Tahun Pelajaran 2018/2019?. Jenis Penelitian yang digunakan berbentuk kuantitatif dengan
metode penelitian eksperimen yang dilakukan dengan membandingkan kelompok eksperimen I dan
kelompok eksperimen II desain penelitian ini pre-test post-test. Sebagai populasi seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 1 Model Muara Beliti Tahun Pelajaran 2018/2019, yang terdiri dari 236 siswa yang terdiri
dari 7 kelas.pengambilan sempel dilakukan secara acak dan sebagai sampel kelas eksperimen I kelas
X.IPA.1, dan sebagai kelas eksperimen II kelas X.IPA.2. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes,
yaitu pre-test dan post-test. Kemudin data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t, berdasarkan hasil
analisis uji-t dengan taraf nyata sebesar 𝛼 = 0,05, diperoleh thitung>ttabel (2,20 > 2,00), sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Tesms Achievement Division (STAD) lebih tinggi dari pada metode diskusi di Kelas X SMA Negeri
1 Model Muara Beliti Tahun Pelajaran 2018/2019.

© 2019 Physics Education Department, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia

Kata Kunci:Perbandingan Hasil Belajar, Student Tesms Achievement Division (STAD) denan Metode
Diskusi.

PENDAHULUAN untuk memotivasi, membina, membantu,


Pendidikan adalah usaha yang
serta membimbing seseorang untuk
dilakukan dengan sengaja dan sistematis
mengembangkan segala potensinya

1
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

sehingga ia mencapai kualitas dari yang sia-sia jika siswa tidak ada minat atau
lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha motivasi untuk belajar.
pendewasaan manusia seutuhnya (lahir Oleh karena itu, sebagai tenaga
dan batin), baik oleh dirinya sendiri pendidik sekaligus sebagai pembimbing,
maupun orang lain, dalam arti tuntutan guru harus semaksimal mungkin untuk
agar anak didik memiliki kemerdekaan dapat menciptakan suasana pembelajaran
berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak yang menarik dan menyenangkan. Salah
serta percaya diri dengan penuh rasa satunya dengan memilih model
tanggung jawab dalam setiap tindakan pembelajaran yang tepat yang di dalam
dan perilaku sehari-hari Basri (Tatang S, proses pembelajarannya siswa tersebut
2012:14). dituntut untuk lebih aktif dan kreatif
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat sehingga dapat membangun pengetahuan
disimpulkan bahwa pendidikan adalah dan pemahamannya sendiri.
usaha sadar dan terencana untuk Berdasarkan hasil observasi awal
mewujudkan suasana belajar agar peserta peneliti dengan ibu Maulidinah guru
didik dan keterampilan yang diperlukan fisika SMA Negeri 1 Model Muara Beliti,
dirinya. Jadi, disini pendidikan menunjukan bahwa masih rendahnya hasil
diharapkan dapat mengembangkan belajar siswa. Hal ini dibuktikan peneliti
kemampuan yang dimiliki peserta didik, berdasarkan nilai ulangan harian siswa
yaitu kemampuan berpikir dan semester dua tahun pelajaran 2018/2019.
kemampuan berprilaku. Nilai rata-rata siswa adalah 65, sedangkan
Melalui proses pendidikan diharapkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang
siswa dapat tumbuh dan berkembang terdapat disekolah tersebut adalah 65.
menjadi lebih baik.Guru sebagai tenaga Kemudian persentase jumlah siswa yang
pendidik mempunyai tanggung jawab tuntas sebesar 40% dan yang belum tuntas
yang besar terhadap minat belajar siswa 60 % dari 236 jumlah siswa. Kenyataan
dengan tujuan untuk meningkatkan ini menunjukan masih rendahnya
kualitas pendidik. Walaupun saat ini pemahaman siswa terhadap materi
disediakannya gedung sekolah serta pembelajaran fisika.
sarana belajar yang lengkap, dengan Berdasarkan pemikiran diatas, maka
harapan supaya siswa dapat belajar penulis tertarik melakukan penelitian
dengan semangat. Tetapi semua ini akan dengan judul “Perbandingan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

2
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Teams Achievement Division (STAD) 2. Pengertian Model Pembelajaran


dengan metode diskusi Kelas X SMA Kooperatif
Negeri 1 Model Muara Beliti Tahun Menurut Esminarto dkk (2016:17),
Pelajaran 2018/2019”. menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu
KAJIAN TEORITIS pembelajaran yang didasarkan pada
1. Pengertian Model Pembelajaran
paham konstruktivisme. Pada
Joyce dan Weil (Rusman, 2011:133),
pembelajaran kooperatif siswa percaya
berpendapat bahwa model pembelajaran
bahwa keberhasilan mereka akan tercapai
adalah suatu rencana atau pola yang dapat
jika dan hanya jika setiap anggota
digunakan untuk membentuk kurikulum
kelompoknya berhasil. Slavin (dalam
(rencana pembelajaran jangka panjang),
Sukowati dkk, 2016:18), yang
merencanakan bahan-bahan
menyatakan In cooperative learning
pembelajaran, dan mambimbing
methods, students work together in four
pembelajaran di kelas atau yang lain.
member teams to master material initially
Model pembelajaran dapat dijadikan pola
presented by the teacher
pilihan, artinya para guru boleh memilih
3. Pengertian Model Pembelajaran
model pembelajaran yang sesuai dan
KooperatifTipe Student Teams
efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Achievement Division (STAD).
Model pembelajaran adalah suatu pola
Menurut Trianto (Gummay dkk
atau kerangka pembelajaran yang
2016:40), model pembelajaran kooperatif
menggambarkan langka-langka dari
tipe Student Teams Achievement Division
kegiatan awal sampai kegiatan akhir
(STAD) ini merupakan salah satu tipe dari 2
pembelajaran. Dengan demikian
model pembelajaran kooperatif dengan
pemilihan model pembelajaran yang
menggunakan kelompok-kelompok kecil
sesuai dengan peningkatan hasil belajar
dengan jumlah anggota kelompok 4-5
dan pemahaman siswa terhadap materi,
orang siswa heterogen. Diawali dengan
serta guru akan merasakan adanya
penyampaian tujuan pembelajaran,
kemudahan di dalam pelaksanaan
penyampaian materi, kegiatan kelompok,
pembelajaran di kelas. Sehingga tujuan
kuis, dan penghargaan kelompok.
pembelajaran dapat tercapai dengan tuntas
Sedangkan menurut Isjoni (2010:74),
sesuai harapan.
model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division

3
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

4. Fase-Fase ModelStudent Teams ketika siswa mengerjakan tugas


Achievement Division (STAD). kelompok guru mengelilingi ruangan
Menurut Trianto, (Gummay dkk, disetiap kelompok dan bertanya
2016:41), langkah-langkah model kepada kelompok apabila ada hal
pembelajaran kooperatif tipe Student yang kurang jelas atau belum
Teams Achievement Division (STAD) dimengerti yang kemudian
sebagai berikut: dilanjutkan dengan presentasi dari
1. Guru menyampaikan semua tujuan kelompok secara acak.
pembelajaran yang ingin dicapai 5. Guru mengevaluasi hasil belajar
pada pembelajaran tersebut dan tentang materi yang telah dipelajari.
memotivasi siswa untuk belajar Pada tahap ini guru memberikan kuis
sehingga siswa siap dan memahami kepada siswa yang akan dikerjakan
penjelasan guru dalam secara individu untuk melihat
pembelajaran pemahaman siswa terhadap materi
2. Guru menyajikan materi kepada yang sudah dipelajari, kemudian
siswa. Pada tahap ini Penjelasan guru bersama siswa menghitung skor
materi dilakukan dengan contoh masing-masing siswa dan
yang ada hubungannya dengan menghitung skor kelompok untuk
materi pada pertemuan tersebut mengetahui kelompok berapa yang
3. Guru membentuk kelompok belajar akan menjadi kelompok terbaik dan
yang dipilih secara heterogen. akan mendapat penghargaan.
Siswa dibagi menjadi beberapa Selanjutnya guru bersama siswa
kelompok yang terdiri dari 4-5 menyimpulkan materi yang telah
siswa. Pada tahap ini Guru dipelajari.
menjelaskan pada siswa bagaimana 6. Guru mencari cara-cara untuk
caranya membentuk kelompok menghargai baik upaya maupun
belajar dan membantu setiap hasil belajar individu dan kelompok.
kelompok agar melakukan transisi Pada tahap ini guru akan memberikan
yang efisien. penghargaan kepada kelompok
4. Guru membimbing kelompok terbaik atau kelompok yang
belajar pada saat mereka mendapat skor paling tinggi.
mengerjakan tugas. Pada tahap ini Penghargaan berupa materi, atau
guru memberikan soal yang akan bentuk nilai tambahan.
dikerjakan oleh kelompok belajar.
4
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

langkah-langkah model pembelajaran pembagian kelompok, (2) penyampaian


kooperatif tipe Student Teams materi, (3) diskusi kelompok, (4)
Achievement Division (STAD) Menurut pemberian kuis /pertanyaan, (5)
Trianto (Gummay dkk,2016:41), terdiri penyimpulan, (6) pemberian penghargaan
dari enam fase, yang disajikan pada tabel. Wibowo (Esminarto dkk, 2016:19).

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran 5. Peningkatan Skor Individu dan


kooperatif tipe Student Teams Achievement Penghargaan Kelompok
Division (STAD)
Fase Kagiatan Guru
Model pembelajaran kooperatif tipe
Fase 1 Menyampaikan semua tujuan STAD yang meliputi presentasi kelas,
Menyampa pelajaran yang ingin dicapai pada
ikan tujuan pelajaran tersebut dan belajar kelompok, kuis, peningkatan skor
dan memotivasi siswa belajar.
memotivasi individu, dan penghargaan kelompok.
siswa Peningkatan skor skor menurut Slavin
Fase 2 Menyajikan informasi kepada
Menyajika siswa dengan jalan (Trianto, 2009:71).
n atau mendemonstrasikan atau lewat
menyampai bahan bacaan. Tabel 2. Perhitungan Skor Peningkataan Individu.
kan
informasi
Fase 3 No Kriteria Skor
Menjelaskan kepada siswa Peningkata
Mengorgan bagaimana caranya membentuk n
isasikan kelompok belajar dan membantu
1 Lebih dari 10 poin di bawah 5 poin
siswa setiap kelompok agar melakukan
skor awal
dalam transisi secara efisien
2 10 poin di bawah sampai 1 10 poin
kelompok
poin di bawah skor awal
kelompok
3 Skor dasar sampai 10 poin di 20 poin
belajar
atas skor awal
Fase 4 Membimbing kelompok
4 Lebih dari 10 poin di atas 30 poin
Membimbi kelompok belajar Pada saat skor awal
ng mereka mengerjakan tugas 5 Nilai sempurna (tenpa 30 poin
kelompok mereka.
memperhatikan skor awal)
bekerja dan
belajar Penghargaan kelompok menurut
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah
Trianto (2009:71), ada tiga tingkat atau
diajarkan atau masing-masing kriteria skor tim rata-rata, seperti pada
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6 Mencari cara-cara untuk Tabel 3.Kriteria Penghargaan Prestasi Tim
Memberika menghargai baik upaya maupun
n hasil belajar individu dan Rata-rata poin Kriteria penghargaan
penghargaa kelompok kelompok
n 0≤x≤5 -
5 ≤ x ≤ 15 Tim baik (Good teams)
Langkah-langkah penerapan dalam 15 ≤ x ≤ 25 Tim hebat (Great teams)
25 ≤ x ≤ 30 Tim super (Super teams)
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang diterapkan dalam penelitian ini 2. Kelebihan Dan Kelemahan Student

adalah 6 langkah sebagai berikut: (1) Teams Achievement Division (STAD)

5
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

a. Kelebihan Student Teams Achievement kelompok dan tes individual/kuis, karena


Division(STAD) rata-rata jumlah siswa di dalam kelas
Menurut Rusman (Esminarto dkk, adalah 45 orang, maka guru kurang
2016:20), berdasarkan karakteristiknya maksimal dalam mengamati belajar
ialah: setiap siswa memiliki kesempatan kelompok secara bergantian, guru dituntut
untuk memberikan kontribusi yang bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-
substansial kepada kelompoknya, dan tugas yang berkaitan dengan
posisi anggota kelompok adalah setara, pembelajaran yang telah dilakukan.
menggalakkan interaksi secara aktif dan 3. Pengertian Belajar
positif dan kerjasama anggota kelompok Belajar merupakan aktivitas manusia
menjadi lebih baik, membantu siswa yang sangat vital dan secara terus-
untuk memperoleh hubungan pertemanan menerus akan dilakukan selama manusia
lintas rasial yang lebih banyak, siswa tersebut masih hidup. Manusia tidak
memiliki dua bentuk tanggung jawab mampu hidup sebagai manusia jika ia
belajar. yaitu belajar untuk dirinya sendiri tidak dididik atau diajar oleh manusia
dan membantu sesama anggota kelompok lainnya (Thobroni, 2015:15).
untuk belajar. Belajar merupakan suatu aktivitas yang
Menurut Isjoni (2010), Kelebihan dapat dilakukan secara psikologis maupun
STAD adalah melatih siswa dalam secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat
mengembangkan aspek kecakapan sosial psikologis yaitu aktivitas yang merupakan
di samping kecakapan kognitif dan peran proses mental, misalnya aktivitas berfikir,
guru juga menjadi lebih aktif dan lebih memahami, menyimpulkan, menyimak,
terfokus sebagai fasilitator, mediator, menelaah, membandingkan,
motivator dan evaluator. membedakan, mengungkapkan,
b. Kelemahan Student Teams menganalisis dan sebagainya (Rusman,
Achievement Division (STAD) 2012:85).
Menurut Khusna (Esminarto dkk, Menurut Iskandarwassid (Muthoharoh,
2016:21), kelemahan STAD adalah: 2017:34), hasil belajar adalah yang
pembelajaran menggunakan model ini diperoleh peserta didik setelah mengikuti
membutuhkan waktu yang relatif lama, suatu materi tertentu dan mata pelajaran
dengan memperhatikan tiga langkah yang berupa data kuantitatif maupun
STAD yang menguras waktu seperti kualitatif.
penyajian materi dari guru, kerja

6
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Wasliman (Ahmad Susanto, 2013:12), c. Penerapan (application) (𝐶3) yaitu


hasil belajar yang dicapai oleh peserta jenjang kemampuan yang menuntut
didik merupakan hasil interaksi antara peserta didik untuk menggunakan ide-
berbagai faktor yang memengaruhi, baik ide umum, tata cara ataupun metode,
faktor internal maupun eksternal: prinsip, dan teori-teori dalam situasi
a) Faktor internal; faktor internal baru dan konkret.
merupakan faktor yang bersumber dari d. Analisis (analysis) (𝐶4) yaitu jenjang
dalam diri peserta didik, yang kemampuan yang menuntut peserta
memengaruhi kemampuan belajarnya. didik untuk menguraikan suatu
b) Faktor eksternal; faktor yang berasal situasi atau keadaan tertentu ke
dari luar diri peserta didik yang dalam unsur-unsur atau komponen
memengaruhi hasil belajar yaitu pembentukannya.
keluarga, sekolah dan masyarakat. e. Sintesis (synthesis) (𝐶5) yaitu jenjang
Keadaan keluarga berpengaruh kemampuan yang menuntut peserta
terhadap hasil belajar sisiwa. didik untuk menghasilkan sesuatu yang
Bloom (dalam Rusman, 2013:125), baru dengan cara menggabungkan
menjelaskan bahwa domain kognitif berbagai faktor.
terdiri dari enam kategori yaitu: f. Evaluasi (evaluation) (𝐶6) yaitu
a. Pengetahuan (Knowledge) (𝐶1), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
peserta didik untuk dapat mengenali mengevaluasi suatu situasi, keadaan,
atau mengetahui adanya konsep, pernyataan atau konsep berdasarkan
prinsip, fakta atau istilah tanpa harus kriteria tertentu.
mengerti atau dapat menggunakannya.
b. Pemahaman (comprehension) (𝐶2) METODOLOGI PENELITIAN
yaitu jenjang kemampuan yang Jenis penelitian yang digunakan ini
menuntut peserta didik untuk adalah penelitian kuantitatif dengan
memahami atau mengerti tentang metode eksperimen. Desain penelitian
materi pelajaran yang disampaikan yang digunakan berbentuk pre-test dan
guru dan dapat memanfaatkannya post-test Control Group Design dapat
tanpa harus menghubungkannya dilihat pada
dengan hal-hal lain.

7
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Tabel 4. Pre-test-posttest Control Group Design


k =banyaknya butir pertanyaan
Gro Pre-test Treatment Post-test atau banyaknya soal
∑𝜎𝑏2= jumlah varians butir
up
X1 O1 X O2 𝜎𝑡2 = varians total
X2 O3 - O4
Tabel 6. Klasifikasi Reliabilitas
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Besarnya Nilai r11 Interval
Negeri 1 Model Muara Beliti sebagai r11≤ 0,20 sangat rendah
tempat yang menjadi fokus penelitian. 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < r11 ≤ 1,00 sangat tinggi
10 September 2019. Daya pembeda ditentukan dengan
Sampel penelitian ini adalah kelas X.1 rumus sebagai berikut:
𝐵𝑎 𝐵𝑏
yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas DP = - (Bagiyono, 2017:4)
𝐽𝑎 𝐽𝑏
eksperimen dan kelas X.2 yang berjumlah Keterangan:
32 siswa sebagai kelas kontrol. Untuk DP = Indeks daya pembeda
Ba = Jumlah skor kelompok atas
mengetahui butir soal, maka rumus yang Bb = Jumlah skor kelompok bawah
digunakan adalah korelasi product Ja =Jumlah skor ideal kelompok
atas
moment: Jb = Jumlah skor ideal kelompok
𝑁∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌) bawah
rxy =
√{𝑁∑𝑋2−(∑𝑋)2} {𝑁∑𝑌2−(∑𝑌)2}
Tabel 7. Klasifikasi Daya Pembeda
keterangan :
rxy : Koefisien korelasi nilai Daya Kategori
N : Jumlah siswa uji coba Pembeda
X : Skor tiap butir soal D≤0 Rendah Sekali
0 < D ≤ 0,2 Rendah
Y : Skor total tiap siswa uji coba
0,2 < D ≤ 0,4 Sedang
Tabel 5. Kriteria Validitas 0,4 < D ≤ 0,7 Tinggi
0,7 < D ≤ 1 Sangat Tinggi
Kriteria validitas Kategori Tingkat kesukaran dalam butir tes
rxy ≤ 0,00 Tidak valid adalah sebagai berikut:
0,00 < rxy ≤ 0,20 sangat rendah 𝐵𝑎+ 𝐵𝑏
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah D= (Bagiyono, 2017:03)
𝐽𝑎+ 𝐽𝐵
0,40 < rxy ≤ 0,60 Sedang Keterangan:
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < rxy ≤ 1,00 sangat tinggi D = Indeks Kesukaran
Ba = Jumlah skor kelompok atas
Tes yang digunakan adalah tes uraian,
Bb = Jumlah skor kelompok bawah
maka rumus untuk menghitung reliabilitas Ja = Jumlah skor ideal kelompok
soal bentuk uraian menggunakan rumus atas
Jb = Jumlah skor ideal kelompok
alpha cronbach yaitu: bawa
∑𝜎2
r11 = ( k ) (1 (Arikunto, Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
− 𝜎
𝑏
)
2
k−1 t
2010:239) Besarnya Nilai Kategori Tingkat Kesukaran
Keterangan: 0 Sangat Sukar
r11 = reliabilitas instrument 0 < P ≤ 0,3 Sukar
8
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

0,3 < P ≤ 0,7 Sedang dengan menggunakan model diskusi


0,7 < P < 1 Mudah
1 Sangat Mudah dalam penyampaian materi.
Dalam uji kesamaan rata-rata ini jika Pertemuan tatap muka pada penelitian
kedua data berdistribusi normal dan ini sebanyak enam kali pertemuan,
homogen, maka uji statistik yang dengan rincian satu kali pemberian pre-
digunakan yaitu uji-t dengan rumus: test, empat kali proses pembelajaran
̅𝑥̅1̅−𝑥̅2̅ (𝑛1 −1)2 +(𝑛2 −1)𝑠2
𝑡= 1 1
dan 𝑠 = √ 1
𝑛1+𝑛2−2
2
dengan menggunakan model
𝑠√ +
𝑛1 𝑛2 pembelajaran kooperatip tipe Student
(Sugiyono, 2012:138)
Keterangan: Teams Achievent Division (STAD) dan
𝑥̅1= Skor rata-rata kelas eksperimen satu kali pemberian post-test dikelas
𝑥̅2= Skor rata-rata kelas kontrol
𝑛1= Jumlah siswa kelas eksperimen eksperimen I. Pada kelas eksperimen II,
𝑛2= Jumlah siswa kelas kontrol Pertemuan ini sebanyak enam kali
S =Simpangan baku gabungan dari
kedua kelompok pertemuan, dengan rincian satu kali
𝑠1=Simpangan baku kelas pemberian pre-test, empat kali proses
eksperimen
𝑠2=Simpangan baku kelas kontrol pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran diskusi dan satu kali
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemberian post-tes.
Penelitian ini dilakukan di SMA
a. Deskripsi dan Analisis Data Pre-test
Negeri 1 Model Muara Beliti pada
Peneliti memberikan pre-test pada
tanggal 10 September sampai dengan 6
kelas X.2 sebagai kelas eksperimen II,
oktober 2018. Dalam penelitian ini
pada tanggal 17 September 2018 dan pre-
peneliti menggunakan dua kelas sebagai
test pada kelas X.1 sebagai kelas
sampel dari jumlah populasi sebanyak
eksperimen I dilaksanakan pada tanggal
tujuh kelas. Kelas yang dijadikan kelas
17 September 2018, untuk mengetahui
eksperimen I adalah kelas X.1 dan X.2
kemampuan awal siswa kelas eksperimen
sebagai kelas eksperimen II. Kelas X.1
II dan kelas eksperimen I. Setelah
sebagai kelas eksperimen I mendapatkan
diberikan pembelajaran kedua kelas
perlakuan dengan menggunakan model
tersebut akan diberikan pos-test yang
pembelajaran kooperatip tipe Student
dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober
Teams Achievent Division (STAD),
2018 kelas eksperimen II dan 2 Oktober
sedangkan kelas X.2 sebagai kelas
2018 pada kelas eksperimen I. Adapun
eksperimen IIl diberikan perlakuan
deskripsi hasil penelitian data tes pre-test
di bawah ini:

9
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Gambar 1. Skor Rata-rata Pre-test dan Post-test


Tabel 9. Rekapitulasi data hasil pre-test
c. Pengujian Hipotesis
No Kelas N x̅ S Adapun hipotesis statistik dalam
1 X1 32 27,68 7,97
2 X2 32 24,28 7,12 penelitian ini adalah ada perbandingan
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
awal siswa kelas eksperimen I dan kelas
Student Teams Achievement Division
eksperimen II masih rendah.
(STAD) dengan metode diskusi Kelas X
b. Deskripsi Akhir Siswa (post-test)
SMA Negeri 1 Model Muara Beliti Tahun
Kemampuan akhir siswa dalam
Pelajaran 2018/2019.
penguasaan materi vektor merupakan
1) Uji Normalitas
hasil belajar siswa setelah mengikuti
Uji normalitas digunakan untuk
proses pembelajaran yang telah diberikan
mengetahui apakah data yang didapat
perlakuan yang berbeda oleh peneliti.
berdistribusi normal atau tidak.
Adapun deskripsi hasil penelitian data tes
Berdasarkan perhitungan ststistik
post-test di bawah ini:
menggunakan uji normalitas data adalah
Tabel 10 Rekapitulasi data hasil post-test uji kecocokan chi kuadrat (x2) dengan
No Kelas N x̅ S 1 taraf signifikan 𝛼 = 0,05, jika
X1 32 46,65 7,20
2 X2 32 42,53 7,89 x2hitung<x2tabel maka data tersebut
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata dinyatakan berdistribusi normal dapat
nilai kelas eksperimen I lebih besar dari dilihat pada kurva.
pada kelas eksperimen II.
Perbandingan hasil belajar fisika siswa 9
8 -0,27;
saat pre-test dan post-test pada kelas -0,97; 7,7824
eksperimen I dan kelas eksperimen II 0,35;
6,704
6 6,3904
dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 5
-1,6; 4
4,1376 3 0,98;
2 3,4784
50 1
40 0 1,6;
30 1,3408
20
Pre-test
Post-test -2 -1 0 1 2

10 Gambar 2. Kurva Normalitas Pre-Test Kelas


0 Eksperimen
Eksperimen IEI ksperimen I

10
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Rekapitulasi hasil uji normalitas data kelas eksperimen I dan kelas Eksperimen
pre-Test untuk kedua kelompok dapat II adalah berdistribusi normal dan
dilihat pada tabel dibawah ini: homogen, dengan demikian uji kesamaan

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Pre-Test dua rata-rata menggunakan uji-t.


No Kelas Tes x2ℎi𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk x2 kes Kriteria pengujian hipotesis yang
𝑡𝑎𝑏e𝑙

1 X1 Pre-test 5,93 5 11,07 Normal digunakan oleh peneliti adalah terima


2 X2 Pre-test 13,38 5 14,06 Normal HoJika thitung< ttabel. Rekapitulasi hasil
Dari data diatas dapat dilihat bahwa perhitungan uji kesamaan dua rata-rata
𝑥
ℎi𝑡𝑢𝑛g
2
kelas eksperimen I dan kelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Eksperimen II kurang dari 𝑥𝑡𝑎𝑏e𝑙
2
, Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-
Rata
sehingga kedua kelas tersebut
Data thitung ttabel Ket
berdistribusi normal. Pre-test 1,87 2,00 Ho diterima
2) Uji Homogenitas Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

Uji homogenitas ini dilakukan untuk thitung>ttabel sehingga Ho ditolak. Dapat

mengetahui apakah data pre-test kelas diproleh kesimpulan bahwa data pre-test

eksperimen dan kelas kontrol memiliki terhadap hasil belajar siswa tidak

varians yang homogen atau tidak memiliki perbedaan antara kelas

homogen. Rekapitulasi uji homogenitas eksperimen dan kelas kontrol.

data pre-test pada keas eksperimen I dan d. Analisis Inferensial Data Post-Test

kelas Eksperimen II dapat dilihat pada 1) Uji Normalitas

tabel sebagai berikut: Uji normalitas ini dilakukan setelah


perhitungan rata-rata dan simpangan baku
Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pre-
Test
terhadap hasil belajar fisika siswa pada

Data Fhitun Dk Ftabe Ket saat post-test baik dikelas eksperimen dan
g l
Pre-test 1,25 62 1,84 Homogen kelas kontrol, dapat dilihat pada kurva.
Dari data dia atas dapat dilihat bahwa 10 -0,29;
Fhitung lebih dari Ftabel, sehingga diperoleh -0,99;8,5056 0,39;
7,1936 6,7328
bahwa kedua varians kelas eksperimen -1,68; 5
1,09;
-2,38;3,6672 31,1,7884;
dan kelas kontrol homogen. 1,2096
0 1,0112
3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata -3 -2 -1 0 1 2
Setelah uji normalitas dan uji Gambar 3 Kurva Normalitas Post-Test Kelas
Eksperimen I
homogebitas kita lakukan, dan diperoleh
kesimpulan bahwa data pre-test pada

11
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Rekapitulasi hasil uji normalitas data kelas eksperimen I dan kelas Eksperimen
post-test pada kelas eksperimen dan kelas II adalah berdisribusi normal dan
kontrol dapat dilihat pada tabel. homogen. Dengan demikian uji kesamaan

Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Post-Test data rata-rata menggunakan uji-t.

No Kelas Tes x2 Dk x2 kes Kriterian pengujian hipotesis yang


ℎi𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏e𝑙 digunakan oleh peneliti adalah terima Ho
1 X1 Post-test 3,47 5 12,59 Normal
2 X2 Post-test 7,93 5 11,07 Normal jika thitung kurang dari atau sama ttabel dan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa
sebaliknya terima Ha jika thitung lebih dari
𝑥ℎi𝑡𝑢𝑛g
2
kelas eksperimen I dan kelas
ttabel. Rekapitulasi hasil perhitungan uji
2
Eksperimen II 𝑥𝑡𝑎𝑏e𝑙
, sehingga kedua
kesamaan dua rata-rata hasil post-test
kelas tersebut berdistribusi normal. dapat dilihat pada tabel.
2) Uji Homogenitas
Tabel 16 Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-
Uji homogenitas ini dilakukan untuk Rata

mengetahui apakah data post-test kelas Data thitung ttabel Kesimpulan


Post-test 2,20 2,00 Ha diterima
eksperimen I dan kelas Eksperimen II
Dari tabel diatas dapat diperoleh bahwa
memiliki varians yang homogen atau
terima Ho karena thitung>ttabel, sehingga
tidak homogen. Rekapitulasi hasil uji
hipotesis yang diajukan dalam penelitian
homogenitas data post-test pada kelas
ini terbukti.
eksperimen I dan kelas Eksperimen II
dapat dilihat pada tabel.
SIMPULAN DAN SARAN
Tabel 15 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data a. Simpulan
Post-Test
Berdasarkan hasil penelitian dan
Data Fhitung Dk Ftabel Kesimpulsn
Pre-test 1,20 62 1,84 Homogen
pembahasan, diperoleh rata-rata skor tes
Dari data di atas dapat dilihat bahwa akhir kelas eksperimen sebesar 46,65 dan
Fhitungkurang dariFtabel, sehingga diperoleh kelas kontrol sebesar 42,53. Dapat
kesimpulan bahwa varians kelas disimpulkan bahawa ada pengaruh model
eksperimen I dan kelas Eksperimen I I pembelajaran Kooperatif tipe Student
homogen. Teams Achievent Division (STAD)
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
X SMA 1 Model Muara Beliti Tahun
Setelah uji normalitas dan uji
Pelajaran 2018/2019.
homogenitas kita lakukan, dan diperoleh
kesimpulan bahwa data post-test pada

12
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

b. Saran Student Teams Achievement


Berdasarkan hasil penelitian dan Division (STAD) Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma
kesimpulan diatas, maka peneliti Negeri 2 Muara Beliti Tahun
menyampaika saran-saran sebagai Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Fisika. Vol. 5 Hal 39 -
berikut: 44.
1. Siswa, diharapkan agar lebih aktif Muthoharoh. 2017. Pengaruh Model
Pembelajaran Koopratif ”Think
dalam belajar terutama dalam Pair Share (TPS)” Terhadap Hasil
menyelesaikan soal-soal secara Belajar Bahasa Inggris. Jurnal
Pendidikan. Vol. 2 Hal 33-42.
mandiri ataupun berkelompok. Rusman, 2011. Model-Model
2. Guru, diharapkan dapat memotifasi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali.
Rusman. 2012. Belajar Dan
siswa untuk aktif dan mandiri, Pembelajaran Berbasis Komputer.
bertanggung jawab dan bekerja Jakarta: Rajawali Pers.
Rusman, 2013. Belajar Dan
sama dalam peroses pembelajar Pembelajaran Komputer.
berlangsung. Dan meningkatkan Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Statistik Untuk
interaksi dalam kegiatan Penelitian. Bandung : Alfabeta.
belajarsehingga terjalinnya Simarmata, U. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
komunikasi yang baik. STAD Terhadap Hasil Belajar
3. Model pembelajaran kooperatif Siswa Pada Materi Listrik Dinamis
Di Kelas X Sma. Jurnal
tipe Student Teams Achievent Pendidikan Fisika. Vol. 2 Hal
Division (STAD), dapat menjadi 173-180.
Sutrisno, Joko.2015. Pengaruh Model
salah satu alternatif pada Pembelajaran Koopratif Tipe
pembelajaran fisika agar siswa Student Teams Achievement
Division (STAD) Terhadap Hasil
lebih aktif dan adanya interaksi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK
antara siswa dengan siswa dan Negeri Tugumulyo Tahun
Pelajaran 2014/2015. Skripsi
guru. tidak diterbitkan. Lubuklinggau:
jurusan fisika dan ilmu
pengatahuan alam STKIP PGRI
DAFTAR PUSTAKA lubuklinggau.
Esminarto, Sukawati, Suryowati, N., Sulaeman. 2018. Analisis Pengaruh
Anam, K. 2016. Implementasi Kualitas Pelayanan Dan Produk
Model Stad Dalam Meningkatkan Terhadap Kepuasan Pelanggan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pada PT. Cakrawala Citramega.
Pendidikan Fisika. Vol. 1 Hal 16- Jurnal pendidikan. Vol.6 Hal 125-
23. 145.
Gumay, O. Kodarsih, E. Mulyanto, A. Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung:
2016. Pengaruh Model Pustaka Setia.
Pembelajaran Kooperatif Tipe

13
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika (JPIF)

Trianto. 2011. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
Thobroni. 2015. Belajar Dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

14

You might also like