Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pengaruh Berat Labur Perekat Terhadap Sifat Fisika Dan Mekanika Papan Laminasi Jati Putih (Gmelina Arborea Roxb)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ISSN 1978-3787 (Cetak)

ISSN 2615-3505 (Online) 7333


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
PENGARUH BERAT LABUR PEREKAT TERHADAP SIFAT FISIKA DAN
MEKANIKA PAPAN LAMINASI JATI PUTIH (Gmelina arborea Roxb)

Oleh
Febriana Tri Wulandari1),Radjali Amin2), I Gde Dharma Atmaja3)
1Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Mataram
2Institut Teknologi Yogyakarta
3Prodi Teknik Pertambangan, Universitas Pendidikan Mandalika

Email: 1febriana.wulandari@unram.ac.id

Abstract
White teak or gmelina (Gmelina arborea Roxb.) is a wood that can be used as raw material for
laminating boards. Factors that affect the quality of laminating boards include the type of raw
material, the color of the wood, the adhesive used, the number of adhesive lines, the weight content
of the adhesive, the direction of wood fibres, the wood density and the moisture content. This study
investigated effects of adhesive weight content on the strength of the laminating boards. The
strength of laminating boards was determined by studying the physical properties of the wood at
the dimension stability of the wood and the mechanical properties at the loading capability. These
two characteristics might be becoming considerations for manufacturing the laminating boards.
The research method used in this study was experimental method and the experimental design was
non-factorial Complete Randomized Design (CRD). The treatments of the study were adhesive
weight of 150 grams and 200 grams with 3 replications each. The physical and mechanical
properties of laminating boards of the white teak were tested in accordance with JAS 234-2007
and SNI 03-2105-2006 standards. The results showed that the adhesive weight had insignificant
effect on the physical and mechanical properties. However, it was recommended using the 150
grams adhesive because it was lighter and more economical for manufacturing the laminating
boards. According to JAS 243: 2003, the strength class of the laminating boards from white teak
wood was class III which could be utilized as building materials such as door frames, windows,
panels, furniture, rail sleepers, ship decks and the wood industry.
Keywords: Adhesive Weight, Physical Properties, Mechanical Properties, White Teak

PENDAHULUAN industri penggergajian yaitu sebetan kayu 22%;


Penurunan jumlah produksi kayu solid potongan kayu 8% dan serbuk kayu 10%.
dapat dilihat dari semakin menurunnya bahan Alternatif untuk mengoptimalkan
baku dari hutan alam dari 8,3 juta m3 pada pemanfaatan limbah potongan kayu dengan
tahun 2015 menjadi 5,7 juta m3 pada tahun menggabungkan salah satu atau lebih jenis kayu
2018 (Muhtariana, 2013). Untuk mengatasi yang direkatkan menjadi satu kesatuan yang
permasalahan tersebut maka perlu dilakukan biasa disebut papan laminasi (laminated
efesiensi bahan baku kayu agar penggunaan board). Menurut Anshari (2006), papan
kayu solid dapat dikurangi. Salah satu cara laminasi merupakan kombinasi beberapa jenis
efesiensi bahan baku kayu dengan potongan kayu menjadi satu kesatuan yang
memanfaatkan limbah potongan kayu gergajian utuh. Papan laminasi dapat menghasilkan
menjadi bentuk papan yang ukuran dapat ukuran papan yang lebar dan panjang sesuai
disesuaikan dengan kebutuhan. Menurut dengan yang dibutuhkan karena penyambungan
Purwanto (2011) komposisi limbah kayu pada dilakukan sepanjang yang dibutuhkan
(Purwanto, 2011). Keunggulan utama papan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.9 April 2022
Open Journal Systems
7334 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
laminasi adalah kekuatannya yang hampir sama Prosedur penelitian
dengan papan solid (Wulandari, 2013). Kayu jati putih dilakukan dipotong dengan
Salah satu jenis kayu yang dapat ukuran 3 cm x 5 cm x 45 cm. kemudiana
dimanfaatkan sebagai papan laminasi adalah dilakukan proses pengeringan udara hingga
kayu jati putih (Gmelina arborea Roxb). Kayu mencapai kadar air dibawah 15% dan
jati putih masuk dalam kelas kuat II dan kelas dilanjutkan pengeringan dengan menggunakan
awet I. Faktor yang mempengaruhi kualitas oven untuk menyeragamkan kadar air dengan
papan lamina antara lain adalah jenis bahan suhu 60 derajat celcius selama 24 jam dan
baku, warna kayu, perekat yang digunakan, dilanjut proses pengkondisian selama satu
jumlah garis perekat, berat labur perekat, arah minggu. Setelah kadar air seragam dilakukan
serat kayu, berat jenis kayu dan kadar air proses perakitan papan laminasi dengan
(Sucipto, 2009). menggunakan perekat PVAC dengan berat
Penelitian ini akan melihat pengaruh berat labur perekat 150 gram dan 200 gram.
labur perekat terhadap kekuatan papan laminasi Pemberian tekan kempa sebesar 20
yang dihasilkan. Untuk mengetahui N.m.(Widyawati, 2010).
mengetahui kekuatan papan laminasi maka
dibutuhkan pengujian sifat fisika untuk Pengujian
mengetahui kestabilan dimensi papan dan sifat Sifat fisika dan mekanika balok laminasi
mekanika untuk mengetahui kemampuan papan diuji menurut JAS 234-2007 untuk kayu
menumpu beban sehingga kualitas papan laminasi lem (JSA 2007).
laminasi yang dihasilkan dapat diketahui dan 1. Kadar Air
menjadi rekomendasi dalam penggunaan kayu. Pengujian kadar air untuk memperoleh
kondisi kering udara pada balok laminasi
METODE PENELITIAN adalah sebagai berikut:
Metode eksperimen adalah metode yang 1. Berat kering udara hasil timbangan
digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya kerapatan yang sudah dicatat juga digunakan
hubungan sebab akibat tersebut dengan cara sebagi berat kering udara untuk menentukan
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu kadar air.
pada beberapa kelompok eksperimental 2. Setelah ditimbang, contoh uji dimasukan
(Hanafiah, 2016). kedalam oven tanur dengan suhu
(103±2)˚𝑐 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 ± 24 𝑗𝑎𝑚
Waktu dan lokasi penelitian 3. Setelah ±24 jam di oven, contoh uji
Penelitian dilaksanakan pada bulan dikeluarkan dan di dinginkan selama 15-30
Agustus sampai November 2021. Penelitian menit kemudian ditimbang dan dicatat
dilaksanakan di laboratoriun Teknologi Hasil beratnya. Setelah itu contoh uji dimasukkan
Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, kembali ke dalam oven.
labotarium Teknik Sipil dan laboratorium 4. Cara yang sama dilakukan berulang kali
FMIPA Universitas Mataram. sehingga contoh uji mengalami beratnya
konstan (BKT).
Alat dan bahan penelitian 5. Setelah itu dilakukan perhitungan kadar air
Alat dan bahan yang digunakan dalam dengan rumus :
penelitian ini adalah potongan kayu jati
putih, perekat PVAC, amplas, gergaji, 𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑇
Kadar Air (%) : 𝐵𝐾𝑇 𝑥 100%
timbangan analitik, kaliper, oven, alat tulis
2. Kerapatan
dan kamera.
Pengujian kerapatan merupakan penentu
berat kering udara dan volume kering udara
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Vol.16 No.9 April 2022 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 7335
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
papan laminasi. Cara pengukuran kerapatan 6. Dihitung nilai penyusutan tebal dengan
adalah sebagai berukut: rumus:
1. Menimbang contoh uji untuk kerapatan 𝑣1−𝑣2
Pv = 𝑣1 𝑥 100 %
sebagai berat kering udara menggunakan
Keterangan :
timbangan digital.
Pv = Pengembangan tebal (%)
2. Setelah ditimbang, contoh uji dihitung
v1 = Volume bahan uji sebelum dioven (cm)
volumenya dengan mengalikan dimensi
v2 = Volume bahan uji setelah dioven (cm)
panjang, lebar dan tebal menggunakan
caliper. 5. Modulus of Elasticity (MoE)
Langkah-langkah pengujian sebagai
𝐵𝐾𝑈 (𝑔𝑟) berikut :
Kerapatan (ρ) = 𝑉𝐾𝑈 (𝑐𝑚)
1. Contoh uji yang berukuran 5 cm x 3 cm x
45 cm diletakkan di atas dua perletakan
3. Pengembangan tebal antara rol dan sendi sesuai dengan tampang
Proses pengukuran pengembangan contoh uji.
volume meliputi: 2. Pada tumpuan, papan laminasi dilebihkan
1. Disiapkan alat dan bahan. masing 5 cm.
2. Mengukur ketebalan bahan uji 3. Contoh uji diletakkan di atas span dengan
menggunakan caliper untuk mendapatkan jarak span diatur sebesar 35 cm.
nilai v1. 4. Mesin dihidupkan (start) dan kecepatan
3. Contoh uji direndam dalam air dingin beban yang bekerja diatur sedemikian rupa
selama 24 jam. sehingga mendapat kecepatan rata-rata.
4. Selanjutnya contoh uji diukur kembali 5. Pengujian Modulus of Elasticity dilakukan
tebalnya sebagai nilai v2. dengan speed test 5 mm/menit.
5. Dihitung nilai pengembangan volume 6. Contoh uji telah retak sampai mengalami
dengan rumus: kegagalan, maka jarum penunjuk besarnya
𝑣1−𝑣2
Pv = 𝑣2 𝑥 100 % beban berputar berlawanan dengan arah
Keterangan : jarum jam. Benda uji diganti.
Pv = Pengembangan tebal (%)
v1 = Volume bahan uji sebelum perendaman △𝑃𝐿³
MoE =4△𝑌𝑏ℎ³
(cm)
Keterangan :
v2 = Volume bahan uji setelah perendaman
MoE : Modulus of Elasticity (kg/cm²)
(cm)
△P : Besar perubahan beban sebelum batas
4. Penyusutan tebal proporsi (kg)
Proses pengukuran penyusutan volume L : Jarak sangga (cm)
meliputi: △Y : Besar perubahan defleksi akibat
1. Disiapkan alat dan bahan. perubahan beban △P (cm)
2. Mengukur ketebalan bahan uji b : Lebar contih uji
menggunakan caliper untuk mendapatkan h : Tebal contoh uji
nilai v1.
6. Modulus of Rupture (MoR)
3. Contoh uji dioven dengan suhu 105℃
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
selama 24 jam.
1. Contoh uji yang berukuran 5 cm x 3 cm x
4. Contoh uji dikeluarkan dan didiamkan
45 cm diletakkan diatas dua perletakkan
didalam desikator selama 10-15 menit.
antara rol dan sendi sesuai dengan tampang
5. Selanjutnya contoh uji diukur kembali
contoh uji.
tebalnya sebagai nilai v2.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.9 April 2022
Open Journal Systems
7336 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. Pada tumpuan papan laminasi dilebihkan taraf uji 5% dengan menggunakan Microsoft
masing-masing 5 cm. excel dan program SPSS 24.
3. Contoh uji diletakkan di atas span dengan Tabel 2. Analisis Keragaman (ANOVA)
jarak span diatur sebesar 35 cm.
Sumber Deraj Juml Kuadr F
4. Mesin dihidupkan (start) dan kecepatan
keraga at ah at Hitung
beban yang bekerja diatur sedemikian
man bebas kuadr tenga
rupa sehingga mendapat kecepatan rata-
(Db) at h
rata.
(JK) (KT)
5. Pengujian Modulus of Elasticity dilakukan
Perlaku t-1 JKP KTP KTP/K
dengan speed test 5 mm/menit.
an TG
6. Contoh uji telah retak sampai mengalami
kegagalan, maka beban maksimum yang Galat t(r-1) JKG KTG
terlihat dilayar computer dicatat untuk nilai
MoR. Total rt-1 JKT
3𝑃𝐿
MoR = 2𝑏ℎ²
Rumus analisis ragam (ANOVA) :
Keterangan : FK=
MoE : Modulus of Rupture(kg/cm²) 𝑌2
P :Beban Maksimum(kgf) ………………………………………(3.8.)
𝑟𝑡
L : Jarak sangga (cm) JKP=
t
b : Lebar contih uji ∑i=1 Y²i-FK……………………………(3.9.)
h : Tebal contoh uji
y²i
Ukuran Contoh uji kerapatan dan kadar air (4 JKP=∑ti=1 ……………………………(3.10.)
r
cm x 4 cm x 3 cm), Contoh uji perubahan
dimensi ( 4 cm x 4 cm x 3 cm), Contoh uji JKG = JKT-
Modulus of elasticity dan Modulus of Rupture JKP……………………………………(3.11.)
(5 cm x3 cm x 45 cm). Keterangan :
r : Jumlah ulangan
Rancangan percobaan t : Perlakuan
Rancangan percobaan menggunakan JKT : Jumlah kuadrat total
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial. KTP : Kuadrat tengah interaksi faktor aksial
Perlakuan berat labur terdiri dari berat labur dan radial
150 gram (B1) dan 200 gram (B2) dengan 3 KTG : Kuadrat tengah galat
ulangan.
Tabel 1. Tabulasi pengambilan data hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian
Ulangan Kerapatan
Berat labur Nilai kerapatan kayu menunjukan
U1 U2 U3
B1 B1U1 B1U2 B1U3 perbandingan antara massa kayu dengan
B2 B1U2 B1U2 B2U3 volumenya dalam kondisi kering udara.
Kerapatan kayu bervariasi dalam satu jenis
Analisis data tergantung pada bagian atau letaknya kayu
Analisis keragaman terhadap data yang dalam pohon dan kondisi tempat tumbuh
didapatkan bertujuan untuk mencari tahu nilai (Wulandari, 2021). .Hasil pengujian kerapatan
yang dihasilkan berbeda nyata atau tidak pada papan laminasi pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 3.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Vol.16 No.9 April 2022 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 7337
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 3. Nilai Rata-rata Kerapatan Laminated Hasil uji analisis keragaman pada Tabel 4.
Board Jati Putih (gram/cm3) menunjukkan bahwa berat labur tidak
Ulangan Rata- berpengaruh nyata terhadap kerapatan papan
Perlakuan laminasi kayu jati putih yang ditandai dengan
1 2 3 Rata
B1 0,467 0,525 0,514 0,502 nilai signifikansi 0,478. sehingga uji lanjut
B2 0,525 0,481 0,411 0,472 DMRT tidak perlu dilakukan untuk mengetahui
Rata-Rata 0,487 perbedaan antar perlakuan.
Keterangan : B1 = Berat labur 150 gram/m2, B2 Kadar Air
= Berat labur 200 gram/m2 Pengujian kadar air untuk memperoleh
Nilai kerapatan papan laminasi kayu jati kondisi kering udara pada balok laminasi
putih tertinggi pada berat labur B1 (0,506 (Wulandari, 2021). Lempang (2014)
gram/cm³) dan berat labur B2 ( 0,472 menjelaskan bahwa nilai kadar air didapat
gram/cm³) dengan nilai rata-rata 0,487 dengan cara membagi hasil pengurangan berat
gram/cm³ Nilai kerapatan papan laminasi dari basah dan berat kering tanur dengan berat
limbah kayu campuran lebih rendah bila kering tanurnya.
dibandingkan dengan penelitian Rahmawati Tabel 5. Nilai Rata-rata Kadar Air Laminated
(2021) sebesar 0,686-0,973 gr/cm³dan Board Jati Putih (%)
penelitian Gusmawati (2019) sebesar 0.510- Ulangan Rata-
0.830 gram/cm3. Hal ini sesuai dengan Perlakuan
1 2 3 Rata
pernyataan Wulandari (2015) mengatakan B1 13,928 13,987 14,433 14,116
bahwa perbedaan jenis kayu berpengaruh B2 14,657 14,252 14,525 14,478
terhadap kualitas kayu laminasi salah satunnya
Rata-Rata 14,297
nilai kerapatannya. Menurut Darwis (2010) cit 2
Wulandari (2021) menyatakan bahwa semakin Keterangan : B1 = Berat labur 150 gram/m , B2
tinggi berat labur perekat maka berat jenis = Berat labur 200 gram/m2
papan akan meningkat karena bahan perekat Nilai kadar air pada berat labur B1 sebesar
yang masuk kedalam permukaan papan 14,116% dan berat labur B2 sebesar 14,478%
laminasi semakin tinggi dimana kekuatan dengan kadar air rata-rata sebesar 14,297%.
rekatan dapat dijadikan sebagai tolak ukur Ssemakin banyak jumlah perekat terlabur yang
keberhasilan hasil produksi laminasi. Berat digunakan maka nilai kadar air semakin
labur untuk mengetahui jumlah perekat terlabur meningkat (Oka, 2005). Nilai yang tinggi pada
optimum (Malik dan Santoso,2005). Nilai berat labur menunjukkan semakin rendah daya
kerapatan papan laminasi jati putih masuk serap air (Oka, 2005). Nilai kadar air papan
dalam standar SNI 01-6240-2000 yaitu sebesar laminasi jati putih telah memenuhi standar JAS
0.4 – 0,8 gram/cm3. 234:2003 yaitu kurang dari 15%. Herawati
et.al (2008) menyatakan bahwa pada umumnya
Tabel 4. Hasil ANOVA Kerapatan Laminated kadar air lamina yang digunakan dalam
Board Jati Putih pembuatan balok laminasi secara komersial
Jumla Kuadr adalah 12% atau sedikit di bawahnya karena
Sumber
h d at Fhit pada kadar air 12% penyambungan ujung
Keragam Sig.
Kuadr b Rata- .
an lamina lebih mudah dilakukan dan merupakan
at rata
kadar air keseimbangan rata-rata untuk
Perlakuan 0,001 1 0,001 0,61 0,47
3 8 kebanyakan aplikasi interior sehingga lebih
Galat 0,009 4 0,002 stabil terhadap perubahan dimensi akibat
Total 0,010 5 penyusutan atau pengembangan.
Koreksi

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.9 April 2022
Open Journal Systems
7338 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 6. Hasil ANOVA Kadar Air Laminated dilakukan Islamiati (2021) pada jenis kayu
Board Jati Putih rajumas yaitu sebesar 0.819 %-2.666 % dengan
Sumber
Jumla Kuadr nilai rata-rata sebesar 1.707%. Perlakuan dan
h d at Fhit bahan baku yang digunakan dalam penelitian
Keragam Sig.
Kuadr b Rata- . menjadi penyebab perbedaan tersebut.
an
at rata Perubahan dimensi menunjukan adanya
Perlakuan 0,197 1 0,197 3,31 0,14 perubahan kadar air dalam kayu karena
1 3
kemampuan dinding sel kayu untuk mengikat
Galat 0,238 4 0,059
air yang disebabkan oleh perbedaan kerapatan
Total 0,434 5
Koreksi kayu bervariasi antara berbagai jenis pohon dan
diantara pohon dari jenis yang sama (Ginting,
Hasil uji analisis keragaman pada Tabel 6. 2012).
menunjukkan bahwa perlakuan tidak Tabel 8. Hasil ANOVA Pengembangan Tebal
berpengaruh nyata terhadap kadar air papan Laminated Board Jati Putih
laminasi kayu jati putih yang ditandai dengan Jumla Kuadr
Sumber
nilai signifikansi 0,143. Oleh karena itu, uji h d at Fhit
Keragam Sig.
lanjut DMRT tidak perlu dilakukan untuk Kuadr b Rata- .
an
mengetahui perbedaan antar perlakuan. at rata
Perlakuan 0,047 1 0,047 1,75 0,25
Pengembangan Tebal 8 6
Galat 0,106 4 0,026
Kandungan air dalam setiap kayu harus
Total 0,152 5
mencapai keseimbangan kadar air karena Koreksi
ketidak seimbangan kadar air dapat
menyebabkan terjadinya proses kembang susut Hasil uji analisis keragaman pada Tabel 8.
yang sangat berpengaruh terhadap kualitas menunjukkan bahwa berat labur tidak
kayu (Malik dan Santoso, 2005). berpengaruh nyata terhadap pengembangan
tebal papan laminasi kayu jati putih yang
Tabel 7. Nilai Rata-rata Pengembangan Tebal ditandai dengan nilai signifikansi 0,256. Oleh
Laminated Board Jati Putih (%) karena itu, uji lanjut DMRT tidak perlu
Ulangan Rata- dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar
Perlakuan perlakuan.
1 2 3 Rata
B1 0,626 0,707 0,894 0,742
B2 0,712 0,628 0,359 0,566
Rata-Rata 0,654
Keterangan : B1 = Berat labur 150 gram/m2, B2
= Berat labur 200 gram/m2
Nilai pengembangan tebal papan laminasi
kayu jati putih paling tinggi pada berat labur B1 Gambar 1. Contoh uji kadar air dan kerapatan
sebesar 0,742 dan terendah pada berat labur B2
sebesar 0,566 dengan nilai pengembangan tebal Penyusutan Tebal
rata-rata sebesar 0,654. Nilai pengembangan Nilai perubahan dimensi dipengaruhi
tebal ini telah memenuhi standar JAS 234-2007 oleh hilangnya air terikat dari dinding sel yang
(JSA 2007) dengan nilai pengembangan tebal ≤ menyebabkan sel mengalami pengerutan dan
20%. Nilai pengembangan tebal ini lebih kecil terjadilah penyusutan (Tsoumis, 1991 cit. Sari,
bila dibandingkan dengan penelitian yang 2011).

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Vol.16 No.9 April 2022 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 7339
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 9. Nilai Rata-rata Penyusutan Tebal
Laminated Board Jati Putih (%)
Ulangan Rata-
Perlakuan
1 2 3 Rata
B1 3,393 3,603 4,189 3,728
B2 2,936 3,767 3,058 3,253
Rata-Rata 3,491
Keterangan : B1 = Berat labur 150 gram/m2, B2 Gambar 2. Hasil pengujian perubahan dimensi
= Berat labur 200 gram/m2 papan laminasi
Nilai penyusutan tebal papan laminasi Modulus of Elasticity
kayu jati putih tertinggi pada B2 sebesar 3,728 Nilai MoE yang tinggi menggambarkan
% dan nilai terendah pada B1 sebesar 3,253% suatu bahan memiliki kekakuan yang tinggi
dengan nilai rata-rata sebesar 3,491%. Nilai sehingga dapat menahan tekanan besar dengan
penyusutan tebal dari papan laminasi jati putih nilai deformasi yang kecil (Tsoumis, 1991 cit.
telah memenuhi memenuhi standar JAS SE-7 Prihandini, 2012
2003 dengan nilai standar ≤ 14%. Nilai
penyusutan tebal pada penelitian ini lebih Tabel 11. Nilai Rata-rata Modulus of Elasticity
rendah bila dibandingkan dengan penelitian Laminated Board Jati Putih (kgf/cm2)
Megawati et al. (2016) pada kayu Gerunggang Ulangan
Perlakuan Rata-Rata
(Cratoxylon arborescen Bl.) sebesar 6.619% 1 2 3
dan penelitian Hidayati . (2016) pada kayu jati B1 23527,557 21939,364 22555,562 22674,161
unggul 7,9% dan kayu jati konvensional 8,5%. B2 10705,808 20899,378 11096,598 14233,928

Tabel 10. Hasil ANOVA Penyusutan Tebal Rata-Rata 18454,044

Laminated Board Jati Putih Keterangan : B1 = Berat labur 150 gram/m2, B2


Sumber
Jumla Kuadr = Berat labur 200 gram/m2
h d at Fhit
Keragam Sig. Nilai MoE papan laminasi kayu jati putih
Kuadr b Rata- .
an tertinggi pada B1 sebesar 22674,161 kgf/cm2
at rata
Perlakuan 0,338 1 0,338 1,82 0,24 dan terendah pada B2 sebesar14233,928
0 9 kgf/cm2 dengan nilai rata-rata sebesar
Galat 0,743 4 0,186 18454,044 kgf/cm2. Berdasarkan standar JPIC
Total 1,081 5 No. 1152 2007, nilai MoE papan laminasi kayu
Koreksi jati putih belum memenuhi standar yaitu
Hasil uji analisis keragaman pada Tabel 10. minimum 75000 kgf/cm2 tetapi bila
menunjukkan bahwa perlakuan tidak menggunakan standar SNI 03-2105-2006 maka
berpengaruh nyata terhadap penyusutan tebal nilai MoE telah memenuhi standar yaitu
pap yang ditandai dengan nilai signifikansi >11000. Bila dibandingkan dengan penelitian
0,249. Oleh karena itu, uji lanjut DMRT tidak yang dilakukan oleh Rahmawati (2021) dengan
perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai berkisar 29584,120-77613,593 kgf/cm²
antar perlakuan. dan Gusmawati (2018) berkisar 75723-121654
kg/cm² maka nilai MoE papan laminasi limbah
kayu campuran lebih kecil. Perbedaan nilai
tersebut disebabkan oleh jenis kayu dan berat
labur yang berbeda. Faktor yang
mempengaruhi kualitas papan laminasi antara
lain adalah bahan baku, berat labur, proses

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.9 April 2022
Open Journal Systems
7340 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
pengeleman dan pengempaan (Wulandari, (2012) dengan nilai MoR berkisar antara
2021). 180,34-364,04 kgf/cm². Menurut Purwanto
(2011) keteguhan patah sangat erat kaitannya
Tabel 12. Hasil ANOVA Modulus of Elasticity dengan kadar air, berat jenis, jumlah dan
Laminated Board Jati Putih komposisi bahan perekat serta kesolidan antara
Sumber
Keragam
Jumlah d Kuadrat Fhit
Sig.
bahan direkat dan bahan perekat. Semakin
Kuadrat b Rata-rata .
an tinggi kadar air akan menurunkan keteguhan
Perlakuan 106856294,1 1 106856294,1 6,28 0,06
55 55 6 6
patah dimana jika kerapatan semakin tinggi
Galat 68000971,61 4 17000242,90 maka keteguhan patahnya semakin tinggi pula.
7 4
Total 174857265,7 5
Koreksi 72

Hasil uji analisis keragaman pada Tabel 12.


menunjukkan bahwa berat labur tidak
berpengaruh nyata terhadap MoE papan Gambar 3. Hasil pengujian Mekanika papan
laminasi kayu jati putih yang ditandai dengan laminasi kayu jati putih
nilai signifikansi 0,066 sehingga uji lanjut
DMRT tidak perlu dilakukan untuk mengetahui Tabel 14. Hasil ANOVA Modulus of Rupture
perbedaan antar perlakuan. Laminated Board Jati Putih
Kuadr
Sumber
Jumlah d at Fhit
Modulus of Rupture Keragam
Kuadrat b Rata- .
Sig.
Modulus patah (MoR) merupakan salah an
rata
satu sifat mekanika kayu yang menunjukkan Perlakuan 268,064 1 268,064 0,10 0,76
kekuatan kayu dalam menahan beban yang 4 3
bekerja padanya (Risnasari et.al, 2012) Galat 10277,5 4 2569,39
81 5
Total 10545,6 5
Tabel 13. Nilai Rata-rata Modulus of Rupture Koreksi 45
Laminated Board Jati Putih (kgf/cm2)
Ulangan Rata-
Perlakuan
Rata
Hasil uji analisis keragaman pada Tabel
1 2 3
14. menunjukkan bahwa berat labur tidak
B1 384,149 454,278 357,021 398,483
B2 327,924 400,789 426,630 385,114
berpengaruh nyata terhadap MoR papan
laminasi kayu jati putih yang ditandai dengan
Rata-Rata 391,799
nilai signifikansi 0,763sehingga uji lanjut
Keterangan : B1 = Berat labur 150 gram/m2, B2 DMRT tidak perlu dilakukan untuk mengetahui
= Berat labur 200 gram/m2 perbedaan antar perlakuan.
Nilai MoR tertinggi pada B1 sebesar
398,483 kgf/cm2 dan yang terendah sebesar PENUTUP
385,114 kgf/cm2 dengan nilai rata-rata sebesar Kesimpulan
391,799 kgf/cm2. Nilai MoR papan laminasi Sifat fisika dan mekanika papan laminasi
kayu jati putih telah memenuhi standar JAS dari kayu jati putih masuk dalam standar JAS
234-2007 yaitu minimal sebesar 300 kg/cm². 234-2007 dan SNI 03-2105-2006. Berat labur
Nilai MoR papan laminasi limbah kayu tidak berpengaruh nyata terhadap semua nilai
campuran ini lebih rendah bila dibandingkan pengujian sifat fisika dan mekanika. Berat
dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati labur yang disarankan untuk pembuatan papan
(2021) sebesar 467,964-928,769 kg/cm² tetapi laminasi kayu jati putih adalah berat labur 150
lebih tinggi bila dibandingkan dengan gram krn tidak ada pengaruh nyata dengan berat
penelitian yang dilakukan Risnasari et.al labur 200 gram sehingga dipilih berat labur
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Vol.16 No.9 April 2022 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 7341
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
terendah untuk efesiensi penggunaan perekat. kayu Mangium (Acacia mangium Willd.).
Nilai sifat fisika dan mekanika papan laminasi Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1,
kayu jati putih termasuk dalam kelas kuat III 1-8.
(JAS 243 : 2003) yang dapat dimanfaatkan [9] Jihannanda, Pramudito. 2013. Studi Kuat
sebagai bahan bangunan seperti rangka pintu, Lentur Balok Glulam Kayu Sengon
jendela, panel, perabot rumah tangga, bantalan Dengan Kayu Kelapa di Daerah Gunung
rel kereta, dek kapal dan industri kayu. Pati Semarang. [Skripsi]. Jurusan Teknik
sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
DAFTAR PUSTAKA Semarang. Semarang, Indonesia.
[1] Anshari, B 2006. Pengaruh Variasi [10] Lempang, M. 2014. Sifat Dasar dan
Tekanan Kempa Terhadap Kuat Lentur Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah.
Kayu Laminasi Dari Kayu Meranti dan Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea,
Keruing. Jurnal Civing Engineering 3.163-175.
Dimension, Vol.8. Hal.25-33. [11] Malik, J & Santoso, A. 2005. Keteguhan
[2] Dian Islamiati, 2021. Sifat Fisika Glulam Lentur Statis Lamina dari Tiga Jenis Kayu
Dari Potongan Kayu Rajumas (Duabanga Limbah Pembalakan Hutan Tanaman.
Mollucana) Skripsi.Jurusan Kehutanan Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23. 385-397.
Fakultas Pertanian Universitas Mataram. [12] Muhtariana, D. 2013. Kuantifikasi Kayu
Mataram. Sisa Penebangan Habis Jati Di RPH
[3] Fanny Hidayati, Isti Tamira Fajrin, Panggung BKPH Dagangan KPH Madiun
Muhammad Rosyid Ridho, Widyanto Dwi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Nugroho , Sri Nugroho Marsoem1 & Skripsi. Departemen Manajemen Hutan,
Mohammad Na’iem. 2016. Sifat Fisika Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Dan Mekanika Kayu Jati Unggul Mega Bogor. Bogor.
Dan Kayu Jati Konvensional Yang [13] Prihandini, F.D.A. 2012. Kayu Laminasi
Ditanam Di Hutan Pendidikan Wanagama, Asimetris Sebagai Komponen Dinding
Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Sekat. Skripsi. Departemen Hasil Hutan
Kehutanan Vol 10.No 2. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
[4] Ginting, A.2012. Pengaruh Luas Tampang Bogor. Bogor.
dan Komposisi Lapisan Kayu Terhadap [14] Purwanto, D. 2011. Pembuatan Balok dan
Kekuatan Balok Laminasi. Skripsi.Jurusan Papan dari Limbah Industri Kayu.Balai
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru.
Yogyakarta. Yogyakarta Jurnal Riset Industri, 5.13-20.
[5] Gusmawati E, 2018. Sifat Fisika dan [15] Risnasari I., Azhar I.,& Sitompul
Mekanika Papan Laminasi Berdasarkan NA.2012. Karakteristik Balok Laminasi
Warna Bidang Orientasi Kayu. Jurusan dari Batang Kelapa (Cocos nucifera L.)
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas dan Kayu Kemiri (Aleurites moluccana
Mataram. Mataram. Wild.). Jurnal Foresta Indonesia Journal of
[6] Gusti Made Oka, 2005. Analisis Perekat Forestry 1.79-87.
Terlabur Pada Pembuatan Balok Laminasi [16] Rahmawati, 2021. Sifat Fisika dan
Bambu Petung. Jurnal SMARTek, Vol. 3, Mekanika Balok Laminasi Industri
No. 2, Mei 2005 : 93 – 100. Meubel. Jurusan Kehutanan Fakultas
[7] Hanafiah, K.A. 2016. Rancangan Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Percobaan. Penerbit PT Raja Grafindo [17] Sari, R.J.P. 2011. Karakteristik Balok
Persada. Jakarta. Laminasi dari Kayu Sengon
[8] Herawati E, Massijaya, M.Y., Nugroho N. (Paraserianthes falcataria (L.)Nielson),
2008. Karakteristik Balok Laminasi dari Manii (Maesopsis eminii Wild.) dan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.9 April 2022
Open Journal Systems
7342 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Akasia (Acacia mangium Engl.). Skripsi.
Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
[18] Sucipto, T. 2009. Kayu Laminasi Dan
papan Sambung.Skripsi. Departemen
Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara.
[19] Widyawati, R. 2010. Kekuatan Sambungan
Tegak (Butt Joint) Struktur Balok
Laminasi (Glulam Beams) dari Kayu
Lokal. Jurnal Rekayasa 14. 28-38.
[20] Wulandari, T.F. 2013. Produk Papan
Komposit Dengan Pemanfaatan Limbah
Non Kayu. Prodi Kehutanan Faperta
Unram. Jurnal Media Bina Ilmiah7.
[21] Wulandari, 2021. Pemanfaatan Papan
Laminasi Bambu Petung (Dendrocalamus
Asper (Schult. F.) Backer Ex Heyne)
Sebagai Pengganti Kayu

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Vol.16 No.9 April 2022 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems

You might also like