32979-Article Text-122871-1-10-20201230
32979-Article Text-122871-1-10-20201230
32979-Article Text-122871-1-10-20201230
Indonesia 48(3):275-282
ISSN 2085-2916 e-ISSN 2337-3652 J. Agron. Indonesia, Desember 2020, 48(3):275-282
Tersedia daring http://jai.ipb.ac.id DOI: https://dx.doi.org/10.24831/jai.v48i3.32979
1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(IPB University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
2
Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LPPM IPB. Kampus Baranangsiang IPB
Jl. Pajajaran Bogor, Indonesia
ABSTRACT
The need for potato varieties for the potato chip processing industry continues to increase; however, the availability
of varieties that produce tubers that meet the criteria for potato chips is still limited. The study aimed to characterize the
quality of potato tubers from several superior genotypes of IPB collections that are suitable for the potato chip processing
industry’s needs. These quality characters included tuber diameter, specific gravity, dry matter, and organoleptic chips. This
research was conducted in January-May 2020 at the Margamulya village, Cikajang, Garut. Eight genotypes, PKHT-2019-
010, PKHT-2019-011, PKHT-2019-012, PKHT-2019-013, PKHT-2019-014, PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, PKHT-2019-
017 with two control varieties, Medians and Intan were used in this study as material plant. The genotype was used as a single
factor in a randomized complete block design with four replications. The study begins with preparing the land, planting,
maintenance, harvesting, and processing of chips. The results showed that the PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, and PKHT-
2019-017 genotypes had potential as genotypes that could be developed as potato varieties for raw materials for the potato
chip industry based on density, sugar content, shape, appearance, and good color chips. The PKHT-2019-015 genotype has
excellent productivity, tuber weight, and tuber diameter and meets industrial criteria, but has high sugar content, so it is
more suitable to be developed as vegetable potatoes. However, further research is still needed to increase the three genotypes’
weight and size to reach industry standards.
ABSTRAK
Kebutuhan akan varietas kentang untuk industri olahan keripik kentang terus meningkat, namun ketersediaan varietas
yang menghasilkan umbi yang memenuhi kriteria untuk keripik kentang masih terbatas. Penelitian ini bertujuan melakukan
karakterisasi kualitas umbi kentang dari beberapa genotipe unggul koleksi IPB yang sesuai bagi kebutuhan industri olahan
keripik kentang. Karakter kualitas tersebut meliputi diameter umbi, berat jenis, bahan kering, dan organoleptik keripik.
Penelitian dilaksanakan pada Januari-Mei 2020 di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Sebanyak
delapan genotipe yang terdiri atas PKHT-2019-010, PKHT-2019-011, PKHT-2019-012, PKHT-2019-013, PKHT-2019-014,
PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, PKHT-2019-017 dan dua varietas pembanding yaitu Medians dan Intan. Rancangan
percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktor tunggal yaitu genotipe
dengan 4 ulangan. Penelitian dimulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, serta pengolahan
keripik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan PKHT-2019-017 memiliki
potensi sebagai genotipe yang dapat dikembangkan sebagai varietas kentang untuk bahan baku industri keripik kentang
berdasarkan berat jenis, kandungan gula, bentuk, penampilan dan warna keripik yang baik. Genotipe PKHT-2019-015
memiliki produktivitas, bobot umbi dan diameter umbi yang sangat baik dan memenuhi kriteria industri, namun memiliki
kadar gula yang tinggi sehingga lebih cocok dikembangkan sebagai kentang sayur. Namun demikian masih diperlukan
penelitian lanjutan untuk meningkatkan bobot dan ukuran ketiga genotipe tersebut untuk mencapai standard industri.
standar berat jenis minimum 1.07 g mL-1. Semua genotipe keripik yang paling disukai adalah Medians (4.4) dan
kentang IPB cocok untuk keripik kentang, kecuali Medians memiliki nilai sama secara statistik dengan PKHT-2019-010
karena memiliki berat jenis di bawah standar, yaitu 1.05 g (4.2) dan PKHT-2019-017 (4.4). Penilaian rasa dan aroma
mL-1. Hasil ini tidak berbanding lurus dengan Kusandriani berkisar 3.1-3.9 dan 3.2-3.9 yang berarti rasa dan aroma
(2014) yang meyatakan Medians sangat cocok digunakan kentang semua genotipe tergolong cukup sampai baik.
untuk bahan baku industri keripik kentang karena memiliki
keunggulan dibandingkan Atlantik. Karakteristik Pertumbuhan Vegetatif
Kriteria penting untuk bahan baku keripik kentang
selain berat jenis adalah kandungan gula pada umbi. Bahan baku kentang yang berkualitas dan sesuai untuk
Berdasarkan Tabel 1, PKHT-2019-015 memiliki kandungan keripik dapat dipenuhi dari hasil budidaya yang baik (Asgar
gula tertinggi sebesar 6.5% yang tidak berbeda nyata dengan et al., 2011). Berdasarkan Tabel 2, semua genotipe kentang
Intan sebagai kentang konsumsi (7%). Kentang konsumsi IPB menunjukkan daya tumbuh yang baik 95-100% pada
mempunyai kadar gula dan kadar air yang tinggi sehingga saat umur tanaman 17 hari setelah tanam (HST), kecuali
mengurangi tekstur renyah (Hidayat et al., 2018). PKHT- pada PKHT-2019-014, PKHT-2019-015, dan PKHT-2019-
2019-012 dan PKHT-2019-014 memiliki kandungan gula 016 yang terlambat tumbuh karena benih belum pecah
yang rendah mendekati Medians sehingga dapat menjadi dormansi tunas. PKHT-2019-015 memiliki tinggi tanaman
alternatif untuk olahan keripik. Namun, PKHT-2019-014 dan diameter batang tertinggi, yaitu 64.54 cm dan 12.99 mm
memiliki kerentanan terhadap penyakit sehingga tidak yang tidak berbeda nyata dengan PKHT-2019-010 (60.62
mampu menghasilkan produksi yang maksimal. Kandungan cm) dan PKHT-2019-017 (59.54 cm). PKHT-2019-017
gula PKHT-2019-010 dan PKHT-2019-017 lebih rendah memiliki jumlah cabang dan jumlah daun tertinggi, yaitu
dibandingkan varietas Intan sehingga diindikasikan 19.8 cabang dan 183.5 helai daun yang tidak berbeda nyata
memiliki kandungan gula yang rendah dan dapat menjadi dengan PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, PKHT-2019-
alternatif untuk kentang olahan. Menurut Kurniawan dan 013, PKHT-2019-015, PKHT-2019-016.
Suganda (2014), kadar gula berpengaruh pada kualitas hasil
terutama penampilan kentang. Panen dan Hasil Panen
Hasil penilaian (Tabel 1) menunjukkan keripik
Medians lebih disukai karena kerenyahan dan penampilan Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tingginya
keripik yang sangat baik. Penilaian kerenyahan keripik serangan penyakit karena mendukung perkembangan dan
PKHT-2019-010, PKHT-2019-013, PKHT-2019-014, dan penyebaran penyakit. (Utami et al., 2015; Zulkarnain et
PKHT-2019-017 tidak berbeda nyata dengan Medians, al., 2017). Genotipe kentang IPB rata-rata dipanen pada
yaitu 4.1-4.5. Menurut Yulian (2018), kerenyahan keripik umur 90-98 HST kecuali PKHT-2019-011 yang dipanen
kentang dipengaruhi oleh kandungan pati karena berkaitan lebih cepat pada 69 HST karena terinfeksi penyakit layu
dengan kekerasan umbi Namun, pada penelitian ini belum fusarium akibat intensitas hujan yang relatif tinggi. Waktu
dilakukan pengujian kadar pati sehingga belum ditemukan panen PKHT-2019-015 diperkirakan lebih dari 100 HST,
korelasi antara kadar pati dengan kerenyahan. Penampilan diindikasikan dari kulit umbi yang dipanen belum kuat
dan mudah mengelupas. Waktu panen yang lebih cepat rendahnya bobot umbi. PKHT-2019-017 dan PKHT-2019-
dilakukan untuk menyelamatkan hasil umbi dari serangan 010 menghasilkan jumlah umbi per tanaman paling banyak,
hama orong-orong dan penyakit layu bakteri. yaitu 16.8 knol dan 16.3 knol (Tabel 3), namun bobot per
Berdasarkan Tabel 3 produktivitas dan bobot satuan umbi PKHT-2019-010 (60.51 g) dan PKHT-2019-
pertanaman tertinggi adalah genotipe PKHT-2019-015, 017 (64.73 g) berbeda nyata lebih kecil dari PKHT-2019-
yaitu 51.41 ton ha-1 dan 823.83 g. Produktivitas dan bobot 015 (140.87 g). Menurut Neni (2017), umbi dengan jumlah
per tanaman kedua tertinggi adalah PKHT-2019-010 (33.67 yang banyak namun menghasilkan bobot umbi per tanaman
ton ha-1 dan 494.30 g) serta PKHT-2019-017 (32.20 ton ha-1 yang kecil disebabkan rataan bobot per satuan umbi yang
dan 510.93 g). Tanaman PKHT-2019-014 dan PKHT-2019- kecil.
013 menunjukkan serangan layu bakteri paling parah yang Pada penelitian ini bobot umbi berkorelasi positif
menyebabkan tanaman banyak yang mati sebelum masuk dengan diameter umbi (P <0.05). Dengan demikian baik
usia panen, sehingga umbi yang dihasilkan tidak maksimal, bobot tumbi dan diameter umbi dapat digunakan untuk
yaitu 9.25 ton ha-1 dan 10.55 ton ha-1. Menurut Duaja (2012), menentukan kriteria kesesuaian dengan industri keripik
waktu pengisian umbi yang lebih pendek menyebabkan kentang. Industri keripik kentang sesuai standar nasional
membutuhkan umbi dengan bobot per umbi 101-300 g (PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan PKHT-2019-017)
dengan diameter 5-7 cm (Thoriq, 2018). Pada penelitian ini tidak menghasilkan bobot tumbi dan diameter umbi yang
tidak semua genotipe menghasilkan umbi dengan kriteria sesuai kriteria industri (Tabel 5). Namun demikian ketiga
bobot maupun diameter yang sesuai dengan kriteria industri genotipe tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
(Tabel 4). Genotipe kentang IPB yang memenuhi kriteria varietas Medians yang telah sebelumnya dikenal sebagai
tersebut adalah PKHT-2019-015 dan varietas Intan. PKHT- kentang yang memenuhi kriteria industri. Peningkatan
2019-015 memiliki bobot umbi terbesar pada kelas L dan ukuran dan bobot tumbi dapat dilakukan melalui optimasi
XL adalah PKHT-2019-015 (121.14 g) sebesar 73% yang jarak tanam (Struik et al., 1990). Pada penelitian ini
tidak berbeda nyata dengan varietas Intan (106.93 g) sebesar semua genotipe menggunakan jarak tanam yang sama,
61.5%. Tiga genotipe yang sebelumnya memiliki kesesuaian padahal PKHT-2019-017 dan PKHT-2019-017 memiliki
dengan kriteria kentang industri berdasarkan kandungan gula produktivitas yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian besar
kemungkinan bobot dan diameter umbi PKHT-2019-010 2019-012 (sangat panjang) dan PKHT-2019-014 (panjang)
dan PKHT-2019-017 dapat ditingkatkan untuk mencapai sesuai dengan kriteria untuk kentang goreng namun dapat
ukuran yang sesuai dengan kriteria industri. dimanfaatkan juga untuk keripik kentang.
Kulit umbi PKHT-2019-010, PKHT-2019-012,
Bentuk Umbi dan Uji Organoleptik Keripik Kentang PKHT-2019-016, dan PKHT-2019-017 berwarna merah,
PKHT-2019-011 ungu tua, PKHT-2019-013, PKHT-2019-
Bentuk umbi berbeda-beda tiap genotipe (Gambar 014, Intan dan Medians berwarna kekuningan. Daging umbi
1
1). Menurut Haqq (2020), industri keripik membutuhkan rata-rata berwarna kuning kecuali PKHT-2019-011 yang
kentang berbentuk oval, sedangkan kentang goreng memiliki warna keunguan. Keripik kentang menunjukkan
berbentuk panjang. Berdasarkan Tabel 6 kriteria sesuai warna antara putih kekuningan sampai kuning kecoklatan,
untuk keripik kentang, yaitu genotipe berbentuk oval seperti kecuali PKHT-2019-011 memiliki warna berbeda, yaitu
PKHT-2019-010 dan PKHT-2019-017 karena tidak berbeda ungu (Gambar 2). PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, dan
dengan bentuk umbi varietas Medians. Bentuk umbi PKHT- Intan mimiliki warna keripik kuning kecoklatan sehingga
Gambar 1. Keragaan umbi kentang genotipe IPB dan dua varietas pembanding
Tabel 6. Bentuk umbi, warna kulit umbi, warna daging umbi, dan warna keripik kentang
Genotipe Bentuk umbi Warna kulit umbi Warna daging umbi Warna keripik
PKHT-2019-010 Oval panjang 35C brick-red 5C yellow 3C yellow
PKHT-2019-011 Oval panjang N92A violet-blue 79B dark purple 91A purple
PKHT-2019-012 Sangat panjang N34C orange-red 4B yellow 4B yellow
PKHT-2019-013 Oval pendek 9B yellow 5C yellow 3C yellow
PKHT-2019-014 Panjang 11A yellow-orange 8A vivid-yellow 7B yellow
PKHT-2019-015 Oval pendek 166B greyed-orange 5C yellow 7C yellow
PKHT-2019-016 Oval pendek 59A red-purple 5C yellow 6C yellow
PKHT-2019-017 Oval panjang 35C brick-red 5C yellow 4B yellow
MEDIANS Oval pendek 12B brilliant-yellow 4C yellow green 2C pale-yellow1
1
INTAN Oval 162A grayed-yellow 7D yellow 7C yellow
Keterangan: Bentuk umbi berdasarkan UPOV (2004); warna: Royal Horticulture Society Color Chart
tidak sesuai untuk olahan. Perubahan warna kecoklatan Harahap, S.E., Y.A. Purwanto, S. Budijanto, A. Maharijaya.
pada hasil penggorengan keripik kentang disebabkan oleh 2018. Karakterisasi kerenyahan dan kekerasan
reaksi antara gula reduksi dan protein pada suhu panas beberapa genotipe kentang (Solanum tuberosum L.)
(Haryanti et al., 2013). Kandungan gula reduksi pada hasil pemuliaan. J. Pangan 26:1-7.
kentang dipengaruhi oleh varietas dan kultur teknis (Sofiari,
2009). Warna yang diharapkan oleh responden untuk keripik Haryanti, P., B. Sustriawan, Sujiman. 2013. Perendaman
kentang adalah kuning cerah sampai putih. Penampilan dalam kalsium klorida dan penggunaan edible
keripik PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan PKHT- coating untuk meningkatkan kualitas french fries dari
2019-017 menunjukkan warna kuning terang mendekati kentang varietas Tenggo dan Krespo. J. Agritech.
warna keripik varietas Medians sebagai kentang olahan. 33:38-45.
Amarullah, M.R., Sudarsono, S. Amarillis. 2019. Produksi Kusandriani, Y. 2014. Uji daya hasil dan kualitas delapan
dan budidaya umbi bibit kentang (Solanum tuberosum genotipe kentang untuk industri keripik kentang
L.) di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Bul. nasional berbahan baku lokal. J. Hort. 24:283-288.
Agrohorti. 7:93-99.
Kusamana, R.S. Basuki. 2004. Produksi dan mutu umbi
Asgar, A., S.T. Rahayu, M. Kusmana, E. Sofiari. 2011. Uji klon kentang dan kesesuaiannya sebagai bahan baku
kualitas beberapa klon kentang untuk keripik. J. kentang goreng dan keripik kentang. J. Hort. 14:246-
Hort. 21:51-59. 252.
Asgar, A. 2013. Kualitas umbi beberapa klon kentang Kusmana. 2012. Uji adaptasi klon kentang hasil persilangan
(Solanum tuberosum L.) dataran medium untuk varietas Atlantik sebagai bahan baku keripik kentang
keripik kentang. Berita Biologi 12:29-37. di dataran tinggi Pangalengan. J. Hort. 22:342-348.
Asgar, A., S.T. Rahayu, M. Kusmana, E. Sofiari. 2016. Uji Mendei, J.H., A.M. Nuryadi. 2017. Pengaruh cara
kualitas umbi beberapa klon kentang untuk keripik. perendaman dan jenis kentang terhadap mutu keripik
J. Hort. 21:51-59. kentang. J. Penelitian Teknologi Industri 9:123-136.
Duaja, M.D. 2012. Analisis umbi kentang (Solanum Neni, N. 2017. Keragaan produksi kentang G2 genotipe
tuberosum L.) di dataran rendah. J. Bioplantae 1:88- IPB asal stek dan umbi di Garut Jawa Barat. Skripsi.
97. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gunarto, A. 2012. Preferensi panelis pada tiga klon kentang Neni, N., A. Maharijaya, M. Syukur. 2018. Keragaan
terhadap kultivar Granola dan Atlantik. J. Sains dan produksi kentang G2 genotipe IPB asal stek dan umbi
Teknologi Indonesia 14:6-11. di Garut Jawa Barat. Bul. Agrohort. 6:397-404.
Haqq, M.H. 2020. Uji daya hasil dan karakterisasi genotipe Purwito, A., G.A. Wattimena. 2008. Kombinasi persilangan
kentang (Solanum tuberosum L.) IPB di daerah Garut, dan seleksi in vitro untuk mendapat kultivar unggul
Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut kentang. J. Ilmu Pengetahuan Indonesia 13:140-
Pertanian Bogor. Bogor. 149.
Sabarella, W.B. Komalasari, S. Wahyuningsih, M. Manurung, of Tests for Distinctness, Uniformity and Stability of
Sehusman, Y. Supriati, Rinawati. 2017. Konsumsi Potato (Solanum tuberosum L.). UPOV International.
dan neraca penyediaan penggunaan kentang. Bul. Geneva, CH.
Konsumsi Pangan 8:31-36.
Utami, G.R., M.S. Rahayu, Setiawan, A. 2015. Penanganan
Sofiari, E. 2009. Daya hasil beberapa klon kentang di Garut. budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) di
J. Hort. 19:148-154. Bandung, Jawa Barat. Bul. Agrohort. 3:105-109.
Struik, P.C., A.J. Haverkort, D. Vreugdenhil, C.B. Bus, R. Yulian, H. 2018. Keragaan dan uji fisikokimia umbi kentang
Dankert. 1990. Manipulation of tuber-size distribution genotipe IPB hasil pemuliaan untuk bahan baku
of a potato crop. Potato res. 33:417-432. industri olahan keripik kentang. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Thoriq, A., R.M. Sampurno, S. Nurjanah. 2018. Analisis
kinerja produksi kentang (studi kasus: Taman Zulkarnain, D.H., A. Maharijaya, M. Syukur. 2017. Uji daya
Teknologi Pertanian, Cikajang, Garut, Jawa Barat). J. hasil klon harapan kentang (Solanum tuberosum L.)
Teknologi Agroindustri 2:55-64. IPB di Kabupaten Garut Jawa Barat. J. Hort. Comm.
1:42-48.
[UPOV] International Union for the Protection of New
Varieties of Plants. 2004. Guidelines for the Conduct