Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

32979-Article Text-122871-1-10-20201230

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Maharijaya et al. / J. Agron.

Indonesia 48(3):275-282
ISSN 2085-2916 e-ISSN 2337-3652 J. Agron. Indonesia, Desember 2020, 48(3):275-282
Tersedia daring http://jai.ipb.ac.id DOI: https://dx.doi.org/10.24831/jai.v48i3.32979

Produksi dan Kualitas Umbi Beberapa Genotipe Kentang


(Solanum tuberosum L.) Koleksi IPB untuk Olahan Keripik Kentang

Yield and Tuber Quality Potato (Solanum tuberosum L.)


of IPB Collection for Potato Chips Industries

Awang Maharijaya1,2*, Linda Nur Salma2, dan Shandra Amarillis1

1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(IPB University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
2
Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LPPM IPB. Kampus Baranangsiang IPB
Jl. Pajajaran Bogor, Indonesia

Diterima 21 Oktober 2020/Disetujui 11 Desember 2020

ABSTRACT

The need for potato varieties for the potato chip processing industry continues to increase; however, the availability
of varieties that produce tubers that meet the criteria for potato chips is still limited. The study aimed to characterize the
quality of potato tubers from several superior genotypes of IPB collections that are suitable for the potato chip processing
industry’s needs. These quality characters included tuber diameter, specific gravity, dry matter, and organoleptic chips. This
research was conducted in January-May 2020 at the Margamulya village, Cikajang, Garut. Eight genotypes, PKHT-2019-
010, PKHT-2019-011, PKHT-2019-012, PKHT-2019-013, PKHT-2019-014, PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, PKHT-2019-
017 with two control varieties, Medians and Intan were used in this study as material plant. The genotype was used as a single
factor in a randomized complete block design with four replications. The study begins with preparing the land, planting,
maintenance, harvesting, and processing of chips. The results showed that the PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, and PKHT-
2019-017 genotypes had potential as genotypes that could be developed as potato varieties for raw materials for the potato
chip industry based on density, sugar content, shape, appearance, and good color chips. The PKHT-2019-015 genotype has
excellent productivity, tuber weight, and tuber diameter and meets industrial criteria, but has high sugar content, so it is
more suitable to be developed as vegetable potatoes. However, further research is still needed to increase the three genotypes’
weight and size to reach industry standards.

Keywords: genotype, crispness, productivity, sugar content

ABSTRAK

Kebutuhan akan varietas kentang untuk industri olahan keripik kentang terus meningkat, namun ketersediaan varietas
yang menghasilkan umbi yang memenuhi kriteria untuk keripik kentang masih terbatas. Penelitian ini bertujuan melakukan
karakterisasi kualitas umbi kentang dari beberapa genotipe unggul koleksi IPB yang sesuai bagi kebutuhan industri olahan
keripik kentang. Karakter kualitas tersebut meliputi diameter umbi, berat jenis, bahan kering, dan organoleptik keripik.
Penelitian dilaksanakan pada Januari-Mei 2020 di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Sebanyak
delapan genotipe yang terdiri atas PKHT-2019-010, PKHT-2019-011, PKHT-2019-012, PKHT-2019-013, PKHT-2019-014,
PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, PKHT-2019-017 dan dua varietas pembanding yaitu Medians dan Intan. Rancangan
percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktor tunggal yaitu genotipe
dengan 4 ulangan. Penelitian dimulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, serta pengolahan
keripik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan PKHT-2019-017 memiliki
potensi sebagai genotipe yang dapat dikembangkan sebagai varietas kentang untuk bahan baku industri keripik kentang
berdasarkan berat jenis, kandungan gula, bentuk, penampilan dan warna keripik yang baik. Genotipe PKHT-2019-015
memiliki produktivitas, bobot umbi dan diameter umbi yang sangat baik dan memenuhi kriteria industri, namun memiliki
kadar gula yang tinggi sehingga lebih cocok dikembangkan sebagai kentang sayur. Namun demikian masih diperlukan
penelitian lanjutan untuk meningkatkan bobot dan ukuran ketiga genotipe tersebut untuk mencapai standard industri.

Kata kunci: genotipe, kerenyahan, produktivitas, kandungan gula

* Penulis untuk korespondensi. e-mail: awangmaharijaya@apps.ipb.ac.id

Desember 2020 275


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cikajang,


komoditas hortikultura yang dapat menjadi alternatif pangan Kabupaten Garut pada Januari-Mei 2020. Bahan tanaman
dan berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai yang digunakan adalah benih kentang umbi G2 bobot 8-
ekonomi tinggi sebagai bahan baku industri (Gunarto, 2012; 30 g, telah melewati masa dormansi ditandai adanya tunas
Kusandriani, 2014). Industri olahan kentang mengalami dengan panjang tunas rata-rata 1 cm. Bahan tanaman yang
perkembangan ditandai meningkatnya permintaan bahan digunakan pada penelitian ini adalah genotipe koleksi Institut
baku keripik (Asgar, 2013). Industri keripik kentang telah Pertanian Bogor (IPB) yakni: PKHT-2019-010, PKHT-
berkembang di sentra produksi seperti di Pangalengan, 2019-011, PKHT-2019-012, PKHT-2019-013, PKHT-2019-
Garut, Banjarnegara, dan Pasuruan (Kusmana, 2012). 014, PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, PKHT-2019-017,
Produksi kentang Indonesia relatif rendah dibandingkan serta varietas Medians dan Intan sebagai pembanding.
dengan Eropa yang mencapai 25.5 ton ha-1, sedangkan Pupuk yang digunakan terdiri atas pupuk kandang ayam
Indonesia baru mencapai 18.7 ton ha-1 (Sabarella et al., (29 ton ha-1). Pupuk NPK 15:15:15 (400 kg ha-1), ZA (320
2017). kg ha-1), dan TSP (320 kg ha-1) sesuai anjuran penyuluh
Jumlah impor kentang tahun 2016 adalah 106,230 pertanian setempat kepada petani kentang pada umumnya.
ton mengalami kenaikan 4.6% dari tahun 2015 sebanyak Peralatan yang digunakan terdiri atas alat budidaya
101,558 ton (Kementan, 2017). Jumlah impor yang tinggi pertanian, timbangan, meteran, jangka sorong, termometer,
disebabkan oleh berkembangnya industri pengolahan refraktometer, mini Royal Horticulture Society Color Chart
kentang yang belum diimbangi oleh kenaikan produksi (RHSCC), dan alat pengolahan keripik kentang.
(Harahap et al., 2018). Produksi berfluktuasi, pada 2016- Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap
2017 mengalami penurunan yaitu 1.21 juta ton menjadi teracak faktor tunggal dengan genotipe sebagai perlakuan.
1.16 juta ton dan kembali meningkat tahun 2018 dan 2019 Setiap perlakuan percobaan terdapat empat ulangan dan
menjadi 1.28 juta ton dan 1.31 juta ton (Kementan, 2019). setiap satuan percobaan terdapat 24 tanaman. Penanaman
Bahan baku untuk olahan kentang masih jarang diusahakan dilakukan dengan menanam satu benih per lubang tanam
dan pengusahaannya masih dalam bentuk kemitraan serta dengan jarak tanam 50 cm x 28 cm (Kusandriani, 2014)
terbatasnya benih bermutu di kalangan petani menyebabkan pada luas lahan 218.4 m2. Kelas umbi berdasarkan bobot
industri kentang di Indonesia mengalami kesulitan satuan umbi, XL > 40 g, L = 30-40 g, M = 20-30 g, S = 10-
(Kusandriani, 2014; Amarullah et al., 2019). Kentang untuk 20 g, XS = 1-10 g; kelas umbi berdasarkan diameter XL =
bahan baku olahan masih menggunakan varietas Atlantik 6->7 cm, L = 5-5.9 cm, M = 4-4.9 cm, S = 3-3.9 cm, XS =
karena memiliki bahan kering tinggi dan rasa yang enak 2-2.9 cm, XXS = < 2 cm (Neni, 2017). Grading dilakukan
sehingga cocok untuk olahan, namun memiliki kelemahan untuk menentukan bobot dan diameter umbi berbagai ukuran
peka terhadap penyakit (Purwito dan Wattimena, 2008). untuk mempermudah pengolahan sebagai syarat mutu umbi
Bahan baku kentang olahan harus memenuhi untuk keripik. Pengolahan keripik kentang dilakukan mulai
persyaratan kualitas dan kriteria tertentu, serta penggunaan dari mencuci umbi, mengupas kulit umbi, dan mengiris
jenis kentang yang tepat (Asgar et al., 2011). Karakteristik umbi dengan ketebalan 1–1.5 mm. Umbi hasil irisan dicuci
mutu keripik kentang dilihat dari penampilan yang baik, dan digoreng dalam minyak panas dengan suhu 165-180 oC
tekstur keripik (renyah), dan kandungan gizinya (Mendei sekitar 4-5 menit. Penilaian organoleptik kentang dilakukan
dan Nuryadi, 2017). Standar mutu bahan baku yang diminta oleh 15 panelis merujuk pada penelitian Asgar et al. (2016).
industri keripik nasional adalah umbi dengan kriteria umbi Kriteria panelis adalah pria dan wanita berumur 20-40
dengan bobot per umbi 101-300 g (Thoriq, 2018), diameter tahun. Variabel tanaman yang diamati meliputi pengamatan
5-7 cm, berat jenis minimal 1.07 g cm3, bahan kering 16.7% vegetatif (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang,
(Kusmana dan Basuki, 2004), kandungan gula <0.05%, dan daun) pada 49 HST, pengamatan produksi, karakteristik
bentuk umbi yang baik, dan permukaan rata (Asgar et al., umbi (jumlah, bobot, diameter, berat jenis, dan kadar gula),
2016). Menurut Kurniawan dan Suganda (2014), kentang organoleptik umbi (bentuk, warna kulit dan daging), serta
yang memenuhi syarat untuk olahan keripik adalah kentang organoleptik keripik (warna, rasa, kerenyahan, dan aroma).
dengan kandungan total padatan 20-22% dan kandungan Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan
pati 14-16%. uji F. Jika uji F menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5%,
Pengembangan varietas unggul kentang mulai banyak dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range
di Indonesia. Menurut Neni et al. (2018), Pusat Kajian Test (DMRT).
Hortikultura Tropika (PKHT) dan Departemen Agronomi
dan Hortikultura, IPB telah merakit genotipe di antaranya HASIL DAN PEMBAHASAN
PKHT-2, PKHT-3, PKHT-4, PKHT-6, dan PKHT-9.
Diantara hasil pemuliaan kentang PKHT memungkinkan Umbi sebagai bahan baku keripik kentang harus
untuk digunakan sebagai bahan baku keripik kentang. memenuhi standar kualitas mutu tertentu (Asgar et al.,
Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi kualitas 2011). Berdasarkan Tabel 1, rata-rata genotipe memiliki
dan produksi umbi kentang IPB dari beberapa genotipe berat jenis 1.05-1.26 g mL-1. PKHT-2019-010 memiliki
unggul PKHT yang sesuai bagi kebutuhan industri olahan berat jenis paling tinggi, yaitu 1.26 g mL-1. Menurut Asgar
keripik kentang. (2013), industri keripik kentang PT Indofood menetapkan

276 Desember 2020


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

standar berat jenis minimum 1.07 g mL-1. Semua genotipe keripik yang paling disukai adalah Medians (4.4) dan
kentang IPB cocok untuk keripik kentang, kecuali Medians memiliki nilai sama secara statistik dengan PKHT-2019-010
karena memiliki berat jenis di bawah standar, yaitu 1.05 g (4.2) dan PKHT-2019-017 (4.4). Penilaian rasa dan aroma
mL-1. Hasil ini tidak berbanding lurus dengan Kusandriani berkisar 3.1-3.9 dan 3.2-3.9 yang berarti rasa dan aroma
(2014) yang meyatakan Medians sangat cocok digunakan kentang semua genotipe tergolong cukup sampai baik.
untuk bahan baku industri keripik kentang karena memiliki
keunggulan dibandingkan Atlantik. Karakteristik Pertumbuhan Vegetatif
Kriteria penting untuk bahan baku keripik kentang
selain berat jenis adalah kandungan gula pada umbi. Bahan baku kentang yang berkualitas dan sesuai untuk
Berdasarkan Tabel 1, PKHT-2019-015 memiliki kandungan keripik dapat dipenuhi dari hasil budidaya yang baik (Asgar
gula tertinggi sebesar 6.5% yang tidak berbeda nyata dengan et al., 2011). Berdasarkan Tabel 2, semua genotipe kentang
Intan sebagai kentang konsumsi (7%). Kentang konsumsi IPB menunjukkan daya tumbuh yang baik 95-100% pada
mempunyai kadar gula dan kadar air yang tinggi sehingga saat umur tanaman 17 hari setelah tanam (HST), kecuali
mengurangi tekstur renyah (Hidayat et al., 2018). PKHT- pada PKHT-2019-014, PKHT-2019-015, dan PKHT-2019-
2019-012 dan PKHT-2019-014 memiliki kandungan gula 016 yang terlambat tumbuh karena benih belum pecah
yang rendah mendekati Medians sehingga dapat menjadi dormansi tunas. PKHT-2019-015 memiliki tinggi tanaman
alternatif untuk olahan keripik. Namun, PKHT-2019-014 dan diameter batang tertinggi, yaitu 64.54 cm dan 12.99 mm
memiliki kerentanan terhadap penyakit sehingga tidak yang tidak berbeda nyata dengan PKHT-2019-010 (60.62
mampu menghasilkan produksi yang maksimal. Kandungan cm) dan PKHT-2019-017 (59.54 cm). PKHT-2019-017
gula PKHT-2019-010 dan PKHT-2019-017 lebih rendah memiliki jumlah cabang dan jumlah daun tertinggi, yaitu
dibandingkan varietas Intan sehingga diindikasikan 19.8 cabang dan 183.5 helai daun yang tidak berbeda nyata
memiliki kandungan gula yang rendah dan dapat menjadi dengan PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, PKHT-2019-
alternatif untuk kentang olahan. Menurut Kurniawan dan 013, PKHT-2019-015, PKHT-2019-016.
Suganda (2014), kadar gula berpengaruh pada kualitas hasil
terutama penampilan kentang. Panen dan Hasil Panen
Hasil penilaian (Tabel 1) menunjukkan keripik
Medians lebih disukai karena kerenyahan dan penampilan Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tingginya
keripik yang sangat baik. Penilaian kerenyahan keripik serangan penyakit karena mendukung perkembangan dan
PKHT-2019-010, PKHT-2019-013, PKHT-2019-014, dan penyebaran penyakit. (Utami et al., 2015; Zulkarnain et
PKHT-2019-017 tidak berbeda nyata dengan Medians, al., 2017). Genotipe kentang IPB rata-rata dipanen pada
yaitu 4.1-4.5. Menurut Yulian (2018), kerenyahan keripik umur 90-98 HST kecuali PKHT-2019-011 yang dipanen
kentang dipengaruhi oleh kandungan pati karena berkaitan lebih cepat pada 69 HST karena terinfeksi penyakit layu
dengan kekerasan umbi Namun, pada penelitian ini belum fusarium akibat intensitas hujan yang relatif tinggi. Waktu
dilakukan pengujian kadar pati sehingga belum ditemukan panen PKHT-2019-015 diperkirakan lebih dari 100 HST,
korelasi antara kadar pati dengan kerenyahan. Penampilan diindikasikan dari kulit umbi yang dipanen belum kuat

Tabel 1. Karaktristik kualitas umbi dan penilaian organoleptik keripik kentang


Berat jenis Kadar brix
Genotipe Kerenyahana Rasaa Aromaa Penampilana
(g mL-1) (%)
PKHT-2019-010 1.26 5.8cde 4.1abcd 3.9 3.7 4.3ab
PKHT-2019-011 1.16 5.8cde 3.7de 3.7 3.6 3.6c
PKHT-2019-012 1.16 5.3ef 3.9bcd 3.6 3.7 3.7bc
PKHT-2019-013 1.15 6.3bc 4.1abcd 3.6 3.3 3.8bc
PKHT-2019-014 1.12 5.5def 4.4abc 3.9 3.9 4.0abc
PKHT-2019-015 1.14 6.5ab 3.9bcd 3.5 3.2 3.7bc
PKHT-2019-016 1.08 6.3bc 3.1e 3.1 3.5 3.7bc
PKHT-2019-017 1.06 6.0bcd 4.5ab 3.6 3.5 4.2abc
MEDIANS 1.05 5.0f 4.6a 3.7 3.5 4.4a
INTAN 1.13 7.0a 3.8cd 3.5 3.7 3.8bc
Uji F tn ** ** tn tn *
Keterangan: aNilai dalam kolom menunjukkan 1=sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = sangat baik. Angka-angka pada kolom
yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf α = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata,
* = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata

Desember 2020 277


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

Tabel 2. Karakteristik pertumbuhan tanaman kentang dari setiap genotipe kentang


Bibit hidup Tinggi tanaman Diameter batang Jumlah daun
Genotipe Jumlah cabang
(%) (cm) (mm) (helai)
PKHT-2019-010 100.0a 60.62a 10.00bc 19.0ab 147.3abc
PKHT-2019-011 100.0a 50.29b 10.99b 13.0c 93.3c
PKHT-2019-012 100.0a 46.4bc 8.49de 14.3abc 127.8abc
PKHT-2019-013 95.8a 39.82cd 6.83g 14.5abc 113.8bc
PKHT-2019-014 17.4d 37.11de 8.10ef 12.8c 89.8c
PKHT-2019-015 29.2c 64.54a 12.99a 19.0ab 162.8ab
PKHT-2019-016 75.0b 31.03e 7.08fg 14.0abc 106bc
PKHT-2019-017 100.0a 59.54a 9.05cde 19.8a 183.5a
MEDIANS 100.0a 36.75de 9.59cd 13.8bc 92.8c
INTAN 100.0a 37.54de 8.08ef 13.5bc 101.8c
Uji F ** ** ** * **
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf α = 5%, * =
berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata

dan mudah mengelupas. Waktu panen yang lebih cepat rendahnya bobot umbi. PKHT-2019-017 dan PKHT-2019-
dilakukan untuk menyelamatkan hasil umbi dari serangan 010 menghasilkan jumlah umbi per tanaman paling banyak,
hama orong-orong dan penyakit layu bakteri. yaitu 16.8 knol dan 16.3 knol (Tabel 3), namun bobot per
Berdasarkan Tabel 3 produktivitas dan bobot satuan umbi PKHT-2019-010 (60.51 g) dan PKHT-2019-
pertanaman tertinggi adalah genotipe PKHT-2019-015, 017 (64.73 g) berbeda nyata lebih kecil dari PKHT-2019-
yaitu 51.41 ton ha-1 dan 823.83 g. Produktivitas dan bobot 015 (140.87 g). Menurut Neni (2017), umbi dengan jumlah
per tanaman kedua tertinggi adalah PKHT-2019-010 (33.67 yang banyak namun menghasilkan bobot umbi per tanaman
ton ha-1 dan 494.30 g) serta PKHT-2019-017 (32.20 ton ha-1 yang kecil disebabkan rataan bobot per satuan umbi yang
dan 510.93 g). Tanaman PKHT-2019-014 dan PKHT-2019- kecil.
013 menunjukkan serangan layu bakteri paling parah yang Pada penelitian ini bobot umbi berkorelasi positif
menyebabkan tanaman banyak yang mati sebelum masuk dengan diameter umbi (P <0.05). Dengan demikian baik
usia panen, sehingga umbi yang dihasilkan tidak maksimal, bobot tumbi dan diameter umbi dapat digunakan untuk
yaitu 9.25 ton ha-1 dan 10.55 ton ha-1. Menurut Duaja (2012), menentukan kriteria kesesuaian dengan industri keripik
waktu pengisian umbi yang lebih pendek menyebabkan kentang. Industri keripik kentang sesuai standar nasional

Tabel 3. Produktivitas dan karakteristik umbi kentang genotipe IPB


Bobot umbi Bobot umbi Jumlah umbi Bobot per Diameter per
Panjang umbi
Genotipe per hektar per tanaman per tanaman satuan umbi satuan umbi
(cm)
(ton ha-1) (g) (knol) (g) (cm)
PKHT-2019-010 33.67b 494.30b 16.3a 60.51cd 4.34cd 6.68abc
PKHT-2019-011 12.20de 140.70e 7.3d 52.98cd 3.78de 6.27bcd
PKHT-2019-012 21.24cd 332.85 11.8bc 57.89cd 3.8de 7.71a
PKHT-2019-013 10.55e 126.60e 8.5bcd 33.75d 3.53e 4.65e
PKHT-2019-014 9.25e 129.00e 7.5cd 38.36d 3.35e 5.67cde
PKHT-2019-015 51.41a 823.83a 9.5bcd 140.87a 6.55a 7.39a
PKHT-2019-016 14.10de 234.48de 7.8cd 61.58cd 4.59bc 5.30de
PKHT-2019-017 32.20b 510.93b 16.8a 64.73cd 4.62bc 7.21ab
MEDIANS 24.37bc 416.28bc 12.3b 80.29c 4.74bc 5.90cd
INTAN 24.65bc 368.88bcd 6.5d 109.5b 5.23b 7.75a
Uji F ** ** ** ** ** **
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf α = 5%, tn =
tidak berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata

278 Desember 2020


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

membutuhkan umbi dengan bobot per umbi 101-300 g (PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan PKHT-2019-017)
dengan diameter 5-7 cm (Thoriq, 2018). Pada penelitian ini tidak menghasilkan bobot tumbi dan diameter umbi yang
tidak semua genotipe menghasilkan umbi dengan kriteria sesuai kriteria industri (Tabel 5). Namun demikian ketiga
bobot maupun diameter yang sesuai dengan kriteria industri genotipe tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
(Tabel 4). Genotipe kentang IPB yang memenuhi kriteria varietas Medians yang telah sebelumnya dikenal sebagai
tersebut adalah PKHT-2019-015 dan varietas Intan. PKHT- kentang yang memenuhi kriteria industri. Peningkatan
2019-015 memiliki bobot umbi terbesar pada kelas L dan ukuran dan bobot tumbi dapat dilakukan melalui optimasi
XL adalah PKHT-2019-015 (121.14 g) sebesar 73% yang jarak tanam (Struik et al., 1990). Pada penelitian ini
tidak berbeda nyata dengan varietas Intan (106.93 g) sebesar semua genotipe menggunakan jarak tanam yang sama,
61.5%. Tiga genotipe yang sebelumnya memiliki kesesuaian padahal PKHT-2019-017 dan PKHT-2019-017 memiliki
dengan kriteria kentang industri berdasarkan kandungan gula produktivitas yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian besar

Tabel 4. Bobot dan persentase umbi kentang hasil grading


Bobot umbi hasil grading (g)a Persentase umbi (%)a
Genotipe
XLb L M S XS XLb L M Sb XSb
PKHT-2019-010 69.95cd 33.82 24.56 14.52 8.26 29.00bc 14.30 21.00 19.80ab 16.00bcd
PKHT-2019-011 62.84cd 36.13 24.10 14.20 7.49 31.50bc 10.80 13.00 17.00ab 27.80a
PKHT-2019-012 63.29cd 34.81 25.29 14.52 6.31 30.50bc 18.50 18.80 17.80ab 14.50bcd
PKHT-2019-013 67.03cd 35.03 25.13 14.33 7.07 16.00c 20.00 17.30 29.80a 17.30bc
PKHT-2019-014 55.62d 32.56 26.55 14.49 6.17 23.30bc 17.80 10.30 25.80a 23.50ab
PKHT-2019-015 121.14a 33.34 26.14 15.33 8.66 73.00a 4.50 9.80 7.00bc 5.80d
PKHT-2019-016 72.73cd 33.60 25.39 14.50 7.58 37.00b 13.30 18.80 17.00ab 14.80bcd
PKHT-2019-017 66.25cd 34.44 24.58 16.40 6.05 31.80bc 14.30 19.50 18.00ab 16.50bcd
MEDIANS 91.46bc 34.55 24.47 14.52 4.99 28.80bc 13.50 14.50 28.30a 15.30bcd
INTAN 106.93ab 31.58 26.28 12.90 6.05 61.50a 13.50 13.50 2.80c 8.50cd
Uji F ** tn tn tn tn ** tn tn ** **
Keterangan: aKelas umbi XL > 40 g per umbi; L = 30-40 g per umbi; M = 20-30 g per umbi; S = 10-20 g per umbi. bAngka-angka pada
kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf α = 5%, tn = tidak berpengaruh
nyata, ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel 5. Diameter umbi kentang hasil grading


Diameter umbi berdasatkan hasil grading (cm) Persentase diameter berdasarkan hasil grading (%)
Genotipe
XL L M S XS XXS XL L M S XS XXS
PKHT-010 6.23a 5.35ab 4.42 3.98 -- -- 22.78b 16.6cd 34.83ab 25.78b -- --
PKHT-011 -- 5.09bc 4.05 3.63 2.01b -- -- 24.1abc 24.08abc 39.63ab 12.18b --
PKHT-012 6.11a 5.41ab 4.41 3.53 -- -- 14.5b 13.25d 29.75abc 42.50a -- --
PKHT-013 -- 5.05c 4.25 3.51 2.52ab -- -- 17.13bcd 17.13bc 39.8ab 25.93a --
PKHT-014 -- -- 4.06 3.61 2.97a 1.85 -- -- 20.58abc 32.18ab 32.88a 14.38
PKHT-015 6.78a 5.56a 4.00 1.91 -- -- 47.98a 32.18a 13.18c 6.70c -- --
PKHT-016 6.02a 5.37ab 4.61 3.77 -- -- 13.45bc 28.6a 33.83ab 24.13b -- --
PKHT-017 6.29a 5.31abc 4.34 3.66 -- --- 15.3b 14.8cd 37.73a 32.20ab -- --
MEDIANS 6.18a 5.52a 4.51 3.56 -- -- 13.1bc 26.7ab 27.23abc 33.03ab -- --
INTAN 6.39a 5.54a 4.59 -- -- -- 25.75 31.18a 38.65a 4.40c -- --
Uji F ** ** tn tn ** tn ** ** * ** ** tn
Keterangan: aXL = 6->7 cm; L = 5-5.9 cm; M = 4-4.9 cm; S = 3-3.9 cm; XS = 2-2.9 cm; XXS = < 2 cm. bAngka-angka pada kolom yang
sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf α = 5%, tn= tidak berpengaruh nyata, ** =
berpengaruh sangat nyata, -- = tidak terdapat ukuran diameter umbi pada kelas tersebut

Desember 2020 279


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

kemungkinan bobot dan diameter umbi PKHT-2019-010 2019-012 (sangat panjang) dan PKHT-2019-014 (panjang)
dan PKHT-2019-017 dapat ditingkatkan untuk mencapai sesuai dengan kriteria untuk kentang goreng namun dapat
ukuran yang sesuai dengan kriteria industri. dimanfaatkan juga untuk keripik kentang.
Kulit umbi PKHT-2019-010, PKHT-2019-012,
Bentuk Umbi dan Uji Organoleptik Keripik Kentang PKHT-2019-016, dan PKHT-2019-017 berwarna merah,
PKHT-2019-011 ungu tua, PKHT-2019-013, PKHT-2019-
Bentuk umbi berbeda-beda tiap genotipe (Gambar 014, Intan dan Medians berwarna kekuningan. Daging umbi
1
1). Menurut Haqq (2020), industri keripik membutuhkan rata-rata berwarna kuning kecuali PKHT-2019-011 yang
kentang berbentuk oval, sedangkan kentang goreng memiliki warna keunguan. Keripik kentang menunjukkan
berbentuk panjang. Berdasarkan Tabel 6 kriteria sesuai warna antara putih kekuningan sampai kuning kecoklatan,
untuk keripik kentang, yaitu genotipe berbentuk oval seperti kecuali PKHT-2019-011 memiliki warna berbeda, yaitu
PKHT-2019-010 dan PKHT-2019-017 karena tidak berbeda ungu (Gambar 2). PKHT-2019-015, PKHT-2019-016, dan
dengan bentuk umbi varietas Medians. Bentuk umbi PKHT- Intan mimiliki warna keripik kuning kecoklatan sehingga

Gambar 1. Keragaan umbi kentang genotipe IPB dan dua varietas pembanding

Tabel 6. Bentuk umbi, warna kulit umbi, warna daging umbi, dan warna keripik kentang
Genotipe Bentuk umbi Warna kulit umbi Warna daging umbi Warna keripik
PKHT-2019-010 Oval panjang 35C brick-red 5C yellow 3C yellow
PKHT-2019-011 Oval panjang N92A violet-blue 79B dark purple 91A purple
PKHT-2019-012 Sangat panjang N34C orange-red 4B yellow 4B yellow
PKHT-2019-013 Oval pendek 9B yellow 5C yellow 3C yellow
PKHT-2019-014 Panjang 11A yellow-orange 8A vivid-yellow 7B yellow
PKHT-2019-015 Oval pendek 166B greyed-orange 5C yellow 7C yellow
PKHT-2019-016 Oval pendek 59A red-purple 5C yellow 6C yellow
PKHT-2019-017 Oval panjang 35C brick-red 5C yellow 4B yellow
MEDIANS Oval pendek 12B brilliant-yellow 4C yellow green 2C pale-yellow1
1
INTAN Oval 162A grayed-yellow 7D yellow 7C yellow

Keterangan: Bentuk umbi berdasarkan UPOV (2004); warna: Royal Horticulture Society Color Chart

PKHT-2019-010 PKHT-2019-011 PKHT-2019-012 PKHT-2019-013 PKHT-2019-014

PKHT-2019-015 PKHT-2019-016 PKHT-2019-017 MEDIANS INTAN


Gambar 2. Keragaan keripik kentang genotipe IPB dan dua varietas pembanding

280 Desember 2020


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

tidak sesuai untuk olahan. Perubahan warna kecoklatan Harahap, S.E., Y.A. Purwanto, S. Budijanto, A. Maharijaya.
pada hasil penggorengan keripik kentang disebabkan oleh 2018. Karakterisasi kerenyahan dan kekerasan
reaksi antara gula reduksi dan protein pada suhu panas beberapa genotipe kentang (Solanum tuberosum L.)
(Haryanti et al., 2013). Kandungan gula reduksi pada hasil pemuliaan. J. Pangan 26:1-7.
kentang dipengaruhi oleh varietas dan kultur teknis (Sofiari,
2009). Warna yang diharapkan oleh responden untuk keripik Haryanti, P., B. Sustriawan, Sujiman. 2013. Perendaman
kentang adalah kuning cerah sampai putih. Penampilan dalam kalsium klorida dan penggunaan edible
keripik PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan PKHT- coating untuk meningkatkan kualitas french fries dari
2019-017 menunjukkan warna kuning terang mendekati kentang varietas Tenggo dan Krespo. J. Agritech.
warna keripik varietas Medians sebagai kentang olahan. 33:38-45.

KESIMPULAN Hidayat, Y.S., D. Efendi, Sulasih. 2018. Karakterisasi


morfologi beberapa genotipe kentang (Solanum
Genotipe PKHT-2019-010, PKHT-2019-012, dan tuberosum L.) yang dibudidayakan di Indonesia. J.
PKHT-2019-017 memiliki potensi sebagai genotipe yang Comm. Hort. 2:28-34.
dapat dikembangkan sebagai varietas kentang untuk bahan
baku industri keripik kentang berdasarkan berat jenis, [Kementan] Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Pertanian
kandungan gula, bentuk, penampilan dan warna keripik yang 2017. http://pangan.litbang.pertanian.go.id/ [24
baik. Namun demikian masih diperlukan penelitian lanjutan Maret 2020].
untuk meningkatkan bobot dan ukuran ketiga genotipe
tersebut untuk mencapai standard industri. Genotipe PKHT- [Kementan] Kementrian Pertanian. 2019. Statistik Pertanian
2019-015 memiliki produktivitas, bobot umbi dan diameter 2019. http://pangan.litbang.pertanian.go.id/ [1 Juli
umbi yang sangat baik dan memenuhi kriteria industri, 2020].
namun memiliki kadar gula yang tinggi sehingga lebih
cocok dikembangkan sebagai kentang sayur. Kurniawan, H., T. Suganda. 2014. Uji kualitas ubi beberapa
klon kentang hasil persilangan untuk bahan baku
DAFTAR PUSTAKA keripik. J. Agro. 1:34-43.

Amarullah, M.R., Sudarsono, S. Amarillis. 2019. Produksi Kusandriani, Y. 2014. Uji daya hasil dan kualitas delapan
dan budidaya umbi bibit kentang (Solanum tuberosum genotipe kentang untuk industri keripik kentang
L.) di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Bul. nasional berbahan baku lokal. J. Hort. 24:283-288.
Agrohorti. 7:93-99.
Kusamana, R.S. Basuki. 2004. Produksi dan mutu umbi
Asgar, A., S.T. Rahayu, M. Kusmana, E. Sofiari. 2011. Uji klon kentang dan kesesuaiannya sebagai bahan baku
kualitas beberapa klon kentang untuk keripik. J. kentang goreng dan keripik kentang. J. Hort. 14:246-
Hort. 21:51-59. 252.

Asgar, A. 2013. Kualitas umbi beberapa klon kentang Kusmana. 2012. Uji adaptasi klon kentang hasil persilangan
(Solanum tuberosum L.) dataran medium untuk varietas Atlantik sebagai bahan baku keripik kentang
keripik kentang. Berita Biologi 12:29-37. di dataran tinggi Pangalengan. J. Hort. 22:342-348.

Asgar, A., S.T. Rahayu, M. Kusmana, E. Sofiari. 2016. Uji Mendei, J.H., A.M. Nuryadi. 2017. Pengaruh cara
kualitas umbi beberapa klon kentang untuk keripik. perendaman dan jenis kentang terhadap mutu keripik
J. Hort. 21:51-59. kentang. J. Penelitian Teknologi Industri 9:123-136.

Duaja, M.D. 2012. Analisis umbi kentang (Solanum Neni, N. 2017. Keragaan produksi kentang G2 genotipe
tuberosum L.) di dataran rendah. J. Bioplantae 1:88- IPB asal stek dan umbi di Garut Jawa Barat. Skripsi.
97. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gunarto, A. 2012. Preferensi panelis pada tiga klon kentang Neni, N., A. Maharijaya, M. Syukur. 2018. Keragaan
terhadap kultivar Granola dan Atlantik. J. Sains dan produksi kentang G2 genotipe IPB asal stek dan umbi
Teknologi Indonesia 14:6-11. di Garut Jawa Barat. Bul. Agrohort. 6:397-404.

Haqq, M.H. 2020. Uji daya hasil dan karakterisasi genotipe Purwito, A., G.A. Wattimena. 2008. Kombinasi persilangan
kentang (Solanum tuberosum L.) IPB di daerah Garut, dan seleksi in vitro untuk mendapat kultivar unggul
Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut kentang. J. Ilmu Pengetahuan Indonesia 13:140-
Pertanian Bogor. Bogor. 149.

Desember 2020 281


Maharijaya et al. / J. Agron. Indonesia 48(3):275-282

Sabarella, W.B. Komalasari, S. Wahyuningsih, M. Manurung, of Tests for Distinctness, Uniformity and Stability of
Sehusman, Y. Supriati, Rinawati. 2017. Konsumsi Potato (Solanum tuberosum L.). UPOV International.
dan neraca penyediaan penggunaan kentang. Bul. Geneva, CH.
Konsumsi Pangan 8:31-36.
Utami, G.R., M.S. Rahayu, Setiawan, A. 2015. Penanganan
Sofiari, E. 2009. Daya hasil beberapa klon kentang di Garut. budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) di
J. Hort. 19:148-154. Bandung, Jawa Barat. Bul. Agrohort. 3:105-109.

Struik, P.C., A.J. Haverkort, D. Vreugdenhil, C.B. Bus, R. Yulian, H. 2018. Keragaan dan uji fisikokimia umbi kentang
Dankert. 1990. Manipulation of tuber-size distribution genotipe IPB hasil pemuliaan untuk bahan baku
of a potato crop. Potato res. 33:417-432. industri olahan keripik kentang. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Thoriq, A., R.M. Sampurno, S. Nurjanah. 2018. Analisis
kinerja produksi kentang (studi kasus: Taman Zulkarnain, D.H., A. Maharijaya, M. Syukur. 2017. Uji daya
Teknologi Pertanian, Cikajang, Garut, Jawa Barat). J. hasil klon harapan kentang (Solanum tuberosum L.)
Teknologi Agroindustri 2:55-64. IPB di Kabupaten Garut Jawa Barat. J. Hort. Comm.
1:42-48.
[UPOV] International Union for the Protection of New
Varieties of Plants. 2004. Guidelines for the Conduct

282 Desember 2020

You might also like