Nely Dwi Jurnal
Nely Dwi Jurnal
Nely Dwi Jurnal
1
Nely Dwi Iriyanti
2
Andre Tiono Kurniawan, M.Pd.I
1
Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
2
Dosen Pengampu Mata Kuliah Al-Qur’an Hadits
Email : nelydwi79@gmail.com
Abstrak
Takhrij hadits dapat mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadits serta
mengumpulkan berbagai redaksi dari sebuah matan hadits. Di dalam melakukan
takhrij, ada lima metode yang dapat dijadikan sebagai pedoman, yaitu; 1) Takhrij
Melalui Lafaz Pertama Matan Hadits, 2) Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan
Hadits, 3) Takhrij Berdasarkan Perawi Sahabat, 4) Takhrij Berdasarkan Tema
Hadits, 5) Takhrij Berdasarkan Status Hadits.
Kata Kunci: Metode, Hadist.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hadits dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkataan, perbuatan, serta taqrir, nabi Muhammad Saw. hadits juga
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur‟an. Di dalam
AlQur‟an tentunya tidak ada permasalahan yang signifikan, hal ini
dikarenakan AlQur‟an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan Allah
untuk nabi Muhammad Saw. berbeda dengan hadits, di dalam memahami
hadist tentunya banyak persoalan yang perlu di kaji, baik dari segi
periwayatannya (sanad) atau pun isi hadits tersebut. Dan hal ini perlu adanya
penelitian di dalam menentukan kualitas hadits yang sahih.1
1
Wiyono AH, Saputro EA. 2019. Kajian tahrij hadits dalam studi islam. Jurnal Samawat. 3(2):1-12.
Takhrij Hadits merupakan salah satu metode (cara) untuk
mengetahui jalannya anad hadits, sehingga kita dapat memahami dari mana
hadits tersebut diriwayatkan. Hal ini agar bisa di ketahui bahwa hadits
tersebut datangnya Nabi Saw. urgensi di dalam mempelajari takhrij hadits
juga adalah memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan
setelah tahu bahwa suatu hadits adalah hadits maqbul (dapat diterima). Dan
sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadist
adalah mardud (tertolak).2
2. Rumusan Masalah
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Sanad
2
Ibid
3
Ahmad AJ, Al-Showy, (et.al). 1995. Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang IPTEK (cet.I). Jakarta
(ID): Gema Insani Press. 56-63.
4
Ali M. 2016. Sejarah kedudukan sanad dalam hadis nabi. TAHDIS.7(1): 51-64.
Sanad berasal dari bahasa Arab artinya adalah penyandaran sesuatu
pada sesuatu yang lain sedangkan al sanad bisa berarti bagian depan atau
bawah gunung atau kaki gunung, karena dialah penyangganya. Adapun
kata Isnad dalam hadis berarti kita bersandar kepada para periwayat untuk
mengetahui pernyataan Nabi Saw., kadang istilah Thariq dipakai dalam
menggantikan Isnad, kadang pula Istilah Wajh digunakan untuk maksud
yang sama.5 Penyandaran suatu hadis kepada perawi, adalah makna yang
bersifat qiyas (analogi).6 Adapula yang mengartikan sanad sama dengan
Mu’tamad berarti terpercaya atau dapat dijadikan pegangan. Sedangkan
menurut Istilah ilmu hadis sanad berarti silsilah periwayat hadis yang
menghubungkan kepada matan hadis dari periwayat terakhir sampai kepada
Nabi Muhammad Saw.7
5
M.M.Azami. 1995. Memahami Ilmu Hadis (cet.II). Jakarta (ID): Penerbit Lentera.
6
Abi al Husain ibn Faris Ibn Zakaria, Maqayis al Lughah, (juz 3; Dar alFikr,tt), h.105.
7
Muhammad Thahhan. Taisir Musthalahah al Hadis. Surabaya: Syirkah Bungkulu Indah.
c. Mengarahkan dan meneliti suatu Hadits menurut sumber-sumber
dari kitab asalnya besertaan dengan menyebutkan sanad
periwayatannya, sekaligus menerangkan kualitas Hadits-Hadits
yang telah di takhrij apabila memang di butuhkan.8
8
Sa’d bin Abdullah al-Hamid. 2000. Thuruqu Takhrij al-Hadits. Riyadh: Dar Ulum akSunnah
linasyr.
9
At-Thahhan, Mahmud. 1987. Ushul al-Takhrij wa Dirosatu al-Asanid. Riyadh: Maktabah al-
Ma’arif.
10
Hasbi Ash-Shiddieqy. 1967. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta (ID): Bulan Bintang.
tempat penulisan, maupun variasi pengulangan. Keempat, mengetahui
kualitas Hadis.11
11
Reza Pahlevi Dalimunthe dkk. 2021. “STUDI TAKHRIJ HADIS MENGGUNAKAN METODETASHIH,
MUQORONAH, TAHLIL, TARJIH, DAN TAKHKIM (TMT3) TERHADAP HADIS TENTANG PENYEBARAN
COVID-19,”. Jurnal Studi Hadis Nusantara. 3(1): 60–74
12
Muzakky AH. 2022. Ragam metode takhrij hadis: dari era tradisional hingga digital. Jurnal Studi
Hadis Nusantara. 4 (1): 74-87.
13
Wiyono AH.....
a. Takhrij memperkenalkan sumbersumber hadits, kitab-kitab asal dimana
suatu hadits berada, beserta ulama yang meriwayatkannya.
b. Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadits-hadits melalui
kitab-kitab yang ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang
memuat suatu hadits, semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang
dimiliki.
c. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan
riwayat-riwayat hadits yang banyak itu maka dapat diketahui apakah
riwayat itu munqathi‟, mu‟dal dan lain-lain. Demikian pula dapat
diketahui apakah status riwayat tersebut shahih, dha‟if dan sebagainya.
d. Takhrij dapat memperjelas hukum hadits dengan banyaknya
riwayatnya. Terkadang kita dapatkan hadits yang dha‟if melalui suatu
riwayat, namun dengan takhrij kemungkinan kita akan mendapatkan
riwayat lain yang shahih. Hadits yang shahih itu akan mengangkat
derajat hukum hadits yang dha‟if tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
e. Dengan takhrij kita dapat memperoleh pendapat-pendapat para ulama
sekitar hukum hadits.
f. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar. Karena terkadang
kita dapati perawi yang belum ada kejelasan namanya, seperti
Muhammad, Khalid dan lain-lain. Dengan adanya takhrij kemungkinan
kita akan dapat mengetahui nama perawi yang sebenarnya secara
lengkap.
g. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya
melalui perbandingan diantara sanad-sanad.
14
Mahmud ath-Thahhan dengan judul Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid yang cetakan
kelimanya diterbitkan pada tahun 1983.
15
Ibid.
manakala menitikberatkan pencarian hadits berdasarkan lafaz-lafaznya
yang asing dan jarang penggunaanya.
16
Ibid.
ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini. Kitab kitab yang disusun
berdasarkan metode ini :
1) Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akbar alMutawatirah karangan Al-
Suyuthi.
2) Al-Ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadits alQadsiyyah oleh al-Madani.
3) Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitabkitab sejenis lainnya.
C. KESIMPULAN
Hadits adalah sebuah usaha untuk menunjukkan letak asal suatu
Hadits pada sumber-sumbernya yang asli, yang mana di dalamnya telah
dicantumkan sanadnya secara lengkap, serta menjelaskan kualitas Hadits
tersebut apabila memang dibutuhkan. Adapun manfaat dari mempelajari
takhrij hadits sejauh ini memiliki tujuh manfaat yaitu Memperkenalkan
sumber sumber hadits, Dapat menambah perbendaharaan sanad hadits
melalui kitab kitab yang dirujuknya, Dapat memperjelas keadaan sanad,
Dapat memperjelas kualitas suatu hadits dengan banyaknya riwayat, dapat
memperjelas periwayat hadits yang samar dengan kata lain adanya takhrij
hadis memperjelas nama perawi secara pasti, Dapat menghilangkan keragu-
raguan dan kekeliruan yang dilakukan oleh periwayat, Dapat memperjelas
waktu dan tempat turunnya hadits, dan lain lain.
D. DAFTAR PUSTAKA
Abi al Husain ibn Faris Ibn Zakaria, Maqayis al Lughah, (juz 3; Dar alFikr,tt),
h.105.
Ahmad AJ, Al-Showy, (et.al). 1995. Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang
IPTEK (cet.I). Jakarta (ID): Gema Insani Press. 56-63.
Ali M. 2016. Sejarah kedudukan sanad dalam hadis nabi. TAHDIS.7(1): 51-64.
Muzakky AH. 2022. Ragam metode takhrij hadis: dari era tradisional hingga
digital. Jurnal Studi Hadis Nusantara. 4 (1): 74-87.
Sa’d bin Abdullah al-Hamid. 2000. Thuruqu Takhrij al-Hadits. Riyadh: Dar
Ulum akSunnah linasyr.
Wiyono AH, Saputro EA. 2019. Kajian tahrij hadits dalam studi islam. Jurnal
Samawat. 3(2): 1-12.