Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Teknik Isolasi Mikoriza Endomikoriza

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana

ISSN: 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia

Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus pada Perakaran


Salak di Kabupaten Karangasem dan Perbanyakannya

I MADE MARTANA DIPUTRA*), I NYOMAN RAI, DAN I PUTU DHARMA

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana


Fakultas Pertanian Universitas Udayana
*)
E-mail: martana_263@yahoo.co.id

ABSTRACT

Isolation and Identification of Endomycorrhizal Indigenous on Salak


Rhizosphere in Karangasem Regency and its Propagation. This research aimed
to determine and obtain AMF indigenus isolates and their propagation at different levels of
soil water content. This research used Completely Randomized Design with 2 Factors. The
first factor was location of soil sampling, consisting of 3 levels of treatment (Location 1,
Location 2, and Location 3) and the second factor was soil water content consisting of 3 levels
of treatment (100, 70, and 40% field capacity). The results of isolation and identification
indicate that there were two genus of AMF found on salak rizosphere in Karangasem
Regency, those were Glomus and Gigaspora with several different species in it. The
percentage of root infection rate was 100% and was categorized very high. The result of AMF
spore propagation showed that combination treatment of location 1 which sandy clay soil
textured and 40% field capacity produced the highest spores i.e 2382 spores or rised 2282%
from 100 spores which were inoculated.

Keywords: arbuscular, mycorrhizal, salak, soil water content

PENDAHULUAN sebagai sumber bahan organik dan sesekali


menggunakan pupuk anorganik. Pemberian
Tanaman salak merupakan salah satu
tanaman yang termasuk ke dalam famili pupuk anorganik secara terus-menerus dalam
palmae yang dapat tumbuh di daerah tropis. jangka waktu panjang dapat berdampak pada
meningkatnya tingkat keasaman tanah dan
Kabupaten Karangasem merupakan
keberadaan mikroorganisme dalam tanah
kabupaten penghasil buah salak terbesar di
terganggu sehingga pada akhirnya kesuburan
Bali, tercatat pada tahun 2014 produksinya
alami tanah akan merosot (Triyono et al.,
mencapai 66.389 ton (BPS, 2017).
2013). Pemberian serasah daun membuat
Kecamatan Selat merupakan salah satu sentra
lahan kahat akan unsur hara dan
penghasil salak di Kabupaten Karangasem.
produktivitas tanaman menurun. Usaha untuk
Petani dalam usaha peningkatan
memelihara kesuburan tanah dan kelestarian
produktivitas salak di Kecamatan Selat sering
kali hanya memanfaatkan serasah daun saja lingkungan agar produktivitas tanaman tetap

56
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…

tinggi, memerlukan upaya pengembangan dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan


cara budidaya dengan pupuk organik ataupun Hortikultura, Fakultas Pertanian Unud, dan
pupuk hayati. Salah satu sumber pupuk Laboratorium Sumber Daya Genetik dan
hayati adalah Fungi Mikoriza Arbuskula Biologi Molekuler Universitas Udayana,
(FMA). sedangkan perbanyakan spora dilakukan di
FMA merupakan organisme yang Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas
termasuk golongan jamur yang Pertanian, Universitas Udayana, Jalan Pulau
menggambarkan hubungan simbiosis Moyo, Denpasar.
mutualisme antara fungi dengan akar Alat-Alat yang digunakan adalah
tanaman (Brundrett et al., 1996). FMA cangkul, kantong plastik, tisu, sprayer,
berpotensi besar sebagai pupuk hayati karena gunting, gelas beaker 1000 ml, pipet mikro,
memiliki peranan yang penting bagi tanaman mikroskop stereo, mikroskop compound,
seperti meningkatkan absorbsi hara dari timbangan analitik, pinset, gelas ukur,
dalam tanah, sebagai penghalang biologis kamera, mesin sentrifuse, tabung sentrifuse,
terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan jarum oose, cawan petri, kertas label,
ketahanan inang terhadap kekeringan, kantong plastik, autoklaf, gelas objek, cover
meningkatkan hormon pemacu tumbuh, dan glass, satu set penyaringan (sieve) dengan
menjamin terselenggaranya siklus diameter lubang 1 mm, 500 µm, 212 µm, 106
biogeokimia (Purba et al., 2014). µm dan 53 µm. Bahan yang digunakan tanah
Informasi mengenai jenis-jenis FMA dari rizosfer salak, akar salak, aquades,
dan pemanfaatannya pada tanaman salak glukosa 60%, KOH 10%, H2O2 3%, HCl 1%,
sejauh ini belum banyak dilaporkan, maka lactoglycerol, dan trypan blue.
dari itu penelitian ini bertujuan untuk Sampel tanah dan akar diambil di tiga
mengetahui jenis-jenis FMA indigenus yang lokasi kebun salak petani di Kecamatan Selat.
terdapat pada perakaran (rizosfer) tanaman Metode pengambilan sampel tanah dilakukan
salak dan pengaruh perbedaan tingkat kadar dengan mengambil 3 titik sampel. Masing-
air tanah saat perbanyakannya di rumah kaca. masing titik sampel diambil sebanyak 100 g
Kemampuan memperbanyak spora yang dari sekitar perakaran, jarak pengambilan 10-
tinggi diperlukan untuk kebutuhan uji 50 cm dari pangkal batang dengan
efektivitas FMA terhadap pertumbuhan dan kedalaman 0-30 cm, dikomposit dengan titik
produktivitas tanaman salak dalam penelitian sampel yang lainya, kemudian dimasukan
lebih lanjut sehingga dapat dihasilkan pupuk dalam kantong plastik. Pengambilan sampel
hayati FMA untuk tanaman salak. akar dilakukan dengan cara memotong
bagian ujung akar yang masih muda.
BAHAN DAN METODE Isolasi spora dilakukan dengan
menggunakan teknik penyaringan basah dari
Penelitian dilaksanakan dari
Pacioni (1992) dan dilanjutkan teknik
September-Desember 2017. Sampel tanah
sentrifugasi dari Brunndret et al. (1996) yang
dan perakaran salak diambil dari kebun salak
dimodifikasi. Sampel tanah sebanyak 100 g
milik petani di Kecamatan Selat, Kabupaten
dilarutkan dalam gelas beaker 1000 ml
Karangasem. Isolasi dan identifikasi

57
AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018)

dengan menambahkan 1 l air dan diaduk kemudian disimpan selama ± 12 jam pada
merata selama ± 10 menit sampai homogen. suhu ruangan. Akar selanjutnya dibersihkan
Larutan tersebut kemudian didiamkan selama dari KOH 10% pada air mengalir, kemudian
± 1 menit sampai partikel-partikel yang besar direndam dengan H2O2 3% sampai semua
mengendap, selanjutnya disaring dalam satu akar tenggelam dan disimpan selama ± 12
set penyaringan dengan ukuran diameter jam pada suhu ruangan. Setelah itu akar
lubang 1 mm, 500 µm, 212 µm, 106 µm, dan dibersihkan dari H2O2 3% pada air mengalir
53 µm secara berurutan dari diameter lubang kemudian direndam dengan HCL 1% dan
besar ke kecil (prosedur ini diulang sebanyak disimpan selama ± 12 jam pada suhu ruangan.
4-5 kali). Tanah yang tersisa pada saringan HCL 1% dibuang dan akar direndam dengan
500 µm, 212 µm, 106 µm, dan 53 µm trypan blue, dipanaskan pada suhu 250°C
dipindahkan ke tabung sentrifuse, selama 5 menit, kemudian disimpan selama ±
ditambahkan aquades sebanyak 25-40 ml, 12 jam pada suhu ruangan. Trypan blue
kemudian disentrifuse dengan kecepatan dibuang dan akar direndam dengan
2000 rpm selama 5 menit. Hasil sentrifuse lactoglycerol, dipanaskan pada suhu 250°C
supernatannya dibuang, kemudian selama 5 menit, selanjutnya disimpan selama
ditambahkan glukosa 60% dan disentrifugasi ± 12 jam pada suhu ruangan.
dengan kecepatan 2000 rpm selama 1 menit. Akar diambil menggunakan bantuan
Hasil supernatan yang mengandung gula di pinset, diletakan diatas gelas objek kemudian
masing-masing tabung sentrifuse dibilas diamati struktur FMA (vesikel, arbuskula dan
menggunakan air pada saringan dengan hifa) dan dihitung persentase/derajat
diameter lubang 53 µm. Hasil bilasan kolonisasi FMA. Perhitungan persentase
diletakan di cawan petri kemudian diamati di menggunakan metode slide Giovannetti dan
bawah mikroskop jumlah dan ciri-ciri Mosse (1980) dengan cara membandingkan
sporanya. Ciri-ciri spora secara mikroskopis jumlah akar yang terinfeksi dengan jumlah
didentifikasi menggunakan pedoman seluruh akar yang diamati dikalikan 100%.
identifikasi menurut INVAM (2017) untuk Uji perbanyakan endomikoriza dalam
menentukan genus FMA yang ditemukan penelitian ini menggunakan tanaman jagung
dengan mengamati susunan spora, bentuk sebagai inang dengan varietas jagung Ketan
hifa, ukuran, warna, dan bentuk spora. keturunan kedua (F2). Rancangan yang
Pengamatan infeksi akar tanaman oleh digunakan yakni rancangan acak lengkap
FMA dilakukan melalui pewarnaan akar (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yang
dengan trypan blue. Pewarnaan akar masing-masing terdiri atas 3 taraf. Faktor
didahului dengan pencucian akar sampai pertama, lokasi pengambilan sampel tanah
bersih, kemudian akar dalam 1 titik sampel (L) pada perakaran salak di Kecamatan Selat
dipotong 2-5 cm dan dimasukan ke dalam terdiri atas tiga taraf yakni L1 (lokasi 1), L2
tabung reaksi sebanyak 20-30 potong akar. (lokasi 2), dan L3 (lokasi 3), sedangkan
Potongan-potongan akar tersebut selanjutnya fakktor kedua, perlakuan kadar air tanah (A)
direndam dengan KOH 10% dan dipanaskan terdiri atas tiga taraf yakni A1 (100%
dengan suhu 250 °C selama 10 menit, kapasitas lapang), A2 (70% kapasitas lapang),

58
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…

dan A3 (40% kapasitas lapang). Dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


demikian terdapat 9 kerlakuan kombinasi dan Hasil isolasi dan identifikasi FMA pada
masing-masing diulang sebanyak 4 kali. rizosfer tanaman salak di Kecamatan Selat
Perbanyakan spora pada tanaman menunjukkan adanya 2 genus spora FMA
jagung dilakukan menurut metode Brundrett yaitu Glomus dan Gigaspora. Kedua genus
et al., (1996) dimodifikasi, yaitu tersebut memiliki ciri morfologin berbda.
menggunakan media perbanyakan zeolit, Gambar 1 menunjukkan, Glomus berbentuk
pasir kuarsa dan tanah sampel. Zeolit dan bulat hingga oval, terdapat dinding spora,
pasir kuarsa disterilisasi dengan dipanaskan spora berwarna bervariasi ada yang merah
pada suhu 121˚C dalam autoclave selama 30 kehitaman, kuning kehitaman, hitam, merah,
menit. Tanah sampel ditimbang 500 g atau hijau dengan ukuran spora berkisar 133-
kemudian dimasukan ke dalam pot-pot 265 µm, sedangkan Gigaspora berbentuk
plastik beserta zeolit dan pasir kuarsa. Urutan bulat, spora warna marah kehitaman dengan
penempatan tanah dan media perbanyakan ukuran spora berkisar 500 µm. Hasil
dalam pot-pot plastik adalah mula-mula identifikasi juga menunjukkan adanya
lapisan paling bawah diisi zeolit yang sudah
klamidospora (Gambar 1g). Infeksi akar yang
dikompositkan dengan pasir kuarsa 250 g,
ditemukan berupa hifa, vesikula, dan
lapisan diatasnya adalah tanah sampel 500 g arbuskula dengana persentase infeksi akar
dan ditutup kembali dengan komposit zeolit mencapai 100%, dengan struktur infeksi
dan pasir kuarsa 50 g kemudian ditanami seperti pada Gambar 2. Sundari (2011)
bibit jagung sebagai tanaman indikator menyatakan keberadaan FMA pada suatu
perbanyakan spora FMA. daerah dipengaruhi oleh faktor lingkungan
Variabel yang diamati dalam penelitian dan jenis tanah. Sampel tanah yang diambil
ini adalah jenis dan karakteristik FMA, di Kecamatan Selat memiliki tekstur
tingkat infeksi akar pada tanaman salak,
lempung berpasir, lempung berdebu, dan
jumlah kepadatan spora FMA sebelum dan lempung yang sesuai untuk lingkungan hidup
setelah perbanyakan, tinggi tanaman jagung, ketiga genus spora yang ditemukan. Baon
jumlah daun, diameter, berat kering oven (1998) melaporkan tanah yang didominasi
akar, berat kering oven tajuk, dan berat oleh fraksi lempung berdebu merupakan
kering oven total tanaman jagung. tanah yang baik bagi perkembangan genus
Data hasil isolasi dan identifikasi Glomus dan tanah yang berpasir genus
dianalisis secara deskriptif, sedangkan hasil Acaulospora dan Gigaspora ditemukan
perbanyakan spora FMA dianalisis dalam jumlah yang tinggi. Husin et al. (2007)
menggunakan analisis sidik ragam. Apabila mengobservasi dan mengidentifikasi spora
interaksi berpengaruh nyata maka dilakukan FMA jenis Glomus sp. dalam jumlah
uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan, dominan pada berbagai rhizosfir di lahan
sedangkan apabila interaksi berbeda tidak kritis Sumatera. Hal tersebut menunjukan
nyata maka uji lanjut pengaruh faktor tunggal bahwa Glomus memiliki adaptasi yang
dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil sangat luas, sehingga hampir ditemukan di
(BNT). berbagai kondisi lingkungan seperti di

59
AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018)

Kecamatan Selat. Baon (1998) juga Persentase tingkat infeksi akar pada
melaporkan pada tanah berpasir, pori-pori parakaran salak di Kecamatan Selat tidak
tanah terbentuk lebih besar sehingga keadaan hanya diperngaruhi oleh lokasi pengambilan
ini diduga sesuai terhadap perkembangan sampel saja, melainkan dapat diakibatkan
genus FMA yang memiliki ukuran besar oleh berbagai faktor kombinasi lainnya,
salah satunya adalah Gigaspora. Menurut diantaranya kondisi fisik, bilogi, dan kimia
Suamba (2014) secara mikroskopis genus tanah, ketinggian tempat, suhu, jumlah spora
Glomud dan Gigaspora memiliki dan tingkat kepekaan tanaman inang. Hal ini
karakteristik yang khas. Tipe spora Glomus sesuai dengan pernyataan Gunawan (1993)
terdapat dudukan hifa (subtending hyphae), persentase tingkat infeksi akar dan produksi
sementara tipe spora Gigaspora terdapat spora oleh FMA dipengaruhi oleh spesies
bulbous suspensor yang merupakan ujung FMA itu sendiri, lingkungan dan tanaman
hifa yang membulat, selanjutnya menurut inangnya.
(Budi et al., 2011) pada ujung hifa muncul Hasil uji perbanyakan spora FMA
bulatan kecil yang semakin membesar menunjukkan, terdapat interaksi antara
sampai mencapai ukuran maksimum yang perlakuan lokasi pengambilan sampel tanah
akhirnya menjadi spora. dengan tingkat kadar air tanah terhadap
Ditemukannya struktur vesikula, variabel jumlah spora setelah perbanyakan.
arbuskula, dan hifa internal setelah staining Tabel 1 menunjukkan dari 100 jumlah spora
pada akar tanaman salak menunjukan bahwa awal yang sama-sama diinokulasikan per 800
tanaman mampu bersimbiosis dengan FMA g media perbanyakan, kombinasi perlakuan
dan sudah terjadi infeksi FMA pada akar lokasi pengambilan sampel tanah 1 (L1) dan
tanaman salak. Menurut Wirawan et al kadar air tanah 40% kapasitas lapang (A3)
(2014) perkembangan infeksi atau kolonisasi (L1A3) menghasilkan spora hasil
FMA dimulai dengan pembentukan suatu perbanyakan yang paling tinggi yaitu 2.382
apresorium pada permukaan akar oleh hifa spora atau meningkat 2.282% dari spora awal
eksternal yang berasal dari spora yang yang diinokulasikan. Jumlah spora hasil
berkecambah. Apresorium tersebut masuk perbanyakan paling rendah iperolah pada
kedalam akar melalui celah antar epidermis, perlakuan kombinasi L1A1 yaitu 194 spora
kemudian membentuk hifa intraselular di atau meningkat 94% dibandingkan dari spora
sepanjang epidermis akar dan setelah proses awal.
tersebut terbentuklah struktur vesikula dan
arbukula.

60
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…

a. b. c. d.

f.

e. g.

Gambar 1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Spora FMA pada Rizosfer Tanaman Salak
Tipe Spora Glomus dengan Perbesaran 100 kali (a-e), Tipe Spora Gigaspora dengan
Perbesaran 100 kali (f), dan Klamidospora (Sporocarp) dengan Perbesaran 63 kali (g)

a. b. c.

Gambar 2. Infeksi Fungi Mikoriza Arbuskula pada Akar Tanaman Salak


Arbuskula (a), Vesikula (b), dan Struktur Hifa (c), dengan Perbesaran 200 kali

Tabel 1. Jumlah spora dan persentase peningkatan jumlah spora setelah perbanyakan pada
interaksi antara lokasi pengambilan sampel tanah dan tingkat kadar air tanah
Jumlah spora setelah perbanyakan Persentase peningkatan jumlah spora
Perlakuan (buah) (%)
A1 A2 A3 A1 A2 A3
L1 906c 1182b 2382a 806 1082 2282
L2 502de 570d 918c 402 470 818
L3 194f 226f 412e 94 126 312
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada masing-masing variabel
menunjukkan berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan’s taraf 5%.

61
AGROTROP, 8 (1): 57 - 65 (2018)

Peningkatan jumlah dan persentase dapat menjamin terjadinya mineralisasi yang


spora tertinggi diperoleh pada lokasi hasilnya dapat menyediakan unsur hara bagi
pengambilan sampel tanah pada lokasi 1 (L1). simbiosis FMA dengan tanaman dan dapat
Tekstur tanah yang lempung berpasir diduga menginduksi pertumbuhan hifa. Pada tahap
terkait dengan hal tersebut di samping juga perbanyakan spora, ketersediaan unsur hara
trkait dengan sifat kimia tanah di lokasi sangat mempengaruhi jumlah spora yang
tempat pengambilan. Pada kondisi struktur dihasilkan. Semakin tinggi unsur hara yang
tanah lempung berpasir, air dan unsur hara ada maka semakin banyak spora hasil
yang tersedia dalam tanah tidak dapat perbanyakan yang diperoleh.
dipegang dengan baik sehingga tidak dapat Pada perlakuan kadar air tanah,
diserap oleh tanaman dengan optimal semakin rendah kadar air tanah semakin
(Bhardwaj et al., 2007). Salah satu peranan tinggi jumlah spora perbanyakan yang
FMA yaitu membantu proses penyerapan air dihasilkan. Hal ini sejalan dengan pendapat
dan unsur hara. Pada lokasi L1 dengan tekstur Rainiyati (2007) yang menyatakan mikoriza
tanah lempung berpasir maka daya pegang aktif bersporulasi dalam kondisi kering dan
air jauh lebih rendah dinadingkan dengan sebaliknya pada kondisi basah. Mikoriza
lokasi lainnya yang menyebabkan hidup pada tingkat kadar air tanah dan
keberadaan FMA pada lokasi L1 lebih tinggi. kelembaban yang cukup. Tingkat kadar air
Hasil analisis tanah pada L1 menunjukkan dan kelembaban tinggi dalam tanah
nilai kandungan C-organik dan P tersedia menyebabkan kondisi anaerob yang dapat
mulai dari sedang hingga sangat tinggi. Hasil menghambat perkembangan mikoriza
penelitian Cahyani (2014) menyatakan dikarenakan jamur pembentuk mikoriza
semakin tinggi kandungan unsur hara dalam adalah obligat aerob (Handayanto dan
tanah maka semakin tinggi jumlah spora Hairiah, 2007), sebaliknya pada tingkat kadar
yang ditemukan. Hal ini didukung oleh air tanah yang rendah (kondisi lahan kering)
penelitian Nurhalimah (2014), bahwa tanah dan ketersediaan unsur hara yang rendah
yang mengandung fosfat dan C-organik yang dapat mengoptimalkan perkembangan hifa
tinggi maka jumlah mikoriza yang ada di mikoriza (Nurhidayati, 2010). Hasil analisis
dalamnya juga tinggi. Hal tersebut statistik pada semua variabel pertumbuhan
disebabkan fosfat merupakan unsur hara tanaman indikator menunjukkan, interaksi
makro bagi pertumbuhan tanaman sehingga antara lokasi pengambilan sampel (L) dan
keberadaan mikoriza membantu dalam tingkat kadar air tanah (A) berngaruh nyata
penyerapan fosfat di dalam tanah melalui hanya terhadap diameter batang, sedangkan
hifa eksternal dan diubah menjadi senyawa terhadap variebel lainnya berbeda tidak
polifosfat kemudian dipindahkan ke dalam nyata. Diameter batang tertinggi diperoleh
hifa internal dan arbuskula. Senyawa pada kombinasi perlakuan (L1A1) dengan
polifosfat dipecah menjadi fosfat organik di nilai 1,01 cm dan terendah pada kombinasi
dalam arbuskula yang kemudian dilepaskan perlakuan L2A3 dengan nilai 0,65 cm (Tabel
ke sel tanaman inang. Senyawa C-organik 2).

62
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…

Tabel 2. Diameter batang tanaman jagung karena pangarus interaksi antara lokasi
pengambilan sampel tanah dan tingkat kadar air tanah berbeda.
Diameter Batang (cm)
Perlakuan
A1 A2 A3
L1 0,68 bcd 0,83 b 0,66 d
L2 1,01 a 0,77 bcd 0,67 d
L3 0,77 bcd 0,82 bc 0,65 d
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji
jarak berganda Duncan taraf 5%

Hasil penelitian ini juga menunjukkan, adalah genus Glomus dan Gigaspora.
semakin rendah kadar air tanah maka Glomus memiliki ciri terdapat hifa
semakin kecil nilai variabel yang diamati. penyangga atau dudukan hifa, sementara
Kondisi cekaman menyebabkan gangguan Gigaspora terdapat bulbous suspensor.
fisiologi pada tanaman inang sehingga Persentase rata-rata infeksi akar tanaman
pertumbuhan tanaman terganggu. Gangguan salak tergolong sangat tinggi yaitu mencapai
fisiologi dapat berupa terganggunya proses 100%. Perlakuan kadar air tanah 40%
fotosintesis dan transpirasi tanaman inang. kapasitas lapang pada kombinasi lokasi 1
Anjum et al. (2011) menyatakan cekaman dengan tanah bertekstur menghasilkan
kekeringan menurunkan laju fotosintesis jumlah spora setekah perbanyak paling tinggi
bersih sebesar 33,22% pada tanaman jagung, yaitu mencapai 2.382 spora atau meningkat
sementara Zhu et al. (2012) menyatakan 2.282% dari 100 spora yang diinokulasikan
tanaman jagung pada kondisi kekeringan
dengan kadar air lebih rendah jika DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan dengan kondisi cukup air akan Anjum, S.A., L.C. Wang, M. Farooq, M.
mengalami penurunan laju transpirasi, baik Hussain, L.L. Xue, & C.M. Zou. 2011.
pada tanaman jagung yang diberi mikoriza Brassinolide Application Improves the
maupun tidak diberi mikoriza. Penurunan Drought Tolerance in Maize Through
transpirasi menyebabkan pendistribusian air Modulation of Enzymatic Antioxidants
and Leaf Gas Exchange. J. Agronomy
ke sel penjaga menurun sehingga terjadi
& Crop Science 197:177-185.
penurunan tekanan turgor yang berdampak Badan Pusat Statistika. 2017. Produksi Buah
pada penutupan stomata. Penutupan stomata Salak Dirinci Menurut Kabupaten/Kota
tentunya akan mengganggu proses di Bali, 2011-2015. Diakses dari:
fotosintesis karena proses respirasi terhambat https://bali.bps.go.id/linkTableDinamis
sehingga pertumbuhan dan perkembangan /view/ id/130. Diakses pada 30 Oktober
tanaman akan terganggu. 2017.
Birhane, E., T.W. Kuyperc, F.J. Stercka,
Bongersa. 2010. Arbuscular
SIMPULAN Mycorrhizal Associations in Boswellia
Spora FMA yang ditemukan pada Papyrifera (Frankincensetree)
rizosfer tanam salak di Kecamatan Selat Dominated Dry Deciduous Woodlands

63
AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018)

of Northern Ethiopia. For Ecol Manage Pacioni, G. 1992. Wet sieving and decanting
260:2160-2169. techniques for the extraction of spores
Buce, M., M. Rossignol, A. Jauneau, R. of VA mycorrhyzal fungi. Methods in
Ranjeva & G. Beacard. 2000. The Microbiology. Academic Press Inc. San
Presymbiotic Growth of Arbuscula Diego 24: 317-322.
Micorrhizal Fungi is Induced by Purba, P.R.O., N. Rahmawati, E. Kardhinata
Abranching Factor Partially Purified & A. Sahar. 2014. Efektivitas Beberapa
Plant Root Exudates Mol. Plant. 13: Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular
693-698. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet
Budi, H., M. Gulamadi, L.K. Darusman, S.A. (Hevea brassiliensis Muell.Arg.) di
Aziz & I. Mansur. 2011. Pembibitan. Jurnal Online
Keanekaragaman Fungi Mikoriza Agroekoteknologi 2(2): 919-932.
Arbuskula (FMA) pada Rizosfer Suamba, I W., I G.P. Wirawan & W.
Tanaman Pegagan (Centella asiatica Adiartayasa. 2014. Isolasi dan
(L.) Urban). Jurnal Litri 17(1):32-40. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular
Brundrett, M.C., N. Bougher, B. Dells, T. (FMA) Secara Mikroskopis pada
Grove & N. Malajozuk. 1996. Working Rhizosfer Tanaman Jeruk (Citrus sp.)
with Mycorrhizas in Forestry and di Desa Kerta, Kecamatan Payangan,
Agriculture. Australian Centre for Kabupaten Gianyar. E-Jurnal
International Agricultural Research Agroekoteknologi Tropika 3(4):1021-
12(1):56-61. 1026.
Giovannetti, M. & B. Mosse. 1980. An Triyono, A., Purwanto & Budiyono. 2013.
Evaluation of Techniques for Efisiensi Penggunaan Pupuk N untuk
Measuring Vesicular-Arbuscular Pengurangan Kehilangan Nitrat pada
Infection in Roots. New Phytol. Lahan Pertanian. Prosiding Seminar
84:489–500. Nasional Pengelolaan Sumber Daya
Gunawan, A.W. 1993. Mikoriza Arbuskula. Alam dan Lingkungan: 526-531.
Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Wirawan G. 2014. Identifikasi Fungi
Institut Pertanian Bogor. Bogor Mikoriza Arbuskular Secara
Handayanto, A. & Hairiah. 2007. Biologi Mikroskopis pada Rhizosfer Tanaman
Tanah, Landasan Pengelolaan Tanah Alang-Alang. [Skripsi]. Bali:
Sehat. Pustaka Adipura. Yogyakarta. Universitas Udayana.
INVAM. 2017. Key to Fungi in Zhu, X.C., F.B. Song, S.Q. Liu, T.D. Liu &
Glomales. http://inMVA.caf.wvu.edu/. X. Zhou. 2012. Arbuscular
Nurhalimah, S., S. Nurhatika, dan A. mycorrhizae improves photosynthesis
Muhibuddin. 2014. Eksplorasi and water status of Zea mays L. under
Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) drought stress. Plant Soil Environ
Indigenous pada Tanah Regosol di 58(4), 186-191.
Pamekasan, Madura. Jurnal Sains dan
Seni Pomits 3:30-34.
Nurhidayati, T., K.I. Purwani & D.
Ermavitalini. 2010. Isolasi
MikorizaVesikular- Arbuskular pada
Lahan Kering di Jawa Timur. Berk.
Penel. Hayati Edisi Khusus: 4:43-46.

64

You might also like