Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Artikel A

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Borneo Student Research

eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020

Hubungan antara Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien


Geriatri di Rsud I.A Moeis Samarinda
May Mona1*, Nunung Herlina2
1,2
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, Indonesia
*Kontak Email:maymonaa1305@gmail.com

Diterima:01/08/19 Revisi:06/08/19 Diterbitkan: 31/08/20

Abstrak
Tujuan Study: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien geriatri di RSUD I.A Moeis Samarinda.
Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional, teknik
pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Sampling dengan jumlah 94 pasien geriatri dan pengumpulan data
menggunakan lembar kuesioner. Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat
menggunakan analisis Chi-Square.
Hasil: Hasil penelitian dari sebagian besar responden 56 orang (59,6%) menyatakan bahwa perawat telah berkomunikasi
dengan baik 42 orang (75%) menyatakan puas dan 14 orang (25%) tidak puas sedangkan yang menyatakan bahwa perawat
berkomunikasi buruk dari 38 orang (40,4%) yang menyatakan puas 15 orang (39,5%) dan 23 responden (60,5%) tidak
puas. Hasil dari uji statistik menunjukan p-value 0.001 < α 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Manfaat: Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien geriatri di RSUD I.A Moeis
Samarinda.
Abstract
Purpose Of Study: This study aims to determine the relationship between therapeutic communication of nurses and
geriatric patient satisfaction at I.A Moeis Hospital in Samarinda.
Methodology: This study used descriptive correlational by using a cross sectional approach, the sampling technique was
carried out by stratified sampling with 94 geriatric patients and data collection used questionnaire sheets. Univariate
analysis in this study used frequency and bivariate distribution used Chi-Square analysis.
Results: The results of this study found that most respondents 56 people (59,6%) stated that nurses had good
communication were 42 people (75%) expressed satisfaction and 14 people (25%) were dissatisfied while those who stated
that nurses communicate poorly from 38 people ( 40,4%) who stated they were satisfied were 15 people (39.5%) and 23
respondents (60.5%) were not satisfied. The results of the statistical tests show p-value 0.00 <α 0.05, which means that Ho
was rejected or there was a meaningful relationship.
Applications: There is a relationship between therapeutic communication of nurses and geriatric patient satisfaction at I.A
Moeis Hospital in Samarinda.
Kata kunci: Komunikasi Terapeutik, Kepuasan Pasien, Geriatri

1. PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang sering dibutuhkan di kalangan masyarakat oleh karena itu
pemerintah menuntut semua Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap semua pasien yang
sedang membutuhkan layanan kesehatan.Salah satu pelayanan yang sering menjadi sorotan adalah pelayanan perawat
karena hal inilah yang menjadi strategi utama dalam pencapaian rasa kepuasan pasien (Depkes, 2013). Kepuasan pasien
adalah perasaan yang timbul setelah mendapatkan pelayanan kesehatan (Pohan, 2013).Kepuasan pasien merupakan
perasaan senang atau kecewa yang timbul saat produk atau jasa yang diterima telah mencapai harapan pasien, kepuasan
yang dirasakan pasien bisa menjadi salah satu indikator dari kualitas pelayanan yang perawat berikan kepada pasien dan
kepuasan pasien bisa menjadi suatu modal dalam mendapatkan pasien yang lebih banyak lagi serta mendapatkan pasien
yang setia. Pasien yang setia pasti akan kembali menggunakan pelayanan kesehatan ketika sedang membutuhkannya lagi
bahkan telah dibuktikan bahwa pasien yang setia mampu mengajak orang-orang yang berada disekelilingnya untuk
menggunakan pelayanan yang sama (Nursalam, 2016). Banyak sekali hal yang dapat mempengauhi kepuasan pasien yang
sedang menggunakan pelayanan kesehatan usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan karena
menurut Milutinovic (2012) semakin berlanjutnya usia seseorang atau yang biasa disebut dengan lansia maka akan
semakin memiliki rasa kepuasan yang rendah terhadap suatu hal karena lansia selalu ingin mendapatkan perhatian yang
berlebih dan mengharapkan semua kebutuhannya terpenuhi dengan cepat. Lansia merupakan pasien yang berbeda dengan
pasien usia produktif lainnya dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang akan menyebabkan banyak perubahan-
perubahan pada kemampuan organ tubuhnya hal inilah yang sering menimbulkan berbagai macam masalah pada lanisa
yaitu gangguan komunikasi, gangguan pada pendengaran, gangguan pengelihatan serta penurunan metabolisme dari dalam
tubuh (Azizah, 2011). Keadaan lansia yang mengalami perubahan inilah yang sering membuat lansia beranggapan bahwa
kualitas pelayanan yang diberikan perawat kurang sesuai dengan harapan, menurut Priyanto (2012) komunikasi terapeutik
perawat merupakan hal yang berperan penting dalam mempengaruhi kepuasan pasien lansia dalam proses penyembuhan

BSR 1894
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020

karena komunikasi terapeutik merupakan suatu alat yang digunakan perawat dalam menanggapi berbagai macam keluhan-
keluhan yang diajukan pasien dan bagaimana keluhan akan cepat diterima dan dilaksanakan oleh perawat dalam proses
penyembuhan. Dalam proses penyembuhan perawat harus membangun rasa saling percaya pada pasien karena komunikasi
dapat dikatakan berhasil apabila didasarkan atas hubungan saling percaya, pasien harus percaya bahwa perawat mampu
mengatasi masalah dan keluhan-keluhan yang disampaikan pada perawat dan sebaliknya perawat harus bisa dipercaya dan
diandalkan kemampuannya sehingga tidak akan timbul rasa keraguan, cemas dan pesimis pada pasien saat menjalani
proses pelayanan (Nasir, 2011).Komunikasi terapeutik bisa menjadi tidak efektif jika terjadi kesalahan dalam mengartikan
pesan yang diterimanya dimana hal ini terkadang disebabkan karena manusia memiliki keterbatasan tertentu dalam
menerima informasi yang disampaikan hal inilah yang sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan , misalnya pasien
sering mengeluh karena perawat tidak mengerti maksud dari pesan yang disampaikan oleh pasien (Wahyudi, 2009).
Menurut Depkes RI (2005) yang telah mengumpulkan data dari beberapa Rumah Sakit dimana data yang didapatkan
hasilnya masih banyak sekali pasien yang mengeluhkan mengenai komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat
pada saat melakukan tindakan keperawatan dimana angka data yang diperoleh mencapai 67% pasien yang menyatakan
keluhan tidak puasnya terhadap perawat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan sendiri oleh peneliti pada tanggal
16 Mei 2018 di RSUD I.A Moeis Samarinda dengan mengambil sampel sebanyak 20 pasien lansia yang diambil secara
acak pada 3 ruangan rawat inap didapatkan data sebagai berikut : Komunikasi terapeutik perawat 11 orang (55%)
menyatakan bahwa mereka tidak puas terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat, sedangkan 9 orang
(45%) menyatakan puas dengan komunikasi terapeutik perawat. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti tertarik untuk
mendalami penelitian karena untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien geriatri di RSUD I.A Moeis Samarinda?.Penelitian ini bertujuan dari untuk mengetahui hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien geriatri di RSUD I.A Moeis Samarinda.

2. METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif korelasional untuk mengetahui hubungan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien geriatri di RSUD I.A Moeis Samarinda. Penelitian menggunakan pendekatan
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien geriatri
dengan cara membagikan kuesioner dan mengumpulkan data pada saat waktu yang bersamaan (point time approach)
(Notoatmodjo, 2012).Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap yang berusia 60 tahun keatas. Jumlah sampel
pada penelitian ini 94 responden sampel di ambil menggunakan teknik Stratified Sampling dimana populasi dibagi strata-
strata dan sampel akan diambil dengan cara dalam setiap strata baik secara simple sampling atau sistematik (Nursalam,
2011). Instrumen yang digunakan berupa kuesioner demografi karakteristik yang digunakan untuk mengkaji karakteristik
responden meliputi data demografi seperti umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Data diolah melalui tahapan :
Editing, Coding, Processing, Cleaning, Tabulating dan dilanjutkan dengan analisa data yang terdiri dari analisa univariat
dan bivariat yang menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan ≤0,05.

2.1. BagaimanaMenulis Tabel


1. Analisa Univariat
Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan usia di ruang rawat inap RSUD I.A Moeis Samarinda
Usia Frekuensi (%)

60-74 tahun 85 90,4


75-90 tahun 8 8,5
>91 tahun 1 1,1
Jumlah 94 100
Sumber : Data Primer 2019
Dari Table 1 didapatkan hasil bahwa mayoritas responden berada di dalam kelompok usia lanjut awal (60-74 tahun)
sebanyak 85 orang (90,4%), responden usia lanjut menengah (75-90 tahun) sebanyak 8 orang (8,5%), responden usia lanjut
akhir (>91 tahun) hanya 1 orang (1,1%).
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di ruang rawat inap RSUD I.A Moeis Samarinda
Jenis Kelamin Frekuensi (%)

Laki-Laki 50 53,2
Perempuan 44 46,8
Jumlah 94 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari Table 2 didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 50 orang (53,2%),
sedangkan perempuan sebanyak 44 orang (46,8%).

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di ruang rawat inap RSUD I.A Moeis Samarinda

BSR 1895
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020

Jenis Kelamin Frekuensi (%)

SD 18 19,1
SMP 35 37,2
SMA 33 35,1
D3 3 3,2
SARJANA 5 5,3
Jumlah 94 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari Table 3 didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang berpendidikan SMP sebanyak 35 orang (37,2%),
pendidikan SMA sebanyak 33 orang (35,1%), pendidikan SD sebanyak 18 orang (19,1%), pendidikan Sarjana sebanyak 5
orang (5,3%), dan pendidikan D3 sebanyak 3 orang (3,2%).

Tabel 4 Analisis variabel komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap RSUD I.A Moeis Samarinda
Komunikasi Terapeutik Frekuensi (%)

Baik 56 59,6
Buruk 38 40,4
Jumlah 94 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari Table 4 didapatkan hasil bahwa sudah banyak responden yang menyatakan bahwa perawat berkomunikasi baik yaitu
sebanyak 56 orang (59,6%), sedangkan responden yang menyatakan bahwa perawat berkomunikasi buruk sebanyak 38
orang (40,4%).

Tabel 5 Analisis variabel kepuasan pasien geriatri di ruang rawat inap RSUD I.A Moeis Samarinda
Kepuasan Pasien Frekuensi (%)

Puas 57 60,6
Tidak Puas 37 39,4
Jumlah 94 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari Table 5 didapatkan hasil bahwa banyak responden yang menyatakan puas yaitu 57 orang (60,6%), sedangkan
responden yang menyatakan tidak puas sebanyak 37 orang (39,4%).

2. Analisis Bivariate

Tabel 6 Analisis hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien geriatri di ruang
rawat inap RSUD I.A Moeis

Kepuasan Pasien
Komunikasi Jumlah OR
P value
Terapeutik Puas Tidak Puas (95% CI)
N % N % N %
Baik 42 75 14 25 56 59,6
Buruk 15 39,5 23 60,5 38 40,4 4.600
0.001 (1.892-
11.182)
Jumlah 57 60,6 37 39,4 94 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari Table 6 didapatkan hasil analisis dari 56 responden (59,6%) mengatakan perawat memiliki komunikasi yang baik
didapatkan bahwa 42 responden (75%) puas dan sisanya 14 responden (25%) tidak puas terhadap komunikasi terapeutik
yang dilakukan perawat, sedangkan dari 38 responden (40,4%) yang menyatakan komunikasi perawat buruk didapatkan
bahwa 15 responden ( 39,5%) menyatakan puas hal ini bisa saja terjadi karena pelayanan di rumah sakit tidak hanya
perawat namun ada tenaga kesehatan lainnya yang mendukug dan sisanya 23 responden (60,5%) tidak puas terhadap
komunikasi terapeutik perawat. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil 0,001 dengan artian p-value
0,001 < α 0,05, yang berarti Ha diterima yaitu ada hubungan antara komunikasi perawat dengan kepuasan pasien geriatri di

BSR 1896
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020

RSUD I.A Moeis Samarinda. Diperoleh pula nilai OR=4,600 yang berarti bahwa responden yang menyatakan perawat
berkomunikasi terapeutik secara baik berpeluang 4,600 kali lebih merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan dibandingkan dengan perawat yang berkomunikasi terapeutik buruk.

3. HASIL DAN DISKUSI


Sesudah dilakukannya analisa data serta telah mendapatkan hasilnya, ada beberapa hal yang akan dibahas yaitu analisa
univariat dan bivariat. Pada pembahasan ini akan menjelaskan mengenai hasil yang diperoleh dari penelitian serta akan
dibandingkan dengan penelitian terkait dan teori, mendiskusikan hasil penelitian yang telah diuraikan, menjelaskan
keterbatasan dari penelitian dan implikasi penelitian untuk keperawatan. Berikut adalah masing-masing dari pembahasan
analisa univariat dan bivariat. Berdasarkan usia banyak dari responden yang berada didalam kelompok usia lanjut awal 60-
74 tahun sebanyak 85 orang (90,4%), sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden berada dalam usia lanjut awal.
Serta yang berusia lanjut menengah 75-90 tahun sebanyak 8 orang (8,5%) dan yang berusia lanjut akhir >91 tahun hanya 1
orang (1,1%). Dibandingkan dengan penelitian terkait hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Ningsih (2015)
yang menunjukan sebagian besar responden berusia 41-65 tahun sebesar 44 orang (91,7%) usia tersebut masuk didalam
kelompok usia produktif yang dapat berpotensi beresiko terjadinya perubahan fisologis dan penurunan daya tahan tubuh,
sehingga mayoritas kelompok umur terbanyak adalah usia lanjut awal. Hal ini sama dengan teori yang dikemukakan oleh
Miller (2012) bahwa seseorang yang sedang mengalami proses penuaan secara alami akan mengalami berbagai macam
perubahan-perubahan yang akan terjadi pada berbagai aspek yaitu aspek fisiologi, aspek psikologi, dan aspek sosial.
Keadaan lansia yang mengalami berbagai macam perubahan dalam hidupnya hal inilah yang sering membuat lansia
menganggap jika kualitas pelayanan yang di dapatkan dari perawat tidak sesuai dengan harapan yang didapatkan pada saat
menjalani proses perawatan. Menurut penelitian Milutinovic (2012) tingkat kepuasan pasien akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.Berdasarkan jenis kelamin di dapatkan hasil bahwa banyak responden yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu 50 orang (53,2%). Dibandingkan dengan penelitian terkait bahwa hasil ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Darsini (2016) tentang hubungan komunikasi perawat dengan tingkat kepuasan pasien banyak
responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan perolehan hasil sebanyak 30 orang (62,5%).

Menurut Darsini (2016) laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi yang sangat berbeda dan memiliki tafsiran
yang berbeda pada suatu percakapan dimana perempuan menggunakan teknik dalam berkomunikasi untuk mencari
pembenaran dan meminimalkan perbedaan sedangkan laki-laki lebih bebas dalam menunjukan penilainannya. Pendapat ini
didukung oleh pernyataan Potter and Perry (2009) bahwa laki-laki dalam hal berkomunikasi selalu secara langsung tanpa
bayak berfikir terlebih dahulu dan cenderung melihat hubungan sebagai tugas saja. Laki-laki juga lebih mudah dalam hal
memberikan penilaian kepuasan tinggi berbeda dengan perempuan yang lebih sering memiliki banyak pertimbangan
terdahulu sebelum menilai orang lain. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMP sebanyak 35 orang (37,2%), pendidikan SMA sebanyak 33 orang (35,1%), pendidikan SD sebanyak
18 orang (19,1%), pendidikan Sarjana sebanyak 5 orang (5,3%) dan pendidikan D3 sebanyak 3 orang (3,2%).
Dibandingkan dengan penelitian terkait bahwa hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rorie (2014)
mendapatkan bahwa rata-rata pendidikan responden adalah SMP dan SMA. Pendidikan adalah status resmi yang telah
ditempuh oleh pasien.tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam memilih layanan kesehatan dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka akan mempengaruhi kesadaran akan hak-haknya termasuk hak dalam
menentukan dan menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas selalu diupayakan sebagai
komitmen dari penyelenggara kesehatan sehingga apa yang dikehendaki oleh pemberi layanan kesehatan akan sesuai
dengan harapan penerima maka apabila seseorang menerima layanan yang berkualitas dan memuaskan dirinya maka ia
akan merasa memperoleh hak-haknya sehingga tidak merasa terabaikan. (Utama, 2009). Berdasarkan hasil penelitian,
didapatkan hasil komunikasi terapeutik perawat di RSUD I.A Moeis Samarinda sebagian besar memiliki komunikasi yang
baik, yaitu sebanyak 56 orang (59,6%), sedangkan yang buruk sebanyak 38 orang (40,4%). Dibandingkan dengan
penelitian terkait didapatkan bahwa hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Siti (2015) yang
menyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan perawat telah berkomunikasi dengan baik. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat saat berkomunikasi dengan pasiennya.Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Mundakir (2013) komunikasi terapeutik adalah komunikasi antara perawat dan pasien yang dilakukan
secara bersama dikarenakan adanya keterkaitan saling membutuhkan dalam hal menyelesaikan permasalahan
pasien.Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar dan dilakukan secara profesional
dengan tujuan memulihkan kondisi pasien. Perawat harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi sehingga dapat
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien sehingga lebih mudah pada saat menjalankan proses asuhan keperawatan
(Damaiyanti, 2010). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil kepuasan pasien geriatri di RSUD I.A Moeis Samarinda
sudah banyak yang menyatakan puas, yaitu 57 orang (60,6%), sedangkan yang tidak puas sebanyak 37 orang (39,4%) .
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien yang puas lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang tidak
puas.Dibandingkan dengan penelitian terkait didapatkan hasil bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siti (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan puas dengan komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat.Kepuasan pasien adalah tingkatan perasaan yang timbul karena adanya
perbandingan antara kinerja dan harapan (Pohan, 2013). Menurut Nursalam (2016) kepuasan pasien adalah perasaan
senang atau puas terhadap produk atau jasa yang mereka terima sesuai dengan apa yang mereka harapkan, dan kepuasan

BSR 1897
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020

pasien juga bisa menjadi alat ukur untuk mengetahui kualitas pelayanan yang perawat berikan selama proses pemulihan
pasien.

4. KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden di RSUD I.A Moeis Samarinda diperoleh hasil yaitu
banyak responden yang berada dalam kelompok usia lanjut awal yaitu sebanyak 85 orang (90,4%), sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 50 orang (53,2%) dan sebagian besar responden berpendidikan SMP
35 orang (37,2).Variabel komunikasi terapeutik perawat diperoleh hasil bahwa banyak responden yang telah menyatakan
perawat telah berkomunikasi dengan baik yaitu sebanyak 56 orang (59,6%) dan perawat yang berkomunikasi terapeutik
buruk sebanyak 38 orang (40,4%).Variabel kepuasan pasien geriatri diperoleh hasil bahwa banyak responden yang
menyatakan puas sebanyak 57 orang (60,6%) dan pasien yang menyatakan tidak puas sebanyak 37 orang (39,4%). Hasil uji
bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien geriatri di RSUD I.A Moeis Samarinda dengan p-value=0,001. Diperoleh pula nilai OR=4,600 yang berarti bahwa
responden yang menyatakan perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan baik berpeluang 4,600 kali merasa puas
dengan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan perawat yang melakukan komunikasi terapeutik buruk.

SARAN DAN REKOMENDASI


Bagi Rumah Sakit, Diharapkan untuk meningkatkan keterampilan perawat dalam membangun komunikasi terapeutik bisa
dengan cara memberikan pelatihan dan pendidikan komunikasi terapeutik pada perawat karena dari hasil penelitian
didapatkan bahwa masih ada sebagian perawat yang masih menerapkan komunikasi terapeutik buruk. Bagi Perawat,
Diharapkan terus meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik.Perawat perlu menyadari bahwa komunikasi terapeutik
sangat penting dalam meningkatkan mutu kualitas pelayanan keperawatan terutama dalam hal mencapai kepuasan pasien.
Bagi Institusi Pendidikan, Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan refrensi dalam kegiatan pembelajaran terutama
dalam pembelajaran komunikasi terapeutik perawat. Bagi Peneliti Selanjutnya, Bisadigunakan untuk bahan refrensi
sehingga dapat mengembangkan penelitian dengan adanya penemuan-penemuan lainnya seperti faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan pasien geriatri di rumah sakit.

REFERENSI
Afnuhazy, R. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Salemba.
Damaiyanti. 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan. Bandung: Refika Aditama.
Darsini.2016. Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruang Kana Rumah Sakit
Gatoel.Nurse Line Journal Vol. 1.ISSN 2540-7937.
Depkes.2005. Profil Kepuasan Pasien Indonesia.Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Dapartemen Kesehatan RI.
______. 2013. Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga Tahun 2020.
Miller, C.A. 2012. Nursing For Wellness In Older Adults. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Milutinovic, et al. 2012. The Patient Satisfaction With Nursing Care Quality: The Psychometric Study Of The Serbian
Version Of PSNCQ Questionnaire, Scandinavian Journal Of Caring Science. 26:598-606.
Mundakir. 2013. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi Dalam Pelayanan. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasir, Abdul. 2011. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ningsih. P.S. 2015. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
________. 2016. Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Professional Edisi 5. Jakarta: Salemba
Medika.
Pohan. 2013. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Potter and Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Priyanto, Agus. 2012. Komunikasi dan Konseling. Jakarta: Salemba Medika.
Rorie.P. 2014. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Irna A RSUP
Prof. DR. R. Kandou Manado.
Siti. M. 2015. Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien.Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia Vol. 4.ISSN 2354-7642.
Utama. 2009. Paradigma Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wahyudi. 2009. Teknik Mengukur dan Srategi Kepuasan Pelanggan Plus Analis Kasus PLN_JP. Jakarta: Gramedia Pusaka
Utama.

BSR 1898

You might also like