Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal D1219001 PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 30

REPRESENTASI TOXIC RELATIONSHIP DALAM FILM

(Analisis Semiotika Representasi Toxic Relationship dalam “Film Story of


Kale: When Someone’s in Love” Karya Angga Dwimas Sasongko)

Adelwys Bioka Layla Syafira


Chatarina Heny Dwi Surwati, S.Sos., M.Si.

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
Story of Kale: When Someone's in Love is an Indonesian film that raises social issues
regarding toxic relationships. Toxic relationship is a condition which in a relationship
there is an emotional behavior that is vented by a person to his partner and even this
behavior can injure his partner physically. This shows that toxic relationships can be
characterized by physical and emotional violence against partners. But many people
still don't realize that they are in a toxic relationship. They even consider that the toxic
treatment which they had received was a form of attention and affection from their
partner. Lack of understanding about the form and characteristics of the toxic
relationships makes it difficult for someone who face the condition to get out from this
toxic relationship. To go away from the toxic relationship, they need to have knowledge
about the description of a toxic relationship, how it forms and its characteristics. This
study aims to determine the representation of a toxic relationship in the film Story of
Kale: When Someone's in Love. This research uses descriptive qualitative research
using Ferdinand De Saussure's semiotic analysis method. The data collection technique
is done by documentation in the form of scenes in the film Story of Kale: When
Someone's in Love. This study uses the aspect of signifier and signified to find the
meaning of the sign of each scene contained in this film. After conducting research on
signifier and signified, it is concluded that the film Story of Kale: When Someone's in
Love tells the story of how someone is trapped and trying to get out of a toxic
relationship which is conveyed through actions and communication carried out by the
characters in the film. The signs of a toxic relationship that appear in this film are
violence, dishonesty, possessiveness and excessive jealousy, manipulative attitudes, lack
of support, emotional and aggressive feelings, and difficulty being yourself.

Keyword: Representation, Toxic Relationship, Semiotic, Film

Pendahuluan
Majunya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menjadi pelopor
kemunculan teknologi yang dapat memengaruhi perkembangan media. Perkembangan
media yang sangat mencolok dapat terlihat pada media komunikasi massa. Media
1
komunikasi massa merupakan media yang digunakan untuk menyebarkan suatu pesan
atau informasi kepada khalayak luas dan dalam waktu yang singkat. Salah satu media
komunikasi massa yang mengalami perkembangan dan memiliki peranan besar terhadap
khalayak adalah film.
Film merupakan bagian dari media massa memiliki sifat sangat kompleks. Film
terdiri dari audio dan visual yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi emosional
penontonnya. Selain itu sebagai media, film juga memiliki bentuk dan gaya yang dapat
mewakili dan merepresentasikan pandangan masyarakat mengenai nilai-nilai dan
ideologi tertentu. Dengan seni audio dan visualnya sebuah film mampu menangkap
suatu realita yang ada disekitarnya, sehingga hal ini menjadikan film sebagai wadah
untuk menyampaikan pesan kepada khalayak penontonnya (Alfathoni & Manesah,
2020:22).
Sebuah film dapat mengangkat dan menampilkan fungsi kritik terhadap isu-isu
sosial yang disajikan melalui pandangan, pemikiran dan juga fakta kepada khalayaknya.
Salah satu tema isu sosial yang sedang banyak menjadi perbincangan dalam masyarakat
yaitu Toxic relationship. Toxic relationship sendiri merupakan sebuah hubungan yang
tidak sehat dan dapat ditemui di berbagai hubungan, seperti hubungan pertemanan,
hubungan percintaan bahkan hubungan keluarga. Hubungan yang tidak sehat dapat
memengaruhi kesehatan mental pada orang yang berada di dalam hubungan ini.
Hubungan toxic dapat didefinisikan sebagai hubungan yang ditandai dengan
adanya perilaku beracun yang dilakukan oleh seseorang yang sedang berada pada sebuah
hubungan, perilaku ini dapat berdampak secara emosional dan juga secara fisik pada
pasangannya (Solferino dan Tessitore, 2019:7). Menurut J.A. McGruder dalam bukunya
yang berjudul Cutting Your Losses from a Bad or Toxic Relationship, hubungan toxic
adalah kondisi dimana di dalamnya terdapat perilaku secara emosional yang
dilampiaskan oleh seseorang kepada pasangannya dan bahkan perilaku ini dapat melukai
fisik pasangannya (McGruder, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan beracun
dapat ditandai dengan adanya kekerasan baik secara fisik maupun emosional pada
pasangan.
Menurut Pattiradjawane dan Wijono (2019), ada empat bentuk kekerasan yang
muncul dalam sebuah hubungan. Kekerasan tersebut yaitu kekerasan fisik, kekerasan
psikis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Ke empat bentuk kekerasan dalam
sebuah hubungan tersebut dapat muncul dalam toxic relationship. Kekerasan dalam
sebuah hubungan dapat menimpa semua orang tanpa terkecuali, baik kaum laki-laki
ataupun kaum perempuan. Namun Sunarto (2004) mengungkapkan bahwa kekerasan
dalam sebuah hubungan cenderung banyak menimpa kaum perempuan. Hal ini
ditengarai oleh sikap perempuan yang cenderung menerima setiap bentuk tindakan
kontrol dan dominasi dari pasangannya yang tanpa disadari dapat membawa dampak
negatif pada kehidupan perempuan.
Berdasarkan data dari Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan kepada
Perempuan (Komnas Perempuan) terdapat sebanyak 299.911 kasus kekerasan sepanjang
tahun 2020. Dari kasus tersebut terdapat 8.234 kasus yang ditangani oleh lembaga

2
layanan mitra komnas perempuan. Dari 8.234 kasus tersebut paling banyak terdapat
pada Ranah Personal (RP) atau disebut juga dengan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT)/ranah personal (RP). Jumlah kekerasan dalam ranah personal sendiri mencapai
79% dari jumlah kasus yang ditangani oleh mitra komnas perempuan yaitu 6.480 kasus.
Banyaknya laporan kekerasan pada ranah personal tersebut menunjukkan bahwa
toxic relationship dapat terjadi pada hubungan apa saja. Namun banyak perempuan yang
masih tidak begitu memahami bentuk kekerasan dalam sebuah hubungan. Sehingga hal
ini membuat mereka tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjerat dalam toxic
relationship. Mereka bahkan menganggap bahwa perlakuan toxic yang mereka terima
dalam hubungan merupakan bentuk dari perhatian dan kasih sayang dari pasangannya.
Kurangnya pemahaman mengenai bentuk dan ciri hubungan yang telah masuk ke dalam
kategori toxic relationship membuat seseorang yang tengah terjerat di dalamnya sulit
untuk keluar dari lingkaran toxic relationship.
Melihat banyaknya kasus toxic relationship yang terjadi di masyarakat membuat
beberapa film seperti Film Posesif, Film Bucin, Film Marriage Story, Film Waitress dan
beberapa film lain mencoba mengangkat tema mengenai toxic relationship. Beberapa
film ini memiliki tujuan untuk menarik minat menonton pada masyarakat sekaligus
memberi gambaran dan pelajaran bahwa hubungan yang tidak sehat dapat menimbulkan
dampak negatif bagi individu yang menjalani sebuah hubungan. Salah satu film menarik
yang mengangkat tema mengenai toxic relationship adalah film Story of Kale: When
Someone’s in Love karya Angga Dwimas Sasongko. Seperti pada film-film karya Angga
Dwimas Sasongko yang lain, ia tak lupa memasukkan value dan misi pada setiap
karyanya agar memiliki kebermanfaatan. Film ini mengangkat isu yang tengah banyak
diperbincangkan di dalam masyarakat dan diharapkan dapat membawa dampak positif
kepada khalayak penontonnya.
Film ini merupakan spin off dari film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
(NKCTHI). Film spin off sendiri merupakan film yang bercerita mengenai karakter yang
ada di dalam film lain. Karakter ini dibuatkan sebuah kisah tersendiri dengan
penceritaan yang terfokus pada dirinya. Dalam film Story of Kale: When Someone’s in
Love diceritakan kisah masalalu tokoh Kale di dalam film Nanti Kita Cerita Tentang
Hari Ini (NKCTHI). Masa lalu inilah yang membuat Kale memiliki karakter sebagai
seseorang yang tidak ingin memiliki status hubungan dengan orang lain, sehingga ia
melakukan ghosting terhadap tokoh Awan di film NKCTHI. Dalam film Story of Kale:
When Someone’s in Love kisah masa lalu Kale mengangkat mengenai toxic relationship
yang dilakukan oleh tokoh Kale dan juga Argo terhadap tokoh Dinda. Dalam film ini
suatu hubungan percintaan digambarkan tidak seindah hubungan percintaan pada film-
film lainnya. Film ini menampilkan permasalahan yang seringkali ditemukan dalam
proses berkomunikasi antara pasangan yang terjerat dalam toxic relationship. Hadirnya
film ini diharapkan dapat digunakan sebagai bentuk pengingat bahwa toxic relationship
tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada pasangan. Akan tetapi, toxic relationship
malah dapat menyebabkan rasa sakit yang mendalam hingga menimbulkan trauma pada
diri orang yang mengalaminya.

3
Dikutip dari antaranews.com film Story of Kale When Someone’s in Love yang
pertama kali tayang di Bioskop Online pada tanggal 23 Oktober 2020 berhasil
menembus angka lebih dari 100.000 jumlah penonton yang menyaksikan film ini tepat
pada tiga hari penayangannya. Film ini pun berhasil trending berhari-hari di twitter dan
mendapatkan komentar positif dari banyak warganet twitter. Dari komentar tersebut
dapat diketahui bahwa film ini berhasil menyampaikan pesan mengenai suatu hubungan
yang telah masuk ke dalam toxic relationship. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari
beberapa cuitan dari warganet twitter yang telah menonton film ini, merasa merasa
mendapat tamparan mengenai hubungannya yang toxic. Bahkan setelah menonton film
ini ada beberapa dari mereka yang sadar akan hubungannya yang tenyata tengah
mengarah dan masuk ke dalam sebuah hubungan yang toxic. Kesadaran ini
membawanya untuk berani keluar dari hubungan yang tidak sehat ini dengan cara
mengakhiri hubungannya. Berdasarkan hal tersebut tak salah jika film yang memiliki
genre romance dan drama ini berhasil mendapat rating cukup tinggi. Dikutip dari tirto.id
film ini mendapat rating sebanyak 8,2 dari 10 di IMDB. Tak hanya itu film ini pun
berhasil meraih empat nominasi dalam Piala Maya 2021. Nominasi tersebut yaitu
Penulisan adaptasi karya terpilih, Lagu tema terpilih, Aktor pendukung terpilih dan juga
Aktris utama terpilih.
Berdasarkan penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi dalam sebuah
hubungan yang mengarah pada hubungan beracun atau lebih dikenal dengan toxic
relationship, penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian komponen komunikasi
massa berupa studi pesan melalui analisis semiotika. Semiotika sendiri merupakan studi
yang mempelajari suatu tanda-tanda atau lambang dalam membentuk sebuah makna.
Film menyampaikan sebuah pesannya melalui bermacam tanda dan simbol yang
membentuk sebuah sistem makna. Sehingga dalam hal ini analisis semiotika memiliki
peran penting dalam mengungkap tanda dan makna yang terkandung pada sebuah film.
Dalam penelitian ini, penulis ingin melakukan kajian semiotika pada film Story of
Kale When Someone’s in Love. Penulis menentukan fokus pembahasan pada
representasi toxic relationship dalam film dan penulis memilih model analisis semiotika
dari Ferdinand De Saussure. Menurut Saussure, semiotika mempelajari mengenai tanda-
tanda yang muncul di tengah-tengah masyarakat dan menunjukkan bagaimana tanda-
tanda tersebut dapat terbentuk. Model semiotika dari Ferdinand De Saussure merupakan
model semiotika yang menganalisis mengenai penanda (signifer) dan petanda
(signified). Penanda merupakan sebuah citra bunyi dan petanda merupakan sebuah
konsep makna dari penanda. Saussure memiliki pandangan bahwa tingkah laku dan
perbuatan manusia dapat berfungsi sebagai tanda dan membawa makna. Berdasarkan
pandangan Saussure ini, penulis memutuskan untuk menggunakan semiotika dari
Ferdinand De Saussure untuk menganalisis karena penulis melihat adegan atau scene-
scene dalam film Story of Kale When Someone’s in Love dipengaruhi oleh tanda-tanda
sehingga membawa makna didalamnya. Pada akhirnya penulis berharap penelitian ini
dapat memberi pengetahuan bagi masyarakat mengenai gambaran bagaimana sebuah
hubungan telah berkembang menjadi toxic relationship yang direpresentasikan melalui

4
sebuah film. Hal ini memiliki tujuan agar masyarakat yang tengah terjebak dalam
sebuah hubungan toxic dapat segera sadar dan keluar dari hubungan yang tidak sehat ini.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah representasi toxic relationship dalam Film Story of Kale: When
Someone’s in Love yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotika
Ferdinand De Saussure?.
Tinjauan pustaka
Film
Berdasarkan penelitian dari para ahli komunikasi, kita dapat mengetahui bahwa
hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang cukup panjang. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh Leo Yi dalam buku Alex Sobur (2009:126), Leo
mengatakan bahwa film merupakan alat komunikasi massa kedua yang hadir di belahan
dunia, film mulai berkembang pada akhir abad ke-19. Film cenderung lebih gampang
dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi, hal ini disebabkan oleh film yang tidak
mengalami unsur-unsur teknik, sosial, politik, ekonomi dan demografi yang dapat
menghambat perkembangan surat kabar pada abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Kebangkitan film berdampak pada keragaman atau genre film. Adanya kebangkitan film
mulai menjadi pelopor timbulnya film-film yang berani mengangkat cerita mengenai
kekerasan, seks, dan juga kriminalitas. Hal ini kemudian membawa pengaruh pada
lahirnya bermacam kajian mengenai komunikasi massa.
Kecakapan dan keefektifan film dalam memengaruhi banyak kelas sosial
menimbulkan keyakinan bagi para ahli bahwa film memiliki kekuatan yang besar untuk
memengaruhi penontonnya. Film selalu dapat memengaruhi dan membentuk masyarakat
berdasarkan informasi yang ada di baliknya, serta tidak akan bertindak dengan cara lain.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara film dengan
masyarakat selalu dapat dipahami secara linier. Film selalu mengabadikan realitas
pertumbuhan dan perkembangan sosial, lalu memproyeksikannya di dalam sebuah layar.
Film merupakan salah satu media massa yang paling populer saat ini. Selain
memiliki kombinasi bentuk audio dan visual, film juga dapat dinikmati oleh banyak
orang, sekaligus memungkinkan penonton untuk memilih media massa yang dapat
memenuhi kebutuhannya. Penyampaian informasi melalui media semacam ini dinilai
lebih efektif karena memiliki penyajian visual yang lebih baik, sehingga mudah diingat
dan diterima khalayak.
Film sendiri terdiri dari beberapa scene. Menurut csinema.com, scene diartikan
sebagai adegan yang terjadi dalam suatu lokasi yang sama, pada waktu yang sama pula.
Contohnya yaitu ketika scene di sebuah mobil, maka sepanjang scene yang berlangsung
di mobil tersebut pada waktu yang sama akan dikelompokkan menjadi satu scene yang
sama. Tidak hanya scene, ada juga struktur film lainnya, yaitu shot dan sequence. Shot
sendiri menurut Pratista (2007) merupakan bagian terkecil dari sebuah adegan dan hanya
5
mempunyai satu pengambilan gambar, sedangkan dalam satu adegan terdapat ratusan
shot. Sequence merupakan satu babak, yang biasanya dikumpulkan berdasarkan satu
periode (waktu), lokasi atau satu rangkaian aksi panjang (Pratista, 2007).
Film memiliki unsur-unsur yang berperan penting untuk memahami sebuah film
secara mendalam dan menyeluruh. Unsur film terbagi menjadi dua, yaitu unsur naratif
dan unsur sinematik. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita dalam sebuah film,
sedangkan unsur sinematik berhubungan dengan aspek-aspek teknis yang terdapat pada
produksi sebuah film (Pratista, 2017:24). Unsur naratif dan unsur sinematik sebuah film
akan saling berinteraksi dan berkesinambungan antar satu sama lain dalam pembuatan
film. Unsur tersebut tidak akan mampu berfungsi jika berdiri sendiri-sendiri. Unsur
naratif memiliki peranan sebagai materi atau bahan yang akan diolah dalam pembuatan
film, sementara unsur sinematik adalah cara untuk mengolah unsur naratif (Pratista,
2017:23).

Toxic Relationship
Menurut pendapat Solferino dan Tessitore (2019), Toxic Relationship atau yang
sering disebut sebagai hubungan beracun didefinisikan sebagai sebuah hubungan dengan
berbagai bentuk namun keseluruhan bentuk tersebut ditandai dengan adanya perbedaan,
situasi non-egaliter dimana salah satu dari orang yang terikat pada hubungan tersebut
sangat bergantung pada yang lain sehingga memicu mekanisme dominasi.
Sedangkan Riani dalam bukunya yang berjudul Stop Toxic Relationship
menyebutkan bahwa Toxic Relationship merupakan hubungan yang tidak sehat dan
membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik maupun mental seseorang yang berada
pada hubungan tersebut. Hubungan ini dapat terjadi tidak hanya dengan pasangan,
namun juga dapat terjadi juga dengan teman atau bahkan keluarga. Toxic Relationship
ini dapat dialami oleh siapa saja, namun lebih banyak terjadi pada remaja yang menjalin
hubungan pacaran (Riani, 2021:2). Pengalaman masa lalu yang buruk seperti
perundungan dan latar belakang seseorang yang dibesarkan dengan minim kasih sayang
dapat menjadi penyebab seseorang melakukan toxic relationship terhadap teman,
pasangan maupun anggota keluarganya.
Mengutip dari pemikiran J.A. Mc Gruder (2018) dalam bukunya yang berjudul
Cutting Your Losses from A Bad or Toxic Relationship, Toxic Relationship diartikan
sebagai sebuah kondisi dimana terdapat hubungan yang ditandai dengan adanya perilaku
secara emosional yang dilampiaskan kepada seseorang, bahkan dapat melukai fisik
pasangannya. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai indikasi sebuah hubungan
yang mengarah ke toxic yaitu kurangnya rasa percaya pada pasangan, adanya perasaan
emosi dan agresif, adanya manipulasi diri, berbohong pada pasangan, dan melakukan
kekerasan untuk mengikat pasangan tersebut agar selalu bersamanya.
Menurut Riani tanda-tanda yang dapat ditemui dalam hubungan toxic relationship
(2021:6-9) yaitu selalu dikontrol oleh pasangan, sulit untuk menjadi diri sendiri, tidak
mendapat dukungan, selalu dicurigai dan dikekang, sering dibohongi, menerima
Kekerasan Fisik.

6
Menurut psikolog klinis Thomas L. Cory, Ph.D. dalam Riani (2021:11-18), pelaku
toxic relationship dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu:
 Deprecator-Belinttler (Meremehkan), pelaku cenderung meremehkan.
 Bad Temper (Temperamen), pelaku ingin mengontrol, pemarah, gampang
kehilangan kesabaran dan hobi menyalahkan.
 The Guilt-Inducer (Menciptakan Rasa Bersalah), pelaku gemar mengintimidasi dan
mendoktrin agar seseorang merasa bersalah setiap kali melakukan hal yang tidak
disukainya.
 The Overreactor/Deflector (Reaktif), pelaku bersikap berlebihan dan membuat
seseorang haru terus menjaga perasaannya demi mempertahankan hubungan.
 The Over-Dependent Partner (Bergantung Penuh), pelaku sangat pasif dan
bergantung pada seseorang dalam membuat keputusan. Hal ini membuat seseorang
harus bertanggung jawab atas hasil keputusan tersebut.
 The Independent Toxic Controller (Pengatur), pelaku mengatur hubungan namun
tidak menepati komitmen. Ia akan melarang seseorang untuk membuat rencana
sendiri.
 The User (Pengambil keuntungan), pelaku harus mendapatkan semua yang
diinginkannya dan harus menguntungkannya.
 The Possessive Toxic Controller (Paranoid), pelaku akan cemburu berlebih,
curigaan dan mengontrol bahkan berusaha memutus hubungan seseorang dengan
lingkaran pertemanan bahkan keluarganya.
Berdasarkan pengertian dan tanda-tanda toxic relationship menurut Solferino,
Tessitore, J.A. Mc Gruder dan Riani maka dapat disimpulkan bahwa tanda terjadinya
toxic relationship yaitu: adanya kekerasan, adanya ketidak jujuran, adanya sikap posesif
dan cemburu berlebih, adanya sikap manipulatif, tidak adanya bentuk dukungan, adanya
perasaan emosi dan agresif, serta sulit menjadi diri sendiri.
Dengan adanya hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa toxic
relationship adalah hubungan yang tidak sehat, dan dikendalikan oleh emosi negatif
serta dapat menjadi penyebab seseorang yang saling terikat dalam sebuah hubungan
saling menyakiti satu sama lain. Hubungan toxic sangat berbahaya dan dapat
memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan, karena orang yang mengalaminya
akan tertekan dan tidak bahagia sehingga seseorang yang terjebak dalam hubungan ini
tidak dapat menjalani kehidupan yang produktif, sehat, dan bahagia.
Semiotika Ferdinand De Saussure
Alex sobur menjelaskan bahwa istilah semiotika secara etimologis berasal dari
bahasa yunani “Semeion” yang berarti tanda. Tanda disini memiliki definisi sebagai
sesuatu yang dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain dengan dasar konvensi sosial
yang telah terbangun dan disepakati sebelumnya. Pada awal mulanya sebuah tanda dapat
dimaknai sebagai suatu hal yang merujuk pada adanya hal lain. Contohnya seperti semut
menandai adanya gula, asap menandai adanya api, dan sirene mobil yang meraung-raung
menandai adanya kebakaran di suatu tempat (Wibowo, 2013:7).
7
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai suatu tanda. Untuk itu semiotika dipakai sebagai pendekatan dalam
menganalisis media dengan pandangan bahwa media itu sendiri dikomunikasikan
menggunakan seperangkat tanda. Teks media yang terdiri dari seperangkat tanda tidak
akan pernah memuat makna tunggal. Kenyataannya teks media memiliki ideologi atau
kepentingan tertentu serta mempunyai ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda
tersebut (Wibowo, 2013:11).
Ferdinand De Saussure berpendapat bahwa tanda terdiri dari signifier atau
penanda yang terdiri dari bunyi-bunyian serta gambar, dan signified yang merupakan
sebuah konsep dari bunyi-bunyian serta gambar. Seseorang ketika melakukan
komunikasi dengan orang lain akan cenderung menggunakan tanda untuk mengirimkan
sebuah makna mengenai objek dan orang lain tersebut akan menginterpretasikan tanda
tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent” dan merupakan unsur tambahan dalam
proses penandaan (Sobur, 2006).

Sign

Composed of

Signifier Signification Referent


Signified (external reality)

Sumber: McQuail, 2000

Gambar 1. Model Semiotika Ferdinand De Saussure


Sumber: Slideplayer.info
Dikutip dari buku Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing karya Alex Sobur (2018), semiotika menurut
Saussure mempelajari mengenai tanda-tanda yang muncul ditengah-tengah masyarakat
dan menunjukkan bagaimana tanda-tanda tersebut dapat terbentuk. Model semiotika dari
Ferdinand De Saussure merupakan model semiotika yang menganalisis mengenai
penanda (signifer) dan petanda (signified). Signifier sendiri adalah bunyi yang memiliki
makna atau coretan yang bermakna (aspek material), yaitu apa yang diucapkan dan apa
yang ditulis ataupun dibaca, sedangkan signified merupakan gambaran mental, yaitu ide
pikiran atau konsep dari sisi aspek mental dari bahasa. Hubungan antara keberadaan
fisik, tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification. Dengan kata lain,
signification adalah upaya untuk memahami dunia (Fiske, 1990: 44) dalam (Sobur,

8
2018). Saussure memiliki pandangan bahwa tingkah laku dan perbuatan manusia dapat
berfungsi sebagai tanda dan membawa makna.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan analisis semiotika komunikasi. Penelitian ini memiliki tujuan
untuk menggambarkan dan menjelaskan penguraian tanda-tanda yang merepresentasikan
toxic relationship yang terdapat di dalam film. Untuk mencapai maksud pesan
digunakan analisis semiotika. Analisis Semiotika merupakan studi yang mempelajari
tentang tanda dan semua hal yang berkaitan dengannya, cara berfungsinya, serta
hubungannya dengan berbagai tanda lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan semiotika dengan model Ferdinand De Saussure. Objek penelitian pada
penelitian ini adalah film Story of Kale: When Someone’s in Love karya Angga Dwimas
Sasongko. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu Data
Primer dan Data Sekunder. Data primer yang digunakan adalah setiap adegan atau scene
yang tedapat dalam film. Sedangkan data Sekunder yang digunakan meliputi buku-buku
komunikasi, jurnal tentang film dan semiotika, artikel mengenai toxic relationship.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi.
Dalam penelitian ini digunakan data dokumentasi berupa scene-scene dalam film Story
of Kale: When Someone’s in Love. Proses penulis dalam mengumpulkan data dimulai
dengan menonton film Story of Kale: When Someone’s in Love dan mencatat setiap
scene lalu memilih sembilan scene yang mengandung tanda-tanda toxic relationship.
Setelah itu menganalisa per-scene yang menggunakan semiotika Ferdinand De Saussure
dengan membagi tanda menjadi 2 bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda
(signified). Kemudian memaknai arti dari tanda-tanda toxic relationship yang
digunakan untuk mewakili pesan dalam film. Lalu membuat rancangan hasil temuan
setelah itu menarik kesimpulan sebagai hasil dari analisis tanda-tanda toxic relationship
dalam film Story of Kale: When Someone’s in Love. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara terus menerus selama proses pengamatan berlangsung. Kesimpulan tersebut akan
diverifikasi dan diuji validitasnya menggunakan triangulasi data/sumber. Hal ini
dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai sumber data yang ada dan
menggali beberapa sumber data yang berbeda. Penulis melakukan pengecekan terhadap
beberapa sumber, seperti buku, jurnal, dan juga internet yang memuat toxic relationship.
Melalui teknik triangulasi ini diharapkan adanya kesamaan pemaknaan yang diperoleh
oleh penulis dan juga untuk meminimalisir angka subjektifitas.

Pembahasan
Penulis menganalisis data menggunakan metode analisis semiotika untuk
mengetahui tanda yang merepresentasikan toxic relationship dalam film Story of Kale:

9
When Someone’s in Love. Data tersebut berupa dialog dan adegan yang terdapat pada
film ini. Analisis dilakukan pada scene yang terpilih sebagai objek penelitian
berdasarkan tanda-tanda toxic relationship yang diungkapkan oleh Solferino, Tessitore,
J.A. Mc Gruder dan Riani yaitu adanya kekerasan, adanya ketidak jujuran, adanya sikap
posesif dan cemburu berlebih, adanya sikap manipulatif, tidak adanya bentuk dukungan,
adanya perasaan emosi dan agresif dan sulit menjadi diri sendiri. Adegan maupun dialog
yang terpilih di dalam scene akan dianalisis menggunakan semiotika Ferdinand de
Saussure.
Adapun representasi toxic relationship terlihat dalam sembilan scene di bawah ini:
1. Scene 2 dengan time code 00:02:15 – 00:02:36
Penanda (signifier)
Visual Dialog
Argo: “Kamu kalo gamau bilang
dong!”

Dinda: “Bukan gamau go, tapi aku


gabisa”
Argo: “Kalo gabisa kan bisa
ngomong!”
Deskripsi:
Dinda: “Aku udah ngomong dua kali,
Terdapat seorang laki-laki dan
tapi kamunya aja yang gak nyimak”
perempuan yang sedang berjalan sambil
berdebat dari arah tangga. Laki-laki itu Argo: “Ya kasih tau lagi dong, masa
terlihat berbicara dengan penuh emosi gara-gara aku gak nyimak kamu gak
kemarahan dan dengan nada membentak bilang gitu aja!!!”
kepada perempuan itu, bahkan ia menarik
lengan perempuan itu dengan kasar hingga
Data Teknis:
membuat perempuan itu meringis kesakitan
Ukuran pengambilan gambar: Mid Shot
dan memegangi lengannya yang terasa
(MS)
sakit.
Angle pengambilan gambar: Eye Level

Petanda (signified)
Argo memarahi Dinda hingga menarik lengan Dinda dengan kasar karena ia
merasa tidak terima dengan Dinda yang tidak dapat ikut pergi dengannya.
Sebenarnya Dinda sudah memberitahunya bahwa ia tidak dapat ikut, namun Argo
tidak merasa bahwa Dinda sudah memberitahunya. Ketika Dinda mencoba untuk
membela diri, Argo tidak terima dan tetap menyalahkan Dinda, ia memberi alasan
bahwa jika ia tidak menyimak percakapan mereka maka Dinda harus
memberitahunya lagi. Terdapat tanda-tanda toxic relationship berupa perasaan emosi
dan agresif, kekerasan dan manipulatif pada gambar serta dialog tersebut. Tanda
emosi dan agresif terlihat dari ekspresi Argo yang menunjukkan kemarahannya,
10
bentakannya serta nada bicara yang tinggi kepada Dinda ketika ia mengetahui bahwa
Dinda tidak dapat pergi dengannya. Tanda kekerasan fisik di sini dapat dilihat dari
perilaku menyerang sepenggal yang dilakukan oleh Argo terhadap lengan Dinda
hingga mengakibatkan Dinda meringis kesakitan. Sedangkan tanda manipulatif dapat
dilihat pada Argo yang tetap mencari alasan agar Dinda mau ikut pergi dengannya.
Padahal sebelum itu Dinda telah mengatakan kepadanya bahwa ia tidak dapat
mengikutinya pergi namun Argo enggan menyimak perkataan Dinda. Orang yang
manipulatif sering kali membuat banyak alasan untuk menyalahkan dan membuat
orang lain merasa bersalah. Scene ini menggunakan sudut pengambilan gambar eye
level untuk menyampaikan kesan realistis seperti sudut pandang manusia pada
umumnya dan ukuran pengambilan gambar mid shot untuk memperlihatkan
informasi mengenai Argo dan Dinda yang sedang melakukan perdebatan.

2. Scene 3 dengan time code 00:03:37 – 00:05:10


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Argo: “Sama temen-temen kamu bisa
gaenakan, sama keluarga aku kamu
seenaknya, Yangti itu cuman mau
ketemu kamu Din, yang katanya calon
istri cucu kesayangannya, mumpung
itu ikut balik ke Kudus sebentar apa
susahnya sih?”
Deskripsi:
Terdapat seorang laki-laki dan Dinda: “Kan aku udah bilang aku
perempuan dalam adegan ini. Sang laki- gabisa, aku bilang ampe dua kali.
laki terlihat sedang berbicara dengan Terus kamu bilang kita cari hari lain”
diliputi rasa emosi, ia pun tak segan untuk Argo: “Mana? Aku gak pernah
mencengkeram pipi perempuannya dengan ngomong kaya gitu”
kuat. Sedangkan sang perempuan dengan
ekspresi mengerutkan ke dua alisnya Dinda: “Kamu ngomong kaya gitu”
menahan tangis dan rasa sakit pada pipinya Argo “Kalo aku ngomong kaya gitu
terlihat tak berdaya dan pasrah menerima gak mungkin aku janjian ketemu kamu
perlakuan yang dilakukan oleh laki-laki itu hari ini. Dia itu nenek-nekek usia 75
terhadapnya. tahun, capek-capek ke pasar masak
buat siapa? ya buat kamu goblok!!!”

Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar: Medium
Close Up (MCU)
Angle pengambilan gambar: Eye Level

11
Argo: “Gausah nangis, gausah nangis,
kamu salah. Ey kamu tuh salah gausah
nangis!”

Argo: “Bisa diem gak?”

Deskripsi: Data Teknis:


Terdapat dua orang dalam adegan ini. Ukuran pengambilan gambar: Full
Sang laki-laki yang terlihat begitu emosi Shot (FS)
menyingsingkan lengan bajunya dan tiba- Angle pengambilan gambar: Eye Level
tiba mengangkat kursi yang tengah ia
duduki sebelumnya. Laki-laki itu ingin
menghantamkan kursi tersebut pada
perempuan dalam adegan itu. Sedangkan
sang perempuan sendiri tidak dapat
melawan apa yang akan laki-laki itu
lakukan terhadapnya, dengan ekspresi
ketakuan ia menangis sambil menutup
matanya dan bersiap menerima hantaman
kursi yang dilayangkan oleh laki-laki itu.

Petanda (signified)
Argo marah kepada Dinda karena ia tidak dapat pergi bersamanya menemui
Yangti Argo yang berada di Kudus. Argo sangat marah hingga melakukan kekerasan
kepada Dinda. Dinda berusaha membela diri dan menjelaskan dengan sabar kepada
Argo, namun Argo tidak mau menerima penjelasan Dinda dan tetap menyalahkan
Dinda. Terdapat tanda-tanda toxic relationship berupa kekerasan, sikap manipulatif,
serta perasaan emosi dan agresif dalam gambar dan dialog di atas. Pada scene 3
ditemukan tanda-tanda toxic relationship berupa kekerasan, sikap manipulatif, serta
perasaan emosi dan agresif. Tanda emosi dan agresif terlihat dari ekspresi Argo yang
menunjukkan kemarahannya, bentakannya serta nada bicara yang tinggi kepada
Dinda ketika Dinda tidak dapat ikut dengannya untuk pergi ke Kudus menemui
Yangtinya.
Selain itu terdapat tanda toxic relationshipm berupa kekerasan pada gambar 1 dan 2
yang merupakan jenis kekerasan fisik dan juga kekerasan psikis. Kekerasan fisik
terlihat dari perilaku Argo yang mencengkeram pipi Dinda dengan sangat kuat
hingga Dinda merasakan sakit di pipinya. Kekerasan psikis terlihat dari dialog Argo
yang mengatai Dinda dengan sebutan goblok serta tindakan Argo yang akan
menghantam Dinda dengan Kursi. Tak hanya itu terdapat juga sikap manipulatif, hal
ini terlihat ketika Argo mencoba membuat banyak alasan untuk menyalahkan dan
membuat Dinda merasa bersalah dengan keputusannya yang tidak dapat ikut pergi

12
dengan Argo.
Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar Medium Close Up (MCU) pada
gambar 1 untuk memperlihatkan emosi yang terdapat pada wajah Dinda. Sedangkan
pada gambar 2 menggunakan Full Shot (FS) untuk menampilkan objek beserta
lingkungannya. Dengan begitu terlihat aktifitas dan interaksi antara Dinda dan Argo.
Sudut pengambilan gambar pada scene ini menggunakan eye level untuk
menyampaikan kesan realistis seperti sudut pandang manusia pada umumnya.

3. Scene 8 dengan time code 00:07:14 – 00:08:58


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Argo: “Kalo kamu mau hubungan
ini tetep ada, sekarang juga kamu
keluar dari kerjaan kamu. Aku gak
pernah suka sama teman-teman
kamu”

Dinda: “Kok jadi kesitu sih go?”

Deskripsi: Argo: “Ya kenapa? Kenapa


Terlihat latar tempat berada di atap emangnya? Aku gak pernah suka”
gedung yang sepi. Terlihat seorang laki-laki
yang sedang mengunci dan memojokkan
perempuannya ke sebuah tembok. Ia lalu
kembali memaki-maki perempuannya sambil
mencengkeram kedua lengan perempuan
tersebut. Sang perempuan dengan ekspresi
ketakukan berusaha mengatupkan tubuhnya
dengan mengangkat pundak hingga mendekati Data Teknis:
telinga, ia tidak melakukan perlawanan kepada Ukuran pengambilan gambar: Mid
apa yang telah dilakukan oleh laki-laki Shot (MS)
tersebut. Ia menerima semua perlakuan sang Angle pengambilan gambar: Eye
laki-laki dan berusaha menahan tangis. Level

13
Argo: “Rencana hari ini rusak
karena apa? Karena kerjaan kamu
yang gaada gunanya itu goblok!”

Dinda: “Kamu gak bisa dong


nyuruh aku berhenti dari kerjaan ini,
aku suka, aku suka banget sama
kerjaan ini, dan masalah kita gaada
Deskripsi:
hubungannya sama teman-teman
Terlihat seorang laki-laki memaksa sang
aku kan?”
perempuan untuk memperhatikan ucapannya
dengan cara memegang ke dua pipi Argo: “Ya bodo amat, bodo amat!”
perempuannya hingga sang perempuan tak
dapat menggerakkan kepalanya untuk
Data Teknis:
menghindar dari wajah laki-laki itu. Dengan
Ukuran pengambilan gambar:
tatapan dan sorot mata yang terus menerus
Medium Close Up (MCU)
menatap sang perempuan dengan tatapan yang
Angle pengambilan gambar: Eye
begitu dingin sang laki-laki kembali
Level
melontarkan kata-kata kepada perempuannya
dengan nada tinggi dan penuh emosi
kemarahan yang membara.

Petanda (signified)
Argo dengan penuh emosi kemarahan mengancam Dinda dan meminta Dinda
untuk meninggalkan pekerjaannya karena menurutnya pekerjaan Dinda tidak ada
gunanya. Jika Dinda tidak ingin keluar dari pekerjaannya maka hubungan mereka
akan berakhir. Terdapat tanda-tanda toxic relationship berupa kekerasan, sikap
manipulatif, tidak adanya bentuk dukungan, serta perasaan emosi dan agresif pada
scene 8 ini. Tanda emosi dan agresif terlihat dari nada bicara Argo yang tinggi dan
memaki, serta sorot mata Argo yang terus menerus menatap Dinda dengan tatapan
dingin. Kontak mata yang diberikan terus menerus dapat menyebabkan seseorang
merasa terancam (Trifiana, Dec 9, 2020). Sedangkan tatapan mata yang dingin
menunjukkan kepribadian yang emosional dan mudah marah (Zahra, Dec 26, 2017).
Tanda berupa kekerasan terlihat pada gambar 1 dan 2, kekerasan fisik terlihat dari
perilaku Argo mengunci dan memojokkan tubuh Dinda ke tembok sambil
mencengkeram lengan Dinda serta ketika Argo memaksa Dinda untuk
memperhatikannya dengan memegang ke dua pipi Dinda. Sedangkan kekerasan
psikis terlihat ketika Argo mengatai Dinda dengan kata goblok dan kata-kata
ancaman. Ia mengancam Dinda jika ingin hubungan mereka tetap ada maka Dinda
harus keluar dari pekerjaannya, jika tidak maka hubungan mereka akan berakhir.
Tanda tidak adanya bentuk dukungan terlihat ketika Argo menyuruh Dinda untuk
keluar dari pekerjaannya sebagai manajer Band Arah. Padahal Dinda sangat
menyukai pekerjaannya itu. Kemudian adanya sikap manipulatif terlihat ketika Argo
14
menyalahkan Dinda karena rencana mereka rusak. Orang manipulatif akan
menyalahkan korban ketika ada sesuatu yang terjadi (Nareza, Jan 23, 2021). Teknik
pengambilan gambar Mid Shot (MS) pada gambar 1 memperlihatkan Dinda yang
sedang dipojokkan Argo ke tembok, sedangkan Medium Close Up (MCU) pada
gambar 2 memperlihatkan Argo sedang memegang ke dua pipi Dinda hingga ia tidak
dapat menggerakkan kepalanya. Teknik pengambilan gambar ini memperlihatkan
emosi yang sedang dirasakan Argo, disitu terlihat tatapan mata dingin Argo yang
menunjukkan emosi kemarahan. Pada gambar 1 dan 2 menggunakan sudut
pengambilan gambar eye level untuk menyampaikan kesan realistis seperti sudut
pandang manusia pada umumnya.

4. Scene 11 dengan time code 00:13:17 – 00:18:47


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Dinda: “Ini memang hubungan
dua orang le, tapi aku kapan
punya keputusan sendiri?”

Deskripsi:
Terdapat tokoh laki-laki dan perempuan
dalam adegan ini. Mereka sedang berhadap-
hadapan dan terlihat membicarakan sesuatu. Sang
perempuan dengan raut muka kesal bercampur Data Teknis:
lelah mencoba untuk berbicara dari hati ke hati Ukuran pengambilan gambar:
kepada laki-lakinya untuk memohon sebuah Over Shoulder Shot (OSS/OTS)
pengertian. Namun sang laki-laki beberapa kali Angle pengambilan gambar: Eye
memotong pembicaraan perempuan itu dan tidak Level
terima dengan apa yang dikatakannya.

15
Kale: “Din, kamu inget gimana
susahnya kita mulai hubungan
ini?”

Kale: “Aku yang dijauhi teman-


teman aku, keluar dari band.
Kamu yang diteror Argo
berbulan-bulan, semua kita
Deskripsi:
terima karena kita memang
Terlihat dua orang berada dalam sebuah
pengen ada di sini”
ruangan. Sang laki-laki yang memakai kacamata
terus berbicara kepada sang perempuan. Ia
berbicara dengan memberikan tatapan penuh
kepada perempuan itu, tak lupa ia menaruh Data Teknis:
tangannya pada sang perempuan. Sang Ukuran pengambilan gambar:
perempuan pun terlihat menunduk dan enggan Mid Shot (MS)
menatap sang laki-laki ketika sedang Angle pengambilan gambar: Eye
mendengarkan perkataan laki-laki itu. Level
Dinda: “Enam bulan terakhir aku
punya hubungan lain, aku
selingkuh dari kamu, dan aku
ngelakuin ini semua dengan
sadar”

Deskripsi:
Terlihat dua orang sedang berbicara secara Data Teknis:
serius. Sang perempuan terlihat mengerutkan Ukuran pengambilan gambar:
dahinya hingga kedua alisnya terangkat. Ia Over Shoulder Shot (OSS/OTS)
Angle pengambilan gambar: Eye
berbicara dengan ekspresi sedih dan bersalah.
Sang laki-laki terlihat mendengarkan dengan Level
seksama apa yang perempuannya katakan.

Petanda (signified)
Kale memegang kendali atas diri Dinda hingga Dinda tidak dapat mengambil
keputusannya sendiri. Hal ini membuat Dinda merasa tidak nyaman sehingga ia
berusaha mencari kenyamanan dengan cara membuka hubungan baru dengan orang
lain dan mengakhiri hubungannya dengan Kale. Namun ketika Dinda ingin
mengakhiri hubungan mereka, Kale berusaha menahan dengan alasan-alasan yang
membuat Dinda merasa bersalah. Terdapat tanda-tanda toxic relationship berupa
sulit menjadi diri sendiri, adanya sikap manipulatif dan adanya ketidak jujuran.
Tanda sulit menjadi diri sendiri terlihat dari dialog Dinda yang mempertanyakan
kapan ia dapat mempunyai keputusannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa

16
selama ini Kale selalu berada di balik setiap keputusan yang ia ambil hingga ia tidak
dapat menjadi dirinya sendiri. Tanda sikap manipulatif terlihat ketika Kale
mengatakan beberapa alasan agar Dinda tidak pergi, Kale mengungkit ketika ia
keluar dari band dan terlihat ingin menyalahkan Dinda. Tak hanya itu tanda adanya
ketidak jujuran terlihat ketika Dinda tidak jujur dengan Kale bahwa ia telah
berselingkuh dari Kale. Namun pada akhirnya setelah enam bulan berlalu Dinda
mengatakan kebohongan yang ia sembunyikan dari Kale. Ketika ia mengungkapkan
kebohongannya, ia mengerutkan dahi yang menunjukkan kesedihan dan penyesalan
atas apa yang telah ia perbuat. Kening berkerut menandakan seseorang berada pada
situasi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan keresahan dan kesedihan
(Navaro & Karlina, 2014:287). Teknik pengambilan gambar Over Shoulder Shot
(OSS/OTS) pada gambar 1 dan gambar 3 berhasil memperlihatkan emosi kesal serta
lelah yang terdapat pada wajah Dinda ketika berbicara pada Kale serta emosi sedih
dan penyesalan pada wajah Dinda ketika mengungkapkan ketidak jujuran yang
selama ini ia sembunyikan dari Kale. Selanjutnya Mid Shot (MS) pada gambar 2
menampilkan informasi mengenai interaksi pada Dinda dan Kale. Sudut
pengambilan gambar eye level pada gambar 1, 2 dan 3 menyampaikan kesan realistis
seperti sudut pandang manusia pada umumnya.
5. Scene 14 dengan time code 00:19:46 – 00:27:30
Penanda (signifier)
Visual Dialog
Kale: “Chating sama siapa sih?
Sibuk banget?”

Dinda: “Kepo ah”

Deskripsi:
Terlihat seorang perempuan dan laki-laki
Data Teknis:
sedang berada di sebuah ruangan studio musik.
Ukuran pengambilan gambar:
Disitu terdapat microfon dan gitar. Perempuan
Over Shoulder Shot (OSS/OTS)
yang mengenakan baju putih itu terlihat
Angle pengambilan gambar: Eye
memegang handphone. Ia fokus menatap layar
Level
handphone itu dan menampilkan ekspresi
gembira ketika melihat sesuatu dilayar
handphone miliknya.

17
Dinda: “Ini kita gak nyampe
malem kan yah? Nina ulang
tahun soalnya”

Kale: “Kamu mau pergi?”


Dinda: “Rencananya sih gitu”
Kale: “Ini Ninanya Argo?”
Deskripsi: Dinda: (menganggukkan kepala)
Terlihat seorang perempuan dan laki-laki Kale: “Ketemu Argo dong?”
sedang berada di sebuah ruangan studio musik.
Sang laki-laki memegang gitar dan di depannya Dinda: “Ya gimana, orang
terdapat piano. Sang laki-laki sedang berbicara adiknya. Tapi ini Nina Le, temen
kepada perempuannya dengan menampilkan aku dari kecil”
ekspresi memelas. Kale: “Paham sih, kamu pengen
jadi temen yang baik tapi kalo
dengan kesana kamu bisa ketemu
dia lagi, aku gak yakin itu
keputusan yang tepat deh”
Dinda: “Ya kalau memang ada
dia disana aku bisa kok
menghindar, ya tinggal gak usah
diladenin aja”

Kale: “Yakin bisa?

Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar:
Over Shoulder Shot (OSS/OTS)
Angle pengambilan gambar: Eye
Level
Kale: “Kamu sendiri yang
bilang, katanya Argo orangnya
manipulatif, susah payah kamu
mutusin dia, pergi kesana itu
bikin dia punya kesempatan buat
dia untuk follow kamu lagi”

Kale: “Sia-sia dong udah ngindar


Deskripsi: berbulan-bulan”
Terlihat seorang laki-laki sedang berada di

18
balik alat musik drum. Rahangnya mengeras
menahan amarah yang menggebu-gebu. Terlihat Data Teknis:
matanya melotot, lehernya menjadi tegak dan Ukuran pengambilan gambar:
kaku, bibirnya pun terkatup rapat. Laki-laki itu Mid Shot (MS)
melampiaskan amarahnya dengan memukul drum Angle pengambilan gambar: Eye
sekuat tenaga. Level
Kale: “Din, aku tu ninggalin
marco and the company tu buat
kamu, buat project ini. Aku
dimusuhin anak-anak tuh gara-
gara kamu, gara gara project ini.
Terus mereka sekarang udah jadi
opening exnya padi”

Deskripsi:
Terlihat laki-laki dan perempuan sedang
Data Teknis:
berada di dalam ruangan studi musik. Disitu
Ukuran pengambilan gambar:
terdapat drum, sound dan juga lampu. Sang laki- Mid Shot (MS)
laki duduk lebih rendah dari sang perempuan. Angle pengambilan gambar: Eye
Terlihat sang laki-laki sedang berbicara dengan Level
penuh penekanan kepada perempuan itu,
sedangkan sang perempuan menatap laki-laki itu
dan menampilkan ekspresi lelah seperti tak setuju
dengan apa yang dikatakan oleh laki-lakinya.

Dinda: “Yaudah aku mau jalanin


project ini, tapi kita bisa kan cari
hari lain? Aku gaenak banget
sama Nina, dia udah nelfon aku
sampai tiga kali”
Kale: “Ya kalau dia temen baik
kamu, dia pasti tau sebab kenapa
Deskripsi: kamu gamau dateng, atau jangan
Tampak seorang laki-laki dan perempuan jangan Argo yang buat ide kaya
duduk di balik piano. Terdapat mikrofon, gitar, gitu?”
sound di sekeliling mereka. Sang perempuan
memegang gitar dan terlihat sedang berbicara
dengan laki-lakinya. Sang laki-laki tidak mau Data Teknis:
menatap mata sang perempuan, ia menundukkan Ukuran pengambilan gambar:
kepala lalu menyatukan kedua tangannya. Dari Mid Shot (MS)
bahasa tubuhnya menunjukkan keengganan dan Angle pengambilan gambar: Eye
ia juga mengeluarkan ekspresi menuduh. Level

19
Kale: “Din, aku masih gak yakin
lho itu keputusan yang tepat buat
kamu. Ada argo disana. Lagian
kita malem ini kan udah janji
mau nyelesaian project bareng”
Dinda: “Terus gimana?”

Kale: “Gini deh kamu pilih aja.


Deskripsi: Kamu mau ngerjain project ini
Tampak seorang laki-laki dan perempuan bareng aku atau kamu mau ke
yang sedang melakukan pembicaraan di sebuah ulang tahunnya Nina?”
studio musik. Terdapat beberapa gitar, mikrofon
dan sound di belakang mereka. Disitu mereka Dinda: “Kok kamu kaya Argo
berdua terlihat sedang beradu pendapat. Sang sih sekarang?”
laki-laki berkacak pinggang dan menatap sang Kale: “Aku gak kaya Argo, aku
perempuan dengan ekspresi menuntut. Sang Cuma bantuin kamu untuk
perempuan terlihat memiringkan kepalanya dan nentuin pilihan. Kamu tinggal
kembali menatap mata laki-laki itu seperti lelah pilih”
dengan semua perkataannya.

Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar:
Knee Shot (KS)
Angle pengambilan gambar: Eye
Level

Petanda (signified)
Dinda mendapat pesan masuk di handphonenya namun ia tidak mau
memberitahu Kale dari siapa pesan itu datang, hal ini membuat kale curiga dan
membuat Kale tidak memperbolehkan Dinda pergi ke ulang tahun temannya karena
temannya adalah adik dari Argo. Kale menyuruh Dinda untuk memilih antara
mengerjakan project bersamanya atau pergi ke ulang tahun temannya. Terdapat
tanda-tanda toxic relationship berupa adanya ketidak jujuran, adanya sikap posesif
dan cemburu berlebih, adanya sikap manipulatif, adanya perasaan emosi dan agresif
dan sulit menjadi diri sendiri. Tanda adanya ketidak jujuran terlihat Dinda tidak mau
mengakui kepada Kale dari siapa dia mendapat pesan masuk dan terkesan
merahasiakan pesan masuk itu dari Kale. Tanda sikap posesif dan cemburu berlebih
terlihat pada dialog Kale yang melarang Dinda untuk pergi ke acara ulang tahunnya
Nina, ia khawatir Dinda akan bertemu dengan Argo di sana. Kale juga mencurigai
bahwa acara ulang tahun ini merupakan rencana yang sudah disiapkan oleh Argo
agar Argo dapat bertemu dengan Dinda. Selain itu Kale tidak mau Dinda bertemu
dengan Argo dan menyuruh Dinda untuk tetap tinggal di studio mengerjakan project

20
bersamanya. Tak hanya itu sikap manipulatif terlihat ketika Kale menyalahkan
Dinda karena ia dimusuhi oleh teman-temannya akibat project yang telah ia
rencanakan dengan Dinda. Tak lupa ia juga mengatakan bahwa ia rela meninggalkan
band lamanya yaitu marco and the company hanya untuk membuat project ini
bersama Dinda. Perkataan Kale ini tentu membuat Dinda merasa bersalah padahal
apa yang dilakukan oleh Kale merupakan kemauannya sendiri dan tak seharusnya ia
menyalahkan Dinda. Tanda adanya perasaan emosi dan agresif terlihat ketika Kale
tidak terima dengan perkataan Dinda yang pada akhirnya memutuskan untuk datang
ke acara ulang tahun Nina. Kale marah dengan apa yang Dinda pilih, hal ini terlihat
dari rahangnya yang mulai mengeras, matanya pun melotot, dan lehernya menjadi
tegak dan kaku serta bibirnya terkatup rapat. Tanda sulit menjadi diri sendiri terlihat
ketika Kale berkacak pinggang memaksa Dinda memilih salah satu dari pilihan yang
ia berikan. Ia beralasan ingin membantu Dinda untuk menentukan pilihannya. Gaya
berkacak pinggang yang dilakukan oleh Kale menunjukkan adanya sebuah bentuk
penguasaan untuk membangun dominasi (Navaro & Karlin, 2014:179). Teknik
pengambilan gambar Over Shoulder Shot (OSS/OTS) pada gambar 1 dan 2
memperlihatkan bahwa objek sedang berbincang, teknik ini berhasil memperlihatkan
ekspresi gembira Dinda yang tengah menerima pesan masuk di handphone miliknya
dan ekspresi memelas di wajah Kale yang sedang berdebat dengan Dinda. Teknik
pengambilan gambar dengan Mid Shot (MS) pada gambar 3, 4 dan 5 dan Knee Shot
(KS) pada gambar 6 menampilkan informasi mengenai interaksi pada Dinda dan
Kale. Sudut pengambilan gambar eye level pada gambar 1 hingga 6 menyampaikan
kesan realistis seperti sudut pandang manusia pada umumnya.

6. Scene 16 dengan time code 00:29:35 – 00:38:52


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Dinda: “Aku nemuin diri aku
yang lain Le, diri aku yang udah
aku cari dari lama tapi gapernah
benar-benar aku kenal. Aku
menemukan kebebasan yang aku
cari, tapi itu bukan sama kamu.
Dulu waktu pacaran sama kamu
aku kira akan dapat rasa nyaman,
Deskripsi:
aman, terlindungi, tapi itu semua
Terlihat seorang wanita dengan rambut
gak terjadi”
dikuncir sedang berbicara. Dalam
pembicaraannya is meurunkan satu alisnya dan
menampilkan ekspresi sedih. Dari sorot matanya
Data Teknis:
pun terlihat sebuah rasa tidak nyaman.
Ukuran pengambilan gambar:
Close-Up (CU)
21
Angle pengambilan gambar: Eye
Level

Petanda (signified)
Dinda dapat menemukan dirinya yang selama ini tidak pernah ia temukan
ketika masih menjalin hubungan dengan Kale. Dinda mendapatkan kenyamanannya,
rasa aman dan terlindungi ketika tidak bersama dengan Kale. Terdapat tanda-tanda
toxic relationship berupa sulit menjadi diri sendiri ketika Dinda masih menjalin
hubungan dengan Kale. Tanda sulit menjadi diri sendiri terlihat dari dialog Dinda
yang mengatakan bahwa ketika ia tidak bersama Kale, ia dapat menemukan dirinya
yang selama ini tidak pernah ia kenal sebelumnya. Ia juga mengatakan bahwa ketika
ia bersama Kale ia tidak mendapatkan sebuah kenyamanan, rasa aman dan juga rasa
terlindungi. Tanda sulit untuk menjadi diri sendiri disebabkan oleh sering adanya
kontrol oleh pasangannya, Sehingga ia harus selalu bersikap seperti apa yang
diinginkan oleh pasangannya. Bahkan untuk mengeluarkan pendapat pun perlu
berpikir berkali-kali karena takut pendapatnya salah di mata pasangannya (Riani,
2021:6). Teknik pengambilan gambar Close-Up (CU) berfungsi untuk lebih
memperlihatkan emosi pada subjek, dalam adegan ini berhasil terlihat ekspresi dan
mimik wajah Dinda yang tengah menampilkan kesedihan dan rasa tidak nyamannya.
Sedangkan sudut pengambilan gambar eye level menyampaikan kesan realistis
seperti sudut pandang manusia pada umumnya.

7. Scene 18 dengan time code 00:41:47 – 00:47:12


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Dinda: “Lagi mikirin apa sih?”

Kale: “Ya lagi mikir aja, apa


aku gausah aja ngambil tawaran
kamu untuk jadi edition of
playernya Arah”
Dinda: “Kenapa gitu?”

Deskripsi: Kale: “Ya biar aku gausah liat


Terlihat seorang laki-laki dan perempuan kamu perhatian sama orang
sedang berbincang di tempat parkiran mobil. lain”
Sambil berbincang sang laki-laki memegang
Dinda: “Emang ada yang beda?
rokoknya dan menatap perempuan itu dengan
kayanya dari dulu gini gini aja”
tatapan bertanya. Sang perempuan pun berkacak
pinggang dan menatap laki-laki itu dengan tatapan Kale: “Iya mungkin aku aja kali
bingung. ya yang ngeliatnya udah beda”

22
Dinda: “Ya kan aku manager
mereka, wajar gak sih kalo aku
perhatian sama mereka?”

Kale: “Apa iya semua manager


kaya kamu”

Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar:
Mid Shot (MS)
Angle pengambilan gambar:
Eye Level
Kale: “Iya aku cemburu, aku
cemburu kamu masuk terlalu
jauh dikehidupan orang lain.
Emang keliatannya egois sih,
tapi tiap kamu perhatian sama
orang lain aku jadi ngerasa gak
kebagian”
Deskripsi: Data Teknis:
Terlihat seorang laki-laki dan perempuan Ukuran pengambilan gambar:
sedang berbincang-bincang. Di belakang mereka Mid Shot (MS)
terdapat banyak mobil yang terparkir rapi. Laki- Angle pengambilan gambar:
laki itu memiringkan kepala dan menatap lurus Eye Level
mata sang perempuan. Sedangkan perempuan itu
juga menatap sang laki-laki dan menampilkan
ekspresi keheranan dan kebingungan.

Petanda (signified)
Kale mengungkapkan rasa ketidaksukaannya ketika melihat Dinda
memberikan perhatian kepada orang lain termasuk para personil band Arah yang di
manajeri oleh Dinda. Terdapat tanda-tanda toxic relationship berupa adanya sikap
posesif dan cemburu berlebih dalam scene ini. Tanda sikap posesif dan cemburu
berlebih terlihat dari dialog Kale yang mengatakan kepada Dinda bahwa ia merasa
tidak suka bila Dinda memberikan perhatian pada orang lain termasuk personil Band
Arah yang di manajeri oleh Dinda. Padahal memberikan perhatian pada personil
band Arah sudah menjadi tugas Dinda sebagai seorang manajer dan perhatian yang
Dinda berikan pada para personil Band Arah hanyalah sebatas profesionalitas kerja.
Teknik pengambilan gambar Mid Shot (MS) pada gambar 1 dan 2 menampilkan
informasi mengenai interaksi pada Dinda dan Kale. Sedangkan sudut pengambilan
gambar eye level menyampaikan kesan realistis seperti sudut pandang manusia pada

23
umumnya.

8. Scene 21 dengan time code 00:55:21 – 00:59:01


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Dinda: “Waktu aku pulang dari
Semarang, kamu ngomel-
ngomel gara-gara aku gak
bilang bakal nginep berapa
hari”

Kale: “Kan aku cuma ngomel,


kan kamu juga yang salah”
Deskripsi:
Terlihat dua orang laki-laki dan perempuan Dinda: “Iya aku salah dan kamu
berada didalam sebuah ruangan. Ada cahaya berhak ngomel kok, makanya
lampu kuning yang mengenai wajah sang waktu itu aku gak ngebela diri
perempuan. Mereka sedang berbicara, sang laki- kan. Cuma dengerin omelan
laki terlihat memperhatikan si perempuan dengan kamu aja ampe pagi. Cuma
seksama. Sedangkan si perempuan berbicara dan waktu itu aku udah capek aja
menampilkan ekspresi kecewa, matanya melihat ke harus terus-terusan laporan
bawah ia pun memalingkan muka dan enggan sama kamu, mana cemburu
menatap lawan bicaranya yaitu si laki-laki itu. kamu ke orang gak pernah
hilang lagi”

Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar:
Over Shoulder Shot (OSS/OTS)
Angle pengambilan gambar:
Eye Level

Petanda (signified)
Dinda merasa tidak nyaman karena dituntut oleh Kale untuk selalu melaporkan
apapun kegiatan yang tengah ia lakukan. Bahkan Kale pernah marah kepada Dinda
hanya karena ia tidak memberi kabar akan menginap berapa hari di Semarang.
Ketika Dinda mencoba untuk memberitahu Kale apa yang membuatnya tidak
nyaman, Kale malah menyalahkan Dinda. Hal ini menandakan adanya tanda-tanda
toxic relationship berupa adanya sikap posesif dan adanya sikap manipulatif dalam
scene di atas. Tanda sikap posesif terlihat dari dialog Dinda yang mengatakan bahwa
Kale memarahinya hanya karena ia tidak memberikan kabar kepada Kale. Seseorang
yang posesif selalu ingin tahu tentang segala kegiatan pasangannya dan akan marah

24
jika pasangannya tidak memberi taunya (Riani, 2021:8). Dalam scene ini Kale selalu
ingin tahu semua kegiatan Dinda dan akan marah jika Dinda tidak memberikan
kabar. Tanda sikap manipulatif terlihat ketika Kale merasa memiliki hak untuk
memarahi Dinda karena ia tidak memberikan kabar mengenai berapa hari ia akan
menginap di Semarang. Kale terus-terusan menyalahkan Dinda karena hal tersebut
dan membuat Dinda merasa bersalah. Teknik pengambilan gambar Over Shoulder
Shot (OSS/OTS) memperlihatkan bahwa objek sedang berbincang dan nampak
ekspresi kekecewan di wajah Dinda. Sedangkan sudut pengambilan gambar eye level
menyampaikan kesan realistis seperti sudut pandang manusia pada umumnya.

9. Scene 25 dengan time code 01:03:07 – 01:09:33


Penanda (signifier)
Visual Dialog
Kale: “Tadi gimana emang?
Ngapain aja?”

Dinda: “Ngapain aja? Aku kan


udah bilang dia Cuma pamit
doang, emang kamu pikir aku
ngapain?”

Deskripsi: Kale: “Gak percaya”


Terlihat laki-laki dan perempuan di dalam Dinda: “Gak percaya? terus
sebuah kamar. Terdapat kasur dengan seprai menurut kamu aku ngapain?
berantakan, meja rias dan barang-barang seperti emang aku serendah itu di mata
baju dan koper yang terbuka disudut ruangan. Sang kamu? kok kamu kaya gini sih,
laki-laki mencoba untuk menyingkap selimut yang cemburuan, curigaan”
menutupi kasur. Ia mencoba memeriksa apa yang
ada dibalik selimut tersebut. Gerak-geriknya Data Teknis:
menampilkan sebuah kecurigaan. Ukuran pengambilan gambar:
Full Shot (LS)
Angle pengambilan gambar:
Eye Level
Kale: “Dua minggu lalu kamu
jalan sama Nina, gak bilang
sama aku, sekarang Argo
dateng dari lift ke kamar ini!
Aaanjing!!”
Kale: “Kamu masih belum bisa
ngelupain Argo kan? Aku
Deskripsi: Cuma pengganti Argo kan”
Terlihat laki-laki dan perempuan di dalam

25
sebuah kamar. Terdapat kasur dengan seprai dan (membanting lampu)
bantal yang berantakan, meja rias dan barang-
Dinda: “Aku udah bilang aku
barang seperti baju dan koper yang terbuka disudut
udah gaada apa-apa sama
ruangan. Sang laki-laki dengan penuh emosi
Argo”
terlihat sedang berbicara kepada sang perempuan.
Sedangkan sang perempuan terlihat dengan raut Kale: “Terus kenapa dia di sini”
muka sedih dan kecewa mencoba untuk membela
diri.
Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar:
Knee Shot (KS)
Angle pengambilan gambar:
Eye Level
Kale: “Jujur!!, susah banget sih
disuruh jujur”

Data Teknis:
Ukuran pengambilan gambar:
Deskripsi:
Knee Shot (KS)
Terlihat laki-laki dan perempuan di dalam
Angle pengambilan gambar:
sebuah kamar. Terdapat kasur dengan seprei
Eye Level
berantakan, dua tas di kasur dan juga pecahan
lampu di lantai. Sang laki-laki dengan penuh emosi
berusaha melampiaskan emosinya dengan
memukul sang perempuan. Sedangkan sang
perempuan hanya diam di tempat dan terlihat
bersiap menerima pukulan dari laki-laki itu. Ia
memejamkan matanya ketakutan dan berusaha
melindungi diri dengan mengangkat kedua
tangannya untuk menutupi wajah.
Kale: “Maafin aku Din, maafin
aku. Aku sayang banget sama
kamu. Aku gamau kamu
disakitin sama Argo lagi
sumpah. Maafin aku, aku salah,
aku gak bisa ngontrol emosi
aku. Maafin aku, aku sayang
Deskripsi: banget sama kamu Din”
Terlihat laki-laki dan perempuan di dalam
sebuah kamar. Terdapat kasur dengan seprei
26
berantakan, meja rias dan barang-barang seperti Data Teknis:
baju dan koper yang terbuka disudut ruangan. Ukuran pengambilan gambar:
Terdapat juga pecahan lampu di lantai kamar itu. Full Shot (FS)
Sang laki-laki mencoba berlutut dan menangis Angle pengambilan gambar:
dipangkuan perempuan itu. Ia terus memeluk Eye Level
tubuh sang perempuan dengan menunjukkan
penyesalan atas apa yang telah ia lakukan. Sang
perempuan diam saja dan menampilan ekspresi
sedih dan menahan amarah.

Petanda (signified)
Kale sangat marah ketika melihat Argo datang menemui Dinda. Kale pun
menuduh Dinda melakukan suatu hal dengan Argo. Ia tidak mau mendengarkan
penjelasan Dinda bahwa Dinda tidak melakukan apa-apa dengan Argo. Hal ini
menandakan adanya tanda-tanda toxic relationship berupa adanya kekerasan, adanya
sikap posesif dan cemburu berlebih, dan adanya perasaan emosi dan agresif dalam
scene di atas. Tanda adanya kekerasan psikis terlihat dari dialog Kale yang mengatai
Dinda dengan sebutan binatang anjing. Sedangkan kekerasan fisik terlihat dari
perilaku Kale yang melampiaskan emosinya dengan mencoba untuk memukul
Dinda. Tanda adanya sikap posesif dan cemburu berlebih terlihat pada gambar 1
ketika Kale tidak ingin Dinda bertemu dengan Argo lagi, ketika Dinda bertemu
dengan Argo, Kale langsung menunjukkan kemarahannya. Di tengah kemarahannya
ia menuduh Dinda melakukan hal yang tidak-tidak dengan Argo. Sedangkan pada
gambar 2 terlihat dari dialog bahwa Kale kembali marah dengan mengungkit
kejadian dua minggu yang lalu ketika Dinda pergi dengan Nina namun tidak
memberi kabar kepadanya. Tanda adanya perasaan emosi dan agresif terlihat ketika
Kale membanting beberapa lampu yang berada di kamar Dinda hingga pecah. Selain
itu tanda ini juga terlihat dari ekspresi Kale yang menunjukkan kemarahannya,
bentakannya serta nada bicara yang tinggi kepada Dinda hingga kata-kata anjing
yang Kale tujukan pada Dinda. Teknik pengambilan gambar Full Shot (FS) pada
gambar 1 dan 4, memperlihatkan objek dan lingkungannya. Sedangkan teknik
pengambilan gambar Knee Shot (FS) pada gambar 2 dan 3 memiliki fungsi yang
hampir sama dengan Mid Shot (MS) yaitu untuk melihat objek secara jelas. Sudut
pengambilan gambar eye level digunakan pada gambar 1 hingga 4 untuk
menyampaikan kesan realistis seperti sudut pandang manusia pada umumnya.

Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pengamatan pada film Story of Kale: When
Someone’s in Love dengan menggunakan analisis semiotika Ferdinand De Saussure,
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Film Story of Kale: When Someone’s in Love yang tayang pada bioskop online dan
netflix ini bercerita mengenai bagaimana seseorang terjebak dan berusaha keluar
27
dari toxic relationship yang disampaikan melalui tindakan dan komunikasi yang
dilakukan oleh tokoh dalam film tersebut.
2. Berdasarkan hasil analisis menggunakan semiotika Ferdinand De Saussure, film
Story of Kale: When Someone’s in Love ini memiliki dua poin penting yang
merepresentasikan toxic relationship, yaitu:
a. Penanda (Signifier): Tanda-tanda toxic relationship dalam film ini
direpresentasikan melalui penanda atau Signifier. Signifier dapat dilihat pada
tindakan yang dilakukan oleh para tokohnya. Tindakan tersebut meliputi
memukul, mengatai orang lain dengan kata yang tidak baik, menyembunyikan
sesuatu atau kebohongan, selalu menyalahkan orang lain, menuntut untuk selalu
dikabari, mengatur pasangan dan sebagainya.
b. Petanda (Signified): Tanda-tanda toxic relationship dalam film ini juga
direpresentasikan melalui petanda atau Signified yaitu adanya kekerasan, adanya
ketidak jujuran, adanya sikap manipulatif, adanya sikap posesif dan cemburu
berlebih, tidak adanya bentuk dukungan, adanya perasaan emosi dan agresif
serta sulit menjadi diri sendiri.
3. Tanda-tanda toxic relationship yang muncul dalam film Story of Kale: When
Someone’s in Love ini adalah adanya kekerasan, adanya ketidak jujuran, adanya
sikap posesif dan cemburu berlebih, adanya sikap manipulatif, tidak adanya bentuk
dukungan, adanya perasaan emosi dan agresif serta sulit menjadi diri sendiri.

Daftar Pustaka
Alfathoni, M. A., & Manesah, D. (2020). Pengantar Teori Film. Yogyakarta:
Deepublish.
Alfiani, V. R. (2020). Upaya Relisiensi Pada Remaja dalam Mengatasi Toxic
Relationship yang Terjadi dalam Hubungan Pacaran. Skripsi, 1-69.
Alwasiah, A. C. (2011). Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Ardianto, E. (2014). Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Berger, A. A. (2014). Semiotics and Society. Journal Soc, 51, 22-26. DOI:
10.1007/s12115-013-9731-4.
Danesi, M. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, J. (2011). Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra.
Herdiansyah, H. (2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Ivanie, O. F. (2021). Analisis Semiotik Representasi Perlawanan Perempuan dalam
Video Klip “Latihi” karya Weird Genius. Skripsi: 1-86.
James, B. (2020). Pintar Membaca Bahasa Tubuh Orang Lain. Yogyakarta: Noktah.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI Daring. Retrieved from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/agresif
_____. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI Daring. Retrieved from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emosi
28
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Balai Diklat Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. (2021, Apr 13). Mengenali Sifat Posesif
dan Cara Menanganinya. Retrieved from:
http://bp2sdm.menlhk.go.id/bdlhkkupang/index.php/2021/04/13/mengenali-
sifat-posesif-dan-cara-menanganinya/
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. (2021, March 5). Siaran Pers
CATAHU 2020 Komnas Perempuan: Lembar Fakta dan Poin Kunsi (5 Maret
2021). Retrieved from Komnas perempuan:
https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/catahu-2020-komnas-
perempuan-lembar-fakta-dan-poin-kunci-5-maret-2021
Krisnawati, E. (2020, November 9). Review Film Story of Kale When Someone’s in
Love. Retrieved from: https://tirto.id/review-film-story-of-kale-when-someones-
in-love-f6nb
Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2017). Theories of Human
Communication. Waveland Press: Long Grove, IL.
McGruder, J.A. (2018). Cutting Your Losses from a Bad or Toxic Relationship.
Blomington: Xlibis.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2015). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nareza, D. (2021, January 23). Deteksi 7 ciri manipulasi dan ketahui cara
menghadapinya. Retrieved from: https://www.alodokter.com/deteksi-7-ciri-
manipulasi-dan-ketahui-cara-menghadapinya
Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
Navaro, J., & Karlins, M. (2014). Cara Cepat Membaca Bahsa Tubuh. Jakarta: PT.
Zaytuna Ufuk Abadi.
Pattiradjawane, C., Wijono, S., Jacob Daan Engel. (2019). Uncovering Violence
Occurring in Dating Relationsip: An Early Study of Forgiveness Approach.
Journal Psikodimensia. 18 (1).
Pratista, H. (2017). Memahami Film (edisi 2). Yogyakarta: Montase Press.
Putri, N. B., & Putri, K.Y.S. (2020). Representasi Toxic Relationship dalam Video Klip
Kard-You in Me. Jurnal SEMIOTIKA, 14 (1), 48-54.
Rahman, D.A. (2019). Bentuk Kekerasan Pada Perempuan dalam Berpacaran di film
Posesif (analisis semiotika charles sanders pierce). Skripsi, 1-111.
Rajaq, A., & Ispantoro. (2011). The Magic of Video Editing. Jakarta: Media Kita.
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi (Cetakan ke-28 edisi revisi). Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Riani. (2021). Stop Toxic Relationship. Gowa: Pustaka Taman Ilmu.
Sadewo, K., & Kusuma, R. S. (2020). Perlawanan Perempuan terhadap Kekerasan
dalam Berpacaran di Video Musik K-Pop. Jurnal Ilmu Komunikasi, 17 (1), 1-18.

29
Santi, Y. (2015). Peran Komunikasi Interpersonal dalam Menjaga Hubungan Yang
Harmonis Antara Metua dan Menantu Perempuan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 4(3), 466-472.
Setiawan, R., & Nurhidayah. S. (2008). Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks
Pranikah. Jurnal Soul, 1 (2), 63.
Sobur, A. (2018). Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Solferino, N., & Tessitore, E. (2019). Human networks and Toxic Relationship. MPRA
Paper No. 95756. DOI: 10.13140/RG.2.2.18615.68001.
Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sunarto. (2004). Pengantar Psikologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
Supintou, A. (2021, February 25). Daftar Nominasi Piala Maya 2020, Mayoritas
Tayang di Netflix.
Retrieved from: https://www.idntimes.com/hype/entertainment/dhiya-
aulia/daftar-nominasi-piala-maya-2020-mayoritas-tayang-di-netflix/23
Surachman, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah (edisi 7). Bandung: Tarsito.
Trifiana, A. (2020, December 09). Cara membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
Retrieved from: https://www.sehatq.com/artikel/cara-membaca-bahasa-tubuh-
dan-ekspresi-wajah
Vera, N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Wibowo, I. S. T. (2013). Semiotika komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan
Skripsi Komunikasi (edisi 2). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Yuniar, N. (2020, October 27). “Story of Kale” ditonton lebih dari 100.000 di Bioskop
Online.
Retrieved from: https://www.antaranews.com/berita/1806381/story-of-kale-
ditonton-lebih-dari-100000-di-bioskop-online#mobile-nav
Zahra, F. (2017, December 26). “Kepribadian Seseorang Bisa Terungkap dari
Tatapannya.
Retrieved from: https://www.liputan6.com/citizen6/read/3204329/kepriba
dian-seseorang-bisa-terungkap-dari-tatapannya

30

You might also like