40800-Article Text-177251-2-10-20220620 PDF
40800-Article Text-177251-2-10-20220620 PDF
40800-Article Text-177251-2-10-20220620 PDF
Kualitas Diet, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Remaja, Selama Masa Pandemi
Covid-19 di Kota Bogor
(Diet Quality, Physical Activity, and Nutritional Status of Adolescents During
the Covid-19 Pandemic in Bogor City)
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the relationship between diet quality and physical activity
with the nutritional status of adolescents during the pandemic. The study design was cross-sectional
on 100 students at SMA Negeri 5 Bogor. Data collection was conducted by semi-online. Diet quality
data was calculated from the 2x24 hour food recall which was converted using the c(DQI-A) wich had
been modified based on Balanced Nutrition Guidelines 2014. Physical activity data were obtained by
interviewing subjects using the International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF).
Nutritional status was determined using the BMI for age z-score indicator. Most of the subjects (60%)
were female with an average age of 16.8±0.6 years old. Overall nutritional status based on BMI for age
was normal with a percentage of 78%. The average DQI-A score of the subjects was 52.6%±12.1% which
classified as quite good. Physical activity was classified as low to moderate. There was no significant
relationship between diet quality and BMI for age (p>0.05). However, BMI for age had a significant
relationship with METs scores (p<0.05).
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas diet dan aktivitas fisik dengan
status gizi remaja selama masa pandemi. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan jumlah subjek
sebanyak 100 siswa di SMA Negeri 5 Bogor. Pengumpulan data dilakukan secara semi daring. Data
kualitas diet dihitung dari konversi food recall 2x24 jam menggunakan indeks Diet Quality Indeks for
Adolescents (DQI-A) yang dimodifikasi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang 2014. Data aktivitas
fisik didapatkan dengan wawancara subjek menggunakan International Physical Activity Questionnare
Short Form (IPAQ-SF). Status gizi ditentukan menggunakan indikator z-score IMT/U. Sebagian besar
subjek (60%) merupakan perempuan dengan rata-rata usia 16,8±0,6 tahun. Status gizi subjek berdasarkan
IMT/U secara keseluruhan tergolong normal dengan persentase 78%. Rata-rata skor DQI-A subjek yaitu
52,6%±12,1% yang tergolong cukup baik. Aktivitas fisik subjek tergolong rendah ke sedang. Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas diet dengan IMT/U (p>0,05). Namun, status gizi
IMT/U memiliki hubungan signifikan dengan skor METs (p<0,05).
Kata kunci: aktivitas fisik, DQI-A, kualitas diet, remaja, status gizi
*
Korespondensi:
dbriawan@gmail.com
Dodik Briawan
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 16680
PENDAHULUAN saat ini. Kota Bogor menjadi salah satu kota yang
memiliki kasus Covid-19 yang cukup tinggi.
Coronavirus disease 2019 (Covid-19) Kondisi ini menyebabkan adanya pembatasan
merupakan virus yang ditemukan pada Desember aktivitas masyarakat di luar rumah termasuk
2019 di China dan menyebar cepat secara luas kegiatan sekolah. Remaja menjadi kelompok yang
sehingga ditetapkan sebagai pandemi (WHO rentan mengalami masalah gizi dalam kondisi
2020). Langkah yang diambil pemerintah pandemi akibat adanya perubahan aktivitas dan
Indonesia dalam mengurangi penyebaran virus ini kualitas makan. Oleh karena itu, peneliti tertarik
yaitu dengan diberlakukannya social distancing untuk melihat kualitas diet dan aktivitas fisik
atau pembatasan aktivitas di luar rumah bagi selama masa pandemi dan hubungannya dengan
seluruh masyarakat di Indonesia, termasuk status gizi pada remaja.
aktivitas bagi remaja seperti pembelajaran di Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
sekolah. mengidentifikasi karakteristik subjek, 2)
Masa remaja merupakan masa transisi mengkaji status gizi remaja selama pandemi,
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. 3) menganalisis kualitas diet remaja selama
Masa remaja ditandai dengan laju pertumbuhan pandemi, 4) mengkaji gambaran aktivitas
dan perkembangan yang pesat. Kondisi tersebut fisik remaja selama pandemi, 5) menganalisis
menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan gizi hubungan kualitas diet dengan status gizi remaja,
pada remaja yang penting untuk diperhatikan. dan 6) menganalisis hubungan aktivitas fisik
Masa pandemi membawa banyak dengan status gizi remaja.
perubahan pada konsumsi makanan dan aktvitas
fisik yang dapat berdampak pada status gizi METODE
remaja. Pembatasan aktivitas dapat menjadi faktor
risiko untuk mengonsumsi makanan berkualitas Desain, tempat, dan waktu
buruk dan aktivitas fisik yang rendah (Ammar Desain penelitian yang digunakan yaitu
et al. 2020). Penelitian di Prancis menunjukkan cross-sectional. Lokasi penelitian dilakukan
sebagian besar populasi menunjukkan perilaku di SMA Negeri 5 Bogor. Pemilihan lokasi
gizi dan gaya hidup yang tidak sehat yaitu terjadi ditentukan secara purposive dengan pertimbangan
penurunan aktivitas fisik (53%), peningkatan kemudahan perizinan dan akses. Pengumpulan
waktu duduk (63%), peningkatan konsumsi data dilakukan pada Bulan Agustus sampai
camilan (21%), peningkatan konsumsi makanan September 2021. Pengolahan, analisis, dan
manis (22%), dan adanya kenaikan berat interpretasi data dilakukan pada Bulan November
badan rata-rata 1,8 kg untuk 35% responden sampai dengan Februari 2021.
(Deschasaux-Tanguy et al. 2021).
Potensi mengonsumsi makanan berkualitas Jumlah dan cara pengambilan subjek (survei)
buruk dan gaya hidup yang tidak aktif selama Penelitian ini menggunakan populasi target
pandemi tidak dapat dengan mudah dipulihkan. yaitu siswa di SMA Negeri 5 Bogor, dengan
Gizi yang tidak memadai (gizi kurang) pada kriteria inklusi yaitu, 1) laki-laki atau perempuan,
remaja dapat meningkatkan risiko kematian 2) berusia 16–18 tahun, 3) kondisi badan sehat,
akibat penyakit menular. Selain penyakit menular, 4) bersedia menjadi subjek penelitian hingga
penyakit tidak menular yang berkaitan dengan selesai. Kriteria eksklusi responden yaitu siswa
obesitas (gizi lebih) dapat meningkatkan beban yang sedang melakukan diet khusus. Jumlah
pada kesehatan masyarakat. Gizi dan gaya hidup subjek minimal berdasarkan perhitungan adalah
menjadi komponen inti dalam kondisi pandemi 100 orang. Teknik sampling yang digunakan
saat ini (Zemrani et al. 2021) pada penelitian yaitu convenience sampling.
Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi Convenience sampling adalah jenis pengambilan
gemuk, kurus, dan normal pada remaja di Kota sampel tidak acak di mana anggota populasi
Bogor berturut-turut adalah 12,43%; 5,58%; target yang dipilih sebagai sampel adalah mereka
dan 81,99%. Masih adanya masalah gizi pada yang memenuhi kriteria praktis tertentu seperti
remaja tersebut, menunjukkan masih perlunya kedekatan geografis, aksesibilitas yang mudah,
penanganan dan perhatian dalam bidang gizi ketersediaan pada waktu tertentu, atau kesediaan
untuk remaja terutama pada masa pandemi seperti untuk berpartisipasi
Jenis dan cara pengumpulan data (survei) pada penelitian kali ini disesuaikan dengan PGS
Data primer yang dikumpulkan meliputi untuk remaja usia 16–18 tahun. Hasil modifikasi
karakteristik subjek (jenis kelamin, usia, jumlah tersebut yaitu terdapat 6 bahan pangan yang
uang saku, alokasi uang saku pangan dan non dianjurkan untuk dikonsumsi antara lain sumber
pangan), aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur,
data antropometri (berat badan dan tinggi badan). buah, minyak. Porsi dari keenam bahan pangan
Pengambilan data dilakukan secara semi daring. tersebut kemudian disesuaikan juga dengan
Data karakteristik subjek didapatkan melalui porsi anjuran dari PGS. Sedangkan, untuk air
pengisian google form secara self administered dan makanan yang tidak dianjurkan tetap sesuai
oleh subjek. Konsumsi pangan subjek didapatkan dengan kuesioner asli pada penelitian Vyncke et
melalui food recall 2x24 jam yang nantinya al. (2013), yaitu 2 kelompok, snack dan permen
dikonversi menggunakan indeks Diet Quality dan minuman manis dan jus buah. Kategori
Index for Adolescent (DQI-A) untuk melihat skor aktivitas fisik IPAQ-SF antara lain yaitu rendah
kualitas diet. Aktivitas fisik dilakukan dengan (<600), sedang (600–2.999), tinggi (≥3.000)
wawancara subjek menggunakan kuesioner (Craig et al. 2003).
International Physical Activity Questionnaire Data karakteristik responden dianalisis
– Short Form (IPAQ-SF). Pengambilan data secara deskriptif. Uji hubungan dilakukan antara
konsumsi pangan dan aktivitas fisik dilakukan kualitas diet dan status gizi, aktivitas fisik dan
melalui aplikasi zoom meeting secara daring. status gizi menggunakan uji korelasi Spearman.
Data antropometri meliputi berat badan dan Uji beda dilakukan antara setiap komponen
tinggi badan diukur secara langsung di sekolah. kualitas diet (kualitas, keberagaman, kecukupan,
kelebihan, dan keseimbangan) berdasarkan hari
Pengolahan dan analisis data weekday dan weekend. Uji beda yang digunakan
Data yang telah diperoleh kemudian adalah uji Independent Sample T-test untuk data
dilakukan pengolahan menggunakan Microsoft kualitas diet yang menyebar normal dan uji Mann
Excel 2013 dan WHO AnthroPlus. Pengolahan Whitney untuk data yang tidak menyebar normal.
data selanjutnya diolah secara statistik
menggunakan Statistical Program for Social HASIL DAN PEMBAHASAN
Science (SPSS) for windows versi 20.0. Data
diolah melalui proses pengeditan (editing), Karakteristik subjek. Total seluruh subjek
pengkodean (coding), entry data, pengecekan pada penelitian kali ini berjumlah 100 siswa,
ulang (cleaning), dan analisis. Karakteristik dengan jumlah siswa laki-laki yaitu sebanyak 40
subjek terdiri dari jenis kelamin, usia, uang saku siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 60
perbulan, alokasi uang saku pangan, dan alokasi siswa. Sebanyak 57% subjek berusia 17 tahun.
uang saku non pangan. Jenis kelamin, yaitu Sebagian besar subjek merupakan siswa peminatan
laki-laki dan perempuan. Usia ditentukan oleh IPA (65%) dan berada dalam jenjang kelas 12
peneliti yaitu 16–18 tahun. Uang saku perbulan (80%). Rata-rata uang saku yang dialokasikan
dan alokasi uang saku dikategorikan berdasarkan subjek perbulannya yaitu Rp.612.850±438.557.
sebaran data. Status gizi dihitung berdasarkan Uang saku subjek dialokasikan untuk pemenuhan
hasil pengukuran antropometri yaitu berat kebutuhan subjek yaitu pengeluaran pangan dan
badan dan tinggi badan yang kemudian dihitung non pangan. Rata-rata alokasi uang saku untuk
menggunakan z-score indeks massa tubuh pangan yaitu Rp.281.050±245.016. Alokasi uang
menurut usia (IMT/U) menggunakan aplikasi saku pangan terbanyak yaitu sebesar Rp.200.000–
WHO AnthroPlus yang selanjutnya dikategorikan Rp.412.499 dengan persentase 35%. Uang saku
menurut Kemenkes (Permenkes 2020). pangan subjek memiliki rata-rata lebih rendah
Indeks yang digunakan untuk menilai dibandingkan uang saku non pangannya. Alokasi
kualitas diet pada remaja adalah Diet Quality uang saku non pangan pada subjek memiliki rata-
Index for Adolescent (DQI-A). Kualitas diet rata Rp.331.800±262.306.
dengan DQI-A pada penelitian ini dimodifikasi Status gizi. Sebanyak 78% subjek memiliki
menggunakan pedoman gizi seimbang status gizi yang tergolong baik. Status gizi lebih
(Permenkes 2014) pada kelompok pangan yang (overweight) dan obesitas juga didapati pada
dianjurkan dan porsinya. DQI-A hasil modifikasi penelitian kali ini dengan persentase masing-
masing 7% dan 10%. Prevalensi ini lebih tinggi penelitian Alfiah (2015). Kelompok pangan
jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas (2018) dengan nilai densitas tinggi yaitu minyak dan
di Kota Bogor yaitu sebesar 13,5%. Status gizi kelompok non-recommended food. Kelompok
remaja sendiri dapat dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang tergolong EDNP atau energy-dense,
pangan, aktivitas fisik, body image, jenis kelamin, nutrient-poor food antara lain lemak, pemanis,
usia, dan uang saku (Ruslie & Darmadi 2012). kue, makanan ringan da miscellaneou (Kant 2000).
Kualitas diet. Penilaian kualitas diet Komponen penilaian yang kedua yaitu
DQI-A terdiri atas 3 komponen penilaian keberagaman atau Dietary Diversity (DD).
yaitu kualitas (dietary quality), keberagaman Berdasarkan Tabel 1, 4 kelompok pangan sudah
(dietary diversity), dan keseimbangan (dietary memenuhi minimal 1 porsi untuk penilaian skor
equilibrium). Ketiganya kemudian dijumlahkan keberagaman yaitu sumber karbohidrat, lauk
dan diperoleh skor kualitas diet DQI-A. hewani, lauk nabati, dan minyak. Konsumsi 4 – 5
Keseluruhan penilaian komponen kualitas diet kelompok pangan tergolong keragaman pangan
dari setiap bahan pangan disajikan pada Tabel 1. sedang (FAO 2010). Namun, konsumsi sayur
Sebanyak 5 dari 7 kelompok pangan yang dan buah masih kurang dari 1 porsi. Konsumsi
tergolong ke dalam recommended food memiliki kelompok sayur dan buah-buahan penduduk
skor DQ yang cukup tinggi jika dibandingkan Indonesia masih rendah yaitu hanya 57,1 g/
dengan skor maksimal 100%. Kelompok air, orang/hari dan 33,5 g/orang/hari (Studi Diet Total
sayur, dan buah, ketiganya memiliki skor DQ 2014).
yang lebih dari 90% atau mendekati 100% Selanjutnya skor keseimbangan dengan
diikuti dengan skor densitas energi yang sangat skor tertinggi pada kelompok recommended
rendah yaitu <1 kkal/g (Rolls 2017). Sayur dan food yaitu sumber karbohidrat, lauk hewani,
buah juga merupakan kelompok pangan yang air, dan minyak. Kelompok pangan lauk hewani
memiliki kandungan energi yang rendah namun memiliki skor DEx yang tertinggi yaitu sebesar
kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral 35,7%. Hal tersebut didukung dengan rata-rata
(Permenkes 2014). Secara keseluruhan kategori porsi konsumsi subjek pada kelompok pangan
densitas pada kelompok pangan selaras dengan lauk hewani sebesar 4,4 porsi dengan maksimal
Tabel 1. Penilaian tiap komponen kualitas diet untuk setiap kelompok pangan
Asupan Densitas
Kelompok Total Skor Nilai Skor Skor Skor
yang energi DQ
pangan Konsumsi (%) DD DA (%) DEx(%) DE (%)
dianjurkan (kkal/g)
Recommended Food
Air 2150–2300 ml 1492,2± 683,2 0,1±0,3 99,4 0 55,3 3,0 52,3
Sumber 5–8 porsi 5,7± 3,0 2,3±0,4 7,6 1 84,8 6,1 78,7
karbohidrat
Lauk hewani 3 porsi 4,4±3,0 1,9±0,4 56,7 1 89,1 35,7 53,5
Lauk nabati 3 porsi 1,1±1,3 2,1±1,2 48,6 1 34,4 2,8 31,6
Sayur 3 porsi 0,5±0,5 0,3±0,2 96,5 0 17,8 0,7 17,2
Buah 4 porsi 0,6±0,9 0,6±0,3 99,5 0 13,1 0,0 13,1
Minyak 5–6 porsi 3,0±2,2 8,1±1,6 -22,9 1 54,1 3,5 50,6
Non-recommended Food
Makanan ringan,
<50 g 76,6±60,8 3,6±0,9 -37,3 - - 26,8 73,2
gula, dan permen
Minuman manis
<300 ml 260,8±166,1 0,6±0,7 -100,0 - - 2,7 97,3
dan jus buah
Keterangan: DQ: Dietary Quality; DA: Dietary Adequacy; DD: Dietary Diversity; DEx: Dietary Excess; DE: Dietary Equilibrium
porsi sebanyak 3 porsi. Konsumsi sayur dan setiap hasil penilaian komponen DQI-A. Hasil uji
buah subjek masih sangat rendah, hanya 17,8% beda pada seluruh komponen DQI-A menujukkan
konsumsi sayur dan 13,1% konsumsi buah subjek tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
yang telah memenuhi asupan porsi minimal yang hari sekolah dan hari libur pada setiap komponen
dianjurkan. Kelompok pangan makanan ringan, penilaian kualitas diet (p>0,05). Rata-rata skor
gula, dan permen memiliki skor sebesar 73,2% dari setiap penilaian juga menunjukkan nilai
dan kelompok minuman manis dan jus buah yang tidak jauh berbeda pada kedua hari tersebut.
memiliki skor 97,3%. Rata-rata asupan subjek Menurut Kandinasti dan Farapti (2018), rata-rata
yang berlebih cenderung pada konsumsi makanan asupan energi dan zat gizi makro mengalami
ringan, gula, dan permen. peningkatan di akhir pekan (weekend) dan
Ketiga komponen penilaian tersebut konsumsi makanan tidak sehat juga meningkat.
dihitung untuk setiap individunya dan didapatkan Ma et al. (2009), mengatakan pemilihan
hasil yang disajikan pada Tabel 2. Komponen waktu food recall sebaiknya memasukkan
penilaian dengan skor tertinggi ke terendah satu hari akhir pekan untuk mengurangi
berturut-turut didapatkan pada DQ, DD dan kesalahan dalam rata-rata asupan energi
DE. Skor tersebut menunjukkan kecenderungan subjek. Menyesuaikan dengan literatur di
subjek mengonsumsi makanan yang masih atas, walaupun pada penelitian kali ini tidak
belum seimbang sesuai dengan porsi yang menunjukkan adanya perbedaan konsumsi pada
dianjurkan namun pemilihan makanan subjek hari weekend dan weekday selama pandemi,
sudah memiliki kualitas pangan yang cukup pemilihan hari weekend pada penilaian konsumsi
baik dengan keberagaman konsumsi yang pangan sebaiknya tetap dipertimbangkan agar
sedang. Skor kualitas diet DQI-A subjek pada meminimalisir kesalahan taksiran asupan zat gizi
penelitian kali ini sebesar 52,6%. Penelitian di pada subjek yang menghabiskan akhir pekannya
Indonesia sendiri didapatkan skor DQI-A sebesar dengan mengonsumsi makanan yang cenderung
44,4% (Agustina et al. 2020). Rata-rata skor tidak sehat.
kualitas diet pada penelitian kali ini lebih tinggi Aktivitas fisik. Hasil skor METs
dibandingkan Agustina et al. (2020). Menurut menunjukkan persentase aktivitas fisik tingkat
penelitian Henriksson et al. (2017), skor DQI-A rendah dan sedang tidak jauh berbeda yaitu
dikategorikan kedalam 4 kuartil yaitu kuartil masing masing sebesar 37% dan 39%. Selaras
1 <36,7%; kuartil 2: 36,7%–51,0%; kuartil 3: dengan Erna et al. (2019), siswa SMA tergolong
51,1%–61,1%; dan kuartil 4: >61,2%. Rata-rata memiliki tingkat aktivitas ringan dan sedang
skor DQI-A pada penelitian kali ini tergolong ke dengan persentase berturut-turut sebesar 52,9%
dalam kuartil 3 dengan nilai yang lebih tinggi dan 40%. Pandemi menyebabkan perubahan gaya
dibandingkan penelitian sebelumnya. Oleh hidup menjadi tidak aktif, lebih banyak waktu
karena itu, dapat disimpulkan rata-rata kualitas melihat layar, dan kondisi emosional yang buruk
diet subjek pada penelitian kali ini tergolong (Qin et al. 2020). Tingkat aktivitas fisik yang
cukup baik. tergolong ringan dan sedang tersebut didukung
Analisis uji beda berdasarkan hari food dengan rata-rata waktu duduk subjek dalam
recall yaitu weekend dan weekday dilakukan pada sehari yaitu 7,4±3,1 jam. Menurut Dogra et al.
(2017), duduk selama lebih dari 6 jam dalam
Tabel 2. Rata-rata skor subjek berdasarkan sehari memiliki dampak negatif terhadap kualitas
kategori penilaian DQI-A hidup yang berkaitan dengan kesehatan.
Hubungan kualitas diet dengan status
Kategori penilaian DQI-A Skor (%) gizi. Hasil uji hubungan menggunakan uji
spearman antara skor kualitas diet dengan
Dietary quality (DQ) 56,5± 26,8 status gizi (IMT/U) menunjukkan tidak terdapat
Dietary diversity (DD) 52,5± 13,0 hubungan yang signifikan antara keduanya
(p>0,05). Selaras dengan Hurley (2009) dan de
Dietary equilibrium (DE) 49,0± 7,4 Andrade (2010) dimana tidak adanya hubungan
yang signifikan antara skor kualitas diet dengan
Skor DQI-A 52,6±12,1
IMT remaja (p>0,05). Keduanya menggunakan
Keterangan: DQI-A: Diet Quality Index for Adolescents indeks kualitas diet yang sama yaitu HEI (Healthy