Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

4487 10214 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

p-ISSN : 2528-3561

Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

Analisis Risiko pada Area Rotary Kiln di PT Gresik Mitra Teknik


Guna Pencegahan Kecelakaan Kerja
Reynaldi Ahmad Faizin1, Moch. Nuruddin2
1,2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatera 101 GKB, Randuagung Gresik 61121, Indonesia
*Koresponden email : reynaldia38@gmail.com1, nuruddin@umg.ac.id2

Diterima : 19 Juni 2022 Disetujui : 7 Juli 2022

Abstract
PT. Gresik Mitra Teknik (PT GMT) is a company in the field of contractor services and trading services.
In its operational activities, PT. GMT is inevitable from accidents at work. As the K3 team at PT. GMT, in
particular, has recorded cases of work accidents that occur specifically in the area of rotary kilns. Based on
data on the number of accidents that occurred in several activities at PT GMT, it was concluded that fire
brick installation activities dominated the occurrence of accidents in the company. The purpose of this study
is to apply the HIRARC method to identify existing occupational accident risks and identify the steps that
need to be taken to manage all existing risks. The results of the study found that there were 10 risks with
the following details 2 risks including the low-level category, 4 risks including the medium level category,
2 risks including the high-level category and 2 risks including the very high-level category. Risk control
measures focus on reducing the level of risk, which is the highest risk category. The measures taken include
the new design of the production floor, the provision of PPE earplugs, regular testing of noise levels.
Keywords: hazard identification, risk assessment, risk control, contractor services, HIRARC

Abstrak
PT. Gresik Mitra Teknik (PT GMT) adalah perusahaan di bidang jasa kontraktor dan jasa perdagangan.
Dalam kegiatan operasionalnya, PT. GMT tidak bisa dihindarkan dari terjadinya kecelakaan di tempat
kerja. Seperti yang dikatakan tim K3 di PT. GMT, secara khusus telah mencatat kasus kecelakaan kerja
yang terjadi khususnya di area rotary kiln. Berdasarkan data jumlah kecelakaan yang terjadi pada beberapa
kegiatan di PT GMT, disimpulkan bahwa kegiatan pemasangan fire brick mendominasi terjadinya
kecelakaan di perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode HIRARC guna
mengidentifikasi risiko kecelakaan kerja yang ada dan mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu
diambil untuk mengelola semua risiko yang ada. Hasil penelitian menemukan terdapat 10 risiko dengan
rincian sebagai berikut 2 risiko termasuk kategori level rendah, 4 risiko termasuk kategori level sedang, 2
risiko termasuk kategori level tinggi serta 2 risiko termasuk kategori level sangat tinggi. Tindakan
pengendalian risiko berfokus pada penurunan tingkat risiko, yang merupakan kategori risiko tertinggi.
Langkah-langkah yang diambil termasuk desain baru lantai produksi, penyediaan APD earplug, pengujian
tingkat kebisingan secara teratur.
Kata Kunci: identifikasi risiko, penilaian risiko, pengendalian risiko, jasa kontraktor, HIRARC

1. Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kebutuhan semua manusia, sehingga penting untuk
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman bagi pekerja [1]. Karena berbagai penerapan
teknologi maju dalam industri yang semakin terpusat, efeknya juga memiliki sifat yang berbeda, dan efek
samping tersebut dapat berdampak buruk pada pekerjaan dan lingkungan kerja serta menimbulkan
gangguan kesehatan. Selain dapat menyebabkan penyakit akibat kerja, industri seringkali menempatkan
pekerja dalam rentan cedera di tempat kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh perilaku
manusia yang tidak tanggap terhadap keselamatan kerja dan lingkungan kerja yang berbahaya [2]. Semua
tempat kerja memiliki potensi cedera di tempat kerja, dengan tingkat rendah dan tinggi, tergantung jenis
industri, teknologi, dan upaya manajemen di industri [3].
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan
karena menimbulkan kerusakan berupa harta benda, orang, dan proses yang sedang berlangsung [4]. Dalam
dunia kerja, kecelakaan kerja merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan bagi suatu perusahaan, dan
tingkat kecelakaan kerja juga mempengaruhi perkembangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, setiap
perusahaan berkewajiban untuk memantau dan mengatasi segala sesuatu yang menyebabkan cedera di

3473
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

tempat kerja karena untuk nama baik perusahaan. Salah satu langkah perusahaan untuk menjaga tingkat
risiko kecelakaan kerja adalah dengan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
kadang disebut dengan SMK3 [5]. Kepatuhan terhadap aturan program K3 merupakan bentuk kepedulian
perusahaan terhadap keselamatan bagi karyawan atau pekerja di tempat kerja.
Program K3 merupakan aspek penting dalam mengelola segala jenis risiko yang ada di tempat kerja,
dan dengan menerapkan K3 yang baik maka risiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja di semua
kegiatan proses produksi dapat diminimalisir [6]. Tujuan penerapan K3 diatur oleh pemerintah melalui
perumusan kebijakan nasional dengan diundangkannya undang-undang Nomor 1 Tahun 1970. Artinya
semua pekerja dan orang di tempat kerja dapat menerapkan K3 dengan benar dan mendapat perlindungan
dari dampak negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu, tujuan penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh bahaya di lingkungan kerja [7]. Dan ketika
kecelakaan terjadi di tempat kerja, sekecil apapun, itu menyebabkan kerugian. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sedini mungkin. Jika tidak,
setidaknya dapat mengurangi dampaknya [8].
PT. Gresik Mitra Teknik atau disingkat dengan PT. GMT merupakan perusahaan di bidang jasa
kontraktor dan perdagangan jasa. PT. GMT ini didirikan pada tahun 2015 yang awal mulanya adalah badan
usaha berbentuk CV dan pada tahun 2018 perusahaan ini berubah menjadi PT dan terus berjalan hingga
sekarang. Adapun bidang jasa kontraktor yang ada di PT GMT meliputi bidang refractory, mechanical,
pengerjaan proyek waktu tertentu, maintenance, jasa manajemen dan karyawan, insolation dan electrical.
Dalam kegiatan operasionalnya, PT. GMT tidak bisa terhindarkan dari kasus kecelakaan kerja di tempat
kerja. Seperti yang dikatakan tim K3 PT. GMT telah menemukan banyak catatan kecelakaan kerja, terutama
di area rotary kiln, dimana kecelakaan kerja sering terjadi. Gambar berikut menunjukkan data kasus
kecelakaan kerja pada beberapa aktivitas di area rotary kiln PT GMT.

30
25
20
15
10
5 Jumlah Kecelakaan
0

Gambar 1. Grafik jumlah kasus kecelakaan kerja pada area Rotary Kiln di PT GMT tahun 2021
Sumber : Data perusahaan yang diolah (2022)

Gambar 1 menunjukkan data jumlah kasus kecelakaan yang terjadi pada beberapa kegiatan yang
ada di PT GMT. Data tersebut memperoleh kesimpulan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan pemasangan
fire brick mendominasi kejadian kecelakaan kerja di perusahaan tersebut. Terdapat berbagai risiko
kecelakaan seperti jatuh dari tempat tinggi, terlindas, terbentur, kaki tersangkut, tertusuk benda tajam,
terhirup gas buang, terpeleset, tertimpa batu, tersengat listrik, dan terkena percikan api las. Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan peneliti, upaya manajemen risiko yang dilakukan di PT GMT yaitu
menyediakan alat pelindung diri (APD), pengaturan jam kerja, dan pelaksanaan sertifikasi semua peralatan
dan mesin yang digunakan untuk mempermudah dalam melakukan proses. PT GMT sudah memiliki SOP
saat bekerja, namun pelaksanaannya masih belum konsisten karena banyak pegawai yang tidak mematuhi
aturan yang ada.
Berdasarkan kondisi di atas, bahaya perlu diidentifikasi dan risiko dari proses kerja juga perlu
dilakukan penilaian untuk menghilangkan berbagai dampak risiko dari proses ini. Ada beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko di tempat kerja, secara kualitatif dan kuantitatif.
Salah satu metode analisis yang dapat diterapkan adalah metode Hazard Identification Risk Assessment
And Risk Control (HIRARC) [9]. Metode ini mempunyai tiga langkah utama dalam penyelesaiannya [11]
yaitu mengidentifikasi risiko, bahaya dan dampaknya terhadap pekerja. Langkah kedua melakukan
penilaian risiko bahaya yang ada dan kemudian langkah ketiga membuat rekomendasi pengendalian risiko
[10].

3474
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode HIRARC pada kegiatan pemasangan fire brick
sebagai kasus kecelakaan paling banyak di PT GMT, sehingga dapat diketahui tingkat risiko kecelakaan
kerja yang ada. Analisis risiko dengan penerapan langkah HIRARC di PT GMT, diharapkan dapat
mengidentifikasi tindakan untuk mengelola semua risiko yang ada agar menjadi perusahaan dengan tingkat
kecelakaan kerja yang sangat rendah atau bahkan tidak ada, agar sejalan dengan tujuan perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas dan meningkatkan keuntungan. Manfaat dari penelitian ini dilakukan sebagai
pedoman bagi perusahaan untuk lebih menekankan angka kejadian kecelakaan kerja yang terjadi sehingga
dapat meraih penghargaan zero accident dengan baik.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT GMT yang terletak di Perum Griya Pongangan Gresik. Metode
penelitian ini dilakukan dengan kegiatan identifikasi bahaya dan manajemen risiko sebagai berikut : (1)
Pengamatan dan penjelasan langsung dari pengawas lapangan dan manajer masing-masing departemen
mengenai setiap kegiatan kerja, peralatan, bahan, dan sistem kerja. (2) Pengamatan terhadap bahaya dan
risiko yang timbul dari aktivitas/proses kerja, peralatan, material, dan sistem kerja. (3) Data dikumpulkan
melalui analisis bahaya dan risiko. (4) Ikut serta dalam pemeriksaan, penilain, dan analisis risiko di tempat
kerja secara rutin.
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan menilai semua tahapan aktivitas kerja, menggunakan
probabilitas risiko dan tingkat keparahan dalam penilaian risiko untuk menentukan kemungkinan terpapar
faktor risiko menggunakan metode HIRARC [12]. Pengumpulan data untuk penelitian ini berupa data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara. Adapun data sekunder
diambil dari dokumen perusahaan. Penelitian ini hanya berfokus pada proses pemasangan fire brick
saja.dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah menggunakan metode HIRARC.
Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis untuk menemukan bahaya yang ada di lingkungan
kerja dengan tujuan untuk waspada ketika karakteristik bahaya diketahui, sehingga dapat menetapkan
prosedur terstruktur untuk melindungi tempat kerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja [13]. Menurut [14]
kategori bahaya meliputi bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya ergonomis,
bahaya lingkungan, bahaya biologis dan bahaya psikologis.
Penilaian Risiko
Penilaian risiko sebagai langkah untuk memperhitungkan dua faktor, nilai probabilitas dan dampak
dari bahaya yang terjadi, untuk menentukan apakah tindakan tersebut dapat menimbulkan risiko yang dapat
diterima atau dapat berakibatfatal [11], [15]. Penentuan tingkat penilaian risiko dalam penelitian ini dicapai
dengan mengadopsi kriteria manajemen risiko Risk Management Standard AS/NZS 4360:1999 [16] yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Tingkatan skala Likelihood


Tingkat Klasifikasi Deskripsi

5 Continuously Terjadi terus menerus dalam beberapa kali sehari

4 Frequently Sering terjadi beberapa kali seminggu

3 Occasionally Kadang-kadang terjadi beberapa kali dalam sebulan

2 Unusually Terjadi beberapa kali dalam setahun

1 Rarely Jarang terjadi setahun sekali


Sumber : Adopsi dari [15], [16]

3475
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

Tabel 2. Ukuran skala Severity


Tingkat Klasifikasi Deskripsi

Menyebabkan cidera beberapa orang atau kerugian lebih


1 Catastrophe dari Rp 5 miliar atau menimbulkan kerusakan lingkungan
yang berdampak nasional

Menyebabkan cidera lebih dari satu orang atau kerugian


Multiple
2 antara Rp 2-5 miliar atau menyebabkan kerusakan
Fatalities
lingkungan lokal

Menyebabkan cidera satu orang atau kerugian antara Rp


3 Fatality 250 juta - Rp 2 miliar atau menimbulkan kerusakan
lingkungan yang tidak permanen

Menyebabkan pekerjaan berhenti sementara atau kerugian


4 Serious Injury
antara Rp 5-25 juta

Disabling Menyebabkan cidera atau luka ringan atau kerugian kurang


5
Injuries dari Rp 2,5 juta
Sumber : Adopsi dari [15], [16]

Tabel 3. Matriks Analisis Risiko


Severity
Likelihood
1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H H E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H
Sumber : Adopsi dari [16]

Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan tingkat
risiko dari suatu bahaya yang ada melalui hierarki pengendalian yang berurutan sampai tingkat bahaya
turun ke titik aman [17]. Hirarki pengendalian risiko diimplementasikan dengan langkah berikut [14] :
a. Eliminasi, pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya.
b. Substitusi, pengendalian dengan mengganti proses kerja dengan risiko yang lebih rendah
c. Rekayasa engineering, pengendalian dengan teknik rekayasa pada alat dan lingkungan.
d. Administrasi control, pengendalian dengan pembuatan aturan, safety sign dan training.
e. Alat pelindung diri, pengendalian dengan cara menggunakan APD seperti safety helmet, apron,
safety shoes, dan APD lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

3. Hasil dan Pembahasan


Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi hasil observasi, wawancara, dan
kuesioner yang dibagikan kepada tiga pakar di bidang K3 yang terdiri dari manajer K3, manajer produksi,
dan karyawan. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode HIRARC, dan pembahasannya dibagi
menjadi tiga bagian, meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.
Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam menggunakan metode HIRARC untuk
mengetahui keberadaan bahaya dalam aktivitas kerja. Berdasarkan pengamatan di PT GMT di area Kiln,
ditetapkan bahwa kegiatan pemasangan fire brick menjadi kasus yang dominan dan beberapa hasil
identifikasi risiko diperoleh dari dari kegiatan tersebut. Hal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

3476
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

Tabel 4. Identifikasi bahaya pada kegiatan pemasangan Fire Brick


Aktivitas Kerja Potensi Bahaya Risiko Dampak

Pembongkaran area Rantai besi batu Terbantai rantai besi Cidera


kiln

Pemindahan batu ke Forklift Tertabrak forklift saat Terjepit, cidera


kiln beroperasi

Menggerinda Listrik Tersengat listrik Kejang, luka bakar

Mesin Gerinda Terpapar suara bising Gangguan pendengaran

Mengelas Gram besi Terkena serpihan gram Iritasi mata

Mesin las listrik Tersandung kabel las Terjatuh, cidera

Membentuk mortar Alat mortar Tertusuk benda tajam Tangan terluka, cidera

Pemasangan batu Gas C2H2 Terhirup Gas buang Gangguan pernapasan

Batu Kejatuhan batu Terjatuh, cidera kepala

Tangga Terjatuh dari ketinggian Cidera, luka lebam pada


tubuh
Sumber : Data histori PT GMT (2021)

Berdasarkan data Tabel 4, terlihat bahwa terdapat 10 risiko dalam pekerjaan pemasangan fire brick
di PT GMT. Apabila dirincikan lebih lanjut, pada aktivitas kerja pembongkaran area kiln terdapat 1 risiko.
Kemudian pada aktivitas pemindahan batu ke kiln terdapat 1 risiko. Lalu pada aktivitas menggerinda
terdapat 2 risiko. Kemudian pada aktivitas mengelas terdapat 2 risiko. Pada aktivitas membentuk mortar
terdapat 1 risiko. Dan juga pada aktivitas pemasangan batu terdapat 3 risiko.
Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan langkah kedua dalam mengidentifikasi tingkat potensi risiko dalam
aktivitas kerja. Penilaian risiko bertujuan untuk mengetahui nilai risiko. Nilai ini diperoleh dengan
mengalikan nilai kemungkinan terjadinya suatu risiko/likelihood dan dampak yang dapat
ditimbulkan/severity yang kemudian digolongkan ke dalam matriks risiko. Hasil penilaian risiko kegiatan
pemasangan fire brick tercantum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi penilaian risiko pada kegiatan pemasangan Fire Brick


Aktivitas Kerja Risiko Likelihood Severity Nilai Risiko

Pembongkaran area kiln Terbantai rantai besi 2 3 M

Pemindahan batu ke kiln Tertabrak forklift saat


1 5 H
beroperasi

Menggerinda Tersengat listrik 2 5 E

Terpapar suara bising 1 4 H

Mengelas Terkena serpihan gram 3 1 M

Tersandung kabel las 2 5 E

Membentuk mortar Tertusuk benda tajam 2 2 L

Pemasangan batu Terhirup Gas buang 1 3 M

Kejatuhan batu 2 2 L

Terjatuh dari ketinggian 1 3 M


Sumber : Hasil data kuesioner yang diolah (2021)

3477
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 5, dapat dilihat hasil penilaian risiko yang dilakukan terhadap
kegiatan pemasangan fire brick di PT GMT yang mana ditemukan total terdapat 10 risiko dengan rincian
sebagai berikut 2 risiko dengan level rendah, 4 risiko dengan level sedang, 2 risiko dengan level tinggi serta
2 risiko dengan level sangat tinggi pada aktivitas kerja di PT GMT. Adapun 2 risiko level rendah pada
aktivitas membentuk mortar dan pemasangan batu, 4 risiko level sedang pada aktivitas pembongkaran area
kiln, mengelas dan pemasangan batu, 2 risiko level tinggi pada aktivitas pemindahan batu ke kiln dan
menggerinda, serta 2 risiko level sangat tinggi pada aktivitas menggerinda dan mengelas.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko adalah langkah terakhir dalam menerapkan metode HIRARC yang akan
dilakukan untuk semua bahaya dan risiko yang teridentifikasi, dengan mempertimbangkan tingkat risiko
dan prioritas pengendaliannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalkan tingkat risiko dari potensi
bahaya yang ada. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang telah dilakukan
sebelumnya, pengendalian risiko dilakukan pada setiap aktivitas kerja kegiatan pemasangan fire brick yang
terdapat di PT GMT. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala K3, tahapan pengendalian
risiko yakni eliminasi tidak dapat dilakukan dikarenakan tidak ada sumber bahaya maupun kegiatan yang
dapat dihilangkan dari aktivitas kerja. Begitu pula dengan tahapan substitusi yang juga tidak dapat
dilakukan karena barang pengganti yang tersedia kurang efisien. Pengendalian risiko pada aktivitas kerja
pemasangan fire brick di PT GMT dapat dirincikan sebagai berikut :
Pada aktivitas pembongkaran, PT GMT perlu memberikan briefing secara rutin kepada pekerja
dikarenakan banyak pekerja yang lalai akan pentingnya K3 di tempat kerja. Pembuatan jadwal kerja dan
maintenance rutin terhadap alat yang digunakan dalam kegiatan tersebut guna mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan. Serta pengadaan APD dengan baik, bertujuan agar pekerja dapat memakai alat
pelindung diri saat bekerja tanpa beralasan lupa atau tidak ada stok APD di tempat kerja.
Pada aktivitas pemindahan batu ke kiln, pengendalian risiko yang dilakukan tidak jauh berbeda
dengan pengendalian risiko yang dilakukan pada aktivitas pembongkaran namun penggunaan safety shoes
saat bekerja juga dilakukan untuk melindungi kaki pekerja serta membuat batasan area untuk operasional
forklift agar lalu lintas pekerja dan forklift dapat dipisahkan dan tidak terjadi tabrakan saat melakukan
kegiatan di lingkungan kerja.
Kemudian pada aktivitas menggerinda, pemasangan pelindung di sekitar mata mesin gerinda
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan pekerja terkena percikan api saat bekerja. Selain itu, pembuatan
jadwal dan melakukan maintenance rutin terhadap peralatan mesin gerinda dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan pekerja tersetrum maupun terkena pecahan api gerinda saat sedang bekerja. Pekerja juga
disarankan untuk menggunakan APD seperti pakaian kerja, safety gloves, earmuff, dan kacamata safety
untuk melindungi tubuh pekerja dari risiko-risiko lain yang dapat membahayakan pekerja.
Untuk aktivitas pengelasan, tindakan pengendalian risiko yang dapat dilakukan antara lain mendidik
pekerja tentang \ pentingnya K3 di tempat kerja, melakukan perawatan rutin terhadap alat las listrik, dan
menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Alat pelindung diri yang dapat digunakan antara lain welding
face shield, pakaian kerja, sarung tangan las, masker dan sepatu safety.
Lalu pada aktivitas membentuk mortar, tindakan pengendalian risiko yang diambil ialah melakukan
maintenance berkala terhadap peralatan mortar. Selain itu pekerja juga dianjurkan untuk menggunakan
APD seperti pakaian kerja, safety helmet, safety gloves, dan sepatu safety saat bekerja. Jadwal kerja dan
istirahat bagi pekerja juga diatur untuk mencegah kelelahan pada pekerja akibat gerakan kerja yang
monoton saat aktivitas membentuk mortar.
Dan yang terakhir pada aktivitas pemasangan batu, pengendalian risiko yang dilakukan yakni
mengawasi dan menegur pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Serta pembuatan
prosedur kerja seperti tata cara peletakan peralatan dan mesin sebelum dan sesudah aktivitas kerja dimulai
dapat menghindarkan pekerja maupun orang lain dari bahaya. Pembuatan jadwal dan melakukan
maintenance rutin terhadap peralatan kerja seperti tabung gas, regulator, dan selang gas juga perlu
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran gas saat bekerja.
Setelah pengendalian risiko diterapkan, langkah-langkah spesifik perlu diambil untuk mengurangi
tingkat risiko dari semua risiko yang ada. Mengurangi tingkat risiko berfokus pada risiko utama yang
ditiimbulkan di PT GMT yakni terpapar suara bising dan tersandung kabel las yang merupakan risiko
tertinggi. Mitigasi risiko diharapkan dapat menurunkan risiko dari kategori risiko ekstrim menjadi risiko
rendah. Tindakan yang dilakukan adalah membuat desain baru untuk area produksi, dimulai dengan
menentukan tempat kerja dan jumlah operator yang tepat. Selanjutnya menyediakan APD yang sesuai,
seperti penutup telinga dan uji tingkat kebisingan secara teratur dan memadai untuk semua operator.

3478
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

4. Kesimpulan dan Saran


Hasil kajian yang dilakukan dengan menggunakan metode HIRARC sebagai bagian dari proses
analisis risiko pada area rotary kiln di PT Gresik Mitra Teknik guna pencegahan kecelakaan kerja diperoleh
kesimpulan yakni pada beberapa kegiatan yang ada di area kiln ditemukan bahwa kegiatan pemasangan fire
brick menjadi kasus yang dominan sehingga didapatkan hasil identifikasi risiko sebanyak 10 potensi bahaya
dan risiko pada aktivitas kerja pemasangan fire brick di PT GMT. Pada penilaian risiko terhadap 10 risiko
ditemukan hasil dengan rincian sebagai berikut 2 risiko termasuk kategori level rendah, 4 risiko termasuk
kategori level sedang, 2 risiko termasuk kategori level tinggi serta 2 risiko termasuk kategori level sangat
tinggi.
Penegendalian risiko dilakukan untuk setiap aktivitas pekerjaan pada kegiatan pemasangan fire brick
berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Namun
tindakan pengendalian risiko ini difokuskan pada kegiatan penurunan level risiko yang utama terjadi yaitu
risiko terpapar suara bising dan tersandung kabel las yang menjadi kategori risiko tertinggi. Langkah-
langkah yang perlu diambil adalah membuat desain baru untuk ruang produksi, penyediaan APD yang tepat
seperti earplug, dan pengujian tingkat kebisingan secara teratur. Di sisi lain, risiko yang tergolong tingkat
rendah dan sedang harus selalu dipantau secara ketat dengan penerapan K3 wajib lebih diutamakan bagi
keselamatan para pekerja.
Adapun saran yang diberikan kepada PT Gresik Mitra Teknik Teknik guna pencegahan kecelakaan
kerja yakni perlu dilakukan perbaikan pada area lantai kerja agar operator dapat bekerja secara optimal,
melaksanakan briefing secara rutin sebelum bekerja bertujuan agar pekerja dapat mengetahui alur kerja dan
SOP yang telah diatur sebelumnya serta kewajiban penggunaan APD untuk menjaga keselamatan dan
keamanan pekerja di tempat kerja. Sedangkan saran kepada peneliti selanjutnya yakni diharapkan dapat
menerapkan penyelesaian masalah dengan menggunakan korelasi metode HIRARC dan JSA bertujuan agar
analisis risiko yang dilakukan lebih detail sehingga sumber risiko dapat diketahui lebih dini.

5. Referensi
[1] N. R. Sitompul, W. Nuswantoro, and V. H. Puspasari, “Analisis Faktor-Faktor Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konstruksi di Masa Pandemi Covid-19 pada Pembangunan Gedung Kuliah
Terpadu Universitas Palangka Raya,” J. Serambi Eng., vol. VII, no. 3, pp. 3321–3330, 2022.
[2] A. F. Damayanti and N. A. Mahbubah, “Implementasi Metode Hazard Identification Risk
Assessment And Risk Control Guna Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Karyawan di PT
ABC,” J. Serambi Eng., vol. 6, no. 2, pp. 1694–1701, 2021, doi: 10.32672/jse.v6i2.2865.
[3] O. Saputra and G. Putra, “Analisis Potensi Bahaya di Area Produksi Kelapa Sawit Menggunakan
Metode HIRARC di PT. Beurata Subur Persada,” J. Serambi Eng., vol. 7, no. 2, pp. 2913–2921,
2022.
[4] F. M. Khudhory, L. D. Fathimahhayati, and T. A. Pawitra, “Analisis Risiko Kecelakaan Kerja
Dengan Metode HIRARC (Studi Kasus: CV. Jaya Makmur, Samarinda),” TEKINFO - J. Ilm. Tek.
Ind. dan Inf., vol. 10, no. 2, pp. 66–77, 2022.
[5] A. Agustina and M. Mulyono, “Hirarc Pada Bagian Mini Bus Pt Mekar Armada Jaya Magelang,”
Indones. J. Occup. Saf. Heal., vol. 6, no. 2, p. 177, 2018, doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.177-186.
[6] H. I. F. dan W. Hari Rarindo, Etik Puspitasari, Satworo Adiwidodo, Hangga Wicaksono, “Risk
Management Assessment K3 Upaya Proteksi Pandemi Covid-19 Tempat Usaha Home Industri
Masakan Ayam Dengan Metode Hirarc,” Teknologi, vol. 16, no. 1, 2022.
[7] D. Kusumawardhani, H. S. Kasjono, and P. Purwanto, “Analisis Hazard Identification, Risk
Assessment, and Risk Control (HIRARC) di Bagian Finishing 2 Industri Serikat Pekerja Aluminium
Sorosutan Tahun 2017,” Sanitasi J. Kesehat. Lingkung., vol. 9, no. 1, pp. 1–9, 2017, doi:
10.29238/sanitasi.v9i1.40.
[8] A. B. Sri Ainun Muhtia, Suharni A. Fachrin, “Analisis Risiko K3 Dengan Metode Hirarc Pada
Pekerja Article history : Received : 19 Agustus 2020 Riset oleh National Safety Council menyatakan
bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah 88 % akibat unsafe behaviour dimana Perilaku tersebut
dapat terjadi kare,” Wind. Public Heal. Journal, vol. 01, no. 03, pp. 166–175, 2020.
[9] A. M. Mayadilanuari, “Penggunaan HIRARC dalam Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada
Pekerjaan Bongkar Muat,” Higeia J. Public Heal. Res. Dev., vol. 4, no. 2, pp. 504–512, 2020,
[Online]. Available: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/30908/15901.
[10] A. Kurniawan, M. Santoso, and M. R. Dhani, “Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Maintenance
Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal,” in
Proceeding 1st Conference on Safety Engineering and Its Application, 2017, no. 2581, pp. 182–186.

3479
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.3, Juli 2022 Hal 3473 - 3480 e-ISSN : 2541-1934

[11] H. MZ, F. Suryani, and P. A. Sari, “Analisis Potensi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendaliannya
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) (Studi
Kasus di Divisi Perawatan (Bengkel Utama) PT XYZ,” J. Desiminasi Teknol., vol. 10, no. 1, 2022.
[12] T. Yuniastuti, S. Devita, and I. Rupiwardhani, “Kajian Faktor Pengetahuan Pekerja CV. Pakis Indah
pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai Bagian Pencegahan Faktor Resiko Metode
HIRARC,” in The 4th Conference on Innovation and Application of Science and Technology
(CIASTECH 2021), 2021, no. Ciastech, pp. 563–570.
[13] Mohammad Ikrar Pramadi, Hadi Suprapto, and Ria Rahma Yanti, “Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dengan Metode Hiradc Di Perusahaan Fabrikasi Dan Machining,” JENIUS J. Terap. Tek. Ind., vol.
1, no. 2, pp. 98–108, 2020, doi: 10.37373/jenius.v1i2.60.
[14] R. Fauzan and N. B. Puspitasari, “Evaluasi Bahaya Kerja Menggunakan Metode Hazard
Identification Risk Assesment And Risk Control Dalam Memproduksi Rak Engine Overhoul Pada
CV. Mansgroup,” Ind. Eng. J., vol. 6, no. 4, pp. 1–8, 2019.
[15] A. Peruzzi, W. Kriswardhana, and A. Ratnaningsih, “Risk Assessment Kecelakaan Kerja dengan
Menggunakan Metode Domino Pada Proyek Apartemen Grand Dharmahusada Lagoon,” Siklus J.
Tek. Sipil, vol. 6, no. 2, pp. 103–116, 2020, doi: 10.31849/siklus.v6i2.4337.
[16] Australia Standard, “Standard Australia Licence 2004,” As/Nzs 4360:2004, p. 52, 2004, [Online].
Available: http://www.epsonet.eu/mediapool/72/723588/data/2017/AS_NZS_4360-
1999_Risk_management.pdf.
[17] R. Widiastuti, P. E. Prasetyo, and M. Erwinda, “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Untuk
Mengendalikan Risiko Bahaya di UPT Laboratorium Terpadu Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa,” Ind. Eng. J. Univ. Sarjanawiyata Tamansiswa, vol. 3, no. 2, p. 51, 2019.

3480

You might also like