Jurnal Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain Berbeda Terhadap Kandungan Asam Amino Total Hidrolisat Protein BELUT (Monopterus Albus)
Jurnal Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain Berbeda Terhadap Kandungan Asam Amino Total Hidrolisat Protein BELUT (Monopterus Albus)
Jurnal Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain Berbeda Terhadap Kandungan Asam Amino Total Hidrolisat Protein BELUT (Monopterus Albus)
OLEH
AYU AGUSTINA
NIM : 1404114906
ABSTRACT
1
PENGARUH KONSENTRASI ENZIM PAPAIN BERBEDA TERHADAP
KANDUNGAN ASAM AMINO TOTAL HIDROLISAT PROTEIN
BELUT (Monopterus albus)
ABSTRAK
2
PENDAHULUAN menghasilkan hidrolisat protein ikan
tanpa kehilangan asam amino
Belut merupakan salah satu esensial, serta terhindar dari
jenis ikan air tawar yang dapat perubahan atau kerusakan produk.
ditemukan di sawah maupun rawa Menurut Salamah et al. (2012),
yang berlumpur dan cukup dikenal kondisi optimum proses hidrolisis
oleh masyarakat. Belut (Monopterus daging ikan yaitu menggunakan
albus) digemari karena rasanya yang enzim papain dengan konsentrasi 5%
enak dan mengandung protein yang (b/v), pH 7,0 dengan waktu hidrolisis
tinggi. Kandungan gizi dalam 100 gr selama 6 jam.
daging belut adalah protein 14 gr, Enzim yang bekerja sebagai
lemak 27 gr, kalori 303 kal, kalsium katalis dalam hidrolisis protein
20 mg, fosfor 200 mg, besi 1 gr, disebut enzim proteolitik atau
Vitamin A 1600 SI, kadar air 58 gr protease. Salah satu enzim proteolitik
(Ulianty, 2002), dan omega 3 senilai yang dapat digunakan adalah enzim
11,80 gr (Resiandini, 2013) serta papain. Enzim papain merupakan
karbohidrat 10,9 gr (Irianto dan hasil isolasi dari getah penyadapan
Soesilo, 2007). buah pepaya (Carica papaya L.).
Protein tersusun atas dua Kelebihan papain dibandingkan
puluh monomer-monomer asam proteolitik yang lain adalah lebih
amino yang berbeda. Mutu protein tahan terhadap proses suhu,
dinilai dari perbandingan asam-asam mempunyai kisaran pH yang luas
amino yang terkandung dalam dan lebih murni dibandingkan
protein tersebut (Winarno, 2008). bromelin dan ficin
Beberapa jenis asam amino yang Penelitian ini bertujuan
terkandung dalam belut adalah glisin, mendapatkan hasil proksimat dari
valin, alanin, methionin, dan asam daging belut (Monopterus albus)
glutamat. Selain itu nukleotida dari mendapatkan hidrolisat protein dari
jenis IMP (inosin mono phosphat) belut (Monopterus albus) dengan
dan GMP (guanosin mono phosphat) konsentrasi enzim papain berbeda,
juga ikut mempengaruhi mengetahui asam amino total
karakterisasi rasa, terutama dalam hidrolisat protein dari belut
pembentukan rasa “umami” yaitu (Monopterus albus).
rasa khas seperti golongan daging
(Subagio, et al., 2004). METODE PENELITIAN
Kandungan protein pada
belut dapat dimanfaatkan menjadi Bahan utama dalam
beberapa produk dengan teknologi penelitian ini adalah belut
saat ini, salah satunya adalah (Monopterus albus). Enzim papain
hidrolisat protein dari belut. komersial merek “Paya”, ingredients:
Hidrolisat protein ikan merupakan papain, dekstrosa, dan garam, dengan
produk yang dihasilkan dari aktivitas spesifik 1,0593 Unit/gram.
penguraian protein ikan menjadi Metode yang digunakan dalam
senyawa-senyawa berantai pendek penelitian ini merupakan metode
karena adanya proses hidrolisis, baik eksperimen dengan rancangan acak
oleh enzim, asam maupun basa lengkap (RAL) non faktorial dengan
(Bernadeta et al., 2012). Hidrolisis perlakuan yaitu penambahan enzim
secara enzimatis lebih efisien, murah, papain dengan konsentrasi yang
3
terdiri dari P1 (penambahan licin yang diselimuti oleh lendir, dan
konsentrasi enzim 3%), P2 belut juga tidak memiliki sirip.
(penambahan konsentrasi enzim 5%),
P3 (penambahan konsentrasi enzim Preparasi Bahan Baku Belut
7%). (Monopterus albus)
Tahapan penelitian ini terdiri
dari preparasi daging belut dan Penelitian ini menggunakan
pembuatan hidrolisat protein belut. belut segar dengan rata-rata 360
Daging belut terlebih dahulu gr/ekor. Bagian yang tidak
dibersihkan, difillet, dan dilumatkan. digunakan dalam penelitian ini
Kemudian daging belut ditimbang adalah kepala, kulit dan tulang belut
sebanyak 50 gr ditambahkan aquades memiliki rata-rata persentase
sebanyak 50 ml. Ditambahkan enzim tertinggi, yaitu 49,12%. Jeroan belut
papain sebanyak perlakuan 3 taraf, merupakan bagian-bagian di dalam
dihidrolisis pada suhu 55oC selama rongga perut belut yang juga tidak
24 jam, lalu di inaktivasi enzim pada digunakan dalam penelitian, dengan
suhu 85oC selama 15 menit. rata-rata persentase sebesar 12,46%.
Kemudian di sentrifugasi selama 15 Bahan baku dalam penelitian
menit, lalu didapatkan supernatan berupa daging belut yang berwarna
yang selanjutnya di evaporasi. putih keabu-abuan dengan sedikit
Sehingga didapatkan hidrolisat otot dan bertekstur kenyal, sebesar
protein belut. 38,42%. Persentase antara bagian
Parameter yang diamati tubuh yang didapat dari hasil
analisis proksimat (nilai kadar penyiangan 1.800 gr belut segar
protein, lemak, air, abu) daging belut ditunjukkan pada Tabel 1.
dan hidrolisat protein dari belut,
analisis asam amino total dan Komposisi Kimia (Proksimat)
penghitungan rendemen. Daging Belut
4
Tabel 1. Persentase bagian tubuh belut (Monopterus albus)
5
Hidrolisat protein belut cair Karakteristik Kimia Hidrolisat
yang dihasilkan (Gambar 1), setelah Protein Belut
dilakukan evaporasi terlihat lebih
keruh dan jumlah volumenya Kadar Air
berkurang.
Nilai kadar air dapat dilihat
pada Tabel 4. Rata-rata kadar air
hidrolisat protein belut antara 81,46 –
84,41%. Kadar air tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 (3%) yaitu
84,41%, dan kadar air terendah pada
perlakuan P3(7%) yaitu sekitar
81,46%. Sedangkan pada perlakuan
A B P2 (5%), kadar air sekitar 83,17%.
Kadar air pada hidrolisat
Gambar 1.A. Hidrolisat sesudah protein belut ini tergolong tinggi,
sentrifuse; disebabkan hidrolisat yang
B. Hidrolisat sesudah dihasilkan dalam bentuk cairan tetapi
evaporasi. terjadi penurunan kadar air seiring
Jenis dan konsentrasi enzim dengan penambahan enzim. Kadar
merupakan salah satu faktor yang air pada hidrolisat protein belut ini
mempengaruhi kecepatan tingkat tidak berbeda jauh dengan hasil
degradasi enzim proteolitik. Pada penelitian hidrolisat protein ikan
proses hidrolisis dengan tongkol oleh Anggraeni et al.,(2017)
menggunkan enzim, substrat yang yaitu 86,91-89,77%. bahan, suhu
digunakan akan diubah menjadi pengeringan, aliran udara dan
produk hidrolisat. tekanan uap yang di udara.
Persentase banyaknya produk
hidrolisat yang dihasilkan terhadap Kadar Abu
berat bahan baku sebelum
dihidrolisis disebut rendemen produk Nilai kadar abu dapat dilihat
hidrolisat. Hasil analisis variansi pada Tabel 4. Rata-rata kadar abu
menunjukkan konsentrasi enzim hidrolisat protein belut antara 0,39 –
papain berbeda berpengaruh sangat 0,65%. Nilai rata-rata kadar abu
nyata terhadap rendemen hidrolisat hidrolisat protein belut menunjukkan
protein belut. Rata-rata rendemen penurunan seiring dengan
hidrolisat protein belut sesudah penambahan konsentrasi enzim
evaporasi dapat dilihat pada Tabel 3. papain.
No Perlakuan Berat bahan baku (gr) Berat hidrolisat cair (gr) Rendemen (%)
1 P1 50,0736 16,5489 33,05a
2 P2 50,0276 17,6349 35,25ab
3 P3 50,0583 18,5996 37,15 bc
6
Senyawa alkali dan senyawa Hasil kadar protein pada
senyawa asam yang ditambahkan hidrolisat protein belut ini lebih besar
selama proses hidrolisis protein dari hasil kadar protein hidrolisat
bertujuan untuk mencapai pH protein ikan selar kuning oleh
optimum enzim, pencampuran kedua Hidayat (2005) yaitu antara 5,30%,
senyawa tersebut akan menyebabkan tetapi lebih rendah dari hasil kadar
terbentuknya senyawa garam yang air hidrolisat protein lele dumbo oleh
dapat meningkatkan kadar abu pada Salamah et al.,(2012) yaitu 53,29%.
hidrolisat protein. Kadar abu pada
hidrolisat protein belut ini lebih Kadar Lemak
rendah dari hasil penelitian Hidayat
(2005) yaitu 1,36%. Rata-rata kadar lemak
hidrolisat protein belut antara 0,28 –
Kadar Protein 0,51%. Kadar lemak pada perlakuan
P1 adalah 0,51%, pada perlakuan P2
Rata-rata kadar protein sekitar 0,35%, dan pada perlakuan
hidrolisat protein belut antara 14,35 – P3 sekitar 0,28%. Nilai kadar lemak
16,52%. Kadar protein hidrolisat hidrolisat protein menurun jika
yang dihasilkan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan kadar lemak
dengan kadar protein bahan baku bahan baku yaitu sebesar 1,28%.
belut yang digunakan yaitu 14,54%. Hidrolisat protein yang mempunyai
Kadar protein tertinggi terdapat pada kadar lemak yang rendah umumnya
perlakuan P3 (7%) yaitu 16,52%, dan lebih stabil terhadap reaksi oksidasi
kadar protein terendah pada lemak dibandingkan hidrolisat
perlakuan P1 (3%) yaitu sekitar protein ikan yang mempunyai kadar
14,35%. Sedangkan pada perlakuan lemak tinggi (Nilsang et al., 2005).
P2 (5%), kadar protein sekitar Hasil analisis proksimat hidrolisat
15,64%. protein belut dapat dilihat pada
Kadar protein meningkat Tabel 4.
seiring bertambahnya konsentrasi
enzim papain yang ditambahkan. Hal Jenis dan Kadar Asam Amino
tersebut menunjukkan bahwa dengan Total Hidrolisat Protein Belut
bertambahnya konsentrasi enzim
maka kecepatan reaksi hidrolisis Hasil analisis jenis dan kadar
semakin meningkat, namun demikian asam amino total pada hidrolisat
pada batas tertentu penambahan protein belut disajikan pada Tabel 5.
enzim yang berlebihan akan Berdasarkan Tabel 5, kadar asam
berakibat pada jumlah hidrolisat amino total menunjukkan perbedaan
yang konstan karena penambahan yang tidak terlalu besar antara P1
enzim sudah tidak aktif lagi. (3%), P2 (5%), dan P3 (7%).
7
Tabel 5. Hasil analisis asam amino total hidrolisat protein belut
8
kadar lemak 1,28% dan karbohidrat mineral. Jurnal Depik. 4(1):
by difference 1,14%. Rata-rata 49-57.
rendemen hidrolisat protein belut Bernadeta, Ardiningsih, P., Silalahi,
hasil evaporasi pada perlakuan P1 I.H. 2012. Penentuan kondisi
(3%) adalah 33,05%, pada perlakuan optimum hidrolisat protein
P2 (5%) sekitar 35,25%, sedangkan dari limbah ikan ekor kuning
pada perlakuan P3 (7%) adalah (Caesio cuning) berdasarkan
37,15%. Kosentrasi enzim papain karakteristik organoleptik.
berbeda memberikan pengaruh yang Jurnal Kimia Khatulistiwa.
nyata terhadap rendemen. 1(1) : 26-30.
Cholifah. 2014. Produksi dan
Terdapat 17 jenis asam amino karakterisasi hidrolisat jeroan
pada setiap hidrolisat protein belut ikan kakap putih (Lates
yaitu pada perlakuan P1, P2 dan P3. calcarifer). [skripsi].
Kadar asam amino total Departemen teknologi hasil
menunjukkan perbedaan yang tidak perairan, fakultas perikanan
jauh berbeda antara P1, P2, dan P3. dan ilmu kelautan, IPB.
Asam amino total pada perlakuan P1 Bogor.
(3%) sekitar 14,03%, perlakuan P2
(5%) sekitar 14,86%, dan pada Hidayat, T. 2005. Pembuatan
perlakuan P3 (7%) yaitu 15,66%. hidrolisat protein dari ikan
Berdasarkan hasil penelitian yang selar kuning (caranx
telah dilakukan penulis menyarankan leptolepis) dengan
agar dilakukan penelitian lanjutan menggunakan enzim papain.
untuk melihat pengaruh penambahan [Skripsi]. Bogor. Fakultas
enzim papain berbeda pada Perikanan dan Ilmu Kelautan,
konsentrasi yang lebih tinggi. Serta Institut Pertanian Bogor.
mengukur kandungan NPN dan asam Irianto, H dan Soesilo, I. 2007.
amino bebas pada produk hidrolisat Dukungan Tkhnologi
protein belut. Penyediaan produk
perikanan. Badan riset
DAFTAR PUSTAKA kelautan dan perikanan.
Nilsang S., et al, 2005. Optimization
Anggraeni BE, Karnila R, Edison. of enzymatic hydrolysis of
2017. Pengaruh penambahan fish soluble concentrate by
enzim papain berbeda commercial proteses. Journal
terhadap presipitat dan of Good Engineering. 70:571-
suprnatan hidrolisat protein 578.
ikan tongkol (Euthynnus Resiandini, D S., Indrawati, V. 2013.
affinis). [skripsi]. Riau: Pengaruh jumlah daging belut
Fakultas perikanan dan (Monopterus albus) dan
kelautan, Universitas Riau. penambahan puree wortel
Astiana, I., et al. 2015. Pengaruh (Daucus carota) pada hasil
penggorengan belut sawah jadi kerupuk. E-journal Boga.
(Monopterus albus) terhadap 2(3):95-103.
komposisi asam amino, asam
lemak, kolesterol dan
9
Salamah, E., Nurhayati, T., Widadi,
I.R. 2012. Pembuatan dan
karakteristik hidrolisat
protein dari ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus)
menggunakan enzim papain.
Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 15(1).
Subagio A,, Windrati WS., Fauzi M.,
Witono Y. 2004.
Karakteristik protein
myofibril dari ikan kuniran
(Upeneus moluccensis) dan
ikan mata besar (Selar
crumenophthalmus). Jurnal
Teknologi dan Industri
Pangan. 12(1): 70-78.
Suwandi R. 2014. Proporsi bagian
tubuh dan kadar proksimat
ikan gabus pda berbagai
ukuran. Jurnal Teknologi
Hasil Perairan. 17 (1) : 25-
26.
Ulianty, E. N. 2002. Pemanfaatan
Belut (Monopterus albus)
Sebagai Abon dengan
Penambahan Keluwih
(Artocarpus communis)
[skripsi]. Bogor. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Winarno FG. 1987. Enzim Pangan.
Jakarta : PT. Gramedia.
Zailanie Kartini. 2015. Fish
Handling. Universitas
Brawijaya Press. UB Press.
10