Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain Berbeda Terhadap Kandungan Asam Amino Total Hidrolisat Protein BELUT (Monopterus Albus)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL

PENGARUH KONSENTRASI ENZIM PAPAIN BERBEDA TERHADAP


KANDUNGAN ASAM AMINO TOTAL HIDROLISAT PROTEIN
BELUT (Monopterus albus)

OLEH

AYU AGUSTINA
NIM : 1404114906

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
EFFECT OF DIFFERENT CONCENTRATION OF PAPAIN ENZYME
TOWARD TOTAL AMINO ACID OF EEL (Monopterus albus) PROTEIN
HYDROLYSATE

Ayu Agustina 1), Rahman Karnila 2), Mirna Ilza 2)


Email: ayuuagstna@gmail.com

ABSTRACT

This research was aimed to determine the proximate chemical content of


eel (Monopterus albus) meat, obtain the eel protein hydrolysate from different
concentration of papain enzymes, and determine the total amino acid of eel
protein hydrolysate. The method used was an experimental method with a
Completely Randomized Design (CRD). The treatments used was various
concentrations of papain enzymes P1 (3%), P2 (5%), P3 (7%). Parameters
observed were proximate analysis (moisture, ash, protein, fat, and carbohydrate
content) of eel protein hydrolysate, total amino acid analysis and yield. The results
showed that the proximate content of eel meat was 81.28% moisture content,
1.76% ash content, 14.54% protein content, 1.28% fat content, and 1.14%
carbohydrate (by difference). Total amino acids analysis of P1, P2, and P3
treatments were 14.03%, 14.86%, and 15.66%, respectively. The different
concentration of papain enzymes had a very significant effect on yield, whereas
the yields of P1, P2, and P3 treatments were 33.05%, 35.25%, and 37.15%,
respectively.

Keywords: Fish protein hydrolysate, eel, papain enzyme


1)
Students of the Faculty of Fisheries and marine, Universitas Riau
2)
Lecturer of the Faculty of Fisheries and marine, Universitas Riau

1
PENGARUH KONSENTRASI ENZIM PAPAIN BERBEDA TERHADAP
KANDUNGAN ASAM AMINO TOTAL HIDROLISAT PROTEIN
BELUT (Monopterus albus)

Ayu Agustina 1), Rahman Karnila 2), Mirna Ilza 2)


Email : ayuuagstna@gmail.com

ABSTRAK

Penelititan ini bertujuan mengetahui kandungan kimia proksimat dari


daging belut, mendapatkan hidrolisat protein dari belut (Monopterus albus)
dengan konsentrasi enzim papain berbeda, mengetahui asam amino total hidrolisat
protein dari belut (Monopterus albus). Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen yang disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Perlakuan yang digunakan untuk menghasilkan hidrolisat protein belut terdiri dari
berbagai konsentrasi enzim papain berbeda, yaitu: 3%, 5%, dan 7%. Parameter
yang diamati adalah analisis proksimat (nilai kadar protein, lemak, air, abu)
daging belut dan hidrolisat protein dari belut, analisis asam amino total dan
penghitungan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan kandungan kimia
proksimat daging belut yaitu kadar air 81,28% , kadar abu 1,76%, kadar protein
14,54%, kadar lemak 1,28%, dan kadar karbohidart by difference 1,14%.
Kosentrasi enzim papain berbeda memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
rendemen, perlakuan P1 (3%) adalah 33,05%, pada perlakuan P2 (5%) sekitar
35,25%, sedangkan pada perlakuan P3 (7%) adalah 37,15%. Hasil analisis asam
amino total terdiri dari perlakuan 3%, 5%, 7% berturut turut adalah 14,03 %,
14,86%, 15,66%.

Kata kunci: Hidrolisat protein ikan, Belut, Enzim papain.


1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

2
PENDAHULUAN menghasilkan hidrolisat protein ikan
tanpa kehilangan asam amino
Belut merupakan salah satu esensial, serta terhindar dari
jenis ikan air tawar yang dapat perubahan atau kerusakan produk.
ditemukan di sawah maupun rawa Menurut Salamah et al. (2012),
yang berlumpur dan cukup dikenal kondisi optimum proses hidrolisis
oleh masyarakat. Belut (Monopterus daging ikan yaitu menggunakan
albus) digemari karena rasanya yang enzim papain dengan konsentrasi 5%
enak dan mengandung protein yang (b/v), pH 7,0 dengan waktu hidrolisis
tinggi. Kandungan gizi dalam 100 gr selama 6 jam.
daging belut adalah protein 14 gr, Enzim yang bekerja sebagai
lemak 27 gr, kalori 303 kal, kalsium katalis dalam hidrolisis protein
20 mg, fosfor 200 mg, besi 1 gr, disebut enzim proteolitik atau
Vitamin A 1600 SI, kadar air 58 gr protease. Salah satu enzim proteolitik
(Ulianty, 2002), dan omega 3 senilai yang dapat digunakan adalah enzim
11,80 gr (Resiandini, 2013) serta papain. Enzim papain merupakan
karbohidrat 10,9 gr (Irianto dan hasil isolasi dari getah penyadapan
Soesilo, 2007). buah pepaya (Carica papaya L.).
Protein tersusun atas dua Kelebihan papain dibandingkan
puluh monomer-monomer asam proteolitik yang lain adalah lebih
amino yang berbeda. Mutu protein tahan terhadap proses suhu,
dinilai dari perbandingan asam-asam mempunyai kisaran pH yang luas
amino yang terkandung dalam dan lebih murni dibandingkan
protein tersebut (Winarno, 2008). bromelin dan ficin
Beberapa jenis asam amino yang Penelitian ini bertujuan
terkandung dalam belut adalah glisin, mendapatkan hasil proksimat dari
valin, alanin, methionin, dan asam daging belut (Monopterus albus)
glutamat. Selain itu nukleotida dari mendapatkan hidrolisat protein dari
jenis IMP (inosin mono phosphat) belut (Monopterus albus) dengan
dan GMP (guanosin mono phosphat) konsentrasi enzim papain berbeda,
juga ikut mempengaruhi mengetahui asam amino total
karakterisasi rasa, terutama dalam hidrolisat protein dari belut
pembentukan rasa “umami” yaitu (Monopterus albus).
rasa khas seperti golongan daging
(Subagio, et al., 2004). METODE PENELITIAN
Kandungan protein pada
belut dapat dimanfaatkan menjadi Bahan utama dalam
beberapa produk dengan teknologi penelitian ini adalah belut
saat ini, salah satunya adalah (Monopterus albus). Enzim papain
hidrolisat protein dari belut. komersial merek “Paya”, ingredients:
Hidrolisat protein ikan merupakan papain, dekstrosa, dan garam, dengan
produk yang dihasilkan dari aktivitas spesifik 1,0593 Unit/gram.
penguraian protein ikan menjadi Metode yang digunakan dalam
senyawa-senyawa berantai pendek penelitian ini merupakan metode
karena adanya proses hidrolisis, baik eksperimen dengan rancangan acak
oleh enzim, asam maupun basa lengkap (RAL) non faktorial dengan
(Bernadeta et al., 2012). Hidrolisis perlakuan yaitu penambahan enzim
secara enzimatis lebih efisien, murah, papain dengan konsentrasi yang

3
terdiri dari P1 (penambahan licin yang diselimuti oleh lendir, dan
konsentrasi enzim 3%), P2 belut juga tidak memiliki sirip.
(penambahan konsentrasi enzim 5%),
P3 (penambahan konsentrasi enzim Preparasi Bahan Baku Belut
7%). (Monopterus albus)
Tahapan penelitian ini terdiri
dari preparasi daging belut dan Penelitian ini menggunakan
pembuatan hidrolisat protein belut. belut segar dengan rata-rata 360
Daging belut terlebih dahulu gr/ekor. Bagian yang tidak
dibersihkan, difillet, dan dilumatkan. digunakan dalam penelitian ini
Kemudian daging belut ditimbang adalah kepala, kulit dan tulang belut
sebanyak 50 gr ditambahkan aquades memiliki rata-rata persentase
sebanyak 50 ml. Ditambahkan enzim tertinggi, yaitu 49,12%. Jeroan belut
papain sebanyak perlakuan 3 taraf, merupakan bagian-bagian di dalam
dihidrolisis pada suhu 55oC selama rongga perut belut yang juga tidak
24 jam, lalu di inaktivasi enzim pada digunakan dalam penelitian, dengan
suhu 85oC selama 15 menit. rata-rata persentase sebesar 12,46%.
Kemudian di sentrifugasi selama 15 Bahan baku dalam penelitian
menit, lalu didapatkan supernatan berupa daging belut yang berwarna
yang selanjutnya di evaporasi. putih keabu-abuan dengan sedikit
Sehingga didapatkan hidrolisat otot dan bertekstur kenyal, sebesar
protein belut. 38,42%. Persentase antara bagian
Parameter yang diamati tubuh yang didapat dari hasil
analisis proksimat (nilai kadar penyiangan 1.800 gr belut segar
protein, lemak, air, abu) daging belut ditunjukkan pada Tabel 1.
dan hidrolisat protein dari belut,
analisis asam amino total dan Komposisi Kimia (Proksimat)
penghitungan rendemen. Daging Belut

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air belut dihasilkan


sebesar 81,28%. Nilai kadar air lebih
Karakterisasi Belut (Monopterus dipengaruhi oleh tingkat kekeringan
albus) sampel saat preparasi, salah satunya
saat proses pengeringan sampel.
Belut yang digunakan dalam Kadar abu daging belut terhitung
penelitian ini adalah belut dengan sebesar 1,76%, hasil penelitian ini
ukuran 40-65 cm dengan berat lebih tinggi dari hasil penelitian
sekitar 300 – 400 gr/ekor yang Astiana et al., (2015) yaitu sebesar
diperoleh dari salah satu Pasar 0,33%.
Tradisional Pekanbaru, Riau. Kadar abu merupakan
Morfologi umum belut yang campuran dari komponen anorganik
digunakan berbentuk silindris atau atau mineral yang terdapat pada
memanjang seperti ular, permukaan suatu bahan pangan. Bahan pangan
tubuhnya berwarna coklat kehitaman terdiri dari 96% bahan anorganik dan
dan bagian bawah tubuhnya air, sedangkan sisanya merupakan
berwarna coklat kekuningan. Belut unsur-unsur mineral.
tidak memiliki sisik, tubuhnya sangat

4
Tabel 1. Persentase bagian tubuh belut (Monopterus albus)

Sampel Belut Daging( Persentase Jeroan Persentase Kepala,dll Persentase


(gr) gr) (%) (gr) (%) (gr) (%)
1 396 188 47,78 52 13,13 156 39,39
2 350 130 37,14 45 12,86 175 50,00
3 322 98 30,43 38 11,80 186 57,77
4 338 118 34,91 40 11,83 180 53,26
5 394 166 42,13 50 12,69 178 45,18
Rata- 360 140 38,42 45 12,46 175 49,12
rata

Kadar protein daging belut darah. Karbohidart berfungsi sebagai


sebesar 14,54%. Menurut Zailanie sumber energi pada tubuh ikan.
(2015), kandungan protein pada ikan Komposisi kimia (proksimat) daging
sekitar 18-20%, yang terdapat pada belut dapat dilihat pada Tabel 2.
daging ikan. Kandungan protein pada
daging belut berasal dari Tabel 2. Hasil analisis proksimat
sarkoplasma dalam sarkoma, fibrilar daging belut
(benang-benang daging atau disebut Komponen Persentase (%)
miofibril dan miofilamen) dan Air 81,28
stroma yang letaknya pada jaringan
Abu 1,76
pengikat dan dinding sel.
Kadar lemak belut terhitung Protein 14,54
sebesar 1,28%, hasil ini lebih tinggi Lemak 1,28
dari hasil penelitian Astiana et al., Karbohidrat by 1,14
(2015) yaitu 0,12%. Lemak pada difference
ikan terdapat pada organ-organ
penting seperti hati, isi perut, daging, Hidrolisat Protein Belut
kulita dan sel telur. Kandungan (Monopterus albus)
lemak pada ikan dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal di antaranya Rendemen
habitat, umur, dan jenis kelamin.
Lemak ikan sebagian besar adalah Hidrolisat protein merupakan
asam lemak tak jenuh yang produk hasil dari hidrolisis protein
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan yang prinsip pembuatannya adalah
dapat menurunkan kolestrol darah. pemutusan ikatan peptida pada
protein dengan menggunakan enzim.
Karbohidrat by difference Enzim yang digunakan untuk
merupakan kadar karbohidrat dalam menghidrolisis protein belut dalam
bentuk kasar. Kadar karbohidrat penelitian ini adalah enzim papain
daging belut terhitung sebesar merk “Paya” dengan aktivitas
1,14%, lebih rendah dari hasil spesifik 1,0593 Unit/gr (Anggraeni et
penelitian Astiana et al., (2015) yaitu al., 2017). Proses hidrolisis protein
4,75% dan ikan gabus pada menggunakan enzim papain
penelitian Suwandi (2014) yaitu dilakukan selama 24 jam, sehingga
sekitar 13,40%. Karbohidrat dalam diharapkan dapat menghasilkan
daging ikan merupakan polisakarida hidrolisat dengan kandungan asam
yaitu glikogen yang terdapat dalam amino total yang tinggi.

5
Hidrolisat protein belut cair Karakteristik Kimia Hidrolisat
yang dihasilkan (Gambar 1), setelah Protein Belut
dilakukan evaporasi terlihat lebih
keruh dan jumlah volumenya Kadar Air
berkurang.
Nilai kadar air dapat dilihat
pada Tabel 4. Rata-rata kadar air
hidrolisat protein belut antara 81,46 –
84,41%. Kadar air tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 (3%) yaitu
84,41%, dan kadar air terendah pada
perlakuan P3(7%) yaitu sekitar
81,46%. Sedangkan pada perlakuan
A B P2 (5%), kadar air sekitar 83,17%.
Kadar air pada hidrolisat
Gambar 1.A. Hidrolisat sesudah protein belut ini tergolong tinggi,
sentrifuse; disebabkan hidrolisat yang
B. Hidrolisat sesudah dihasilkan dalam bentuk cairan tetapi
evaporasi. terjadi penurunan kadar air seiring
Jenis dan konsentrasi enzim dengan penambahan enzim. Kadar
merupakan salah satu faktor yang air pada hidrolisat protein belut ini
mempengaruhi kecepatan tingkat tidak berbeda jauh dengan hasil
degradasi enzim proteolitik. Pada penelitian hidrolisat protein ikan
proses hidrolisis dengan tongkol oleh Anggraeni et al.,(2017)
menggunkan enzim, substrat yang yaitu 86,91-89,77%. bahan, suhu
digunakan akan diubah menjadi pengeringan, aliran udara dan
produk hidrolisat. tekanan uap yang di udara.
Persentase banyaknya produk
hidrolisat yang dihasilkan terhadap Kadar Abu
berat bahan baku sebelum
dihidrolisis disebut rendemen produk Nilai kadar abu dapat dilihat
hidrolisat. Hasil analisis variansi pada Tabel 4. Rata-rata kadar abu
menunjukkan konsentrasi enzim hidrolisat protein belut antara 0,39 –
papain berbeda berpengaruh sangat 0,65%. Nilai rata-rata kadar abu
nyata terhadap rendemen hidrolisat hidrolisat protein belut menunjukkan
protein belut. Rata-rata rendemen penurunan seiring dengan
hidrolisat protein belut sesudah penambahan konsentrasi enzim
evaporasi dapat dilihat pada Tabel 3. papain.

Tabel 3. Rata-rata rendemen hidrolisat protein belut sesudah evaporasi

No Perlakuan Berat bahan baku (gr) Berat hidrolisat cair (gr) Rendemen (%)
1 P1 50,0736 16,5489 33,05a
2 P2 50,0276 17,6349 35,25ab
3 P3 50,0583 18,5996 37,15 bc

6
Senyawa alkali dan senyawa Hasil kadar protein pada
senyawa asam yang ditambahkan hidrolisat protein belut ini lebih besar
selama proses hidrolisis protein dari hasil kadar protein hidrolisat
bertujuan untuk mencapai pH protein ikan selar kuning oleh
optimum enzim, pencampuran kedua Hidayat (2005) yaitu antara 5,30%,
senyawa tersebut akan menyebabkan tetapi lebih rendah dari hasil kadar
terbentuknya senyawa garam yang air hidrolisat protein lele dumbo oleh
dapat meningkatkan kadar abu pada Salamah et al.,(2012) yaitu 53,29%.
hidrolisat protein. Kadar abu pada
hidrolisat protein belut ini lebih Kadar Lemak
rendah dari hasil penelitian Hidayat
(2005) yaitu 1,36%. Rata-rata kadar lemak
hidrolisat protein belut antara 0,28 –
Kadar Protein 0,51%. Kadar lemak pada perlakuan
P1 adalah 0,51%, pada perlakuan P2
Rata-rata kadar protein sekitar 0,35%, dan pada perlakuan
hidrolisat protein belut antara 14,35 – P3 sekitar 0,28%. Nilai kadar lemak
16,52%. Kadar protein hidrolisat hidrolisat protein menurun jika
yang dihasilkan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan kadar lemak
dengan kadar protein bahan baku bahan baku yaitu sebesar 1,28%.
belut yang digunakan yaitu 14,54%. Hidrolisat protein yang mempunyai
Kadar protein tertinggi terdapat pada kadar lemak yang rendah umumnya
perlakuan P3 (7%) yaitu 16,52%, dan lebih stabil terhadap reaksi oksidasi
kadar protein terendah pada lemak dibandingkan hidrolisat
perlakuan P1 (3%) yaitu sekitar protein ikan yang mempunyai kadar
14,35%. Sedangkan pada perlakuan lemak tinggi (Nilsang et al., 2005).
P2 (5%), kadar protein sekitar Hasil analisis proksimat hidrolisat
15,64%. protein belut dapat dilihat pada
Kadar protein meningkat Tabel 4.
seiring bertambahnya konsentrasi
enzim papain yang ditambahkan. Hal Jenis dan Kadar Asam Amino
tersebut menunjukkan bahwa dengan Total Hidrolisat Protein Belut
bertambahnya konsentrasi enzim
maka kecepatan reaksi hidrolisis Hasil analisis jenis dan kadar
semakin meningkat, namun demikian asam amino total pada hidrolisat
pada batas tertentu penambahan protein belut disajikan pada Tabel 5.
enzim yang berlebihan akan Berdasarkan Tabel 5, kadar asam
berakibat pada jumlah hidrolisat amino total menunjukkan perbedaan
yang konstan karena penambahan yang tidak terlalu besar antara P1
enzim sudah tidak aktif lagi. (3%), P2 (5%), dan P3 (7%).

Tabel 4. Hasil analisis proksimat hirolisat protein belut (Monopterus albus)


Perlakuan Air (%) Abu (%) Protein (%) Lemak (%)
P1 84,41c 0,65bc 14,35a 0,51c

P2 83,17b 0,50ab 15,64b 0,35ab

P3 81,46a 0,39a 16,52bc 0,28a

7
Tabel 5. Hasil analisis asam amino total hidrolisat protein belut

Kelompok Jenis Asam P1 (%) P2 (%) P3 (%)


asam amino Amino
Histidin 0,22 0,18 0,21
Arganin 0,59 0,62 0,67
Treonin 0,47 0,50 0,51
Asam amino Valin 0,52 0,59 0,61
Esensial Metionin 0,54 0,54 0,57
Isoleusin 0,36 0,38 0,44
Leusin 0,85 0,88 0,90
Phenilalanin 0,29 0,56 0,57
Lisin 2,18 2,28 2,30
Jumlah 6,02 6,53 6,78
Asam Aspartat 1,90 1,84 1,99
Asam Glutamat 3,73 3,84 3,95
Asam amino Serin 0,31 0,58 0,60
Non esensial Glisin 0,53 0,42 0,55
Alanin 0,83 0,88 0,92
Prolin 0,28 0,30 0,36
Tirosin 0,27 0,28 0,30
Sistein 0,16 0,19 0,21
Jumlah 8,01 8,33 8,88
TOTAL 14,03 14,86 15,66

Pada Tabel 5 dapat dilihat, Asam amino yang dihasilkan


bahwa asam amino total pada dari produk hidrolisat protein belut
perlakuan P1 (3%) sekitar 14,03%, adalah 17 jenis asam amino. Hal ini
perlakuan P2 (5%) sekitar 14,86% berarti proses hidrolisis yang
dan pada perlakuan P3 (7%) yaitu dilakukan mendekati sempurna. Bila
15,66%. Hal ini menunjukkan bahwa hidrolisis berjalan sempurna maka
dengan penambahan konsentrasi akan dihasilkan hidrolisat yang
enzim papain dapat meningkatkan terdiri dari 18-20 jenis asam amino
kadar asam amino total pada (Cholifah, 2014).
hidrolisat protein belut. Namun jika
dibandingkan dengan kadar protein KESIMPULAN DAN SARAN
total hidrolisat protein belut 14,35-
16,52% jumlah asam amino yang Berdasarkan hasil peenelitian,
terbentuk lebih sedikit, hal ini diduga terdapat pengaruh penambahan
karena protein yang terlarut pada konsentrasi enzim papain berbeda
hidrolisat protein belut sebagian terhadap hidrolisat protein belut. Hal
masih dalam bentuk peptida- ini ditunjukkan dengan nilai
peptida sehingga menyebabkan komposisi kimia (proksimat) dari
rendahnya asam amino pada daging belut yaitu kadar air 81,28%,
hidrolisat protein. abu 1,76%, kadar protein 14,54%,

8
kadar lemak 1,28% dan karbohidrat mineral. Jurnal Depik. 4(1):
by difference 1,14%. Rata-rata 49-57.
rendemen hidrolisat protein belut Bernadeta, Ardiningsih, P., Silalahi,
hasil evaporasi pada perlakuan P1 I.H. 2012. Penentuan kondisi
(3%) adalah 33,05%, pada perlakuan optimum hidrolisat protein
P2 (5%) sekitar 35,25%, sedangkan dari limbah ikan ekor kuning
pada perlakuan P3 (7%) adalah (Caesio cuning) berdasarkan
37,15%. Kosentrasi enzim papain karakteristik organoleptik.
berbeda memberikan pengaruh yang Jurnal Kimia Khatulistiwa.
nyata terhadap rendemen. 1(1) : 26-30.
Cholifah. 2014. Produksi dan
Terdapat 17 jenis asam amino karakterisasi hidrolisat jeroan
pada setiap hidrolisat protein belut ikan kakap putih (Lates
yaitu pada perlakuan P1, P2 dan P3. calcarifer). [skripsi].
Kadar asam amino total Departemen teknologi hasil
menunjukkan perbedaan yang tidak perairan, fakultas perikanan
jauh berbeda antara P1, P2, dan P3. dan ilmu kelautan, IPB.
Asam amino total pada perlakuan P1 Bogor.
(3%) sekitar 14,03%, perlakuan P2
(5%) sekitar 14,86%, dan pada Hidayat, T. 2005. Pembuatan
perlakuan P3 (7%) yaitu 15,66%. hidrolisat protein dari ikan
Berdasarkan hasil penelitian yang selar kuning (caranx
telah dilakukan penulis menyarankan leptolepis) dengan
agar dilakukan penelitian lanjutan menggunakan enzim papain.
untuk melihat pengaruh penambahan [Skripsi]. Bogor. Fakultas
enzim papain berbeda pada Perikanan dan Ilmu Kelautan,
konsentrasi yang lebih tinggi. Serta Institut Pertanian Bogor.
mengukur kandungan NPN dan asam Irianto, H dan Soesilo, I. 2007.
amino bebas pada produk hidrolisat Dukungan Tkhnologi
protein belut. Penyediaan produk
perikanan. Badan riset
DAFTAR PUSTAKA kelautan dan perikanan.
Nilsang S., et al, 2005. Optimization
Anggraeni BE, Karnila R, Edison. of enzymatic hydrolysis of
2017. Pengaruh penambahan fish soluble concentrate by
enzim papain berbeda commercial proteses. Journal
terhadap presipitat dan of Good Engineering. 70:571-
suprnatan hidrolisat protein 578.
ikan tongkol (Euthynnus Resiandini, D S., Indrawati, V. 2013.
affinis). [skripsi]. Riau: Pengaruh jumlah daging belut
Fakultas perikanan dan (Monopterus albus) dan
kelautan, Universitas Riau. penambahan puree wortel
Astiana, I., et al. 2015. Pengaruh (Daucus carota) pada hasil
penggorengan belut sawah jadi kerupuk. E-journal Boga.
(Monopterus albus) terhadap 2(3):95-103.
komposisi asam amino, asam
lemak, kolesterol dan

9
Salamah, E., Nurhayati, T., Widadi,
I.R. 2012. Pembuatan dan
karakteristik hidrolisat
protein dari ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus)
menggunakan enzim papain.
Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 15(1).
Subagio A,, Windrati WS., Fauzi M.,
Witono Y. 2004.
Karakteristik protein
myofibril dari ikan kuniran
(Upeneus moluccensis) dan
ikan mata besar (Selar
crumenophthalmus). Jurnal
Teknologi dan Industri
Pangan. 12(1): 70-78.
Suwandi R. 2014. Proporsi bagian
tubuh dan kadar proksimat
ikan gabus pda berbagai
ukuran. Jurnal Teknologi
Hasil Perairan. 17 (1) : 25-
26.
Ulianty, E. N. 2002. Pemanfaatan
Belut (Monopterus albus)
Sebagai Abon dengan
Penambahan Keluwih
(Artocarpus communis)
[skripsi]. Bogor. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Winarno FG. 1987. Enzim Pangan.
Jakarta : PT. Gramedia.
Zailanie Kartini. 2015. Fish
Handling. Universitas
Brawijaya Press. UB Press.

10

You might also like