Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Studi Etnoteknologi Dan Pemanfaatan Sia-Sia (Sipunculus Nudus) Oleh Mayarakat Di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 12, No. 1, 2019

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

STUDI ETNOTEKNOLOGI DAN PEMANFAATAN SIA-SIA (Sipunculus nudus) OLEH


MAYARAKAT DI PULAU NUSALAUT, KABUPATEN MALUKU TENGAH
STUDY OF ETNOTECHNOLOGY AND UTILIZATION OF SIA-SIA (Sipunculus nudus) BY COMMUNITY ON NUSALAUT
ISLAND, CENTRAL MALUKU DISTRICT

Rosita Silaban

Program Studi Teknologi Kelautan, Politeknik Perikanan Negeri Tual


Jl. Raya Langgur-Sathean Km 6 Kabupaten Maluku Tenggara,
Tlp./Fax. 081212161645/(0916) 21377

Corresponding author e-mail: rosita.silaban@polikant.ac.id

Submitted: 19 Maret 2019 / Revised: 27 Juni 2019 / Accepted: 27 Juni 2019

http://doi.org/10.21107/jk.v12i1.5082

ABSTRACT

Sia-sia, has a worm-like shape, is an organism that lives in the coastal areas, especially around the
seagrass areas, mangroves and coral reefs and tends to inhabit the bottom of the water especially
specifically in the substrate so that it is categorized as benthic organisms. The purpose of this study
was to 1) analyze the techniques and patterns of Sia-sia capture, 2) reviewing how to use Sia-sia, and
3) analyze the nutrient content of Sia-sia. The research method is divided into two, namely: field
sampling in the form of: distributing questionnaires, interviews and observations while non-field
activities, namely laboratory testing in the form of analysis: water content, protein, fat, ash,
carbohydrates, minerals Calcium (Ca), phosphorus (P) and iodine (I2). The results of the study show
that the Sia-sia capture technique is unique and requires its own skills. The arrests carried out by the
local community against Sia-sia are still very controlled so the number of Sia-sia is quite abundant
and the habitat is also seen in good condition. But on the other hand, the community has not been
able to use it to be produced for economic value.. The nutritional content of Sipuncula on Nusalaut
Island differs according to location, but has a complete composition with a range of water content
ranging from 74.96 to 79.12%, protein 16.88-17.23%, fat 0.22-0.28% , carbohydrates 1.03-3.86%, ash
2.41-3.06%, calcium 6.16-12.42%, phosphorus 0.98-1.09%, iodine 5.93-6.65% . Based on the
analysis of nutrient content, it has been proved to be a delicious and nutritious food.

Keywords: technology, utilization, futile, Nusalaut

ABSTRAK

Sia-sia memiliki bentuk menyerupai cacing, merupakan organisme yang hidup meliang di daerah
pesisir terutama di sekitar area padang lamun, mangrove dan terumbu karang serta cenderung
mendiami dasar perairan terlebih khusus di dalam substrat sehingga dikategorikan sebagai
organisme bentik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) menganalisis teknik dan pola
penangkapan sia-sia, 2) mengkaji cara pemanfaatan sia-sia, dan 3) menganalisis kandungan nutrisi
sia-sia. Metode penelitian terbagi dua yaitu: pengambilan sampel lapangan berupa : penyebaran
kuisioner, wawancara dan pengamatan sedangkan kegiatan non lapangan yaitu pengujian
laboratorium berupa analisa : kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat, mineral Calsium (Ca),
Phosfor (P) dan Iodium (I2). Hasil penelitian menunjukan teknik penangkapan sia-sia tergolong unik
dan memerlukan ketrampilan tersendiri. Penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat setempat
terhadap sia-sia masih sangat terkendali sehingga jumlah sia-sia cukup melimpah dan habitatnya
juga terlihat dalam keadaan baik. Namun disisi lain, masyarakat belum mampu memanfaatkannya
untuk diproduksi untuk bernilai ekonomis. Kandungan nutrisi Sipuncula di Pulau Nusalaut, berbeda
menurut lokasi, tetapi memiliki komposisi yang lengkap dengan kisaran kadar air berkisar antara
74,96-79,12%, protein 16,88-17,23%, lemak 0,22-0,28%, karbohidrat 1,03-3,86%, abu 2,41-3,06%,

78
Jurnal Kelautan, 12(1), 78-88 (2019)
Calsium 6,16-12,42%, Fosfor 0,98-1,09%, Iodium 5,93-6,65%. Berdasarkan analisa kandungan
nutrisi, sia-sia terbukti merupakan salah satu bahan pangan yang lezat dan bergizi.

Kata kunci: etnoteknologi, pemanfaatan, sia-sia, Nusalaut

PENDAHULUAN dikelompokkan. Sipuncula yang juga dikenal


dengan nama Sipunculida (Tere of life web
Dewasa ini, perikanan dunia memberikan project, 2008), adalah biota yang termasuk ke
kontribusi yang sangat besar baik bagi dalam filum tersendiri di bawah Kingdom
pemenuhan nutrisi manusia maupun bagi Animalia, yakni Filum Sipuncula. Dengan
perkembangan sosial-ekonomi dunia. Produksi demikian, meski kerap disebut ”cacing”
perikanan untuk periode 40 tahun belakangan penggunaan istilah tersebut hingga kini masih
ini mengalami peningkatan hingga lima kali menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan.
lipat. Besar produksi yang semula 20 juta ton Kehadiran Sipuncula pada ekosistem laut dan
telah melonjak menjadi 98 juta ton pada tahun estuaria memang relatif kurang dikenal jika
1989. Lebih lanjut diprediksi pula bahwa pada dibandingkan dengan cacing laut Polychaeta.
tahun 2000-an terus meningkat menjadi Sebab Polychaeta telah diketahui kegunaan
sekitar 100 juta ton (FAO, 1991 dalam Harling, dan nilai ekonomisnya, yakni sebagai
2001). bioindikator pencemaran dan pakan alami
tinggi protein bagi ikan atau udang-udangan
Dengan potensi perikanan yang begitu besar (Fauchald, 1977; Ager, 2004).
sudah seharusnya pengelolaan serta
pemanfaatannya perlu dioptimalkan untuk Sipuncula biasanya hidup di daerah pesisir
kesejahteraan masyarakat dengan terutama di sekitar area padang lamun, hutan
memperhatikan usaha dalam menjaga mangrove dan terumbu karang. Biota ini
kesinambungan lingkungan. Darsono (1987) cenderung mendiami dasar perairan terlebih
mengemukakan bahwa kebutuhan hidup akan khusus di dalam substrat sehingga
pangan, mendorong manusia untuk mencari dikategorikan sebagai organisme bentik
sumberdaya hayati baru di laut. Berbagai bersifat infauna. Sipuncula mampu menghuni
produk sumberdaya hayati telah dimanfaatkan daerah bersubstrat lunak maupun keras. Pada
sebagai sumber pangan seperti ikan, udang, substrat lunak, biota ini cenderung
teripang, moluska dan beberapa jenis cacing menguburkan diri di daerah berpasir dan
laut, serta peluang untuk pengembangan dan berlumpur. Sedangkan pada substrat keras,
diversifikasi sumber pangan dari sumberdaya Sipuncula mampu hidup di antara celah-celah
hayati ini sudah cukup banyak dilakukan. karang dan juga menghuni cangkang
Untuk meningkatkan pendayagunaan gastropoda dan tabung kosong bekas tempat
sumberdaya hayati laut maka eksplorasi hidup polychaeta (Cutler, 1994). Dari
sumberdaya hayati baru, selain apa yang morfologinya sia-sia tergolong Filum Sipuncula
sudah dikenal dalam usaha perikanan hingga yang lebih dekat dengan genus Sipunculus.
saat ini sangat perlu dilakukan, karena usaha Sipuncula dideskripsikan sepintas sebagai
ini akan meningkatkan pendapatan nelayan hewan laut mirip cacing tapi tanpa segmen,
dan pada gilirannya diharapkan dapat tubuhnya terbagi menjadi badan utama (trunk)
menambah devisa negara. dan belalai (introvert) yang bisa ditarik ke
dalam atau belakang. Meskipun bentuk
Sipuncula, biota laut yang biasa dinamakan fisiknya mirip cacing, namun hipotesis filogenik
cacing kacang (peanut worm) adalah biota laut terbaru menunjukkan Sipuncula tidak ada jejak
yang sedikit ” kontrovertif”. Dari penampilan ciri penting Annelida seperti adanya
luarnya, hewan ini mirip sekali dengan cacing segmentasi dan chaetae (seta) (Fakhrurrozi,
(worm-like-looking). Dalam Bahasa Inggris, 2011).
biota ini bahkan disebut dengan istilah peanut
worm karena bentuk tubuhnya yang Sipuncula dari jenis peanut worm (Sipunculus
menyerupai cacing tanah (Anonim, 2009). nudus) dikenal terutama di daerah Maluku
Selain itu beberapa literatur juga menyebut sebagai bahan pangan dan juga sebagai
hewan ini dengan sebutan ”usegmented umpan untuk menangkap ikan misalnya ikan
marine worm” atau cacing laut tak bersegmen tatu dan garopa. Peanut worm (Sipunculus
(Barnes, 1987; Hutching dan Johnson, 2003). nudus) dikenal dengan nama “sia-sia” oleh
masyarakat pulau Ambon, di pulau Rhun
Sipuncula sebenarnya bukan cacing. Secara (kepulauan Banda) disebut “kariong” dan di
taksonomi, Sipuncula tidak termasuk di dalam kepulauan Bangka-Belitung disebut “kekuak”.
Filum Annelida Kelas Polychaeta, yakni takson Secara turun-temurun kekuak sudah dipakai
dimana mayoritas cacing laut bisa

79
Silaban, Studi Etnoteknologi Dan Pemanfaatan Sia-sia

nelayan setempat (Bangka-Belitung) sebagai Selatan dengan Negeri Abubu, sebelah Barat
umpan untuk menangkap ikan, tetapi telah dengan Negeri Nalahia dan sebelah Timur
lama pula dijadikan sebagai pangan, dengan Negeri Akoon. Sedangkan Negeri
khususnya di Bangka. Sekelompok warga di Nalahia secara astronomis berada pada posisi
beberapa tempat di Bangka bahkan sengaja 3°40’-3°42’LS dan 128°30’- 128°55’BT dengan
menangkapnya untuk dijual sebagai produk luas wilayah 2000 km2. Negeri Nalahia
pangan, kebanyakan pembelinya adalah termasuk dalam wilayah Kecamatan Nusalaut,
masyarakat etnik Tionghoa setempat Kabupaten Maluku Tengah yang secara
(Fakhrurrozi, 2011). geografis berbatasan sebelah Utara dengan
Laut Banda, sebelah Selatan dengan Negeri
Salah satu sumberdaya perairan pantai yang Titawai, sebelah Barat dengan Negeri Sila dan
sudah lama dimanfaatkan masyarakat Pulau sebelah Timur dengan Negeri Ameth.
Nusalaut adalah sejenis biota anggota
Sipuncula yang dikenal dengan nama lokal 2. Bahan dan Alat
“sia-sia”. Penangkapan biota ini oleh
masyarakat setempat sudah dilakukan secara Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
rutin tanpa mengenal musim. Sia-sia menjadi adalah sia-sia (Sipunculus nudus), lembaran
salah satu biota yang sangat dicari ketika air kuisioner, steorofoam, es batu, plastik
laut surut oleh masyarakat setempat. polyethylene dan karet gelang. Alat yang
Pemanfaatan sia-sia oleh masyarakat di Pulau digunakan dalam penelitian ini meliputi :
Nusalaut sudah dilakukan, tetapi sampai linggis, waskom, ember plastik, pisau dan
sejauh ini belum ada laporan apalagi kajian peralatan untuk keperluan analisa.
ilmiahnya. Secara turun-temurun sia-sia sudah
dipakai oleh masyarakat sebagai umpan dan 3. Prosedur Penelitian
pangan sehari-hari. Bagi masyarakat, sia-sia
menjadi salah satu pangan laut yang cukup Secara umum metode penelitian dilaksanakan
digemari karena rasanya yang lezat. melalui dua macam kegiatan yaitu: kegiatan
Berdasarkan kenyataan di lapangan, sia-sia lapangan dan kegiatan non lapangan.
menjadi salah satu biota laut yang cukup Kegiatan lapangan meliputi: penyebaran
memberikan sumbangan yang besar bagi kuisioner, wawancara dan pengamatan. Data
kehidupan masyakat Pulau Nusalaut. Namun penelitian dikumpulkan melalui pengamatan
demikian keberadaan sia-sia belum cukup partisipatif terhadap kegiatan penangkapan
dikenal secara luas oleh masyarakat terlebih yang berlangsung di lokasi penelitian/tangkap
khusus belum adanya laporan ilmiah tentang (Negeri Ameth dan Negeri Nalahia). Juga
pemanfaatan sia-sia oleh masyarakat di Pulau dilakukan wawancara dengan informan terpilih
Nusalaut. Padahal kebiasaan masyarakat dari warga nelayan, terutama cara
setempat perlu dipelajari sebagai pengetahuan pemanfaatan di lingkungan kediaman
tradisional yang patut untuk dipertahankan dan masyarakat setempat. Kedua pendekatan
dipelihara. Kebiasaan masyarakat tersebut kemudian didokumentasikan.
memanfaatkan sia-sia perlu dikembangkan Kegiatan non lapangan mencakup: pengujian
dan disebarluaskan untuk meningkatkan sampel segar antara lain: kadar air, protein,
tingkat pemanfaatan sia-sia, sehingga ke lemak, karbohidrat, abu, dan mineral (Ca, I2
depannya dapat dimasukkan sebagai salah dan P). Metode yang digunakan dalam
satu komoditas perikanan. Penelitian ini penelitian ini adalah: kadar air dengan metode
bertujuan untuk 1) menganalisis teknik dan thermografimetri (AOAC, 1995), protein kasar
pola penangkapan sia-sia, 2) mengkaji cara dengan metode Kjeldhal (AOAC, 1995) lemak
pemanfaatan sia-sia, dan 3) menganalisis kasar dengan metode Soxchlet (AOAC, 1995),
kandungan nutrisi sia-sia. abu total dengan metode thermografimetri
(AOAC, 1995), karbohidrat (by diference) dan
MATERI DAN METODE mineral dengan AAS. Data yang diperoleh
1. Lokasi Penelitian kemudian ditabulasi kemudian ditampilkan
dalam bentuk tabel.
Penelitian ini berlokasi di Negeri Ameth dan
Negeri Nalahia, Kabupaten Maluku Tengah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara astronomis Negeri Ameth berada
pada posisi 3°38’-3°40’ LS dan 128°29’- Negeri Ameth terletak berhadapan langsung
128°50’ BT dengan luas wilayah 6000 km2. dengan Laut Banda. Pesisir pantai negeri ini
Negeri Ameth termasuk dalam wilayah memiliki pesisir yang dangkal dan landai
Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku sehingga di depan pesisir bagian laut
Tengah yang secara geografis berbatasan ditemukan gundukan pasir bercampur lumpur
sebelah Utara dengan Laut Banda, sebelah yang cukup lebar yang ditumbuhi sedikit lamun

80
Jurnal Kelautan, 12(1), 78-88 (2019)
dan airnya agak keruh akibat tingginya aktifitas Sama halnya dengan Negeri Ameth, posisi
pembangunan oleh masyarakat berupa Negeri Nalahia juga terletak berhadapan
pembangunan untuk pemukiman maupun langsung dengan Laut Banda. Tipe pesisir
pembangunan talud di sekitar pesisir sehingga pantai negeri ini menunjukkan pesisir yang
terjadi sedimentasi yang cukup tinggi. Pada tidak dangkal dan cukup terjal. Negeri ini
saat surut, gundukan lumpur tersebut tampak memiliki daerah pasang surut yang tidak
jelas tetapi akan terendam saat air pasang. terlalu luas bila dibandingkan dengan Negeri
Selain itu Negeri Ameth memiliki ekosistem Ameth. Ekosistem mangrove pada negeri ini
mangrove yang cukup padat dan tersebar sangat jarang ditemukan sehingga substrat di
hampir di sepanjang garis pantai sehingga sekitar pesisir pantai Negeri Nalahia dijumpai
menyebabkan di sekitar pesisir pantai Negeri substrat yang dominan adalah pasir. Berbeda
Ameth dijumpai substrat lumpur. Tingginya dengan Negeri Ameth, pada Negeri Nalahia ini
aktifitas masyarakat di sekitar pesisir, ekosistem lamun tersebar cukup besar dan
mengakibatkan masyarakat sering menjadikan lebat. Hal ini mungkin ditujang dengan substrat
daerah pantai sebagai tempat pembuangan pasir yang dominan sebagai tempat hidup dari
sampah. Sampah yang tidak mampu terurai, lamun. Ketika surut, masyarakat seringkali
akan tampak jelas berserakan di sepanjang melakukan aktifitas “bameti” untuk mengambil
pesisir dan cenderung tersangkut pada akar- berbagai sumberdaya yang ada di sekitar
akar mangrove. Ketika surut, masyarakat pesisir diantaranya moluska dan gurita.
seringkali melakukan aktifitas “bameti” untuk Aktifitas lain yang juga dilakukan adalah
mengambil berbagai sumberdaya yang ada di penambangan pasir di sekitar pesisir (Gambar
sekitar pesisir diantaranya rumput laut jenis 1).
Hypnea sp. yang dikenal dengan nama lokal
“cincao”, moluska dan gurita.

Gambar 1. Sketsa lokasi penelitian pada Negeri Ameth dan Nalahia


I. Teknik dan Pola Penangkapan Sia-Sia saat (tidak tergantung musim) ketika air laut
(Sipunculus nudus) surut di daerah berpasir yang sedikit berlamun
dan daerah berpasir yang terdapat sedikit
Sia-sia (Sipunculus nudus) bagi masyarakat patahan karang. Walaupun dapat ditemukan
pesisir Pulau Nusalaut di Negeri Ameth dan cukup banyak di daerah pesisir, namun sulit
Nalahia (Gambar 2), sudah dikenal sejak untuk mengenali habitatnya karena hewan ini
zaman dahulu dan menjadi salah satu mampu mengkamuflase habitatnya secara
makanan sumber protein pengganti ikan jika baik.
nelayan tidak bisa melaut karena cuaca buruk
(musim timur). Hewan ini dapat dijumpai setiap

81
Silaban, Studi Etnoteknologi Dan Pemanfaatan Sia-sia

Gambar 2. Sia-sia (Sipunculus nudus) yang biasa di tangkap di Pulau Nusalaut


dan diletakkan di atas karang
Teknik penangkapannya tergolong unik dan patahan karang, maka sia-sia (Sipunculus
memerlukan ketrampilan tersendiri. Dari hasil nudus) biasanya ditemui bersembunyi di
wawancara diketahui bahwa, teknik atau cara bawah daerah tersebut (Gambar 3). Semakin
penangkapannya hanya dapat dilakukan pada besar ukuran gundukan pasir dan adanya
siang hingga sore hari saat air laut surut, dan akar-akar lamun yang terangkat atau
tidak dapat dilakukan pada malam hari karena gundukan pasir disertai patahan karang,
memerlukan cahaya yang terang. Meskipun semakin besar pula ukuran tubuh organisme
hewan ini sering diburu atau ditangkap pada tersebut atau sebaliknya.
siang hari, namun para penangkap harus
cekatan dalam menangkapnya karena apabila Sia-sia (Sipunculus nudus) cenderung
terlambat mengambilnya maka hewan ini akan menyukai tinggal menetap di dalam pasir
bergerak cepat masuk ke liang pasir yang sedimen yang bagian atasnya ditumbuhi oleh
lebih dalam, sehingga bisa membuat jenis lamun Cymodocea rotundata dan
penangkapannya menjadi hampa atau sia-sia. Thalassia hemprichii yang tidak terlalu padat,
Masyarakat menduga kebiasaan tangkap yang hal ini untuk memudahkannya menggali
sia-sia atau tidak memperoleh hasil inilah yang sedimen. Hal ini disebabkan karena kedua
menjadi asal mula penamaan “sia-sia” oleh jenis lamun ini tergolong jenis lamun yang
masyarakat di Pulau Nusalaut. Istilah “sia-sia” memiliki daun yang lebar dan sistem
inilah yang kemudian dipakai oleh masyarakat perakaran yang tidak terlalu rapat sehingga
di perairan Negeri Ameth dan Negeri Nalahia memungkinkan sia-sia (Sipunculus nudus)
sebagai nama lokal bagi sia-sia (Sipunculus melubangi substrat untuk meliang dan keluar-
nudus). Sebagai tanda kehadirannya, masuk dari liang tersebut. Kebiasaan meliang,
masyarakat lokal biasanya mengamati mempermudah terjadinya sirkulasi oksigen
substrat dimana lamun hidup serta adanya (O2) di dalam liang sehingga oksigen cukup
patahan karang. Jika terdapat semacam tersedia dalam substrat untuk proses
gundukan pasir dan akar-akar lamun agak pernapasan sewaktu berada di dalam liang.
terangkat atau gundukan pasir disertai

A B

Gambar 3. Bentuk sarang sia-sia (Sipunculus nudus) di Pulau Nusalaut (A. di Ameth; B. di Nalahia)

Penangkapan sia-sia (Sipunculus nudus) berlamun ataupun di daerah pasir yang sedikit
biasanya dilakukan dengan menggunakan berkarang yang merupakan habitat dari
linggis atau dalam bahasa lokal disebut organisme tersebut. Alat lain yang dipakai
“lawangka”. Caranya adalah dengan menggali adalah parang dan kayu yang berbentuk
pasir dengan linggis di daerah yang sedikit tongkat yang ditajamkan bagian ujungnya.

82
Jurnal Kelautan, 12(1), 78-88 (2019)
Cara penangkapannya adalah dengan gundukan pasir dan ditarik secepatnya dengan
menancapkan linggis atau kayu dan parang, menggunakan tangan (Gambar 4 nomor 3-5).
sedalam ± 30 cm, di sekitar gundukan pasir Jika terlambat diambil, organisme ini akan
dengan posisi kemiringan 45°. Cara ini meloloskan dirinya dengan cara
dilakukan untuk menahan agar organisme ini membenamkan tubuhnya lebih dalam ke liang
tidak masuk kembali ke dalam pasir. Setelah persembunyiannya. Daerah tempat sia-sia
itu linggis didorong ke atas permukaan tanah (Sipunculus nudus) selesai ditangkap tampak
(Gambar 4 nomor 1-2). Sia-sia (Sipunculus berwarna kehitaman seperti lumpur (Gambar 4
nudus) diambil dengan cara mengorek nomor 6).

1 2 3

4 5 6

Gambar 4. Teknik menangkap sia-sia (Sipunculus nudus)

Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan yang kecil dapat merusak dan memusnahkan
penangkapan sia-sia (Sipunculus nudus) yang organisme tersebut. Sedangkan sia-sia
berlangsung di lokasi penangkapan pada (Sipunculus nudus) di perairan Negeri Ameth
kedua negeri (Ameth dan Nalahia) terlihat yang berukuran besar maupun yang kecil
adanya perbedaan ukuran hasil penangkapan. tetap ditangkap untuk dimanfaatkan.
Ukuran sia-sia (Sipunculus nudus) yang Perbedaan kebijakan inilah yang membedakan
ditangkap di perairan Negeri Nalahia ukuran sia-sia (Sipunculus nudus) yang
berukuran antara 8-20 cm. Jika sia-sia diperoleh. Secara visual, sia-sia (Sipunculus
(Sipunculus nudus) yang tertangkap nudus) yang ditangkap di perairan Negeri
ukurannya kurang dari 8 cm (< 8 cm) maka Nalahia umumnya berukuran besar sedangkan
organisme tersebut dikembalikan lagi ke alam yang ditangkap di perairan Negeri Ameth
atau habitatnya. Masyarakat berpendapat ukuran sia-sia (Sipunculus nudus) lebih
bahwa hasil penangkapan dengan ukuran bervariasi (Gambar 5).

A B

Gambar 5. Sia-sia yang tertangkap oleh nelayan (A. di Ameth; B. di Nalahia)


II. Cara Pemanfaatan Sia-Sia (Sipunculus dan ikan tatu (Pseudeobalistes sp.). Biasanya
nudus) sekitar 25-30 ekor sia-sia (Sipunculus nudus)
yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
Hasil tangkapan sia-sia (Sipunculus nudus) sekali konsumsi, sedangkan <10 ekor
selain dimanfaatkan untuk konsumsi digunakan sebagai umpan untuk memancing
(makanan) keluarga, juga digunakan sebagai ikan (Gambar 6).
umpan untuk memancing ikan demersal
(dasar) seperti ikan garopa (Epinephelus sp.)

83
Silaban, Studi Etnoteknologi Dan Pemanfaatan Sia-sia

Gambar 6. Sia-sia segar dalam keadaan mentah yang dikonsumsi oleh masyarakat

Penanganan awal untuk konsumsi dilakukan dimasukan ke dalam wadah dan siap dimasak
dengan cara membelah tubuh bagian tengah untuk kepentingan pemenuhan protein dalam
sia-sia (Sipunculus nudus) dengan kehidupan sehari-hari (Gambar 7 nomor 3).
menggunakan pisau untuk mengeluarkan Bagian tubuh sia-sia (Sipunculus nudus) yang
semua organ dalam yang biasanya berisi pasir diambil untuk konsumsi hanya dagingnya saja,
(Gambar 7 nomor 1-2). Selanjutnya dicuci dan sementara seluruh isi perutnya dibuang
dibersihkan dengan air laut sebelum (Gambar 7 nomor 4).

1 2 3 4

Gambar 7. Cara penanganan sia-sia (Sipunculus nudus) untuk kepentingan konsumsi


Daging sia-sia (Sipunculus nudus) yang sudah belum dapat dimanfaatkan sebagai organisme
bersih kemudian dapat dikonsumsi dalam yang bernilai ekonomis jika dibandingkan
keadaan segar/mentah secara langsung atau dengan hasil laut lainnya seperti ikan bia,
kemudian diolah. Selain cara penangkapan teripang dan rumput laut (cincao).
yang membutuhkan teknik khusus, cara
pengolahan sia-sia (Sipunculus nudus) juga III. Kandungan Nutrisi Sia-Sia (Sipunculus
memerlukan teknik khusus. Daging sia-sia nudus)
(Sipunculus nudus) yang sudah bersih
kemudian dicuci dengan air bersih sebanyak ± Dari hasil penelitian, sia-sia (Sipunculus
5 kali, kemudian direndam dalam air panas nudus) yang diperoleh dari perairan Pulau
mendidih selama 20 menit. Setelah itu kulit Nusalaut memiliki komposisi gizi yang cukup
luar dan dalam yang membungkusi tubuh lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,
dibersihkan dengan cara menarik bagian ujung dan mineral (Tabel 1). Dari hasil analisa
pangkal tubuh sejajar kulit hingga bersih. Hal proksimat, rata-rata komposisi gizi sia-sia
ini bertujuan untuk mengeluarkan butiran pasir (Sipunculus nudus) di perairan pantai pulau
yang melekat pada seluruh tubuhnya. Setelah Nusalaut untuk kadar air berkisar antara
bersih, daging sia-sia (Sipunculus nudus) 74,96-79,12%, protein 16,88-17,23%, lemak
kemudian dapat diolah menjadi berbagai 0,22-0,28%, karbohidrat 1,03-3,86%, abu
olahan yang lezat. Berdasarkan informasi di 2,41-3,06%. Mineral seperti Calsium berkisar
lapangan sia-sia (Sipunculus nudus) sudah antara 6,16-12,42%, Posfor 0,98-1,09%,
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat Iodium 5,93-6,65%.
sudah sejak lama, namun hingga sekarang
Tabel 1. Komposisi gizi sia-sia (Sipunculus nudus) segar dari Pulau Nusalaut
Perairan
No. Parameter (%)
Ameth Nalahia
1 Kadar Air 74,96 79,12
2 Kadar Abu 3,06 2,41
3 Protein 16,88 17,23
4 Lemak 0,28 0,22

84
Jurnal Kelautan, 12(1), 78-88 (2019)
5 Karbohidrat 3,86 1,03
6 Fosfor (P) 1,09 0,98
7 Iodium (I2) 5,93 6,65
8 Calsium (Ca) 12,42 6,16

Hasil uji proksimat (Tabel 1), memperlihatkan sia-sia (Sipunculus nudus) di perairan Negeri
bahwa kandungan nutrisi sia-sia (Sipunculus Ameth sudah mulai saat ditangkap, terlihat
nudus) di perairan Negeri Ameth berbeda dari adanya telur berwarna kuning sepanjang
dengan perairan Negeri Nalahia dan secara rongga tubuh pada sekitar 16% jumlah sia-sia
umum kandungan gizi sia-sia (Sipunculus (Sipunculus nudus) sampel uji (Gambar 8).
nudus) diperoleh dari perairan Negeri Ameth Sampel yang diambil untuk analisa kandungan
lebih tinggi kecuali untuk kadar protein dan air. nutrisi berupa daging sia-sia (Sipunculus
Sia-sia (Sipunculus nudus) dari perairan nudus) tanpa usus dan telur sehingga sia-sia
Negeri Nalahia memiliki kadar protein (Sipunculus nudus) di perairan Negeri Ameth
tergolong tinggi (>17%) sedangkan dari akan menyerap protein dari daging tubuhnya
perairan Negeri Ameth tergolong berprotein untuk dipakai dalam masa reproduksi. Effendie
rendah (<17%), begitupun kadar lemaknya (1978) menyatakan bahwa material
tergolong rendah (<5%). Untuk kadar airnya pertumbuhan pada masa pematangan gonad
relatif sedang (70-79%), tapi kadar abunya diambil dari jaringan somatik, terutama protein.
tinggi (>2%). Tingginya kadar protein daging Sama halnya dengan pendapat Gabbot (1983)
sia-sia (Sipunculus nudus) di perairan Negeri dalam Syahfril dkk (2004) yang menyatakan
Nalahia dibandingkan dengan di perairan penurunan kandungan protein disebabkan
Negeri Ameth karena sebagai deposit feeder, karena sebagian dari protein tersebut
makanannya sangat bervariasi yaitu berupa digunakan pada proses pemijahan. Dengan
partikel-partikel organik yang telah terurai. demikian kadar protein sia-sia (Sipunculus
nudus) di perairan Negeri Ameth akan lebih
Di perairan Negeri Nalahia sia-sia (Sipunculus rendah bila dibandingkan di perairan Negeri
nudus) memiliki kandungan protein tinggi bila Nalahia.
dibandingkan dengan di perairan Negeri
Ameth. Hal ini dikarenakan musim pemijahan

Telur

Gambar 8. Sia-sia (Sipunculus nudus) yang bertelur

Kadar karbohidrat sia-sia (Sipunculus nudus) Karbohidrat dikenal sebagai sumber energi
di perairan Negeri Nalahia dan Negeri Ameth penting untuk aktivitas (Martin et al., 1991
berkisar antara 1,03% - 3,86%. Kadar dalam Arnanda dkk., 2005), yang oleh sia-sia
karbohidrat dalam sia-sia (Sipunculus nudus) (Sipunculus nudus) digunakan untuk aktivitas
yang bervariasi diduga bergubungan dengan hidupnya.
ketersediaan makanan bagi sia-sia
(Sipunculus nudus). Sia-sia (Sipunculus Tingginya kadar abu sia-sia (Sipunculus
nudus) memperoleh karbohidrat berasal dari nudus) di kedua lokasi penelitian (Ameth dan
fitoplankton sebagai makanannya dari jenis Nalahia) yaitu lebih dari 2% (>2%) diduga
diatom. Hal ini sesuai dengan yang karena kebiasaannya mengkonsumsi
dikemukakan Arnanda dkk (2005) bahwa makanan berupa fragmen organisme yang
kadar karbohidrat berasal dari fitoplankton telah mati dan mengandung cukup banyak
jenis diatom yang menjadi makanannya. mineral-mineral makro dan mikro. Puturuhu
Selain itu perbedaan kadar karbohidrat sia-sia dan Silaban (2010) menyatakan bahwa kadar
(Sipunculus nudus) pada Negeri Ameth dan abu erat hubungannya dengan kandungan
Nalahia diduga disebabkan oleh proses mineral suatu bahan. Semakin tinggi
metabolisme yang dilakukan sia-sia kandungan abu, semakin banyak kadar unsur-
(Sipunculus nudus) pada waktu yang berbeda. unsur mineral yang terdapat di dalamnya.

85
Silaban, Studi Etnoteknologi Dan Pemanfaatan Sia-sia

Dengan demikian kandungan makanan yang merupakan suatu zat makanan yang amat
dikonsumsi sia-sia (Sipunculus nudus) yang penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi
mengandung mineral makro dan mikro yang sebagai zat pembangun dan pengatur.
berasal dari partikel organisme terdeposit turut Sebagai zat pembangun, protein merupakan
mempengaruhi kadar abu dalam tubuhnya. bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang
selalu terjadi dalam tubuh dan mempengaruhi
Kadar mineral sia-sia (Sipunculus nudus) di pertumbuhan. Proses pembentukan protein
kedua lokasi penelitian (Ameth dan Nalahia) terjadi secara besar-besaran pada masa
tergolong tinggi namun cukup berbeda. Kadar pertumbuhan, sehingga kadar protein tubuh
mineral seperti fosfor dan calcium sebesar sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan. Hal ini
1,09% dan 12,42% dari perairan Negeri Ameth yang menyebabkan kandungan protein dalam
lebih tinggi bila dibandingkan dengan dari daging sia-sia (Sipunculus nudus) perairan
perairan Negeri Nalahia yaitu sebesar 0,98% Negeri Nalahia lebih besar dari perairan
dan 6,16%. Tingginya kadar fosfor karena sia- Negeri Ameth.
sia (Sipunculus nudus) tergolong sebagai
deposit feeder yang makanannya berupa Jika dibandingkan dengan hasil penelitian
detritus yang kaya akan nitrogen dan fosfor Yulian Fakhrurrozi (2011) tentang daging sia-
karena mengandung jamur, bakteri dan sia yang masih tergolong Filum Sipuncula
ganggang di dalamnya serta buangan limbah Genus Xenosiphon di perairan Pabuar,
rumah tangga yang masuk ke laut. Menurut Bangka Barat (Tabel 2), maka kadar air,
Anonim (2011) berpendapat bahwa fosfor protein, abu, lemak sia-sia (Sipunculus nudus)
dalam suatu perairan alami berasal dari pada perairan Negeri Ameth dan Nalahia lebih
pelapukan batuan, buangan limbah rumah besar, kecuali untuk kadar air sia-sia
tangga dan limbah pertanian. Kadar calsium (Sipunculus nudus) di perairan Negeri Ameth
sia-sia (Sipunculus nudus) di perairan Negeri yang lebih kecil dan kadar karbohidrat pada
Ameth dan Nalahia cukup tinggi disebabkan kedua lokasi kecil. Hal ini disebabkan oleh
oleh makanan yang dikonsumsi dan kondisi spesies, habitat dan tipe perairan yang
lingkungan tempat hidupnya. Menurut Jobling berbeda. Menurut Mc Killup and Butler, (1979)
et al. (2001) dalam Santoso dkk (2007), kondisi lokal perairan, habitat suatu organisme
kandungan mineral yang terdapat pada suatu juga mempengaruhi kandungan nutrisi
biota perairan dipengaruhi oleh makanan yang organisme tersebut. Selain itu Darmono (2001)
dimakannya serta kemampuan untuk berpendapat bahwa kandungan nutrisi dalam
menyerap kandungan mineral yang terdapat suatu organisme bervariasi tergantung pada
pada lingkungan perairan tempat makhluk nutrisi, umur, jenis kelamin dan spesies.
hidup tersebut tinggal. Selain itu, perbedaan
ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan Tinggi kandungan iodium (I2) sia-sia
jenis spesies, konsentrasi mineral dalam (Sipunculus nudus) di perairan Negeri Nalahia
habitatnya dan fase pertumbuhan (Darmono, dipengaruhi oleh kondisi perairan. Perairan
1995). Negeri Nalahia memiliki jumlah aliran sungai
lebih sedikit bila dibandingkan dengan
Hasil pengamatan secara visual perairan Negeri Ameth yang memiliki lebih
memperlihatkan bahwa ukuran diameter dan banyak aliran sungai yang mengalirkan massa
ketebalan daging sia-sia (Sipunculus nudus) di air tawar ke laut. Hal ini menyebabkan nilai
perairan Negeri Nalahia lebih tebal salinitas perairan Negeri Nalahia lebih tinggi
dibandingkan perairan Negeri Ameth (Gambar dibandingkan perairan Negeri Ameth. Indikasi
4A dan 4B). Semakin tinggi kandungan protein inilah yang mengakibatkan kadar iodium
yang terdapat di dalam tubuh, semakin cepat dalam tubuh sia-sia (Sipunculus nudus) di
proses pembentukan jaringan-jaringan baru. perairan Negeri Nalahia lebih tinggi
Winarno (1989) menjelaskan bahwa protein dibandingkan perairan Negeri Ameth.
Tabel 2. Komposisi gizi sia-sia segar (%) yang masih tergolong Filum Sipuncula Genus Xenosiphon
di perairan Pebuar, Bangka Barat
Sampel Uji
No. Parameter
Daging kekuak segar Jeroan kekuak segar
1 Kadar Air (%) 76,47 26,21
2 Kadar Abu (%) 2,20 62,02
3 Protein (%) 10,61 4,34
4 Lemak (%) 0,18 0,76
5 Karbohidrat (%) 10,02 6,50
6 Seng (Zn) ppm 3,59 -
7 Timbal (Pb) ppm 0,58 1,22

86
Jurnal Kelautan, 12(1), 78-88 (2019)
8 Timah (Sn) ppm 1,36 3,89
9 Selenium (Se) ppm 2,46 -
10 Besi(Fe) % 0,98 -
11 Calsium (Ca) % 15,32 -
12 Magnesium (Mg) % 3,42 -
Sumber: Fakhrurrozi, (2011)

KESIMPULAN DAN SARAN Cornell Univ. Press.,Ithaca, N.Y:453


pp.
Teknik dan pola penangkapan sia-sia Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan
tergolong cukup sulit dan sangat unik karena Pencemaran. Penerbit UI Press.
memerlukan teknik dan pola khusus. Jakarta.
Pemanfaatan sia-sia oleh masyarakat Pulau Darsono, P. (1987). Mengenal Perikanan Bulu
Nusalaut cukup tinggi dan dapat dikatakan Babi. Pewarta Oseana, 8(6), LON-
bahwa populasi dan habitatnya masih terjaga LIPI. Jakarta. Hal 12-25.
dengan baik di alam, namun pemanfaatannya Effendie, M. I. (1978). Biologi Perikanan
masih bersifat tradisional sehingga biota ini (Bagian II Dinamika Populasi Ikan).
belum dapat bernilai ekonomis penting bagi Fakultas Perikanan Institut Pertanian
masyarakat setempat. Kandungan nutrisi sia- Bogor. Bogor.
sia tergolong bergizi tinggi karena memiliki Fakhrurrozi, Y. (2011). Studi etnobiologi,
komposisi nutrisi yang lengkap berupa protein, etnoteknologi dan pemanfaatan
karbohidrat, lemak dan mineral. Berdasarkan kekuak (Xenosiphon sp.) oleh
hasil penelitian yang diperoleh maka perlu masyarakat di Kepulauan Bangka-
dilakukan analisis aspek biologi dan ekologi Belitung.[Disertasi]. Disertasi. PPs.
dari sia-sia (Sipunculus nudus) sehingga dapat Institut Pertanian Bogor, 1-2.
menjadi informasi bagi masyarakat sehingga Fauchald, K. (1977). The Polychaete Worms:
tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan Definition and keys to the Orders,
terhadap spesies ini. Families and Genera. Alan Hancock
Foundation, University of Southern
DAFTAR PUSTAKA California, Los Angeles: 188 pp.
Harling, R. (2001). Studi Morfometrik Dan
Ager, O. (2004). Aquaculture. The Marine Life Prefrensi Makanan Loligo edulis Yang
Informasion. Network for Britain and Tertangkap Dengan “Scoop Net” Pada
Ireland: 5 pp. Perairan Mahia Pulau Ambon. Skripsi.
Anonim. (2009). Introduction to Sipuncula: The Universitas Pattimura. Ambon.
peanut worms. Hutching, P.A and Johnson. R.T. (2003).
http://www.ucmp.berkeley.edu/sipuncu Australian Aphroditidae (Polychaeta)
la/sipuncula.html [13 Maret 2018]. Delta database. In R.S. Wilson, P.A.
Anonim. (2011). Tinjauan Pustaka. Hutchings dan C.J. Glasby (eds).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 Polychaetes: An interactive
3456789/28700/4/Chapter%20II.pdf identification. Csiro, Melbourne.
[17 Desember 2016]. McKillup, S. C., & Butler, A. J. (1979).
(AOAC) Associaton of Official Chemict. (1995). Modification of egg production and
Official Method of Analysis of the packaging in response to food
Associaton of Official Analytical availability by Nassarius pauperatus.
Chemist. Virginia USA: Association of Oecologia, 43(2), 221-231.
Official Analytical Chemists. Puturuhu, B. R. I. dan Silaban. B. (2010).
Arnanda, A. D., Ambariyanto, A., & Ridlo, A. Kandungan Nutrisi Buah Lamun Di
(2005). Fluktuasi Kandungan Perairan Pantai Desa Suli. Buletin
Proksimat Kerang Bulu (Anadara Penelitian Biam, 6(57). Badan
inflata Reeve) di Perairan Pantai Penelitian dan Pengambangan Industri
Semarang. ILMU KELAUTAN: Balai Riset dan Standarisasi Industri.
Indonesian Journal of Marine Ambon.
Sciences, 10(2), 78-84. Santoso, J., & Irawan, A. (2008). Kandungan
Barnes, R.D. (1987). Invertebrate Zoology. dan kelarutan mineral pada cumi cumi
Fifth edition. Saunders Collage Loligo sp dan udang vannamei
Publishing, Orlando: 893 pp. Litopenaeus vannamei. Jurnal Ilmu-
Cutler, E.B. (1994). The Sipuncula: Their ilmu Perairan dan Perikanan
systematic, biology and evolution. Indonesia, 15(1), 7-12.

87
Silaban, Studi Etnoteknologi Dan Pemanfaatan Sia-sia

Syafril, I., Supriyantini, E., & Ambariyanto, A. 2008 (temporary).


(2004). Studi Kandungan Proksimat http://tolweb.org/Sipuncula/2487/2008.
Kerang Jago (Anadara inaequivalvis) 01.09 in The Tree of Life Web Project,
di Perairan Semarang. ILMU http://tolweb.org/ [13 Maret 2016].
KELAUTAN: Indonesian Journal of Winarno, F.G. (1989). Kimia Pangan dan Gizi.
Marine Sciences, 9(4), 190-195. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Tree of Life Web Project. (2008). Sipuncula. Utama.
Peanut Worms. Version 09 January

88

You might also like