Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

An Overview of Cardiovascular Risk Levels in The Working Area of Mlati Community Health Center Sleman Yogyakarta

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati

Sleman Yogyakarta

An Overview of Cardiovascular Risk Levels in the Working Area of Mlati Community


Health Center Sleman Yogyakarta

Vania Elysia Septiani1, Anggi Lukman Wicaksana2, Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo3
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
3
Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Cardiovascular disease is the cause of global death. A cardiovascular-diseases diagnosed


person has a risk for non-lethal and lethal incidents, ranging from heart attack, stroke, and even death.
Objective: This research was aimed to obtain an overview of the risk level of cardiovascular-disease in the
working area of Mlati Community Health Center Sleman, Yogyakarta.
Methods: A cross-sectional research was conducted in the working area of Mlati Community Health Center
Sleman, Yogyakarta from September until October 2017. Samples were taken using a multistage cluster
sampling technique with the overall subjects of 107 patients. Respondents were patients diagnosed with
cardiovascular disease and aged from 40 to 79 years. The research employed WHO/ISH risk prediction
chart for Indonesia (South-East Asia Region B). The prediction of cardiovascular risk level was obtained
through interview concerning on demographic data, blood pressure, and cholesterol level. The results were
analyzed and presented in descriptive and central tendency.
Result: Respondents were mostly female patients with an average age of 59,15 (±9,73) years. The level
variances of cardiovascular risk in the next ten years were i.e. low-risk 50,47%; moderate risk 13,08%; high
risk 14,02%; and very high risk 22,43%.
Conclusion: Most respondents have a low risk to experience non-lethal and lethal incidents of
cardiovascular events in the next ten years.

Key words: cardiovascular risks, risk prediction.

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian global. Individu yang terdiagnosa
penyakit kardiovaskular memiliki risiko mengalami kejadian non-fatal maupun fatal, mulai dari serangan
jantung, strok, dan bahkan kematian.
Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran tingkat risiko penyakit kardiovaskular di
wilayah kerja Puskesmas Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Mlati Sleman Yogyakarta pada bulan September hingga Oktober 2017. Sampel penelitian diperoleh melalui
teknik multistage cluster sampling dengan total subjek penelitian sejumlah 107 orang. Responden penelitian
ini yaitu pasien yang terdiagnosis penyakit kardiovaskular dan berusia 40-79 tahun. Tingkat risiko
kardiovaskular diukur menggunakan diagram WHO/ISH risk prediction chart wilayah Indonesia (South-East
Asia Region B). Data yang diperlukan untuk mengisi diagram prediksi risiko kardiovaskular diperoleh melalui
wawancara karakteristik responden, pengukuran tekanan darah dan kolesterol. Hasil penelitian dianalisis
dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
Hasil: Responden penelitian didominasi oleh perempuan dengan rata-rata usia responden yaitu 59,15
tahun (±9,73). Tingkat risiko kardiovaskular dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang yaitu
risiko rendah 50,47%; risiko sedang 13,08%; risiko tinggi 14,02%; dan risiko sangat tinggi 22,43%.

Corresponding Author: Anggi Lukman Wicaksana


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada
E-mail: anggi.l.wicaksana@ugm.ac.id

114 Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular

Kesimpulan: Mayoritas responden memiliki risiko rendah mengalami kejadian non-fatal dan fatal penyakit
kardiovaskular dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang.

Kata Kunci: risiko kardiovaskular, risk prediction.

PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian global di dunia. 1 Di Indonesia, kematian
akibat penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner dan strok diperkirakan terus
mengalami peningkatan pada tahun 2030 mencapai 23,3 juta kematian.1 Hal tersebut juga
diprediksi akan terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), seperti dijelaskan pada profil
kesehatan Provinsi DIY 2018,2 analisis tiga tahun terakhir bahwa penyakit kardiovaskular
menempati urutan tertinggi penyebab kematian.
Pasien yang telah didiagnosis penyakit jantung koroner, strok, atau penyakit pembuluh darah
lainnya memiliki risiko berupa kejadian fatal maupun non-fatal serangan jantung dan strok.3,4
Serangan jantung dan strok seringkali terjadi secara tiba-tiba dan sering mengakibatkan kondisi
fatal hingga kematian, sebelum perawatan medis dapat diberikan. 5 Kejadian serangan jantung
dan strok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi. 1
Modifikasi faktor risiko dapat mengurangi kejadian fatal strok dan serangan jantung serta
mengurangi kematian dini pada seseorang yang memiliki risiko tinggi atau memiliki lebih dari satu
faktor risiko penyakit kardiovaskular5. Pasien dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan
prediksi tingkat risiko kardiovaskular kejadian fatal atau non-fatal yang dapat dialami guna
mendapatkan manajemen pencegahan yang tepat.5
World Health Organization (WHO) dan International Society of Hypertension (ISH)
mengembangkan diagram berwarna untuk memprediksi tingkat risiko kardiovaskular dalam kurun
waktu sepuluh tahun yang akan datang.5 Diperlukan data mengenai faktor risiko individu termasuk
usia, jenis kelamin, tekanan darah sistolik, status merokok, riwayat diabetes melitus, dan kadar
kolesterol darah untuk menentukan tingkat risiko total.5 Diagram ini adalah diagram yang
sederhana dan mudah digunakan, sehingga dapat diterapkan di negara dengan keterbatasan
sarana dan prasarana.6 Diagram ini dapat digunakan untuk empat belas wilayah subregional
WHO, salah satunya diagram untuk wilayah Indonesia yaitu diagram prediksi risiko untuk South-
East Asia Region B (SEAR B).4
Penentuan tingkat risiko penyakit kardiovaskular di komunitas sangat diperlukan di Indonesia.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama/primer merupakan fasilitas
kesehatan yang terlibat langsung dengan masyarakat dan memiliki tanggung jawab untuk
membangun kesehatan di wilayah kerjanya.7
Wilayah kerja Puskesmas Mlati dipilih sebagai tempat penelitian dengan beberapa
pertimbangan yaitu menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman8, jumlah penduduk di

Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 115
Septiani et al.

Kecamatan Mlati tahun 2015 menduduki urutan ketiga paling banyak dibandingkan dengan
kecamatan lain. Selain itu, menurut data karakteristik wilayah pemerintah Kabupaten Sleman 9,
Kecamatan Mlati juga merupakan salah satu wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta
(perkembangan kota dalam kawasan tertentu), dengan gaya hidup masyarakat perkotaan, seperti
diet tidak sehat dan kurang aktivitas fisik yang dapat menimbulkan beberapa risiko.10
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Mlati I dan Mlati II juga
menunjukkan bahwa jumlah pasien kardiovaskular pada tahun 2016 cukup tinggi dengan rata-
rata jumlah kunjungan pasien kardiovaskular per bulan sebanyak 407 pasien di Puskesmas Mlati
I dan 333 pasien di Puskesmas Mlati II. Ironisnya, belum pernah dilakukan penelitian terkait risiko
atau prediksi penyakit kardiovaskular yang dapat dialami pasien kardiovaskular beberapa tahun
ke depan meskipun jumlah pasien kardiovaskular sudah banyak. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian terkait tingkat risiko penyakit kardiovaskular di wilayah kerja Puskesmas
Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi dan gambaran
tingkat risiko penyakit kardiovaskular dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang di
wilayah kerja Puskesmas Mlati, Sleman, Yogyakarta.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional study.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mlati I dan Mlati II, Sleman, Yogyakarta.
Pengambilan data dilakukan pada bulan September-Oktober 2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien dengan penyakit kardiovaskular di Puskesmas Mlati I dan Mlati II, Sleman,
Yogyakarta. Penentuan besar sampel penelitian deskriptif menggunakan rumus Lemeshow dalam
Dahlan11, sehingga diperoleh besar sampel yaitu 107 responden dengan estimasi responden
mengalami dropout sebesar 10%.
Teknik sampling pada penelitian ini berupa probabilitas melalui multistage cluster sampling
dengan melakukan beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu mendata populasi dan disusun
berdasarkan lokasi desa di Kecamatan Mlati. Tahap kedua yaitu mengambil sampel secara acak
dengan menyusun undian sederhana berdasarkan desa tempat tinggal di Kecamatan Mlati. Desa
tempat tinggal sebagai kluster atau kelompok. Tahap ketiga kemudian mengambil sampel pasien
dari desa yang terpilih menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi hingga memenuhi jumlah sampel
penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu (1) pasien yang terdiagnosis penyakit
kardiovaskular, yaitu pasien dengan hipertensi, strok, penyakit gagal jantung, dan penyakit
jantung koroner di Puskesmas Mlati I dan Mlati II, Sleman, Yogyakarta, (2) berusia 40 – 79 tahun,
(3) bersedia menjadi subjek penelitian. Sementara kriteria eksklusinya yaitu responden dengan
gangguan jiwa dan/atau gangguan kognitif.

116 Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah WHO/ISH risk prediction chart. Diagram
ini dikembangkan oleh WHO dan ISH yang tersedia dalam 14 wilayah di dunia. Untuk wilayah
Indonesia, diagram yang digunakan adalah South-East Asian Region B (SEAR B). Penentuan
tingkat risiko berdasarkan pada data usia, jenis kelamin, status merokok, penyandang diabetes,
tekanan darah sistolik, dan tingkat kolesterol. Hasil interpretasi diagram ini menunjukkan tingkat
risiko fatal dan non-fatal kejadian serangan jantung dan strok dalam waktu 10 tahun yang akan
datang. Prediksi tingkat risiko ini dibagi dalam 4 kategori sesuai dengan anjuran WHO5, yakni (1)
warna hijau, yaitu risiko <10% maka risiko rendah, (2) warna kuning, yaitu risiko 10% sampai <20%
maka risiko sedang, (3) warna oranye, yaitu risiko 20% sampai <30% maka risiko tinggi, dan (4)
warna merah, yaitu risiko 30% sampai <40% dan warna merah tua, yaitu risiko ≥40%, maka risiko
sangat tinggi. Instrumen penelitian ini yang kemudian digunakan untuk menggambarkan prediksi
kejadian fatal dan non-fatal serangan jantung dan strok dalam waktu 10 tahun yang akan datang.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis univariat yakni menggambarkan
karakteristik demografi responden dan tingkat risiko penyakit kardiovaskular di wilayah kerja
Puskesmas Mlati, Sleman, Yogyakarta. Data diolah menggunakan program komputer dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada – RSUP Dr. Sardjito (No:
KE/FK/0650/EC/2017). Sebelum pengambilan data, peneliti menjelaskan kepada responden
mengenai tujuan dan prosedur penelitian serta meminta persetujuan menjadi responden dalam
melalui informed consent.

HASIL
Data penelitian diambil di Desa Sumberadi, sebagai desa terpilih dari kelima desa di
Kecamatan Mlati. Dari 109 calon responden yang terlibat dalam penelitian, terdapat 2 responden
yang menolak terlibat dalam penelitian dengan alasan tidak ada waktu, sehingga total responden
yang terlibat dalam data analisis adalah 107 responden.
Distribusi karakteristik demografi pada berbagai tingkat risiko penyakit kardiovaskular
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Responden pada penelitian didominasi oleh perempuan
(60,75%), dengan rata-rata usia responden yaitu 59,15 (±9,73) tahun. Mayoritas responden
berpendidikan Sekolah Dasar (SD) (33,64%), berstatus tidak bekerja atau pensiunan (68,22%),
menikah (79,44%), dan memiliki pendapatan kurang dari Rp 1 juta (77,57%).
Responden pada penelitian ini didominasi oleh penderita penyakit hipertensi (90,65%).
Sebanyak 57,94% responden tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Dari
pengukuran yang dilakukan oleh peneliti, 66,36% responden termasuk kategori tidak obesitas.
Selain itu, terdapat responden dengan diabetes melitus (21,50%) dan responden yang tidak
merokok (87,85%).

Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 117
Septiani et al.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Demografi pada Berbagai Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular (n=107)
Risiko Penyakit Kardiovaskular (f, %)
Variabel Total (%)
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Usia
Mean (±SD) 59,54 (±9,20) 59 (±10,67) 57,47 (±11,92) 59,42 (±9,39) 59,15 (±9,73)
40 – 49 8 (14,81) 3 (21,43) 5 (33,33) 5 (20,83) 21 (19,63)
50 – 59 18 (33,33) 3 (21,43) 4 (26,67) 7 (29,17) 32 (29,91)
60 – 69 20 (37,04) 6 (42,86) 2 (13,33) 7 (29,17) 35 (32,71)
70 – 79 8 (14,81) 2 (14,29) 4 (26,67) 5 (20,83) 19 (17,76)
Jenis kelamin
Laki-laki 18 (33,33) 8 (57,14) 7 (46,67) 9 (37,50) 42 (39,25)
Perempuan 36 (66,67) 6 (42,86) 8 (53,33) 15 (62,50) 65 (60,75)
Tingkat pendidikan
Tidak Sekolah 10 (18,52) 2 (14,29) 3 (20,00) 4 (16,67) 19 (17,76)
SD 16 (29,63) 6 (42,86) 6 (40,00) 8 (33,33) 36 (33,64)
SMP 15 (27,78) 3 (21,43) 2 (13,33) 9 (37,50) 29 (27,10)
SMA 9 (16,67) 2 (14,29) 3 (20,00) 3 (12,50) 17 (15,89)
D3/D4/S1 4 (7,41) 1 (7,14) 1 ( 6,67) 0 (0,00) 6 (5,61)
Status pekerjaan
Bekerja 18 (33,33) 6 (42,86) 6 (40,00) 4 (16,67) 34 (31,78)
Tidak Bekerja 36 (66,67) 8 (57,14) 9 (60,00) 20 (83,33) 73 (68,22)
/Pensiunan
Status pernikahan
Menikah 46 (85,19) 11 (78,57) 11 (73,33) 17 (70,83) 85 (79,44)
Lajang/Duda 8 (14,81) 3 (21,43) 14 (26,67) 7 (29,17) 22 (20,56)
/Janda
Pendapatan per bulan
<Rp1juta 41 (75,93) 9 (64,29) 11 (73,33) 22 (91,67) 83 (77,57)
Rp1–<2juta 6 (11,11) 1 (7,14) 2 (13,33) 1 (4,17) 10 (9,35)
Rp2–<3juta 2 (3,70) 2 (14,29) 2 (13,33) 1 (4,17) 7 (6,54)
Rp3–<4juta 4 (7,41) 2 (14,29) 0 (0,00) 0 (0,00) 6 (5,61)
Rp4–<5juta 1 (1,85) 0 (0,00) 0 (0,00) 0 (0,00) 1 (0,93)
Jenis penyakit kardiovaskular
PJK 6 (5,61) 0 (0,00) 0 (0,00) 0 (0,00) 6 (5,61)
Gagal jantung 6 (5,61) 1 (7,14) 0 (0,00 1 (4,17) 8 (7,48)
Hipertensi 45 (42,06) 14 (100,00) 14 (93,33) 24 (100,00) 97 (90,65)
Strok 8 (7,48) 1 (7,14) 2 (13,33) 2 (8,33) 13 (12,15)
Riwayat keluarga
Ya 23 (42,59) 6 (42,86) 8 (53,33) 8 (33,33) 45 (42,06)
Tidak 31 (57,41) 8 (57,14) 7 (46,67) 16 (66,67) 62 (57,94)
Obesitas
Ya 16 (29,63) 7 (50,00) 6 (40,60) 7 (29,17) 36 (33,64)
Tidak 38 (70,37) 7 (50,00) 9 (60,00) 17 (70,83) 71 (66,36)
Diabetes melitus
Ya 12 (22,22) 3 (21,43) 4 (26,67) 4 (16,67) 23 (21,50)
Tidak 42 (77,78) 11 (78,57) 11 (73,33) 20 (83,33) 84 (78,50)
Status merokok
Ya 3 (5,56) 2 (14,29) 1 (6,67) 7 (29,17) 13 (12,15)
Tidak 51 (94,44) 12 (85,71) 14 (93,33) 17 (70,83) 94 (87,85)
TDS (mmHg)
Mean (±SD) 146,13 (±12,52) 156,07 (±14,35) 175,10 (±21,20) 189,17 (±14,94) 161,14 (±23,13)
120 – <140 23 (42,59) 3 (21,43) 0 (0,00) 0 (0,00) 26 (24,30)
140 – <160 24 (44,44) 4 (28,57) 5 (33,33) 0 (0,00) 33 (30,84)
160 – <180 7 (12,96) 7 (50,00) 3 (20,00) 7 (29,17) 24 (22,43)
≥180 0 ( 0,00) 0 (0,00) 7 (46,67) 17 (70,83) 24 (22,43)
TDD (mmHg)
Mean (±SD) 85 (±11,80) 92,42 (±14,40) 93 (±11,53) 100 (±12,93) 90,39 (±13,48)
40 – <60 1 ( 1,85) 0 (0,00) 0 (0,00) 0 (0,00) 1 (0,96)
60 – <80 16 (29,63) 3 (23,08) 2 (14,29) 2 (8,70) 23 (22,12)
80 – <100 30 (55,56) 6 (46,15) 8 (57,14) 11 (47,83) 55 (52,88)
≥100 7 (12,96) 4 (30,77) 4 (28,57) 10 (43,48) 25 (24,04)
Dislipidemia
Ya 15 (27,78) 11 (78,57) 10 (66,67) 21 (87,50) 57 (53,27)
Tidak 39 (72,22) 3 (21,43) 5 (33,33) 3 (12,50) 50 (46,73)
Keterangan: mmHg=milimeter raksa, PJK=Penyakit Jantung Koroner, SD=standard deviasi, TDD=Tekanan Darah
Diastolik, TDS=Tekanan Darah Sistolik,

118 Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular

Rata-rata tekanan darah sistolik responden yaitu 161,14 (±23,13) mmHg. Sebanyak 75,70%
responden memiliki tekanan darah sistolik > 140 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah
diastolik responden yaitu 90,39 (±13,48) mmHg. Sebanyak 76,92% responden memiliki tekanan
darah diastolik > 80 mmHg. Terdapat 53,27% responden dengan dislipidemia.
Analisis tingkat risiko penyakit kardiovaskular berdasarkan hasil penelitian dijelaskan dalam
Tabel 2. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden dengan penyakit kardiovaskular
memiliki risiko rendah mengalami kejadian fatal dan non-fatal penyakit kardiovaskular pada 10
tahun yang akan datang, yakni sekitar 50,47% dari total responden (Tabel 2). Akan tetapi
kelompok dengan risiko sangat tinggi menduduki peringkat kedua setelah kelompok risiko rendah,
yaitu sekitar 22,43%.

Tabel 2. Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular dalam Kurun Waktu 10 Tahun yang Akan Datang (n=107)
Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular Frekuensi Persentase
Risiko rendah 54 50,47
Risiko sedang 14 13,08
Risiko tinggi 15 14,02
Risiko sangat tinggi 24 22,43

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan responden paling banyak berada pada kelompok lanjut usia
yaitu 60-69 tahun. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan. 12 Penuaan jaringan kardiovaskular
mengakibatkan perubahan patologis pada sistem kardiovaskular. 12 Hasil penelitian ini sejalan
dengan Kementerian Kesehatan RI1 yang menyatakan estimasi penderita penyakit jantung
koroner, gagal jantung, dan strok paling banyak berada pada kelompok usia 55-64 tahun.
Responden penelitian didominasi oleh perempuan. Hal itu dikarenakan distribusi responden
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Penelitian lain menyebutkan prevalensi penyakit
kardiovaskular pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan perempuan.13 Yang et. al14
menyatakan prevalensi kejadian kardiovaskular pada wanita usia reproduksi rendah tetapi akan
meningkat pesat setelah memasuki masa menopause. Kekurangan estrogen selama menopause
dapat menyebabkan banyak risiko masalah kesehatan, salah satunya penyakit kardiovaskular. 15
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan responden paling banyak adalah Sekolah
Dasar (SD). Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki gaya hidup
yang sehat dan tidak memiliki gangguan kesehatan serta cenderung memiliki akses yang lebih
baik terhadap pelayanan kesehatan.16 Hasil ini sesuai dengan penelitian Kubota et.al16 bahwa
orang dengan pendidikan lebih rendah dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih berisiko
memiliki kejadian penyakit kardiovaskular selama hidupnya.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 60-69 tahun, pada usia tersebut
responden sudah memasuki masa pensiun sehingga tidak bekerja lagi. Hasil ini sejalan dengan

Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 119
Septiani et al.

penelitian di Polandia, bahwa individu yang tidak bekerja memiliki risiko mortalitas akibat penyakit
kardiovaskular dua kali lebih tinggi daripada individu yang bekerja. 17
Hasil penelitian menunjukkan status pernikahan responden didominasi oleh status menikah.
Hal ini sesuai dengan data sensus penduduk tahun 2010 bahwa perkiraan rata-rata usia kawin
pertama laki-laki sebesar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun.18 Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Diniz & Tavares19 bahwa mayoritas respondennya sudah menikah.
Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan kurang dari 1 juta. Beberapa
faktor sosio-ekonomi yang dapat memengaruhi yaitu gaya hidup, pola perilaku, dan aksesibilitas
pelayanan kesehatan.20 Hasil ini sejalan dengan penelitian Lemstra et.al21 bahwa individu yang
berpenghasilan rendah 52% memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung
daripada individu berpenghasilan tinggi. Penelitian Yan et.al22 menunjukkan prevalensi penyakit
kardiovaskular lebih tinggi pada daerah berpenghasilan rendah dibandingkan dengan daerah
berpenghasilan tinggi dan menengah.
Hasil penelitian menunjukkan hipertensi sebagai penyakit kardiovaskular terbanyak,
selanjutnya diikuti strok, gagal jantung, dan penyakit jantung coroner (PJK). Hasil ini sejalan
dengan data Balitbang Kemenkes RI23 bahwa di Indonesia, prevalensi hipertensi memang paling
tinggi dibandingkan penyakit kardiovaskular lainnya yaitu sebesar 25,8% pada penduduk usia ≥18
tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan ˃50% responden tidak memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular dalam keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Imes & Lewis24 menyatakan ada
hubungan positif antara riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga dan risiko yang dirasakan.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan berbagai
faktor risiko, sehingga banyak faktor yang akan memengaruhi kejadian kardiovaskular. 24
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak obesitas. Menurut WHO20
obesitas merupakan faktor risiko utama untuk PJK. Labarthe25 dalam bukunya “Epidemiology and
Prevention of Cardiovascular Disease: Challenge Second Edition” juga menyatakan bahwa
obesitas akan meningkatkan risiko penyakit jantung jika diikuti 2-3 faktor risiko lain. Dari
pernyataan tersebut diketahui bahwa obesitas bukan faktor risiko tunggal dalam kejadian
kardiovaskular.
Hasil penelitian ini menunjukkan 2 dari 10 responden memiliki riwayat diabetes melitus.
Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan pembuluh darah aterosklerotik, termasuk
penyakit arteri koroner, serebrovaskular, dan perifer.26 American Heart Association27 menyatakan
diabetes menjadi salah satu dari 7 faktor risiko utama yang dapat dikendalikan untuk penyakit
kardiovaskular.
Mayoritas responden penelitian ini tidak merokok atau sudah berhenti merokok lebih dari satu
tahun. Hasil penelitian ini kemungkinan karena responden telah memodifikasi faktor risiko dengan

120 Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular

mengubah gaya hidup untuk tidak merokok lagi karena penyakit kardiovaskular yang sudah
mereka derita. Salah satu faktor risiko yang menjadi fokus utama untuk mengurangi penyakit
kardiovaskular yaitu merokok.28
Rerata tekanan darah sistolik yaitu 161 mmHg dan tekanan diastolik yaitu 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah adalah faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular, penyakit
jantung koroner, dan gagal jantung.4 Tekanan darah yang meningkat sering berdampingan
dengan faktor risiko kardiovaskular lainnya, seperti merokok, obesitas, dan dislipidemia 4. Hal ini
sejalan dengan penelitian Rapsomaniki et al.,29 bahwa individu dengan tekanan darah sistolik 90-
114 mmHg dan tekanan darah diastolik 60-74 mmHg memiliki risiko paling rendah untuk penyakit
kardiovaskular.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki riwayat dislipidemia. Hal
ini kemungkinan karena beberapa responden menyatakan tidak sanggup mengurangi makanan
berminyak seperti gorengan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa beberapa produk minyak,
serta beberapa makanan yang tidak mengandung produk hewani ternyata juga dapat
menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak kolesterol. 20 Dislipidemia diakui sebagai faktor
risiko yang menonjol untuk penyakit kardiovaskular.30
Risiko penyakit kardiovaskular dalam penelitian ini adalah risiko individu mengalami kejadian
fatal dan non-fatal penyakit kardiovaskular pada 10 tahun mendatang. Berdasarkan hasil
penelitian pada total responden diketahui bahwa separuh dari responden memiliki risiko rendah.
Selanjutnya diikuti oleh responden yang memiliki risiko sangat tinggi, risiko tinggi, dan risiko
sedang. Hal ini menunjukkan separuh dari responden memiliki kemungkinan <10% mengalami
penyakit kardiovaskular. Kemudian responden dengan risiko sangat tinggi, risiko tinggi, dan risiko
rendah memiliki kemungkinan >30%, 20-<30%, 10-<20% mengalami penyakit kardiovaskular.5
Alasan yang menunjukkan separuh atau bahkan mayoritas responden penelitian ini memiliki
risiko rendah penyakit kardiovaskular yaitu responden telah melakukan modifikasi faktor risiko
dengan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat serta menjalani terapi pengobatan. Modifikasi
faktor risiko telah terbukti menurunkan mortalitas dan morbiditas pada individu yang terdiagnosis
maupun yang tidak terdiagnosis penyakit kardiovaskular. 4 Perilaku sehat dikaitkan dengan
penurunan penyakit kardiovaskular dan risiko kematian pada populasi umum 31. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian Long et.al31 yang menyatakan responden yang menjalani tiga atau
empat perilaku kesehatan memiliki tingkat kejadian penyakit kardiovaskular terendah.
Pada distribusi risiko rendah ditemukan jumlah responden perempuan (66,67%) lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki (33,33%). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Bansal
et.al32 yang dilakukan di populasi pedesaan India Utara, bahwa risiko rendah penyakit ditemukan
lebih tinggi pada wanita (67,6%) dibandingkan dengan pria (32,4%).

Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 121
Septiani et al.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki risiko rendah, sesuai dengan
penelitian Bansal et.al32 yaitu sebanyak 55,6%. Hal ini sejalan dengan penelitian lain, Otgontuya
et.al33 yang menggunakan data dari survei nasional STEPwise Approach to Surveillance (STEPS )
di Kamboja, Malaysia, dan Mongolia pada pria dan wanita berusia 40-64 tahun dan menemukan
bahwa mayoritas individu di ketiga negara tersebut memiliki risiko penyakit kardiovaskular rendah
mulai dari 89,6% di Mongolia, 94,4% di Malaysia, dan 97% di Kamboja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden terbanyak kedua, ketiga, dan keempat
adalah risiko sangat tinggi (22,43%), risiko tinggi (14,02%), dan risiko sedang (13,08%), sehingga
risiko ≥10% adalah 49,53%. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Bansal et. al32, risiko ≥10%
sebanyak 44,4%.
Jumlah responden dengan risiko sangat tinggi mengalami penyakit kardiovaskular
menduduki urutan kedua tertinggi, hal ini kemungkinan dikarenakan responden kesulitan
melakukan modifikasi gaya hidup. Beberapa responden mengatakan tidak dapat berhenti
merokok atau tidak rutin melakukan aktivitas fisik. Hal ini sesuai dengan penelitian Long et al31
yang menyatakan bahwa responden yang tidak mengubah perilaku kesehatan apapun memiliki
risiko tingkat kejadian kardiovaskular 3,71 kali lebih tinggi. Beberapa responden menyatakan
menghentikan konsumsi obat antihipertensi apabila tekanan darahnya normal setelah dilakukan
pengukuran. Salah satu alasan yang disebutkan yaitu adanya ketakutan akan efek samping
apabila mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Hal ini sesuai dengan penelitian
Smantummkul34 bahwa kepatuhan minum obat antihipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti lupa minum obat dan perasaan takut akan efek samping obat.
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu gambaran tingkat risiko penyakit
kardiovaskular di wilayah kerja Puskesmas Mlati Sleman Yogyakarta hanya terwakili oleh satu
desa dari lima desa di Kecamatan Mlati, yaitu Desa Sumberadi. Desa terpilih yaitu Desa
Sumberadi sudah memenuhi jumlah minimal sampel penelitian sehingga tidak dilakukan
pengulangan proses pengambilan sampel pada desa lain. Hal tersebut sesuai dengan metode
penelitian yang ditentukan yaitu multistage cluster sampling.

KESIMPULAN DAN SARAN


Mayoritas responden memiliki riwayat penyakit hipertensi, tidak memiliki riwayat penyakit
dalam keluarga, tidak obesitas, tidak merokok atau sudah berhenti merokok lebih dari satu tahun,
memiliki rerata tekanan darah sistolik 161,14 mmHg dan rerata tekanan darah diastolik 90,39
mmHg, serta memiliki riwayat dislipidemia. Berdasarkan pengukuran risiko penyakit
kardiovaskular menggunakan WHO/ISH risk prediction chart, mayoritas responden memiliki risiko
rendah mengalami kejadian fatal dan non-fatal penyakit kardiovaskular pada 10 tahun yang akan
datang.

122 Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas
Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskular

Saran yang dapat diberikan yaitu pemerintah perlu mempertimbangkan penerapan deteksi
dini dan manajemen hemat biaya untuk pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular secara
berkala meskipun dominasi tingkat risiko rendah bukan berarti tidak memiliki risiko. Penelitian
serupa perlu dilakukan dengan populasi yang lebih besar, sehingga hasilnya dapat digunakan
untuk membantu perencanaan dan implementasi intervensi yang ditargetkan sesuai tingkat risiko.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI: Situasi Kesehatan
Jantung [Internet]. 2014. Diakses dari: http://www.depkes.go.id/download.php?file= download/pusdatin/
infodatin/infodatin-jantung.pdf
2. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2018.. 2018.
Diakses dari: http://www.depkes.go.id.
3. Rantner, B., Kollerits, B., Pohlhammer, J., Stadler, M., Lamina, C., Peric, S., et al. The Fate of Patients with
Intermittent Claudication in The 21st Century Revisited – Results from The CAVASIC Study. Scientific Reports.
2017; 7: 45833. http://doi.org/10.1038/srep45833
4. WHO. Prevention of Cardiovascular Disease; Guidelines for Assessment and Management of Cardiovascular
Risk [Internet]. 2007a. Diakses dari: www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/Full text.pdf
5. WHO. Prevention of Cardiovascular Disease; Pocket Guidelines for Assessment and Management of Cardiovacular
Risk. 2007b. Diakses dari: http://ish-world.com/downloads/activities/PocketGL_ENGLISH_SEAR-B-D.pdf
6. Ofori, S. N., Odia, O.J. Risk Assessment in The Prevention of Cardiovascular Disease in Low-Resource Settings.
Indian Heart Journal. 2015;68(3):391–398. DOI: http://doi.org/10.1016/j.ihj.2015.07.004
7. Kementerian Kesehatan RI. Data Dasar Puskesmas. 2013. Diakses dari: http://www.depkes.go.id/
resources/download/pusdatin/data-dasar-puskesmas/00.%20Data%20Dasar%20Puskesmas%20-%20
Pengantar.pdf
8. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio per
Kecamatan di Kabupaten Sleman, 2015. 2017 [diakses pada 25 Februari 2017]. Diakses dari:
https://slemankab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/7
9. Pemerintah Kabupaten Sleman. Karakteristik Wilayah [Internet]. 2017 [diakses pada 9 Juli 2017]. Diakses dari
https://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/karakteristik-wilayah
10. Amu, D.A. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Indonesia
tahun 2013 [Internet]. 2015. Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38070/1/
dina%20adlina%20amu-fkik.pdf
11. Dahlan, M.S. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan (Edisi 4). Jakarta, Indonesia: Salemba
Medika; 2016.
12. North, B.J., Sinclair, D. A. The Intersection between Aging and Cardiovascular Disease. Circulation Research.
2012;110(8):1097–1108. DOI: http://doi.org/10.1161/circresaha.111.246876
13. HEART UK- The Cholesterol Charity. Risk Factors for Coronary Heart Disease (CHD). Diakses dari
https://heartuk.org.uk/files/uploads/documents/huk_fs_mfsI_riskfactorsforchd.pdf. 2014. (6-7).
14. Yang, L., Li, L., Millwood, I. Y., Peters, S. A. E., Chen, Y., Guo, Y., ... Chen, Z. Age at Menarche and Risk of Major
Cardiovascular Diseases: Evidence of Birth Cohort Effects from a Prospective Study of 300,000 Chinese Women.
International Journal of Cardiology. 2017; 227: 497-502. DOI: 10.1016/j.ijcard.2016.10.115
15. Sunita, P., Pattanayak, S. P. Phytoestrogens in Postmenopausal Indications: A Theoretical Perspective.
Pharmacognosy Reviews. 2011; 5(9):41–47. DOI: http://doi.org/10.4103/0973-7847.79098
16. Kubota, Y., Heiss, G., MacLehose, R. F., Roetker, N. S., Folsom, A. R. Association of Educational Attainment with
Lifetime Risk of Cardiovascular Disease: The Atherosclerosis Risk in Communities Study. JAMA Internal Medicine.
2017; 177(8):1165-1172. DOI: 10.1001/jamainternmed.2017.1877.
17. Zagozdzon, P., Zaborski, L., & Ejsmont, J. Survival and Cause-Specific Mortality among Unemployed Individuals
in Poland during Economic Transition. Journal of Public Health. 2008; 31(1): 138–146. DOI:
https://doi.org/10.1093/pubmed/fdn061
18. Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk 2010: Umur Penduduk. 2018. Diakses pada 23 Mei 2018, dari
https://sp2010.bps.go.id/
19. Diniz, M. A., Tavares, D. M. S. Risk Factors for Cardiovascular Disease in Aged Individuals in A City in The State
of Minas Gerais. Text Context Nursing, Florianopolis. 2013; 22 (4): 885-92
20. WHO. The atlas of heart disease and stroke. Geneva: Author; 2004. DOI: https://doi.org/9241562768
21. Lemstra, M., Rogers, M., Moraros, J. Income and Heart Disease: Neglected Risk Factor. Canadian Family
Physician. 2015; 61(8): 698–704
22. Yan, R., Li, W., Yin, L., Wang, Y., Bo, J. Cardiovascular Diseases and Risk-Factor Burden in Urban and Rural
Communities in High-, Middle-, and Low-Income Regions of China: A Large Community-Based Epidemiological
Study. Journal of The American Heart Association. 2017; 6. DOI: 10.1161/jaha.116.004445
23. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. [www.depkes.go.id ]. Jakarta, Indonesia: Kementerian Kesehatan
RI; 2013. Diakses dari www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil riskesdas 2013.pdf

Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 123
Septiani et al.

24. Imes, C. C., Lewis, F. M. Family History of Cardiovascular Disease (CVD), Perceived CVD Risk, and Health-Related
Behavior: A Review of The Literature. The Journal of Cardiovascular Nursing. 2014; 29(2):108–129. DOI:
http://doi.org/10.1097/JCN.0b013e31827db5eb
25. Labarthe, D. R. Epidemiology and Prevention of Cardiovascular Disease: A global challenge - 2nd ed. Jones and
Bartlett Publishers. 2011
26. Yamagishi, S. Cardiovascular Disease in Recent Onset Diabetes Mellitus. Journal of Cardiology. 2011;57(3):257-
262. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jjcc.2011.01.011
27. American Heart Association. Cardiovascular Disease & Diabetes. [http://www.heart.org]. 2015. Diakses dari:
http://www.heart.org/heartorg/conditions/more/diabetes/whydiabetesmatters/cardiovascular-disease-diabetes_
ucm_313865_article.jsp#.ws8whihubiv
28. Alageel, S., Wright, A. J., Gulliford, M. C. Changes in Cardiovascular Disease Risk and Behavioural Risk Factors
before The Introduction of A Health Check Programme in England. Preventive Medicine. 2016;91:158-163. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2016.08.025
29. Rapsomaniki, E., Timmis, A., George, J., Pujades-Rodriguez, M., Shah, A.D, Denaxas, S., …, Hemingway, H.
Blood Pressure and Incidence of Twelve Cardiovascular Diseases: Lifetime Risks, Healthy Life-Years Lost, and
Age-Specific Associations in 1.25 million people. Lancet. 2014; 383: 1899–1911. DOI:
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60685-1
30. Miller, M. Dyslipidemia and Cardiovascular Risk: the Importance of Early Prevention. QJM: An International Journal
of Medicine. 2009;102(9):657–667. DOI: http://doi.org/10.1093/qjmed/hcp065
31. Long, G. H., Cooper, A. J. M., Wareham, N. J., Griffin, S. J., Simmons, R. K. Healthy Behaviour Change and
Cardiovascular Outcomes in Newly Diagnosed Type 2 Diabetes Patients - addition-Cambridge Cohort Study.
Diabetes Care. 2014;37(6):1712–1720. DOI: http://doi.org/10.2337/dc13-1731
32. Bansal, P., Chaudhary, A., Wander, P., Satija, M., Sharma, S., Girdhar, S., …, Gupta, V. K. Cardiovascular Risk
Assessment using WHO/ISH Risk Prediction Charts in a Rural Area of North India. Journal of Research in Medical
and Dental Science. 2016;4(2):127-131. DOI: 10.5455/jrmds.20164210
33. Otgontuya, D., Oum, S., Buckley, B. S., Bonita, R. Assessment of Total Cardiovascular Risk using WHO/ISH Risk
Prediction Charts in Three Low and Middle Income Countries in Asia. BMC Public Health. 2013;13(539):1–12. DOI:
10.1186/1471-2458-13-539.
34. Smantummkul, C. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit X pada Tahun 2014. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014. Diakses
dari: http://eprints.ums.ac.id/32110/9/naskah%20publikasi.p

124 Vol. 2 (2) Juli 2018, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas

You might also like