Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Wahyu Utami - Pengaruh Kecenderungan Neurotik

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

202 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik

PENGARUH KECENDERUNGAN NEUROTIK DAN SELF-


EFFICACY TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Oleh:
Wahyu Utami, M.Si.
Institut Agama Islam Tribakti Kediri
Ayoe_utami@ymail.com

Abstrak
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kecenderungan
neurotik dan self-efficacy terhadap psychological well being
pada mahasiswa. Kecenderungan neurotik dan self-efficacy
sebagai variabel bebas dan psychological well-being sebagai
variabel terikat, subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa berjumlah 100 mahasiswa yang terdiri dari 52
mahasiswa laki-laki dan 48 wahasiswa perempuan dengan
rentang usia 18 sampai 20 tahun. Teknik purposive
sampling digunakan sebagai metode pengambilan subjek.
Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda
dan pengumpulan data menggunaka skala yaitu
Psychologycal Scale Of Well Being, Big Five Inventory (BFI)
dan Self Efficacy Scale (SES (BFI) Psychologycal Scale Of
Well Being. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan
neurotik mempengaruhi psychological well-being dengan
(β=0.241, p= 0.006). Self Efficacy mempengaruhi
psychological well-being dengan β=0.241, p= 0.006).
Kecenderungan neurotik dan Self Efficacy terhadap
psychological well-being (β=20.919, p= 0.000). Penelitian
ini menunjukkan bahwa Kecenderungan neurotik dan Self
Efficacy memberikan sumbangan efektif sebesar 30.1%
terhadap psychological well-being.

Kata Kunci: Psychological well-being, Self Efficacy,


kecenderungan neurotik

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 203

Abstract
The research was to determine the effect neurotic
tendencies and self-efficacy toward psychologycal well
being in college students. The tendency of neurotic and
self-efficacy as the independent variable and psychological
well-being as the dependent variable, the subjects in the
research a student amounted to 100 students which consists
of 52 male students and 48 female students ranging in age
from of 18 to 20 years. A purposive sampling technique is
used as a method of taking the subject. Analyze data use
multiple linear regression analysis and data collection make
use of a scale that is Psychologycal Of Well Being Scale, Big
Five Inventory (BFI) and Self Efficacy Scale (SES (BFI)
Psychologycal Scale Of Well Being. The results showed
neurotic trends affecting the psychological well-being (β =
0241, p = 0.006). Self Efficacy affect psychological well-
being with β = 0241, p = 0.006). Neurotic tendencies and
Self Efficacy toward psychological well-being (β = 20 919,
p = 0.000). The research was shows that the tendency of
neurotic and Self Efficacy provide effective contribution of
30.1% toward psychological well-being.
Keywords: Psychological Well-Being, Self Efficacy, Neurotic A
Tendency

Pendahuluan
Fenomena stress marak terjadi dikalangan mahasiswa
khususnya pada mahasiswa kedokteran. Beratnya tuntutan tugas
dan peran akademik merupakan hal yang berpotensi menjadi
penyebab stress dikalangan mahasiswa kedokteran. Tingginya
tingkat stres terjadi terutama pada mahasiswa baru yang masih
melakukan adaptasi dari Sekolah Menengah ke Perguruan Tinggi
(Tanaka, Fukuda, Mizuno, et, al, 2002). Stres merupakan
fenomena yang ditemui hampir pada semua mahasiswa
kedokteran diseluruh dunia (Nandi, Madhumita, Hazra, et, al,
2012). Tingkat stres pada mahasiswa kedokteran juga

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


204 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
dilaporkan berkisar 25%-75% (Guthrie, Black, Shaw &
Hamilton, 1995). Selain itu, Abdulghani (2008) melaporkan
prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran di Saudi
Arabia yaitu sebesar 21.5% mahasiswa mengalami stres ringan,
15.8% mengalami stres sedang dan 19.6% mengalami stres
berat.
Suatu penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
Indonesia meliputi bahwa mahasiswa merupakan golongan yang
mudah mengalami stress dalam melaksanakan tanggungjawab
dan peranan mereka di universitas (Mastura, 2007). Penelitian
lain yang dilakukan oleh National Health Ministries (2006)
memperlihatkan bahwa pada saat menjadi mahasiswa individu
akan lebih merasa tidak berdaya dan stres dibandingkan pada
masa-masanya sebelum perkuliahan. Sumber-sumber stres lain
yang muncul pada mahasiswa yang tertunda dalam penyelesaian
study, yaitu antara lain perasaan bahwa dirinya kurang mampu
menyelesaiakan studi, kerumitan proses penyususnan skripsi,
tekanan sosial, peraaaan kurang bertanggung jawab, dan
sebagaiany. Dari hal-hal tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan
mahasiswa tingkat akhir terutama, penuh dengan tekanan dan
tuntutan sehingga mempengaruhi keadaaan psikologis
mahasiswa tersebut dan memungkinkan timbulnya stres, rasa
cemas, tidak percaya diri, mudah putus asa, mudah marah, dan
perasaan-perasaan negatif lainnya.
Berbagai permasalahan psikologis tersebut sesuai dengan
indikator psychological well-being rendah, yaitu merasa tidak
bahagia, merasa tertekan dan tidak aman, tidak memiliki tujuan
hidup yang jelas, mengalami depresi, memiliki kepercayaan diri
yang rendah, mudah curiga pada orang lain, dan sering
berperilaku agresif dan destruktif pada lingkungan. Hal tersebut
menyiratkan bahwa mahasiswa yang memiliki berbagai

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 205

permasalahan psikologis termasuk individu yang cenderung


memiliki psychological well-being rendah. Hal ini didukung oleh
beberapa hasil penelitian (Akhtar, 2009) yang menyatakan
bahwa psychological well-being dapat membantu remaja untuk
menumbuhkan emosi positif, merasakan kepuasan hidup dan
kebahagiaan, mengurangi depresi, dan kecenderungan mereka
untuk berperilaku negatif.
Kasus stres yang terjadi pada mahasiswa juga
berhubungan langsung dengan prestasi dan dapat membuat
seseorang menjadi merasa tidak sanggup untuk belajar (Rice,
(1993). PWB sangat penting untuk dimiliki mahasiswa, hal ini
karena nilai positif dari kesehatan mental di dalamnya membuat
individu dapat mengidentifikasi apa yang hilang dalam dirinya.
Seseorang dapat dikatakan sejahtera apabila individu tersebut
memiliki emosi positif yang lebih besar dibandingkan emosi
negatif, dan dapat menjaga emosi positif serta memperbaiki
emosi negatif yang ada didalam dirinya (Ryff & Keyes, 1995).
Untuk mencapai PWB yang baik pada mahasiswa tentunya
membutuhkan dukungan sosial yang lebih dari banyak pihak,
baik dari keluarga, teman sebaya dan pihak-pihak lain.
Kepribadian menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi PWB pada mahasiswa, menurut Compton &
Hoffman (2013), kepribadian merupakan salah satau hal yang
dapat mempengaruhi PWB. Dimana ciri kepribadian merupakan
salah satu hal yang dapat mempengaruhi PWB. Dimana ciri
kerbadian dikonseptualisasikan sebagai karakteristik yang stabil
dan berbeda pada diri setiap individu serta dapat menjelaskan
kecenderunagan individu tersebut dalam hal perilaku, kognisi
dan emosi tertentu (Bidjerano & Yun Dai, 2006). Penelitian
terbaru tentang kepribadaian dan PWB yang dilakukan oleh
Pandya, Mohit & Korat (2015) hasil penelitian menunjukkan
Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016
206 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
bahwa ada korelasi yang positif dan signifikan antara
kepribadian dan PWB, penelitian ini menjelaskan bahwa sifat
kepribadain memiliki pengaruh terhadap PWB.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bolger &
Schilling (1991) ditemukan bahwa situasi yang menimbulkan stres
dan tekanan akan lebih memungkinkan individu untuk
mengalami neuroticism tinggi daripada mengalami neuroticism
rendah. Individu memiliki neuroticism tinggi cenderung
mengalami keadaaan-keadaaan negatif daripada keadaan positif,
karena individu dengan tingkat neuroticism yang tinggi akan
lebih mempersepsikan suatu keadaaan sebagai keadaaan yang
negatif dibandingkan individu dengan neuroticism rendah. Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Talamati pada mahasiswa
tingkat akhir (2012), menunjukkan bahwa trait kepribadian
neuroticism memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan Psychologycal Well-Being Pada Mahasiswa.
Selain dukungan sosial, kepribadian dan efikasi diri juga
memiliki peran yang cukup penting untuk meningkatkan
Psychologycal Well-Being pada individu yang mengalami stres
dalam mengerjakan tugas khususnya pada mahasiswa.
Pencapaian tujuan untuk menyelesaiakan tugas-tugas study,
individu membutuhkan motivasi yang seringkali berkaitan
dengan self-efficacy. Self-efficacy memiliki kaitan erat dengan
Psychologycal Well-Being. Efikasi diri adalah keyakian individu
mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau
tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Hal ini
mengacu pada kepercayaan dalam diri tentang kemampuan
untuk berperilaku sedemikian rupa atau untuk menghasilkan
hasil yang diinginkan (Bandura, 1977).
Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan optimis mampu
untuk mengatasi berbagai stres. Orang dengan self-efficacy yang

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 207

tinggi memilih untuk melakukan tugas yang lebih menantang


dan sulit. Begitu sebaliknya, individu dengan efikasi rendah lebih
berkaitan dengan depresi, kecemasan dan ketidakberdayaan.
Self-efficacy yang tinggi berkaitan dengan kesejahteraan positif,
regulasi stres, lebih tinggi harga diri, kondisi fisik yang lebih baik,
adaptasi yang lebih baik dan pemulihan dari penyakit (Bisschop,
Kingsman, Beekman, & Deeg, 2004). Di sisi lain, self-efficacy
yang rendah berhubungan dengan gejala yang tinggi dari
kecemasan dan depresi (FaKashdan & Roberts, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Maujean & Davis (213)
menyatakan bahwa self-efficacy yang tinggi dapat meningkatkan
perasaaan positif dari individu, memberikan korelasi positif
dengan kepuasan hidup dan memiliki korelasi negatif dengan
perasaan negatif. Seseorang dengan self-efficacy yang tinggi
percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk
mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang
dengan self-efficacy rendah menganggap dirinya tidak mampu
dalam mengerjakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya
sehingga cenderung akan lebih mudah untuk menyerah (Ghufron
& Risnawati, 2011) Oleh sebab itu, self-efficacy juga membantu
agar Psychologycal Well-Being individu dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang terbentuk rumusan masalah sebagai
berikut: (1) Bagaimana pengaruh kecenderungan neurotik
terhadap Psychologycal Well-Being pada mahasiswa?, (2)
Bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap Psychologycal Well-
Being pada mahasiswa (3) Bagaimana pengaruh kecenderungan
neurotik dan efikasi diri terhadap Psychologycal Well-Being
pada mahasiswa?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh
kecenderungan neurotik terhadap Psychologycal Well-Being
pada mahasiswa; (2) pengaruh self-efficacy terhadap
Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016
208 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
Psychologycal Well-Being pada mahasiswa; (3) pengaruh
kecenderungan neurotik dan self-efficacy terhadap Psychologycal
Well-Being pada mahasiswa. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat teoritis berupa pengetahuan yang luas
mengenai Psychologycal Well-Being dan memberikan kontribusi
positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang
ilmu psikologi. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan informasi bagi mahasiswa mengenai hal-hal
yang dapat meningkatkan Psychologycal Well-Being

Tinjauan Pustaka
Kecenderungan Neurotik terhadap Psychologycal Well-Being
Psychologycal Well-Being merupakan kemampuan
individu untuk menerima dirinya apa adanya (self-acceptance),
membentuk hubungan yang hangat denga orang lain (positive
relation with others), mengontrol lingkungan eksternal
(enviromental mastery), memiliki tujuan dalam hidupnya
(purpose in life), serta mampu merealisasikan potensi dirinya
secara kontinue. Disisi lain Houser (2005), menyatakan bahwa
Psychologycal Well-Being juga didefinisikan sebagai
kesejahteraan psikologis individu yang memfokuskan pada
upaya realisasi diri (self-realization), pernyataan diri (personal
expressiveness) dan aktualisasi diri (self-actualization), Ryff
(1989) .
Menurut Costa & McCrae (1992) terdapat lima dimensi
kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness to
experience, agreeableness dan conscientiousness. Watsan & Clark
(1984) menyatakan bahwa dari kelima dimensi kepribadian yang
telah disebut, neuroticism yang tinggi akan semakin stres dan
dapat mengalami ketidakstabilan emosi. Menurut Menurut Costa
& Jhon (1992) neuroticism menggambarkan perbedaan

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 209

individual dalam kecenderungan untuk mengalami stres dan


efeknya terhadap pola pikir dan tingkah laku individu tersebut.
Kecenderungan neurotik merupakan salah satu
temperamen atau faktor kepribadian yang berkaitan dengan
ketidakstabilan psikologis dan kondisi yang rawan mengalami
emosi negatif (Muris, 2007). Individu dengan tingkat neurotis
yang tinggi ditandai dengan adanya emosi cemas, gugup, merasa
tidak aman, dan emosioanal. Hal tersebut di atas sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Grant, Langan-Fox & Anglim
(2009), menunjukkan bahwa hubungan antara kepribadian dan
psychologycal well-being lebih kuat hubungannya antara
kepribadian dengan kesejahteraan subjektif. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat-sifat ini merupakan kecenderungan
kepribadian pada tingkat yang lebih tinggi psychologycal well-
being.
Ada beberapa penelitian yang memiliki hasil berbeda,
diantranya Penelitian yang dilakukan oleh Kjell, Nima, Sikström,
Archerand & Garcia, (2013), Motevaliyan, (2014) serta Libran
(2006) menunjukkan hubungan yang signifikan antara
neurotisme dengan psychologycal well-being pada remaja.
Demikian pula, Joshanloo & Afshari, (2011) menemukan
hubungan yang signifikan negatif antara kecenderngan
neurotisme dengan psychologycal well-being.
Berdasarkankan hasil-hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan neurotik dimungkinkan
memiliki pengaruh terhadap keadaan psychologycal well-being
pada individu.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


210 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
Self-Efficacy Terhadap Psychologycal Well-Being
Secara umum efikasi diri secara luas bertujuan untuk
menjaga stabilisasi pada kompetensi pribadi untuk menangani
secara efektif dengan berbagai situasi stres (Adeyemo, 2008;
Schwarzer, 1994). Mungkin bagi seorang individu yang memiliki
kebahagiaan rendah dan kepuasan hidup dan tinggi depresi,
memiliki efikasi yang tinggi akan membantu individu dalam
menampilkan perilaku yang tepat dan sikap positif dalam hal
kinerja akademisnya. Oleh karena itu, diharapkan bahwa efikasi
diri akan memoderasi hubungan terhadap psychologycal well-
being dengan perilaku dan sikap siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siddiquie (2015),
untuk mempelajari dampak dari Self-efficacy pada Psychological
Well-being mahasiswa menunjukkan bahwa, ada korelasi yang
positif dan signifikan bahwa meningkatkannya efikasi diri pada
mahasiswa akan meningkatkan Psychological Well-being, begitu
sebaliknya efikasi yang rendah menurunkan Psychological Well-
being pada siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Singh &
Udainiya (2009) yang diberikan pada remaja, hasil penelitian
menunjukkan pengaruh yang signifikan dari jenis keluarga,
gender dan efikasi diri terhadap psychologycal well being, bawa
semakin tinggi efikasi diri pada remaja makan semakin tinggi
psychologycal well being yang dimliki oleh individu, begitu juga
sebaliknya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh terhadap
Psychologycal Well Being pada individu.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 211

Kecenderungan Neurotik dan Efikasi Diri terhadap Psychologycal


Well Being
Dari hasil penelitian sebelumnya, dikatakan bahwa
kepribadian menjadi salah satu aspek yang dapat mempengaruhi
psychologycal well being pada individu. Kecenderungan
kepribadian juga memiliki ciri-ciri yang stabil dan dapat
mempengaruhi kondisi individu (Diener, Oishi & Lucas, 2003).
Khususnya pada kecenderungan neurotik yang pada sebagian
besar penelitian memiliki pengaruh terhadap psychologycal well
being individu. Individu yang tinggi dalam neurotik dan
mengalami stres maka akan mempengaruhi kerja memorinya
dibandingkan dengan mereka yang rendah dalam neurotik
(Neupert, Mrozeck & Spiro, 2008).
Selain kepribadian, efikasi diri juga dikatakan dapat
membantu individu untuk mencapai psychologycal well being.
Ketika individu mampu untuk memimpin menentukan cita-cita
yang menantang dan tetap bertahan dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dirasakan, ketika individu mengalami
masalah-masalah maka perasaan efikasi diri yang kuat akan
mendorong individu untuk dapat tetap tenang dan mencari
solusi untuk menghadapi kondisi ketidakmampuannya sehingga
dapat menyebabkan kepercayaan diri dan memunculkan usaha
dan kegigihan dalam prestasi.
Individu khususnya pada mahasiswa, mempunyai
tuntutan dalam akademis dan tekanan untuk sukses, persaingan
dengan rekan-rekan sesama mahasiswa disini dapat
mempengaruhi psychologycal well being pada mahasiswa itu
sendiri. Ketika individu merasa yakin untuk menghadapi
kesulitan yang dihadapi dan memiliki kecenderungan neurotik
yang rendah dimana individu tidak mengalami kecemasan,
ketakutan dan kegelisahan saat menghadapi sesuatu yang sulit
Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016
212 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
maka akan memberikan dampak pada positif pada kesejahteraan
psikologisnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bandura (2006) bahwa memiliki rasa yang kuat
akan efikasi diri berkontribusi pada psychologycal well being
pada individu.
Psychologycal well being itu sendiri merupakan konsep
kesejahteraan psikologis individu yang mampu menerima dirinya
apa adanya, tidak memiliki gejala-gejala depresi dan selalu
memiliki tujuan hidup yang dipengaruh oleh fungsi psikologi
positif yang berupa aktualisasi diri, penguasaan lingkungan sosial
dan perkembangan pribadi. Oleh sebab itu, individu yang
memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi memiliki hidup yang lebih
sehat dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
efikasi rendah dan akan berdampak terhadap kesejahteraan
individu. Dalam penelitian ini peneliti menghubungkan
kecenderungan neurotik dan efikasi diri dengan psychologycal
well being.
Keunikan dalam penelitian ini adalah terletak pada
hubungan antar variabel, yang belum pernah ditemukan dan
diteliti secara bersamaan untuk melihat keterkaitan satu variabel
dengan variabel yang lain. Konsep penelitian diatas dapat
digambarkan sebagai berikut.

Kerangka konseptual penelitian


Kecenderungan
Neurotik (X1) Psychologycal Well Being.
(Y)

Efikasi Diri (X2)

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 213

Hipotesis
Berdasarkan kajian di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini ialah :
1. Ada pengaruh antara kecenderungan neurotik terhadap
psychologycal well being.
2. Ada pengaruh antara efikasi diri terhadapa psychologycal
well being
3. Ada pengaruh kecenderungan neurotik dan efikasi diri
terhadap psychologycal well being

Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif eksplanatif. Desain penelitian ini adalah penelitian
korelasional (Correlational research). Penelitian korelasional
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
diantara dua variabel (Suryabrata, 1998). Penelitian ini
diharapkan dapat menjelaskan pengaruh kecenderungan
neurotik dan efikasi diri terhadap psychologycal well-being pada
mahasiswa psikologi di Universitas Muhammdiyah Malang.

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
jumlah populasi dengan menggunakan tabel Isaac & Michael
yang kemudian ditentukan jumlah sampel yang akan digunaka
dalam penelitian (Sugiyono, 2001). Subjek yang diambil dalam
penelitian ini ialah mahasiswa yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan, usia 18-20 tahun. Teknik pengambilan sampling
yang dilakukan kepada mahasiswa ialah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


214 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
persyaratan(sifat-sifat, karakteristik, ciri atau kriteria) sampel
yang diperlukan (Narbuko & Achmadi, 2004).
Subjek yang berpatisipasi dalam penelitian ini lak-laki sebanyak
52 orang, perempuan sebanyak 48 orang. Secara lengkap
gambar data sampel ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Demografis Subjek Penelitian
(n=100)
Karakteristik
Jumlah Persentase %
Jenis Kelamin
Laki-laki 52 52%
Perempuan 48 48%
Total 100 100.0%
Sumber: Data Penelitian Diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 1 mengenai karakteristik subjek
penelitian mengenai jenis kelamin, terdapat 52 mahasiswa lak-
laki (52%) dan 48 mahasiswa perempuan (48%). Hal ini
menunjukkan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
cenderung berimbang.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan alat ukur
yag telah digunakan dalam penelitian terdahulu. Alat ukur untuk
variabel psychologycal well being ialah Psychologycal Scale Of
Well Being yang terdiri dari enam aspek (a) Penerimaan diri, (b)
Hubungan positif dengan orang lain, (c) Mandiri, (d)
Penguasaan terhadap lingkungan, (e) Tujuan hidup, dan (f)
Pertumbuhan pribadi, yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa
Indonesia. Berdasrkan hasil uji coba diperoleh nilai reliabilitas
sebesar α= 0,77. skala diukur pada 5kriteria: 1= Sangat tidak
setuju, 2= tidak setuju, 3=antara setuju dan tidak setuju,
4=setuju dan 5= Sangat setuju. Contoh item “Saya cenderung

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 215

khawatir terhadap penilaian orang lain tentang diri saya”. (Ryff,


1989)
Alat ukur untuk mengukur variabel kecenderungan
Neurotik menggunakan Big Five Inventory (BFI) yang terdiri dari
empat aspek (a) Tender-Mindedness, (b) Depressiveness, (c)
Submissivenes, dan (d) Anxety yang telah diadaptasi ke dalam
Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh nilai
reliabilitas sebesar α= 0,92. Skala tersebut terdiri dari 7 item,
skala diukur pada 4 kriteria: 1=sangat tidak setuju hingga 5=
sangat setuju. Contoh item Big Five Inventory ( BFI), adalah ‘’
Saya merasa mudah tertekan” (Scheier & Cattel, 1961).
Alat ukur untuk mengukur efikasi diri ialah Self Efficacy
Scale (SES) yang terdiri dari 22 item yang telah diadaptasi dan
digunakan dalam tesisi (Rachmawati, 2014). Berdasarkan uji
coba diperoleh nilai reliabilitas sebesar α=0,85. Sala tersebut
telah dimodifikasi oleh peneliti agar sesuai dengan tujuan
penelitian. Skala ini diukur pada 5 kriteria: 1= Sangat tidak
setuju, 2= tidak setuju, 3=antara setuju dan tidak setuju,
4=setuju dan 5= Sangat setuju. Contoh item “Jika sesuatu
tampak rumit, saya tidak akan mencoba”

Analisis Data
Secara spesifik, penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Analisi reggresi ganda adalah suatu teknik statistik
paramatrik yang digunakan untuk menguji pertautan dua buah
prediktor (X1 dan X2) dengan variabel kriterium (Y) Winarsunu,
(2009). Data analisis dengan menggunakan bantuan SPSS v.17
for windows. Analisi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antar variabel yaitu dependent (psychologycal well being) dan

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


216 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
variabel independent (kecenderungan neurotik dan efikasi diri)
pada mahasiswa Universitas Muhammdiyah Malang.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Data
Deskripsi statistik skor skala kecenderungan neurotik,
efikasi diri, dan psychological well being ditunjukkan pada Tabel
2
Tabel 2. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian (n=100)

Rendah Sedang Tinggi


Variabel
F % f % F %
Kecenderungan Neurotik 21 21% 62 62% 17 17%
Efikasi Diri 11 11% 72 72% 17 17%
Psychological Well Being 13 13% 72 72% 15 15%

Sumber: Data Penelitian Diolah (2016)

Deskripsi statistik pada variabel kecenderungan neurotik


menunjukkan terdapat 21 responden memiliki tingkat
kecenderungan neurotik yang rendah, 62 responden memiliki
tingkat kecenderungan neurotik yang sedang, dan 17 responden
memiliki tingkat kecenderungan neurotik yang tinggi.
Deskripsi statistik pada variabel efikasi diri menunjukkan
terdapat 11 responden memiliki tingkat efikasi diri yang rendah,
72 responden memiliki tingkat efikasi diri yang sedang, dan 17
responden memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi. Deskripsi
statistik pada variabel psychological well being menunjukkan
terdapat 13 responden memiliki tingkat psychological well being
yang rendah, 72 responden memiliki tingkat psychological well
being yang sedang, dan 15 responden memiliki tingkat
psychological well being yang tinggi.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 217

Hasil Analisis
Untuk mengetahui hubungan antar variabel, dilakukan
analisis korelasi dan regresi antar ketiga variabel. Berikut adalah
hasil signifikasi parsial kecenderungan neurotik, efikasi diri, dan
psychological well being.
Tabel 3. Hubungan Antar Variabel
Kecenderungan Psychological
Variabel Efikasi Diri
Neurotik Well Being
Kecenderungan
1 -0.022 -0.493**
Neurotik
Efikasi Diri -0.022 1 0.252*
Psychological
-0.493** 0.252* 1
Well Being
Keterangan: (*) Signifikan α 5%, (**)Signifikan α 10%

Sumber: Data Penelitian Diolah (2016)

Hasil korelasi antara kecenderungan neurotik dengan


psychological well being didapatkan koefisien korelasi (-0.493)
dengan nilai signifikansi (0.000) kurang dari alpha (0.050)
sehingga terdapat hubungan negatif signifikan antara
kecenderungan neurotik dengan psychological well being,
artinya semakin tinggi kecenderungan neurotik maka akan
semakin rendah psychological well being.
Hasil korelasi antara efikasi diri dengan psychological well
being didapatkan koefisien korelasi (0.252) dengan nilai
signifikansi (0.012) kurang dari alpha (0.050) sehingga terdapat
hubungan positif signifikan antara efikasi diri dengan
psychological well being, artinya semakin tinggi efikasi diri maka
akan semakin tinggi psychological well being.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


218 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
Hasil korelasi antara kecenderungan neurotik dengan
efikasi diri didapatkan koefisien korelasi (-0.022) dengan nilai
signifikansi (0.828) lebih dari alpha (0.050) sehingga tidak
terdapat hubungan signifikan antara kecenderungan neurotik
dengan efikasi diri.

Tabel 4. Pengaruh Simultan Kecenderungan Neurotik dan Efikasi


diri terhadap Psychological Well Being
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
281.562 2 140.781 20.919 .000
Regression b
1
Residual 652.798 97 6.730
Total 934.360 99
Sumber: Data Penelitian Diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 5 didapatkan Uji simultan antara
kecenderungan neurotik dan efikasi diri terhadap psychological
well being didapatkan nilai F hitung (20.919) lebih dari nilai F
tabel (3.090) atau p-value (0.000) kurang dari alpha 5%
(0.050) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
antara kecenderungan neurotik dan efikasi diri terhadap
psychological well being.
Tabel 6. Hasil Koefisien Determinasi
Model Std. Error of the
R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .549 a
.301 .287 2.59420
Sumber: Data Penelitian Diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 6 didapatkan koefisien determinasi
antara kecenderungan neurotik dan efikasi diri terhadap
psychological well being didapatkan nilai 0.301 yang artinya

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 219

bahwa perubahan terhadap psychological well being disebabkan


oleh kecenderungan neurotik dan efikasi diri sebesar 30.1%,
sedangkan perubahan terhadap psychological well being
disebabkan oleh faktor lain sebesar 69.9%.
Berikut adalah hasil uji signifikasi parsial kecenderungan
neurotik, efikasi diri dan psychological well being
Tabel 7. Pengaruh Parsial Kecenderungan Neurotik dan Efikasi
Diri terhadap Psychological well being
Pengaruh Koefisien p-value
Kecenderungan neurotik
terhadap psychological well- 0.-488*** 0.000
being Efikasi diri terhadap 0.241*** 0.006
psychological well-being
Keterangan:***p< 0.000
Berdasarkan Tabel 7 didapatkan pengaruh negatif dan
signifikan kecenderungan neurotik terhadap psychological well-
being (β= 0,-488, p= 0.000). Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatnya kecenderungan neurotik akan secara signifikan
menurunkan psychological well-being, dan begitu pula
sebaliknya bahwa menurunnya kecenderungan neurotik akan
secara signifikan menurunkan psychological well-being.
Selanjutnya didapatkan pengaruh positif dan signifikan
efikasi diri terhadap psychological well-being (β=0.241, p=
0.006). Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya efikasi diri
akan secara postif dan signifikan meningkatkan psychological
well-being, dan begitu sebaliknya bahwa menurunnya efikasi diri
akan secara signifikan menurunkan psychological well-being.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


220 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
Pembahasan
Hasil temuan analisis di atas memberikan informasi
bahwa kecenderungan neurotik dengan psychological well-
being memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan. Pengaruh
kecenderungan neurotik terhadap psychological well-being
memiliki pengaruh negatif dengan nilai β=0.241, p= 0.006).
Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan neurotik dengan
psychological well-being pada mahasiswa memiliki pengaruh
negatif, artinya meningkatknya kecenderungan neurotik akan
secara signifikan menurunkan psychological well-being, dan
begitu sebaliknya bahwa menurunnya kecenderungan neurotik
akan secara signifikan meningkatkan psychological well-being.
Kecenderungan neurotik dengan psichological well-being
memiliki hasil korelasi, dengan nilai koefisien r sebesar (-0.493)
sehingga terdapat hubungan negatif signifikan antara
kecenderungan neurotik dengan psychological well-being,
artinya semakin tinggi kecenderungan neurotik maka akan
semakin rendah psychological well being. Sesuai hasil penelitian
yang dilakukan oleh Emery, Hupper & Scheir (1996)
menunjukkan bahwa neuroticsm telah terbukti memiliki
hubungan dengan psychological well being. Selain itu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ziskis (2010)
mengenai hubungan antara personality gratitude, dan
psychological well-being, neuroticsm memiliki hubungan yang
negatif dengan psychological well-being. Dengan demikian
kecenderungna umum dari penelitian ini menunjukkan bahwa
individu yang berorientasi kecenderungan neurotik rentang
mengalami emosi, diantaranya adanya emosi cemas, gugup,
merasa tidak aman, dan emosioanal, individu dengan
kecenderungan neurotik rentang dengan rendahnya
psychological well-being.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 221

Efikasi diri memiliki pengaruh positif signifikan terhadap


psychological well-being (β=0.241, p= 0.006). Hal ini
menunjukkan bahwa efikasi diri dengan psychological well-being
pada mahasiswa memiliki pengaruh positif, artinya
meningkatknya efikasi diri akan secara signifikan meningkatkan
psychological well-being, dan begitu sebaliknya bahwa
menurunnya efikasi diri akan secara signifikan menurunkan
psychological well-being.
Efikasi diri memberikan hubungan yang positif signifikan
dengan psychological well-being, dengan nilai koefisien r sebesar
(0.252). Sehingga terdapat hubungan positif signifikan antara
efikasi diri dengan psychological well-being, artinya semakin
tinggi efikasi diri maka akan semakin tinggi psychological well-
being. Hasil korelasi antara kecenderungan neurotik dengan
efikasi diri tidak terdapat hubungan signifikan antara
kecenderungan neurotik dengan efikasi diri. dengan nilai
koofisien korelasi r sebesar (-0.022). Psychological well-being
dan self-efficacy telah terbukti memprediksi kinerja akademis
siswa dan kesuksesan siswa.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Siddiqui (2015) menunjukkan bahwa efikasi diri
memberikan pengaruh terhadap pyshological well-being
(β=0.551, p= 0.000). Hasil penelitian juga mnunjukan bahwa
ada korelasi positif antara efikasi diri dengan psychological well-
being, dengan nilai koefisien r sebesar (0.596). Seperti hasil dari
beberapa penelitian, mahasiswa yang memiliki tingkat self-
efficacy dan psychological well-being yang tinggi akan
termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan akademik yang
relevan dan mengembangkan sikap positif yang menyebabkan
keberhasilan di sekolah (Ozer & Bandura, 1990; Lyubomirsky,

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


222 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
2001; Khramtsova et al., 2007) dan kemungkinan besar akan
melakukan dengan baik target akademis mereka (Zimmerman,
Bandura, & Martinez-Pons, 1992).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
secara bersama-sama kecenderungan neurotik dan efikasi diri
terhadap psychological well-being dengan nilai F sebesar 20.919.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kecenderungan neurotik
dan efikasi diri akan secara signifikan mempengaruhi perubahan
psychological well-being. Kecenderungan neurotik dan efikasi
diri memberikan kontribusi sebesar 30.1% terhadap
psychological well-being. Besarnya kontribusi tersebut
dimungkinkan ada faktor lain yang mempunyai pengaruh besar
terhadap psychological well-being pada mahasiswa seperti: Jenis
kelamin, usia dan budaya.

Kesimpulan
Berdasarkan analisi hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan, sebesar F
20.919, p= 0,000 antara kecenderungan neurotik dan self-
efficacy terhadap psychological well-being. Semakin tinggi
kecenderungan neurotik dan semakin rendah self-efficacy maka
semakin rendah tingkat psychological well-being, begitu juga
sebaliknya semakin rendah kecenderungan neurotik dan semakin
tinggi self-efficacy maka semakin tinggi tingkat psychological
well-being.

Implikasi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa kecenderungan
neurotik dan self-efficacy memiliki pengaruh terhadap
psychological well-being, sehingga memiliki peran yang cukup
penting dimiliki oleh individu, sehingga individu yang

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 223

berorientasi kecenderungan neurotik rendah dan self-efficacy


tinggi, tinggi pula tingkat psychological wel-being mereka.
Kecenderungan neurotik dan self-efficacy memberikan kontribusi
sebesar 28 % terhadap psychological wel-being. Hasil penelitian
ini memberikan peluang bagi peneliti selanjutnya
untukmelakukan penelitian dengan mempertimbangkan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi psychological well-being, seperti
usia, jenis kelamin dan budaya.

Daftar Pustaka
Akhtar, M., (2009). Applying positive psychology to Alcohol-
misusing adolescentsn. disertation unpublished University
of East London.

Bandura, A. (2006). Adolescent development from an agentic


perspective. In F. Pajares & T. Urdan (Eds.), Self-efficacy
beliefs of adolescents (pp. 4–8). Greenwich: Information
Age Publishing

Barlow, J., Wright, C. & Cullen, L. (2002). A job-seeking self-


efficacy scale for people with physical disabilities:
preliminary development and psychometric testing.
British Journal of Guidance and Counselling, 30, 37–53.
Bisschop, M. I., Knegsman, D. M. W., Beekman, A. T. F. & Deeg,
D. J. H. (2004). Chronic diseases and depression: the
modifying role of psychosocial resources. Social Science
and Medicine, 59, 721–733
Costa, P., T., & McCrae, R., R., (1992). Normal Personality
Assessment In Clinical Practice: The NEO Personality
Inventory. Psychologycal Assessment, 4, 5-13

Compton, W., C., & Hoffman, E., (2013). Positive psychology,


the science of happiness and flourishing. 2and edition.
Belmont. Cengage Learning

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R., E., (2003). Personality, culture,
and subjective well-being: emotional and cognitive
Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016
224 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
evaluation of life. Annual Review Psychology, 54, 403-
425

Emery, C.F., Hupper, F.A., & Schein, R.L., (1996). Subjective


well-being three decades of progress. Psychological
Bulletin, 125, 276-302
Guthrie, E. A., Black, D., Shaw, C. M., Hamilton, J., et all (1995)
Embarking upon a medical career: Psychologycal
morbidity in first year medical students. Med educ (29),
337-341

Grant, S., Langan-Fox, J., & Anglim, J. (2009). The big five traits
as predictors of subjective and psychological well-being.
Psychological reports, 105, (1), 205-231
Huppert, F. A., Baylis, N., & Keverne, S. (2005). The science of
well-being. New York: Oxford University Press.
Joshanloo, M., & Afshari, S. (2011). Big five personality traits and
self-esteem as predictors of life satisfaction in Iranian
Muslim University students. Journal of Happiness Studies,
12(1), 105-11
Kjell, O. N., Nima, A. A., Sikström, S., Archer, T., & Garcia, D.
(2013). Iranian and Swedish adolescents: differences in
personality traits and well-being. PeerJ, 1, e197.
Kashdan, T. B.& Roberts, J. E. (2004). Social anxiety’s impact on
affect, curiosity, and social self-efficacy during a high self-
focus social threat situation. Cognitive Therapy and
Research, 28, 119–141
Keyes, C.L.M., Ryff, C.D., & Shmotkin, D. (2002). Optimizing
well-being: the empirical encounter of two traditions.
Journal of Personality and Social Psychology, 82 (6),
1007- 1022

Khramtsova, I., Sarrino, D.A., Gordeeva, T., & Williams K.


(2007). Happiness, life satisfaction, and depression in
college students: Relations with student behaviors and
attitudes. American Journal of Psychological Research, 3
(1), 8-16.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik | 225

Lyubomirsky, S. (2001). Why are some people happier than


others?: The role of cognition and motivational processes
in well-being. American Psychologist, 56, 239-249.

Librán, E. C. (2006). Personality dimensions and subjective well-


being. The Spanish Journal of Psychology, 9(1), 38-44
Mastura M., Fadilah Z., & Nor A., N, (2007). Analisis faktor
penyebab stres di kalangan pelajar. Jurnal Kemanusiaan
(9), 63-71.
Motevaliyan, S., M. (2014). Personality traits and severity of
wife abuse among Iranian women. Journal Asian social
science, 10(7), 234-241.
National Health Ministries. (2008). Stres & the college student.
USA

Nandi., Madhumita., Hazra., Avijit., Sarkar., Sumantra., et al.


(2012) Stres and its risk factor in madical student: an
observational study from a medical collage in India.
Indian journal of medical Science (66), 1-12
Neupart, S., D., Mroczek, D., K., & Spiro, A., (2008).
Neuroticism moderates the daily relation between
stressors and memory failures. Journal Psychology and
Aging, 23, (2), 287-296
Ozer, E. M., & Bandura, A. (1990). Mechanisms governing
empowerment effects: A self- efficacy analysis. Journal of
Personality and Social Psychology, 58 (3), 472-486
Pandya, Mohit, M., & Korat, R., N., (2015). Personality traits
and psychologycal well being aong youths af rajkot
district, The international Journal of Indian Psychology,
(2), 3, 2348-5396
Rachmawati, F. (2014). Pengaruh pola asuh orang tua dengan
efikasi diri terhadap kecemasan sosial pada remaja. Tesis
(Tidak dibulikasikan) Malang: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammdiyah Malang

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016


226 | Wahyu Utami | Pengaruh Kecenderungan Neurotik
Ryff, C., D., (1989). Happines is everything, or is it? explorasion
on the meaning of psychologycal well being. Journal of
Personality And social psychology. 57, (6), 1069-1081
Syarief, S.,(2010). Separo Pengidap HIV/AIDS Remaja. Suara Merdeka
edisi: 10 Maret 2010

Siddiquie, S. (2015). Impact of self-efficay on psychological well-


being among undergraduate student. The International
Journal of indian Psychology, (2),3, 2349-3429
Singh, B., & Udainiya, R., (2009). Self efficacy and well being of
adolslecents. Journal of the Indian Academy of Applied
Psychology, 35, (2), 227-232
Suryabrata, S. (1998). Metode penelitian. Jakarta : Rajawali.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung.

Tanaka, M., Fuuda, S., Mizuno, L., Kuratsune, H., & Watanabe,.
Y. (2002). Stress and coping styles are associated with
severe fatique in medical students. Behavioral Medicines
Sunaryo
Udainiya, R., Singh, B. (2009). Self-Efficacy and well-being of
adolescent. Journal of the Indian Academiy of Applied
Psychology. (35), 2, 227-232.
Watson, D., & Clark, L., A., (1984). Negative affectivity: the
disposition to experience aversive emotional state.
Psychologycal Bulletin, 96, 465-490
Zimmerman, B.J.(2000). Attainment of self-regulation: A social
cognitive perspective. In M.boekaerts, P.R. Pintrich, & M.
Zeidner (Eds.), Handbook of self-regulation (pp.13-39).
San Deigo, CA: Academic Press.

Ziskis, A.S., (2010). The relationship between personality,


gratitude, and psychological well-being. Disertation.
Faculty of psychological in University of New Jersey.

Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2 Desember 2016

You might also like