This document summarizes the fertilizer management practices used at an oil palm plantation owned by PT Sari Aditya Loka I in Merangin, Jambi, Indonesia. It discusses the internship activities conducted by the author at the plantation over four months, which involved both technical and managerial work. Through observations and data collection, the author analyzed the plantation's fertilizer application methods and found they generally followed the five precise principles of fertilizer management, but that the timing of fertilizer application could be improved. The document aims to study fertilizer management for oil palm and assess the efficiency of fertilizer application by workers.
This document summarizes the fertilizer management practices used at an oil palm plantation owned by PT Sari Aditya Loka I in Merangin, Jambi, Indonesia. It discusses the internship activities conducted by the author at the plantation over four months, which involved both technical and managerial work. Through observations and data collection, the author analyzed the plantation's fertilizer application methods and found they generally followed the five precise principles of fertilizer management, but that the timing of fertilizer application could be improved. The document aims to study fertilizer management for oil palm and assess the efficiency of fertilizer application by workers.
This document summarizes the fertilizer management practices used at an oil palm plantation owned by PT Sari Aditya Loka I in Merangin, Jambi, Indonesia. It discusses the internship activities conducted by the author at the plantation over four months, which involved both technical and managerial work. Through observations and data collection, the author analyzed the plantation's fertilizer application methods and found they generally followed the five precise principles of fertilizer management, but that the timing of fertilizer application could be improved. The document aims to study fertilizer management for oil palm and assess the efficiency of fertilizer application by workers.
This document summarizes the fertilizer management practices used at an oil palm plantation owned by PT Sari Aditya Loka I in Merangin, Jambi, Indonesia. It discusses the internship activities conducted by the author at the plantation over four months, which involved both technical and managerial work. Through observations and data collection, the author analyzed the plantation's fertilizer application methods and found they generally followed the five precise principles of fertilizer management, but that the timing of fertilizer application could be improved. The document aims to study fertilizer management for oil palm and assess the efficiency of fertilizer application by workers.
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2010
MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI Fertilization Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in PT Sari Aditya Loka I Plantation (PT Astra Agro Lestari Tbk.), Merangin, Jambi Silverius Simatupang1, Endah Retno Palupi2, Suwarto2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract Fertilization management is management of resource effectively in order to achieve a fertilization process which has been determined. The purpose of management of fertilization is to guarantee that the procurement and fertilization are performed in effective and efficient manner. Management of fertilization, therefore, is important as genetically high production cultivar will only perform as its potential if planted in an optimum condition. Thus, fertilization plays an important factor in creating the required condition especially the availability of nutrient. The internship was done in PT Sari Aditya Loka I (PT Astra Agro Lestari Tbk.), Merangin, Jambi for four months beginning on 19 Februari 2009 to 20 June 2009. The internship covers activity concerning both technical and manajerial aspect such as worker, foreman, and assistant. Primary data collection was done during field activity and/or through discussion with foreman and field assistant. Secondary data collection was obtained from the plantation record. Effective and efficient fertilization requires five precise principles, that is precise in: type of fertilization, time of application, dosage, method of application, and placement of fertilizer. Based on the observation, fertilization in plantation of PT. SAL I in general has fulfilled principle of five precises, in which dosage for six trees were packaged in one ‘untilan’, the use of precise measurement which has been calibrated accurately according to type and dosage of fertilizer, distribution of fertilizer into blocks, and broadcasting of fertilizer started from centre of block (path control). But, precise of time still need to be improved. Keyword: oil palm, Elaeis guineensis, fertilizing, management PENDAHULUAN Metode Pelaksanaan Latar Belakang Kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan yang Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek Kegiatan pada dua bulan pertama adalah melaksanakan kegiatan pengembangan yang cukup cerah. Baik berupa bahan mentah seperti pekerja harian lepas (PHL) dan melaksanakan semua maupun hasil olahannya, komoditas ini menduduki peringkat kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Pada bulan ketiga penyumbang devisa non-migas terbesar setelah karet dan ketiga, kegiatan magang dilaksanakan sebagai pendamping kopi (Sastrosayono, 2003) mandor, dan bulan keempat sebagai pendamping asisten/kepala Untuk mencapai produktivitas yang optimal, pemupukan afdeling. pada tanaman kelapa sawit memegang peranan sangat penting, Pengamatan lebih dari 50% biaya tanaman digunakan untuk pemupukan. Data primer yang diperoleh pada kegiatan pemupukan Kelapa sawit hibrida yang saat ini dikembangkan umumnya meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, luas lahan sangat responsif terhadap pemupukan (Hakim, 2007). yang dipupuk dan ketepatan kerja pemupukan. Pengamatan Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya ketepatan cara aplikasi pemupukan dilakukan pada dua belas secara efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah tanaman contoh yang dipilih dari aplikasi pupuk tiap penabur. ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan adalah menjamin Jumlah penabur yang diamati sebanyak sembilan orang dengan kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk menggunakan tiga ulangan. Pengamatan ketepatan kerja mencapai pemupukan yang efisien dan efektif, memenuhi prinsip dilakukan pada aplikasi pemupukan kaptan dosis dua kg per lima tepat, yaitu: tepat waktu, dosis, cara, jenis, dan tepat tempat. tanaman pada blok D-17 (luas blok 28.15 ha) dan pada aplikasi Produktivitas tanaman kelapa sawit di kebun inti PT. Sari pemupukan kaptan dosis 1.5 kg per tanaman pada blok F-2 (luas Aditya Loka I (PT. SAL I) pada tahun 2008 sebesar 20 927 kg/ha. blok 24.97 ha). Penentuan ketepatan cara didasarkan pada Produktivitas dapat ditingkatkan mencapai 22 ton/ha/tahun ketentuan jarak tabur dan kondisi penyebaran pupuk yang sesuai apabila dilakukan perbaikan kesuburan tanah kelas S2 dengan standar perusahaan. (Adiwiganda, 2007). Manajemen pemupukan perlu dipelajari Pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk dilakukan pada karena potensi genetik yang baik tidak terekspresi optimal jika tiga grup penguntil. Pengamatan dilakukan selama tiga hari persyaratan tumbuh tidak terpenuhi. Oleh karena itu, pemupukan dengan menggunakan empat ulangan dan bobot standar per merupakan faktor penting dalam mencapai produktivitas yang untilan sebesar 7.5 kg. Pengamatan ketepatan penguntilan tinggi, terutama dalam memenuhi persyaratan ketersediaan unsur dilakukan dengan menimbang bobot untilan kemudian hara (Mangoensoekarjo, 2007). dibandingkan dengan bobot standar per untilan. Tujuan Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah: (1) kondisi kebun yang meliputi areal, jenis tanah, topografi lahan, meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas lima tahun kompetensinya agar dapat memahami dan menghayati proses terakhir, data curah hujan sepuluh tahun terakhir, serta data kerja secara nyata. (2) meningkatkan kemampuan teknis lapangan realisasi pemupukan lima tahun terakhir, (2) standar dan target dan manajerial dalam melaksanakan kegiatan. kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah kerja, (3) organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, jumlah dan status karyawan, dan (4) sarana dan prasarana kebun. mencakup efisiensi pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode statistika pemupukan. deskriptif. METODE MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Waktu dan Tempat Perkebunan PT. SAL I terletak di desa Muara Delang, Kegiatan magang dilakukan di PT. SAL I, Kabupaten Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Merangin, Provinsi Jambi selama empat bulan mulai dari tanggal Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten Merangin 19 Februari 2009 sampai dengan 20 Juni 2009. Penulis ± 80 km dan dengan ibukota Propinsi Jambi ± 480 km. Batas ditempatkan di kebun Inti I, Afdeling OC-OD. administratif Kebun Sari Aditya Loka I: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bungo Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bangko. sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pematang pupuk (semester), pengaturan di gudang dan penyediaan tenaga Kabau, dan sebelah Barat berbatasan dengan Rantau Panjang. kerja (bulanan/mingguan). Perencanaan pemupukan mencakup Curah hujan (CH) rata-rata Kebun PT. SAL I pada tahun jenis pupuk yang akan digunakan, dosis pupuk yang akan 1999-2008 yaitu 2 680 mm/tahun dengan dan rata–rata hari hujan diaplikasikan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, waktu 120.9 hari/tahun. Bulan basah tertinggi terjadi pada bulan Januari pelaksanaan pemupukan, dan blok yang akan dipupuk. (CH rata–rata 317.4 mm) dan paling rendah pada bulan Juli (CH Jenis pupuk yang akan digunakan ditetapkan oleh kantor rata–rata 145.3 mm). Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan pusat. Dosis pupuk yang akan diaplikasikan untuk TM dan TBM Fergusson, iklim di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe ditetapkan oleh bagian R&D (Research & Development) kantor A (Q= 1.85%) yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan pusat. Dosis pupuk TBM ditetapkan atas dasar referensi yang hujan tropika, serta suhu rata-rata 22–32°C. Menurut sudah ada (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), sedangkan dosis untuk Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) suhu rata-rata tahunan yang TM ditetapkan berdasarkan hasil analisis daun dan tanah bagian diperlukan untuk produksi buah sekitar 22-23°C dan batas R&D kantor pusat. Dosis pupuk yang diberikan pada TM minimum pertumbuhan vegetatif 20°C. Menurut Adiwiganda mungkin berbeda tiap tahunnya. (2007) CH optimal rata-rata tahunan untuk kelapa sawit berkisar Tenaga kerja pemupukan diperoleh dari SKU maupun 1 250-2 500 mm. Gambar CH perkebunan PT. SAL I dari tahun PHL. Kebutuhan tenaga kerja dihitung atas dasar prestasi rata– 1999 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 1. rata tiap orang (Kg/HK). Prestasi tiap orang tergantung pada dosis pupuk, dan areal yang akan dipupuk. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan (Kg/pohon), semakin tinggi prestasi kerjanya (Kg/HK). Pelaksanaan pemupukan pada TBM dilakukan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit setelah tanam, yaitu: (1) TBM1 dilakukan pada umur satu bulan, empat bulan, delapan bulan, dan dua belas bulan setelah tanam. (2) TBM2 dilakukan pada umur 16 bulan dan umur 20 bulan setelah tanam. (3) TBM3 dilakukan pada umur 24 bulan dan 30 bulan setelah tanam. Pada TM, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada semester I dan semester II. Pemupukan TM harus memperhatikan pengaplikasian pupuk tiap rotasi (semester) diusahakan selesai Gambar 1. CH Rataan Bulanan (1999-2008) di PT SAL I dalam waktu minimal dua bulan untuk menjaga keseimbangan Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005), kriteria hara dalam tanah. Blok yang akan dipupuk harus diperhatikan kesesuaian lahan kelas 2 adalah: ketinggian lahan diantara 0–400 sebelumnya. Sebelum pengaplikasian pupuk, piringan harus m diatas permukaan laut, topografi tanah datar sampai dengan dilakukan penyiangan; tapak kuda, dan teras kontur sudah harus bergelombang. Selanjutnya Adiwiganda (2007) menambahkan dibenahi. bahwa kriteria kelas 2 adalah tanah tersebut mempunyai nilai pH Pelaksanaan Pemupukan 4.0–4.5. Jenis tanah pada perkebunan PT. SAL I pada umumnya Pemupukan TM dilakukan dalam dua semester yaitu pada jenis podsolik merah kuning (PMK) dan gambut. Topografi lahan semester I, Januari sampai Juni dan semester II, Juli sampai bervariasi dari datar (0-3 %) dan bergelombang (3-8 %) dengan Desember. Kegiatan pemupukan pada semester I yang belum ketinggian 80-90 m dpl. Derajat kemasaman tanah (pH) di kebun tuntas harus segera diselesaikan pada semester II. Pelaksanaan PT. SAL I bernilai 4–5. Berdasarkan kriteria diatas, kebun PT. pemupukan dilakukan mulai dari penguntilan pupuk, pengeceran SAL I termasuk dalam kategori kesesuaian lahan kelas 2. pupuk, penaburan pupuk, pengumpulan karung untilan, dan PT. SAL I memiliki areal konsesi seluas 15 377.25 Ha aplikasi tandan kosong. yang terdiri dari areal kebun Inti I yaitu 3 499.28 Ha, Inti II seluas Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan 1 845.03 Ha, Plasma 8 972.08 Ha, dan KKPA (Koperasi Kredit mengemas ulang pupuk berdasarkan rekomendasi pupuk Primer Anggota) seluas 1 060.86 Ha. (dosis/pohon) yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai Tanaman yang dibudidayakan di Kebun PT. SAL I adalah dasar penguntilan. Berdasarkan ketentuan, tiap satu untilan pupuk varietas Tenera yaitu hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, digunakan untuk enam pohon kelapa sawit. Penguntilan bertujuan dengan populasi per hektar 136 tanaman/ha. Penanaman kebun untuk: (1) Mempermudah dan mempercepat pengeceran pupuk di inti I dimulai pada tahun 1994, sedangkan kebun inti II mulai lapangan. (2) Tanaman kelapa sawit mendapatkan pupuk sesuai tahun 1997. Komposisi kebun inti I lebih bervariasi, mulai dari dengan dosisnya. (3) Mencegah terjadinya penggumpalan pupuk, TBM sampai dengan TM 11, sedangkan kebun inti II terdiri atas karena bongkahan pupuk harus dipecah pada saat melakukan TBM sampai dengan TM 8. penguntilan. Perkebunan PT. SAL I dipimpin oleh seorang Sebagai contoh: Rekomendasi dosis pupuk RP (Rock Phospate) Administratur yang bertanggung jawab kepada direksi atas untuk semester I pada blok OC-16 sebesar 1.25 kg/tanaman, pengelolaan unit usaha yang meliputi tanaman, pabrik, teknik, maka satu untilan untuk pupuk RP pada blok OC-16 sebesar 7.5 dan administrasi. Dalam pelaksanaan kerjanya seorang kg/untilan. Alat–alat yang digunakan dalam penguntilan adalah: administratur dibantu oleh kepala tata usaha, kepala kebun, (1) Takaran penguntilan yang sudah dikalibrasi untuk masing– kepala pabrik (mill manager), kepala teknik (infrastruktur), dan masing jenis pupuk dan dosis enam pohon tanaman. (2) karung Community Development Officer (CDO). Sistem pengupahan bekas pupuk sebagai wadah untilan. (3) Alas tempat penguntilan karyawan PT. SAL I diatur oleh kantor pusat (Head Office) berupa terpal dengan ukuran minimal 5 × 5 m. (4) Pemecah dengan pemberian upah sesuai Upah Minimum Propinsi (UMP) bongkahan pupuk yang dibuat dari kayu balok. Kebutuhan karung sebesar Rp. 32 000,-/hari. Fasilitas penunjang karyawan yang dalam penguntilan sangat penting, karena untuk kebutuhan pupuk disediakan perusahaan antara lain perumahan, rumah ibadah, olah dolomit pada satu blok sejumlah 3 400 kg dengan bobot tiap raga, pendidikan anak, asuransi jiwa dan poliklinik. Jumlah untilan sebesar enam kilogram dibutuhkan 566 karung untilan. karyawan PT. SAL I pada bulan Juni 2009 sebanyak 1 080 orang Untilan harus sudah selesai dikerjakan H-1 aplikasi pempukan dengan perincian staf berjumlah 36 orang, non-staf (golongan 1– dengan menyusun untilan dengan rapi sesuai urutan blok yang 3) berjumlah 419 orang, golongan harian tetap (SKU) 374 orang, akan dipupuk pada hari–H dan diberikan etiket agar memudahkan serta pekerja harian lepas dan borongan sebanyak 251 orang. identifikasi untilan sebelum diangkut ke lahan untuk diaplikasikan. Basis kerja penguntilan adalah 1 250 kg/orang/hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan ketepatan dosis dan prestasi tenaga kerja Perencanaan Pemupukan penguntilan pupuk RP pada bulan Mei 2009 disajikan pada Tabel Menurut Astra Agro Niaga (1996) perencanaan 1 dan Tabel 2. Prestasi kerja penguntil rata-rata 1 427.78 pemupukan perlu dilakukan sebaik mungkin, karena berkaitan kg/orang sehingga prestasi tenaga kerja penguntil lebih tinggi dengan biaya, material, dan tenaga yang jumlahnya relatif besar. terhadap basis yang ditetapkan. Perencanaan digunakan untuk menentukan biaya (budget) operasional (tahunan), menentukan waktu pengadaan material Tabel 1. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP (Mei 2009) pancang sesuai dengan nomor penabur. Penabur tidak Bobot/ Ulangan Ketepatan diperkenankan menabur sebelum seluruh penabur dalam dua grup Tgl Grup untilan 1 2 3 4 (%) tersebut masuk kedalam blok dan ada aba-aba peluit dari mandor. ............................(kg)........................ Peluit dibunyikan kemudian penabur mengaplikasikan pupuk A 7.5 7.5 7.4 7.6 7.5 100 tersebut menggunakan takaran pupuk. Setelah satu jalur pada B 7.5 7.5 7.6 7.5 7.5 99.67 pasangan penabur selesai, penabur masuk kembali ke dalam jalur 19 C 7.5 7.5 7.6 7.4 7.6 99.67 berikutnya sesuai nomor pancang, menunggu aba-aba dari A 7.5 7.6 7.5 7.5 7.5 99.67 mandor kemudian menabur pupuk hingga blok tersebut selesai. B 7.5 7.4 7.5 7.5 7.6 100 Basis kerja penabur adalah 300 kg/HK atau tujuh jam kerja, 20 C 7.5 7.5 7.4 7.6 7.5 100 selebihnya dihitung lembur. Prestasi kerja penulis rata–rata 350 A 7.5 7.6 7.6 7.5 7.5 99.34 kg/HK. Berikut disajikan prestasi tenaga kerja penabur pada B 7.5 7.6 7.5 7.6 7.6 99.01 Tabel 3. 22 C 7.5 7.4 7.6 7.5 7.5 100 Tabel 3. Prestasi Tenaga Kerja Penabur Rataan 99.71 Prestasi Kerja Sumber: Pengamatan Lapang Jenis Luas Total TK Tgl (Ha/ (Kg/ Pupuk (Ha) (Kg) (Org) Tabel 2. Prestasi Tenaga Kerja Penguntil Pupuk RP (Mei 2009) HK) HK) % 27/04 MOP dan 142.84 25 600 90 1.59 284.44 Bobot/ Σ Prestasi Tgl Grup Σ TK Total Terhadap RP untilan Untilan Kerja Basis 28/04 MOP dan 171.45 15 750 112 1.53 140.63 (Org) (Kg) (Until) (Kg) (Kg/orang) (%) RP A 7 7.5 1 444 10 830 1 547.14 124 29/04 MOP dan 147.48 14 100 94 1.57 150.00 19 B 7 7.5 1 444 10 830 1 547.14 124 Dolomit C 7 7.5 1 445 10 837.5 1 548.21 124 05/05 Dolomit 159.79 39 550 102 1.57 387.75 A 7 7.5 1 133 8 497.5 1 416.25 113 dan 20 B 7 7.5 1 133 8 497.5 1 416.25 113 Kiesrite C 7 7.5 1 134 8 505 1 417.50 113 06/05 Dolomit, 174.05 28 150 112 1.55 251.34 A 6 7.5 1 055 7 912.5 1 318.75 106 Kiesrite, 22 B 6 7.5 1 056 7 920 1 320.00 106 dan RP C 6 7.5 1 055 7 912.5 1 318.75 106 Rataan 102 1.56 242.83 Rataan 1 427.78 114 Sumber: Pengamatan Lapang Sumber: Pengamatan Lapang Berdasarkan Tabel 3, rata–rata prestasi tenaga kerja Pengeceran Pupuk. Untilan kemudian ditransportasikan penabur berdasarkan luas areal yaitu 1.56 Ha/HK dan atau diecer ke blok pada hari-H pemupukan dengan berdasarkan bobot yaitu 242.83 kg/HK. Hal ini menunjukkan menggunakan truk bak terbuka. Kegiatan memuat pupuk ke bahwa rata–rata prestasi penabur masih dibawah standar dalam truk dilakukan pada sore atau malam hari sebelum perusahaan, yaitu 2 Ha/HK berdasarkan luas areal dan 300 kg/HK pemupukan pada hari keesokannya. Pada hari-H, pengeceran berdasarkan bobot yang diaplikasikan di lapangan. Prestasi dilakukan sebelum tenaga kerja tabur melakukan kegiatan tenaga kerja penabur dibawah standar karena penabur juga pemupukan. Pengeceran dilakukan pada sisi timur dan barat blok sebagai pelangsir untilan. dengan jumlah untilan yang diberikan sebanyak empat untilan Kondisi blok yang akan dipupuk perlu diperhatikan, tiap dua baris tanaman (satu jalan pikul). Jumlah tanaman tiap menyangkut infrastruktur (jalan dan jembatan), topografi areal baris sebanyak 12 tanaman. Mandor yang bertanggungjawab (mempunyai bagian rawa, bergelombang, dikelilingi air atau dalam pengeceran harus ikut dalam angkutan pengeceran untuk berupa pulau), dan kondisi lain seperti blok yang banjir atau mengatur peletakan untilan di lahan. Dalam kasus tertentu, dibelah oleh sungai (parit besar). Contoh kasus blok yang misalnya: blok yang dibelah oleh sungai (parit besar) atau blok mempunyai pulau, maka beberapa penabur dipilih untuk tersebut hanya dapat diecer di satu sisi blok maka perlu membawa untilan ke dalam pulau lalu mengaplikasikan pupuk koordinasi antara mandor ecer dan mandor pupuk/rawat yang tersebut. Blok atau bagian blok yang tidak dapat diaplikasikan bertanggungjawab dalam penaburan pupuk. Upah kerja pupuk pada hari itu akibat kasus tertentu, maka harus pengecer/pelangsir Rp 15,-/kg. diaplikasikan pupuk secara khusus oleh afdeling tersebut pada Penaburan Pupuk. Tenaga pelaksana pada kegiatan hari lain. pemupukan adalah PHL (pekerja harian lepas) yang didatangkan Penaburan pupuk menggunakan sistem gang (baca: geng), dari luar kebun. Kelemahan dari tenaga kerja yang berasal dari yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan luar kebun adalah kurang terampil dan sulit untuk ditentukan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Sistem jumlahnya pada pelaksanaan pemupukan. Untuk mengatasi ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: (1) pengawasan tenaga kerja yang kurang terampil dilakukan pengarahan pada menjadi lebih efektif karena semua mandor dan asisten dari apel pagi sebelum pemupukan dan pengawasan yang lebih semua afdeling ikut mengawasi aplikasi pemupukan, (2) intensif oleh mandor. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja menggunakan alat takar yang seragam dan spesifik sehingga lebih maka dilakukan komunikasi dengan kepala rombongan yang tepat dosis untuk tiap tanaman, (3) melakukan penaburan dari membawa tenaga kerja tersebut. jalan kontrol menuju pinggir blok sehingga mengurangi kasus Penabur diberi takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan kekurangan dosis pupuk pada tanaman di dekat jalan kontrol dosis pupuk yang akan diberikan. Takaran pupuk dibuat dari pipa (tengah blok) akibat kecurangan penabur apabila penaburan PVC berdiameter empat inchi yang mempunyai alas (tutup dilakukan dimulai dari pinggir blok, (4) memudahkan kegiatan bawah) berupa papan bulat setebal satu cm. pengeceran dan pelangsiran karena bobot untilan hanya seberat Penabur dibagi dalam dua grup, disisi timur dan barat kebutuhan pupuk enam tanaman, dan (5) dosis tiap tanaman lebih blok. Dalam tiap grup, penabur harus genap sehingga dapat terjaga dan kesalahan dosis berpengaruh hanya pada enam berpasangan dalam menabur pupuk. Setiap pasang penabur tanaman pada satu untilan pupuk. mendapat satu jalur sesuai nomor penabur. Jalur tersebut diberi Walaupun demikian, sistem pemupukan gang mempunyai pancang bernomor, kemudian penabur tersebut mengangkut beberapa kelemahan, yaitu: (1) tenaga kerja dibutuhkan lebih untilan ke dalam blok, untuk diletakkan pada tanaman keenam banyak sehingga perlu perencanaan jumlah tenaga kerja yang dari pinggir blok dan pada tanaman di batas jalan kontrol, sebelum pemupukan, (2) waktu yang digunakan dalam aplikasi kemudian keluar blok untuk melangsir untilan berikutnya hingga pupuk lebih lama karena harus melakukan pelangsiran untilan satu blok tersebut selesai dilangsir. pupuk terlebih dahulu dan penabur yang lebih lambat Untuk melakukan penaburan pupuk, penabur kembali mempengaruhi penabur lain dalam penaburan pupuk, (3) biaya masuk kedalam blok sampai ke batas jalan kontrol, sehingga yang besar dalam pelaksanaan pemupukan mulai dari pasangan penabur yang berasal dari masing–masing sisi blok penguntilan, pengeceran, pelangsiran dan penaburan, dan bertemu. Penabur masuk ke dalam jalur berdasarkan nomor pengumpulan karung untilan, dan (4) membutuhkan pengawas kebun inti murni pada tahun 2008 sebesar Rp 55 070 395 047 (supervisi) yang lebih banyak, agar pengawasan lebih intensif. (Tabel 6). Pengumpulan Karung Untilan. Karung untilan yang Tabel 6. Biaya Tenaga Kerja Rawat Kebun Inti PT SAL I Tahun sudah kosong kemudian dikumpulkan dan diangkut ke gudang 2008 untuk dipergunakan lagi dalam penguntilan berikutnya. Pekerjaan Jenis Biaya Biaya (Rp) pemupukan kemudian dilanjutkan ke blok berikutnya, hingga Total Biaya TK Pemupukan 4 032 283 770 blok yang direncanakan selesai dikerjakan pada hari itu juga. Total Biaya Material Pupuk 18 797 844 535 Karung untilan harus dihitung dan jumlahnya harus sama dengan Total Biaya Pemupukan 22 830 128 305 jumlah untilan yang diecer pada hari tersebut. Hal ini berguna Total Biaya TK Rawat 36 272 550 512 sebagai kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan untuk Total Biaya Material Pupuk 18 797 844 535 pengamatan terhadap kekurangan karung untilan saat kegiatan Total Biaya Rawat 55 070 395 047 penguntilan berkutnya. Karung untilan yang sudah kosong % Biaya Pemupukan 41.46 sesegera mungkin dikembalikan ke gudang until agar dapat Sumber: Bagian Tata Usaha PT SAL I digunakan kembali dan mencegah kekurangan karung untilan yang jumlahnya terbatas. Realisasi Pemupukan Aplikasi Tandan Kosong. Kebun PT. SAL I juga Realisasi pemupukan di PT. SAL I pada kebun inti murni mengaplikasikan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai dihitung atas perbandingan antara jumlah kilogram pupuk sumber pupuk organik yang dilakukan sekali dalam setahun. terhadap jumlah kilogram pupuk pada rekomendasi yang telah TKKS adalah sisa dari pengolahan kelapa sawit berbentuk padat ditetapkan yang dinyatakan dalam persen (%) (Tabel 7). (janjangan) yang berasal dari TBS yang telah diolah. Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa TKKS memiliki kandungan hara Tabel 7. Realisasi Pemupukan Kebun Inti Murni PT SAL I dengan nilai 42.8% C, 0.80% N, 2.90 % K2O, 0.22% P2O5, 0.30% Jenis Pupuk Persentase Realisasi Pemupukan inti murni MgO, dan unsur mikro, antara lain 10 ppm B, dan 23 ppm Cu 2004 2005 2006 2007 2008 2009d (Winarna et al., 2003). Rasio C/N yang tinggi menjadi kendala karena menyebabkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme ....................................(%)....................................... dan mineralisasi di lapangan relatif lambat (Pahan, 2008). UREA 93 106 99 90 60 35 Kendala lainnya adalah biaya pengangkutan yang tinggi karena RP 123 101 129 96 61 76 sifatnya yang meruah (bulky). SP 36 88 -a 35 -a 0 0 TKKS yang berasal dari pabrik dikumpulkan terlebih MOP 99 113 103 92 61 18 dahulu di terminal limbah, yang selanjutnya diangkut KIESRITE 114 109 118 92 0 0 BORAT 0 24 0 155 121 0 menggunakan truk. TKKS kemudian dibawa ke kebun, diecer di Zn EDTA -b -b -a 138 11 0 jalan koleksi pada blok yang akan diaplikasikan, dan diecer oleh DOLOMIT -b -b -a -a 120 65 pekerja secara merata di luar piringan tanaman. Kegiatan Cu EDTA -b -b -b -b 61 0 pemberian TKKS dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun. b b b b c NPK 41.4.1 - - - - - 0 Biaya Pemupukan Menurut Mangoensoekarjo (2007), biaya pemupukan cukup NPK 15.9.21 -b -b -b -b -b 45 tinggi, yakni antara 30–65 % dari biaya pemeliharaan adalah Sumber: Bagian Tanaman PT. SAL I biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan pupuk, Ket: a diaplikasikan, namun tidak ada dalam rencana pemupukan b transportasi, ongkos memupuk dengan menabur atau tidak diaplikasikan dan tidak ada dalam rencana pemupukan c diaplikasikan untuk menggantikan jenis pupuk yang lain membenamkan pupuk, administrasi dan pengawasan, atau sebesar d realisasi pemupukan sampai dengan bulan Mei 2009 30% dari biaya investasi tanaman. Biaya yang dikeluarkan PT SAL I dalam kegiatan pemupukan tahun 2008 disajikan dalam Ketepatan Pemupukan Tabel 4 dan Tabel 5. Pupuk merupakan sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit, dan Tabel 4. Biaya Material Pupuk Kebun Inti PT SAL I Tahun 2008 merupakan material yang mahal. Oleh sebab itu, pemupukan Pupuk Harga (Rp/Kg) Realisasi (kg) Biaya (Rp) perlu dilakukan efisien dan efektif sesuai prinsip lima tepat, yaitu: Urea 1 500 759 450 1 139 175 000 tepat waktu, dosis, cara, jenis, dan tepat tempat. NPK 15.9.21 9 750 743 490 7 249 027 500 NPK 41.4.1 5 500 468 178 2 574 979 000 Tepat Waktu. Pemupukan yang dilakukan di PT SAL I RP 2 000 508 425 1 016 850 000 dilakukan mulai di pagi hari, pada kondisi hari yang cerah. MOP 5 778 1 058 850 6 118 035 300 Pemupukan dilakukan dalam dua periode tiap tahunnya yaitu Kies 300 1 700 510 000 pada semester I dan semester II. Waktu pemupukan ditentukan Borat 10 000 30 944 309 440 000 berdasarkan curah hujan bulanan. Dolomit 697 527 255 367 496 735 CH rata–rata bulanan terendah terjadi pada bulan Juli Zn-EDTA 3 000 974 2 922 000 dengan nilai 145.3 mm sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Cu-EDTA 6 500 2 986 19 409 000 bulan Januari dengan nilai 317.4 mm (Gambar 1). Nilai rata–rata Total (5 096.19 Ha) 18 797 844 535 CH bulanan sebesar 223.3 mm, sedangkan rata-rata hari hujan Sumber: Bagian Tata Usaha PT SAL I bulanan sejumlah 10.1 hari hujan. Menurut Adiwiganda (2007), di bagian tengah Sumatera Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja Rawat Kebun Inti PT SAL I Tahun 2008 seperti Riau dan Jambi, aplikasi pupuk dapat dilakukan selama Kegiatan Biaya (Rp) empat bulan yaitu pada bulan Maret, Juni, September, dan Tenaga Kerja Tabur 3 070 505 276 Desember. Menurut Lubis (1992), pemupukan maksimal didapat Transport Pupuk 923 827 214 pada bulan–bulan dengan CH berkisar 150–200 mm yaitu pada Until Pupuk 37 951 280 curah hujan sedang, sehingga pemupukan pada semester I lebih Total Biaya TK Pemupukan 4 032 283 770 baik dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni dan pemupukan pada Total Biaya TK Rawat 36 272 550 512 semester II dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan September. Sumber: Bagian Tata Usaha PT SAL I Pemupukan pada semester I tahun 2009 di PT SAL I dilakukan pada bulan Januari sampai Juni, walau pemupukan Total biaya material pupuk kebun inti pada tahun 2008 sebaiknya dilakukan pada bulan Mei dan Juni. Aplikasi sebesar Rp 18 797 844 535 sedangkan biaya total tenaga kerja pemupukan di PT SAL I belum tepat waktu karena CH pada pemupukan pada tahun 2008 sebesar Rp 4 032 283 770 yang bulan Januari, Februari, Maret, dan April lebih dari 200 mm terdiri atas tenaga kerja tabur pupuk (Rp 3 070 505 276), transpor sehingga dikhawatirkan terjadi pencucian (leaching). pupuk (Rp 923 827 214), dan tenaga kerja penguntilan pupuk Tepat Dosis. Pemupukan yang dilakukan di PT SAL I sebesar Rp 37 951 280. Total biaya aplikasi pemupukan sebesar sudah menggunakan dosis rekomendasi yang ditetapkan oleh Rp 22 830 128 305 atau sekitar 41,46 % dari total biaya rawat bagian R&D. Penentuan dosis dilakukan dengan melakukan analisis daun dan tanah. Dua hal yang menentukan ketepatan dosis aplikasi pupuk di PT SAL I adalah: untilan dan takaran Berdasarkan data diatas, pemupukan yang dilakukan di penaburan pupuk. Untilan mempunyai dosis yang sama dengan PT SAL I sudah tepat cara dengan ketepatan cara kerja penabur dosis enam tanaman yang akan dipupuk. Berdasarkan hasil diatas 95 %. pengamatan, ketepatan dosis untilan sudah tepat (diatas 95%, Tepat Tempat. Pemupukan yang dilakukan di PT SAL I Tabel 1). Takaran yang dibuat sesuai dosis tanaman dan jenis menggunakan sistem tebar. Pemupukan yang dilakukan sudah pupuk yang digunakan, sehingga pemupukan di PT SAL I sudah tepat tempat karena diaplikasikan merata pada piringan tanaman, tepat dosis. dilakukan pemupukan pada blok yang piringannya bersih, pupuk Tepat Jenis. Jenis pupuk yang digunakan sesuai diaplikasikan pada daerah piringan dengan diameter 1.5 meter rekomendasi dari kantor pusat. Rekomendasi dibuat berdasarkan dari tanaman. analisis sampel daun (LSU, Leaf Sampling Unit) oleh bagian KESIMPULAN DAN SARAN R&D. Analisis sampel daun dilakukan sekali dalam satu tahun. Kesimpulan Jenis pupuk dan kandungan unsur hara yang digunakan di PT Kegiatan magang yang dilakukan penulis telah SAL I disajikan pada Tabel 8. meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa Tabel 8. Beberapa Jenis Pupuk yang Digunakan di PT SAL I sawit, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam Kandungan Hara pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial, Jenis pupuk Unsur Hara Unsur/Oksida % khususnya dalam aspek pemupukan. Urea Nitrogen N 45 Pemupukan di PT. SAL I secara umum telah memenuhi NPK 41-4-1 Nitrogen, Fosfat, prinsip lima tepat, yaitu: tepat jenis, waktu, dosis, cara, dan tepat N-P2O5-K2O 41-4-1 tempat. Pupuk yang digunakan sudah sesuai rekomendasi dari Kalium NPK 15-9-21 Nitrogen, Fosfor, R&D, diaplikasikan secara tepat pada tempat yang sesuai dan N-P2O5-K2O 15-9-21 dosis yang tepat dengan adanya alat takar dan alat takar Kalium RP Fosfor (P) P2O5-CaO 28-35 penguntil. Namun untuk ketepatan waktu masih perlu Kalium (K) K2O 48-62 ditingkatkan. MOP Saran Klor (Cl) Cl 50 Magnesium (Mg) MgO 18-21 Perlu adanya peningkatan kualitas tenaga kerja dengan Dolomit melakukan kegiatan briefing kepada karyawan penabur dan Kalsium (Ca) CaO 50 Borat Boron (B) B 11-22 penguntil pupuk sebelum melakukan kegiatan. Demonstrasi cara Kiesrite Magnesium (Mg) MgO 25 menabur dan menguntil yang tepat perlu dilakukan, sehingga Sumber: Pengamatan Lapang, Mangoensoekarjo (2005) dan Pahan dapat meningkatkan kualitas kerja, mengingat pekerja tersebut (2008) merupakan pekerja harian lepas. Perlunya pendataan ulang alat dan bahan yang sudah Tepat Cara. Pemupukan anorganik yang dilakukan di PT digunakan, seperti alat takaran penabur, alat takaran penguntil, SAL I menggunakan sistem tebar (broadcast system). Sistem dan karung yang sudah digunakan. Penggunaan pupuk majemuk tebar merupakan cara memberikan pupuk dengan menabur pupuk perlu dipertimbangkan dalam pemupukan untuk mengurangi langsung ke tanah di sekeliling tanaman. Syarat yang harus biaya tenaga kerja yang tinggi akibat pemupukan menggunakan dipenuhi dalam ketepatan cara adalah: tidak boleh menumpuk, pupuk tunggal. tidak boleh menggumpal, piringan harus bersih, dan pemupukan Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada bulan-bulan yang dilakukan adalah pemupukan tunggal. Hasil pengamatan dengan CH berkisar 150–200 mm untuk mencegah kehilangan ketepatan cara dalam aplikasi pemupukan kaptan dosis 2 kg per pupuk akibat pencucian (leaching). Jadi, pemupukan pada tanaman pada blok D-17 (luas blok 28.15 ha) dan pada aplikasi semester I dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni serta semester II pemupukan Rock Phospate (RP) dosis 1.5 kg per tanaman pada pada bulan Juli, Agustus, dan September. blok F-2 (luas blok 24.97ha) tertera pada Tabel 9 dan Tabel 10. Pengamatan dilakukan pada satu hanca penabur dengan 12 DAFTAR PUSTAKA tanaman pada setiap ulangan. Adiwiganda, R. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan Tabel 9. Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan Kaptan perkebunan kelapa sawit, hal 19-118. Dalam S. Ulangan Mangoensoekarjo (Ed). Manajemen Tanah dan No penabur Rataan Persen 1 2 3 4 Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gajah Mada ................(Jumlah tepat).................... University Press. Yogyakarta. 1 11 12 11 11 11.3 94 Astra Agro Niaga. 1996. Brevet Dasar–II Tanaman: Kelapa 2 11 12 11 11 11.3 94 Sawit. Astra Agro Lestari. Jakarta. 248 hal. 3 11 12 12 11 11.5 96 Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit, Teknis Agronomis dan 4 12 12 12 11 11.8 98 Manajemennya. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 295 5 12 12 12 11 11.8 98 hal. 6 12 12 12 11 11.8 98 Lubis, A. U. 1992. Kelapa sawit di Indonesia. Pusat Penelitian 7 12 12 11 11 11.5 96 Marihat. Pematang Siantar. 435 hal. 8 12 12 11 11 11.5 96 Mangoensoekarjo, S. dan A. T. Tojib. 2005. Manajemen 9 12 12 11 11 11.5 96 budidaya kelapa sawit. Hal 1-318 dalam: S. Rataan 11.7 12.0 11.4 11.0 11.5 Mangoensoekarjo dan H. Semangun (Eds.). Manajemen Persen 97 100 95 92 96 Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Tabel 10. Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan RP Yogyakarta. Ulangan Mangoensoekarjo, S. 2007. Pendahuluan, hal 1-17. Dalam S. No penabur Rataan Persen 1 2 3 4 Mangoensoekarjo (Eds.). Manajemen Tanah dan .................(Jumlah tepat).............. Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gajah Mada 1 12 11 12 12 11.8 98 University Press. Yogyakarta. 2 12 11 11 11 11.3 94 Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar 3 11 11 12 12 11.5 96 Swadaya. Jakarta. 412 hal. 4 12 11 11 11 11.3 94 5 11 11 12 11 11.3 94 Sastrosayono, S. 2003. Budi daya Kelapa Sawit. Agromedia 6 11 12 11 11 11.3 94 Pustaka. Jakarta. 66 hal. 7 11 11 11 11 11.0 92 Winarna, W. Darmosarkoro dan E. S. Sutarta. 2003. Tekonologi 8 12 12 12 11 11.8 98 pemupukan kelapa sawit. Hal 113-132 Dalam W. 9 12 11 12 11 11.5 96 Darmosarkoro, E. S. Sutarta, Winarna (Eds). Lahan dan Rataan 11.6 11.2 11.6 11.2 11.4 Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Persen 96 94 96 94 95 Medan. Sumber: Pengamatan Lapang