Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

(Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen) DI KECAMATAN WAGIR

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No.

2 Juli 2020 ISSN 2337-7771 (Cetak)


ISSN 2337-7992 (Daring)

SISTEM PERBAIKAN EKOFISIOLOGI TANAMAN SENGON


(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen ) DI KECAMATAN WAGIR,
MALANG
A system for Improving Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Plant
Ecophysiology in Wagir District, Malang
Febri Arif Cahyo Wibowo, Rosa Septiana Mieske Putri, Amir Syarifuddin,
dan Tatag Muttaqin
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur 65144
ABSTRACT. Sengon plant (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) in Indonesia is one of the
types of plants developed in the development of Community Forestry especially in Wagir
District, Malang Regency. This study was conducted to analyze the effect of environmental
conditions, especially temperature and humidity on stomata density and chlorophyll levels in the
plant Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) and analyze the soil nutrient content under
the Sengon stand (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) on plant physiology in Sukodadi
Village, Wagir District, Malang Regency. The techniques used are field surveys, leaf sampling
to measure physiological properties (stomata density and chlorophyll content), and soil
sampling to measure soil chemical properties (macro nutrient content), as well as direct
observations in the field to measure environmental factors (temperature and humidity). Analysis
of the data used is multiple linear regression in SPSS to determine whether there is influence of
temperature and humidity on the physiology of stomata and chlorophyll as well as descriptive
analysis on soil factors. Research result is that temperature and humadity have an effect on
chlorophyll. This support to possibility of temperature and humadity system in the region so taht
agreed crops will affect the concentration of chlorine.
Keywords: sengon; physiology; ecophysiology; Wagir
ABSTRAK.Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di Indonesia merupakan
salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan Hutan Rakyat terutama di
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh
kondisi lingkungan khususnya suhu dan kelembaban terhadap kerapatan stomata dan kadar
klorofil pada tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) serta menganalisis
kandungan unsur hara tanah dibawah tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)
terhadap fisiologi tanaman di Desa Sukodadi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Teknik
yang dilakukan yaitu survey lapangan, pengambilan sampel daun untuk mengukur sifat fisiologi
(kerapatan stomata dan kadar klorofil), dan pengambilan sampel tanah untuk mengukur sifat
kimia tanah (kandungan unsur hara makro), serta pengamatan secara langsung di lapangan
untuk mengukur faktor lingkungan (suhu dan kelembaban). Analisis data yang digunakan yaitu
regresi linier berganda pada SPSS untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suhu dan
kelembaban terhadap faktor fisiologi stomata dan klorofil serta analisis deskriptif pada faktor
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara suhu dan kelembaban
terhadap klorofil b. Hal ini menandakan jarak tanam yang rapat ini mendukung potensi dari
suhu dan kelembaban pada area tersebut untuk mempengaruhi kadar klorofil b.
Kata kunci: sengon; fisiologi; ekofisiologi; Wagir
Penulis untuk korespondensi, surel: febriarif14@gmail.com

PENDAHULUAN Tanaman Industri maupun Hutan Rakyat.


Tanaman penghijauan ini termasuk
produsen dalam siklus hidupnya karena
Tanaman sengon (Paraserianthes dapat mensintesis makanan sendiri dari
falcataria (L) Nielsen) di Indonesia senyawa anorganik atau biasa disebut
merupakan salah satu jenis tanaman yang autotrof melalui proses fotosintesis. Proses
dikembangkan dalam pembangunan Hutan fotosintesis salah satu komponen

161
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020

pentingnya yaitu klorofil. Selain klorofil label, kantong plastik, kamera, roll meter
terdapat stomata yang dapat mempengaruhi dan alat tulis menulis. Bahan yang
proses fotosintesis. Setiap daun memiliki digunakan penelitian ini yaitu: daun tanaman
kerapatan yang berbeda hal ini dapat sengon dan tanah.
mempengaruhi dua proses penting pada
Menentukan letak pengambilan sampel
tanaman yaitu fotosintesis dan transpirasi.
stomata dan klorofil yang dilakukan secara
Menurut Miskin et al., (1972) yang
acak didasarkan pada tingkat diameter 30-
mempunyai kerapatan stomata yang tinggi
60cm. Populasi dalam penelitian ini adalah
akan memiliki laju transpirasi yang lebih
tanaman sengon yang berada di areal Desa
tinggi daripada tanaman dengan kerapatan
Sukodadi, Kecamatan Wagir, Malang.
stomata yang rendah.
Sampel penelitian stomata dan klorofil
Menurut observasi peningkatan jumlah berada di 6 titik pada 2 lokasi dan untuk
penduduk di Indonesia yang begitu pesat sampel tanah dilakukan di 5 titik pada 2
menyebabkan kenaikan berbagai aktivitas lokasi secara diagonal dan dikomposit
penduduk yang cukup padat terutama di setiap 5 titik.
Kota Malang sehingga mengakibatkan
Pengambilan sampel daun segar
permasalahan lingkungan yaitu polusi udara
dilakukan pada pagi hari di antara pukul
yang dapat merusak stomata dan
07.00-08.00 (Salama et al. 2011).
mengurangi kandungan klorofil. Menurut
Pengukuran dilakukan pada pagi hari
dari hasil penelitian Eka dan Husin (2006)
karena laju fotosintesis hanya dipengaruhi
terjadinya korelasi antara tingkat kepadatan
oleh intensitas cahaya matahari. Pada siang
lalu lintas dengan persentase kerusakan
dan sore hari selain dipengaruhi oleh faktor
stomata. Selain itu menurut Carter dan
sinar matahari juga dipengaruhi oleh
Knapp (2001) menyatakan bahwa bahan
cekaman air daun dan bukaan stomata yang
pencemar dapat menginduksi pengurangan
akan mempengaruhi jumlah masukan gas
klorofil sehingga keberadaan polutan dapat
CO2 (Dahlan, 2007). Sampel daun yang
menurunkan kandungan klorofil karena
diambil berada pada ketinggian diatas 1-2 m
masuknya polutan pada daun dapat
dari permukaan tanah kemudian sampel
mengakibatkan rusaknya kutikula sehingga
daun langsung dibawa ke laboratorium
respirasi terhambat dan proses fotosintesis
dalam plastik (Rai, 2013). Setiap pohon
juga terhambat.
dipilih cabang atau ranting secara acak,
Faktor lingkungan lainnya yang daun yang diambil berada dibagian tengah
mempengaruhi stomata dan klorofil yaitu dari ujung ranting yang sudah tidak
tanah. Apabila nilai kandungan tanah kurang mengalami perkembangan lagi.
maka terjadinya ketidak seimbangan bagi Pengambilan sampel pada bagian tengah
tanaman yang akan mempengaruhi fungsi daun hal ini dimaksudkan untuk
dari tanaman itu sendiri, sehingga penelitian mendapatkan stomata yang lebih banyak
ini bertujuan mengetahui pengaruh faktor dibandingkan dengan bagian pangkal dan
lingkungan terhadap aspek fisiologi stomata juga ujung daun.
dan klorofil tanaman sengon
Untuk pengambilan sampel klorofil
(Paraserianthes falcataria (L) Nilesen).
diambil dari helai daun yang tidak ternaungi
karena lebih banyak mendapat cahaya
matahari. Jumlah klorofil pada bagian
METODE PENELITIAN tengah dan pangkal daun lebih banyak
dibandingkan dengan bagian ujung daun.
Hal ini disebabkan pada kedua bagian daun
Penelitian ini dilaksanakan bulan ini klorofil sudah terbentuk sempurna seiring
Agustus-Oktober 2019 pada 2 lokasi di dengan berkembangnya daun, yaitu
Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Malang. semakin mendekati pangkal daun semakin
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dewasa (Pratama dan Laily, 2015).
yaitu : bambu, clurit, karet ban, kantong Pengambilan sampel daun dilakukan
plastik, kertas label untuk mengambil dengan mengambil daun yang berumur
sampel klorofil dan stomata. Suhu dan sedang (fully expanded leaf) (Wibowo, dkk,
kelembaban diukur menggunakan alat 2019). Pengambilan helai daun yang diambil
thermometer dan tally sheet. Sedangkan searah yaitu utara dan selatan atau barat
untuk sampel tanah menggunakan alat dan timur serta kedudukan daun terdapat
GPS, bor tanah, sekop kecil, ember, kertas pada kanopi terluar dengan tujuan agar
sampel yang diambil merupakan daun yang

162
Febri Arif Cahyo Wibowo. et al. : Sistem Perbaikan Ekofisiologi ……. (8): 161-171

terpapar polusi dan pencahayaan yang Kerapatan stomata (%)


searah. Sampel daun diambil sebanyak 36 jumlah stomata
sampel yaitu 18 untuk sampel stomata dan = x 100
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔
18 untuk sampel klorofil yang diambil dari 6
titik setiap lokasi yang telah ditentukan dan Analisis Kandungan Klorofil
setiap titik diambil 3 sampel setiap Sebanyak 100 mg daun tanaman sengon
perlakuan stomata dan klorofil. dihancurkan menggunakan mortal sampai
Pengambilan sampel tanah dilakukan halus. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan
dengan menentukan titik pengambilan aseton 80% dengan perbandingan berat
sampel tanah menggunakan Avenza lalu sampel dan aseton 1 : 100 lalu saring
pengambilan contoh tanah komposit dengan kertas saring. Larutan ini kemudian
dilakukan setelah diketahui gambaran dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Mulut
satuan luas pengambilan contoh. Dari tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil
luasan lokasi pertama dan lokasi kedua untuk menghindari penguapan. Larutan ini
menggunakan metode diagonal. Tanaman diukur dengan menggunakan alat
tahunan pengambilan contoh tanah spektrofotometer pada panjang gelombang
dilakukan dengan kedalam 30 - 40 cm. 649 nm dan 665 nm. Jumlah klorofil a,
Pengambilan sampel tanah menggunakan klorofil b, dan total klorofil per gram daun
bor tanah dengan pertimbangan bahwa sengon dihitung menggunakan rumus
unsur hara sebagian besar berada pada Dahlia (2001) :
kedalaman ini. Jarak antar lubang 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 (𝑚𝑔/𝐿)
pengambilan sub contoh tanah, berjarak = (13.7 𝑥 𝐴665) – (5.67 𝑥 𝐴649)
antara 50 m -100 m tergantung pada luas 𝑚𝑔
𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 ( )
satuan pengambilan. Beberapa cara untuk 𝐿
pengambilan sub contoh tanah pada satuan = (25.8 𝑥 𝐴649) − (7.60 𝑥 𝐴665)
luas lahan adalah dengan cara: a) cara 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
sistematis; b) cara diagonal; dan c) cara = 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 + 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏
acak (Balai Penelitian Tanah, 2004).
Pengambilan sampel suhu dan
kelembaban dilakukan seminggu sekali Analisis Kandungan Unsur Hara Tanah
selama 2 bulan dengan titik yang telah Sampel tanah yang telah diambil
ditentukan. kemudian diuji dan dianalisis di laboratorium
Analisis Indeks Stomata Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Beberapa helai daun yang telah dipetik Analisis Suhu dan Kelembaban
segera difiksasi dalam alkohol 70%. Setelah Menyiapkan thermometer digital di
difiksasi, daun dicuci dengan akuades dan beberapa tempat permukaan atau di
direndam dalam asam nitrat 50-70% selama beberapa titik yang ingin diketahui suhu dan
10-30 menit. Selanjutnya daun dibilas kelembaban udaranya dengan waktu 10
akuades dan dikerik menggunakan silet. menit, dengan 3x percobaan pada
Jaringan sel epidermis adaksial didapat permukaan. Lalu catat hasil perubahan
dengan melakukan pengerikan bagian dalam setiap 1 x 10 menit pada tally sheet.
abaksial daun, begitupun sebaliknya.
Jaringan epidermis berupa lapisan tipis yang Analisis Data
telah diperoleh selanjutnya dicuci dengan Analisis data yang digunakan dalam
klorin hingga pigmen klorofilnya pudar penelitian ini adalah Regresi Linier
kemudian dibilas dengan akuades hingga Berganda. Model ini dipilih untuk
bersih. Selanjutnya hasil sayatan direndam mengetahui seberapa besar pengaruh
dalam pewarna safranin 1% kemudian variabel bebas terhadap variabel terikat baik
ditaruh di kaca preparat dengan secara parsial maupun bersama-sama.
ditambahkan sedikit gliserin kemudian Tahap yang dilakukan yaitu Pengujian
ditutup dengan cover glass. Preparat di Hipotesis. Apabila syarat untuk ditelitinya
amati di bawah mikroskop dengan suatu model regresi telah terpenuhi, maka
perbesaran 400x (Anu 2017): selanjutnya untuk mengetahui diterima atau
tidaknya hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, dilakukan analisis data dengan
Uji F, Uji T, Uji Beta, Koefisien Determinasi
(𝑅2 )

163
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN kelembaban pada lahan I dengan ketinggian


598m AMSL dan luas lahan 99.407 are
serta keliling 417.535 m yang memiliki jarak
tanam 3x3 m.
Hasil Pengamatan

Variabel data yang diamati dalam


penelitian ini adalah rata-rata klorofil a,
klorofil b, klorofil total, kerapatan stomata,
unsur N, unsur P, unsur K, suhu, dan

Tabel 1. Rata-rata nilai suhu, kelembaban, klorofil, stomata, dan tanah pada lahan I
Rata-rata Suhu / Hasil Fisiologi Kandungan Unsur Hara
Kelembaban
Klorofil a Klorofil b Klorofil Kerapatan N P K
total stomata
24,1 oC / 70,2 % 13.93 7,07 20,97 19,7 1,16 204 0,92

Variabel data yang diamati dalam lahan II dengan ketinggian 519m AMSL dan
penelitian ini adalah rata-rata klorofil a, luas lahan 30.258 are serta keliling 218.309
klorofil b, kerapatan stomata, unsur N, unsur m yang memiliki jarak tanam 2x2 m.
P, unsur K, suhu, dan kelembaban pada

Tabel 2. Rata-rata nilai suhu, kelembaban, klorofil, stomata, dan tanah pada lahan II
Rata-rata Suhu / Hasil Fisiologi Kandungan Unsur Hara
Kelembaban
Klorofil a Klorofil b Klorofil Kerapatan N P K
total stomata
24,1 oC / 70,2 % 14 9,77 23,74 23,07 0,13 77 1,18

Berdasarkan data yang telah diperoleh Uji Simultan (Uji F)


kemudian dianalisis antara data yang tidak
Pada tabel ini digunakan untuk
terjadi interaksi pengaruh (klorofil b lahan I)
menentukan taraf signifikansi atau linieritas
terhadap data yang terjadi interaksi
dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan
pengaruh (klorofil b lahan II) pada SPSS berdasarkan uji F atau uji nilai signifikansi
dengan beberapa tahapan dalam pengujian (Sig.).
analisis Regresi Linier Berganda sebagai
berikut:

Tabel 3. Hasil uji F pada lahan II


Model Sum of squares Df Mean square F Sig.

Regression 23.505 2 11.753 11.282 .009a


Residual 6.250 6 1.042
Total 29.755 8

Dari hasil uji F pada penelitian ini, Angka signifikansi sebesar 0,009 < 0,05.
didapatkan nilai F hitung sebesar 11,282 Atas dasar perbandingan tersebut, maka H0
dengan angka signifikansi sebesar 0,009. ditolak dan H1 diterima atau berarti variabel
Dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05). suhu (X1 ) dan kelembaban (X2 ) mempunyai

164
Febri Arif Cahyo Wibowo. et al. : Sistem Perbaikan Ekofisiologi ……. (8): 161-171

pengaruh yang signifikan secara bersama- dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan
sama terhadap variabel klorofil b (Y). berdasarkan uji t atau uji nilai signifikansi
(Sig.)
Uji t

Pada tabel ini digunakan untuk


menentukan taraf signifikansi atau linieritas

Tabel 4. Hasil uji t pada lahan II


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 83.831 23.439 3.577 .012
Suhu -4.689 .990 -.963 -4.735 .003
Kelembaban .553 .251 -.448 2.205 .070

Dari hasil uji t pada penelitian ini dan 𝐻1 ditolak atau berarti variabel
didapatkan nilai t hitung suhu (𝑋1 ) sebesar - kelembaban (𝑋2 ) tidak mempunyai pengaruh
4,375 dengan angka signifikansi sebesar yang signifikan secara parsial atau sendiri-
0,003. Dengan tingkat signifikansi 95% (𝛼 = sendiri terhadap variabel klorofil b (Y). Nilai t
0,05). Angka signifikansi sebesar 0,003 < positif menunjukkan bahwa kelembaban (𝑋2 )
0,05. Atas dasar perbandingan tersebut, mempunyai hubungan yang searah dengan
maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima atau berarti klorofil b (Y)
variabel suhu (𝑋1 ) mempunyai pengaruh
yang signifikan secara parsial atau sendiri- Uji Beta
sendiri terhadap variabel klorofil b (Y). Nilai t
negatif menunjukkan bahwa suhu (𝑋1 ) Pada tabel ini digunakan untuk
mempunyai hubungan yang berlawanan menentukan seberapa besar pengaruh
arah dengan klorofil b (Y). Sedangkan nilai t setiap satu satuan dalam variabel bebas
hitung kelembaban (𝑋2 ) sebesar 2,205 terhadap variabel terikat.
dengan angka signifikansi sebesar 0,070
sehingga 0,070 > 0,05, maka 𝐻0 diterima

Tabel 5. Hasil uji beta lahan II


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
Std. Sig.
B Error Beta t
1 (Constant) 83.831 23.439 3.577 .012
Suhu -4.689 .990 -.963 -4.735 .003
Kelembaban .553 .251 -.448 2.205 .070

Dari hasil uji beta pada penelitian ini (𝑋1 ) sebesar -4,689 dan bertanda
didapatkan nilai beta dengan harga mutlak negatif, hal ini menunjukkan suhu
yang artinya tanda negatif tidak dihiraukan mempunyai hubungan yang berlawanan
sehingga nilai yang paling tinggi yaitu suhu, arah dengan klorofil b (Y) sehingga setiap
maka dapat disimpulkan bahwa suhu kenaikan suhu satu satuan maka variabel
mempunyai pengaruh dominan terhadap klorofil b (Y) akan turun sebesar 4,689.
klorofil b dengan persamaan rumus regresi Sedangkan nilai koefisien kelembaban (𝑋2 )
Y = 83,831– 4,689𝑋1 + 0,553𝑋2 . Dalam sebesar 0,553 sehingga setiap kenaikan
persamaan regresi tersebut dapat kelembaban (𝑋2 ) satu satuan maka variabel
diinterpretasikan bahwa nilai koefisien suhu klorofil b (Y) akan naik sebesar 0,553.

165
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020

Koefisien Determinasi (𝐑𝟐 ) hubungan dari bebeapa variabel dalam


pengertian yang lebih jelas serta
Untuk memastikan tipe hubungan antar menjelaskan seberapa besar perubahan
variabel dengan berpedoman pada tabel 6, suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh
perubahan pada variabel yang lain.
Koefisien determinasi (𝑅2 ) digunakan
untuk mengetahui seberapa besar

Tabel 6. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 1,000 Sangat kuat
0,60 0,799 Kuat
0,40 0,599 Cukup kuat
0,20 0,399 Rendah
0,00 0,199 Sangat rendah
Sumber: Analisis Data (Syafrizal,2010)

Tabel 7. Hasil koefisien determinasi (R2) pada lahan II


Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .889a .790 .720 1.02063

R = 0,889 berarti hubungan antara suhu merupakan suatu ukuran banyaknya


(𝑋1 ) dan kelembapan (𝑋2 ) terhadap klorofil B kesalahan model regresi dalma
sebesar 88,9%. Nilai ini dapat memprediksi nilai Y. Dari tabel regresi
diinterpretasikan bahwa hubungan kedua diperoleh nilai 1,02063, hal ini berarti
variabel penelitian hubungannya sangat banyaknya kesalahan dalam prediksi suhu
kuat. Pada tabel ini juga diperoleh R Square dan kelembapan yaitu 1,02063%. Jika SEE
atau koefisien determinasi (KD) yang kurang dari standard deviasi Y, maka model
menunjukkan seberapa bagus model regresi regresi semakin baik dalam memprediksi
yang dibentuk oleh interaksi variabel bebas nilai Y.
dan variabel terikat. Nilai KD yang diperoleh
yaitu 79% yang dapat ditafsirkan bahwa Analisis Deskriptif
variabel bebas 𝑋1 dan 𝑋2 memiliki pengaruh
kontribusi sebesar 79% terhadap variabel Y Hasil analisis kandungan unsur hara
dan 21% lainnya dipengaruhi oleh faktor- makro N, P, dan K selanjutnya akan
faktor lain diluar variabel 𝑋1 dan 𝑋2 . Semakin dikelompokkan kedalam tingkatan tertentu
besar nilai tersebut maka model semakin sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
baik. Jika nilai mendekati 1 maka model pada tabel 8,
regresi semakin baik. Adjusted R Square
pada tabel 9 diketahui nilai
merupakan nilai R Square yang telah
kandungan unsur hara makro yang
disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R
tersedia pada lahan I
Square dan angka ini bisa memiliki harga
negatif. Standard Error of the Estimate

Tabel 8. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah (LPPT)
Bogor.
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Sifat tanah
N (%) <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75
P₂O₅ HCl 25% (ppm) <10 10-20 21-40 41-60 >60
K (%) <0,1 0,2-0,49 0,5-0,99 1,0 >1,0
Sumber: Departemen Pertanian, 1983

166
Febri Arif Cahyo Wibowo. et al. : Sistem Perbaikan Ekofisiologi ……. (8): 161-171

Tabel 9. Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara Tanah


N (%) P (ppm) K (%) Kadar air
(%)
1,16 204 0,92 7,19

Lahan I memiliki nilai kandungan unsur tergolong kategori sedang, serta kadar air
hara N sebesar 1,16% yang termasuk yang tersedia dalam tanah sebesar 7,19%.
kategori sangat tinggi, unsur P sebesar 204
Pada tabel ini diketahui nilai kandungan
ppm yang termasuk kategori sangat tinggi,
unsur hara makro yang tersedia pada lahan
sedangkan unsur K sebesar 0,92% yang
II

Tabel 10. Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara Tanah


N (%) P (ppm) K (%) Kadar air
(%)
0,13 77 1,18 9,18

Lahan II memiliki nilai kandungan unsur sedangkan unsur K sebesar 1,18% yang
hara N sebesar 0,13% yang termasuk tergolong sangat tinggi, serta kadar air yang
kategori rendah, unsur P sebesar 77 ppm tersedia dalam tanah sebesar 9,18.
yang termasuk kategori sangat tinggi,
lokasi penelitian memiliki nilai yang
Pembahasan
kurang optimal.
Pada lokasi penelitian I dan lokasi Suhu dan kelembaban pada masing-
penelitian II terletak di Desa Sukodadi yang masing lokasi dipengaruhi vegetasi pada
berada di lahan hutan masyarakat. Lahan I setiap lokasi di sekitar tanaman sengon
terletak diketinggian 598 MDPL dengan dikarenakan pengaruh jarak antar pohon
jenis vegetasi dominan sengon dan terdapat yang terlalu rapat atau sebaliknya. Selain itu
beberapa pohon jati. Luas lahan 99.407 are jarak tanam yang kurang baik akan
dan keliling 417.535 m dengan jarak tanam memberikan hasil yang tidak maksimal,
3x3 m. Lahan II terletak diketinggian 519 misalnya tinggi pohon yang berbeda antara
MDPL dengan jenis vegetasi dominan pohon satu dengan yang lainnya sehingga
sengon dan terdapat pohon nangka. Luas tanaman akan ternaungi (Wibowo, dkk,
lahan 30.258 are dan keliling 218.309 m 2019). Lahan hutan masyarakat di desa
dengan jarak tanam 2x2 m. tersebut terletak pada lokasi yang berada
pada ketinggian yang tidak berbeda
Hasil analisis uji regresi linier berganda
signifikan sehingga fluktuasi suhu tidak jauh
menyatakan bahwa suhu dan kelembaban
berbeda antara satu dengan lainnya. Suhu
tidak berpengaruh secara signifikan dipengaruhi ketinggian tempat, dan
terhadap klorofil a, klorofil b, klorofil total, kerenanya tidak berbeda nyata karena
serta kerapatan stomata pada lahan I. Suhu
ketinggian antar lokasi dan tipe lahan tidak
pada lokasi tersebut memiliki rata-rata
jauh berbeda. Ketinggian tempat yang tidak
24,06oC sedangkan kelembaban memiliki
berbeda signifikan menyebabkan nilai
rata-rata 70,2%. Berdasarkan data
kelembaban yang sama antara lokasi dan
temperatur diketahui bahwa di daerah tipe lahan. Kelembaban dipengaruhi oleh
dataran tinggi memiliki kelembaban udara fluktuasi matahari yang sampai di
yang tinggi (65 – 70%) dan suhu udara yang
permukaan bumi dan curah hujan.
rendah (<25°C). Pada temperatur 30-40oC
Karenanya, kelembaban akan dipengaruhi
merupakan suatu kondisi yang baik untuk
ketinggian tempat. Radiasi matahari
pembentukkan klorofil pada kebanyakkan
mempengaruhi suhu rata-rata di masing-
tanaman, akan tetapi yang optimal ialah masing wilayah, semakin besar jumlah
pada temperatur antara 26-30oC (Yunia dan energi radiasi yang diterima suatu wilayah
Banyo, 2011). Sehingga dapat dikatakan
menyebabkan semakin tinggi suhu
bahwa klorofil a tidak dipengaruhi oleh suhu
permukaan pada wilayah tersebut (Lakitan
dan kelembaban dikarenakan suhu pada
2002). Dataran tinggi akan memiliki

167
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020

kelembaban yang tinggi, dan sebaliknya Berdasarkan data pengamatan nilai total
dataran rendah akan memiliki kelembaban klorofil pada klorofil a (126,065) dan klorofil
yang rendah. Suhu juga berhubungan b (87,945) dapat dikatakan bahwa rasio
dengan kelembaban; suhu tinggi akan perbandingan klorofil 2:1. Hal ini termasuk
menyebabkan kelembaban yang rendah, keadaan normal tetapi nilai kadar klorofil b
dikerenakan air yang ada di udara pada lahan II lebih banyak daripada klorofil
mengalami penguapan. b lahan I hal ini dikarenakan intensitas daun
yang ternaungi lebih banyak pada lahan II
Klorofil b pada lahan I juga tidak terdapat
menandakan jarak tanam yang rapat ini
pengaruh yang signifikan dan memiliki rasio
mendukung potensi dari suhu dan
klorofil yaitu 2:1 dikarenakan ketinggian
kelembaban pada area tersebut untuk
tempat pada lahan I mengoptimalkan kadar
mempengaruhi kadar klorofil b.
klorofil a dimana pada ketinggian 598 MDPL
memberikan intensitas cahaya yang tinggi Nilai kerapatan stomata terdapat
sehingga klorofil a lebih banyak daripada perbedaan pada lahan I dan juga pada
klorofil b. Sedangkan pada intensitas lahan II. Selain itu rendahnya kerapatan
cahaya tinggi akan menyebabkan tanaman stomata diduga berhubungan dengan
memproduksi klorofil b lebih sedikit kedudukan daun yang memiliki peluang
dibandingkan klorofil a, hal ini dikarenakan ternaungi dengan daun yang lainnya.
cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman dari Kerapatan stomata yang rendah dapat pula
penyerapan oleh klorofil a cukup dikarenakan oleh kepekaan stomata
(Sulistyowati, 2016). Tetapi naungan tersebut yang kurang peka terhadap
memberikan efek positif untuk tanaman intensitas cahaya. Kerapatan stomata pada
yang mempunyai titik kompensasi cahaya lahan II tidak dipengaruhi oleh suhu dan
yang rendah dan menjadi alternatif untuk kelembaban karena tidak terjadi beda
mengatasi instensitas cahaya yang terlalu signifikan pada tipe lahan. Sedangkan
tinggi. Penaungan akan mengakibatkan kerapatan stomata lahan II memiliki nilai
perubahan terhadap cahaya matahari yang yang lebih tinggi dibandingkan pada lahan I,
diterima tanaman, baik intensitas maupun hal ini sejalan dengan kadar klorofil pada
kualitasnya. Xu et al. (2014) yang lahan II yang memiliki rata-rata lebih banyak
menyatakan bahwa aktivitas fotosintesis daripada lahan I sehingga semakin banyak
menurun sejalan dengan meningkatnya tingkat kerapatan stomata semakin besar
perlakuan naungan. pula nilai kadar klorofil daun tersebut.
Kondisi lingkungan dengan ketinggian
Suhu dan kelembaban berpengaruh
tempat, musim, suhu dan kelembaban yang
secara simultan terhadap klorofil b pada
hampir sama diduga menjadikan kerapatan
lahan II. Suhu pada lokasi tersebut memiliki
dan konduktansi stomata tidak berbeda
rata-rata 24,07⁰C sedangkan kelembaban
secara signifikan (Wibowo, dkk, 2019).
memiliki rata-rata 70,2%. Lokasi I dan II
memiliki nilai suhu dan kelembaban yang Berdasarkan data pada analisis
tidak berbeda secara signifikan. Suhu dan kandungan unsur hara tanah dapat
kelembaban udara juga dipengaruhi oleh diketahui bahwa kadar air pada lahan I 7,19
lindungan tajuk tumbuhan. Vegetasi yang sedangkan kadar air pada lahan II 9,18.
memiliki tebal tajuk yang tinggi dengan jarak Kadar air lahan I memiliki nilai yang sedikit
tanam rapat lebih mampu menurunkan suhu dibandingkan kadar air lahan II. Dapat dilihat
dan lebih mampu meningkatkan bahwa pada luasan lahan I lebih besar
kelembaban udara, selain itu cahaya dibanding luasan lahan II sehingga akar
matahari yang lolos ke lantai hutan juga tanaman lebih banyak menyerap air di
lebih kecil. Pada nilai absorbansi klorofil a dalam tanah untuk digunakan dalam proses
lebih besar daripada nilai absorbansi klorofil metabolisme. Kadar air tanah merupakan
b, hal ini sesuai dengan jumlah kandungan suatu keadaan tanaman tidak akan dapat
klorofil a yang terdapat di dalam daun hidup tanpa air, karena air merupakan faktor
sengon, dimana kandungan klorofil a lebih utama yang berperan dalam proses fisiologi
banyak daripada klorofil b sehingga tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan dalam
menghasilkan nilai absorbansi yang lebih pertumbuhan tanaman bervariasi,
tinggi pada klorofil a. Pada tumbuhan tingkat tergantung pada jenis tanaman. Di samping
tinggi perbandingan klorofil a dan klorofil b itu penyerapan unsur hara dari tanah oleh
biasanya adalah 3:1 (Raden, dkk, 2008). akar terhambat, sehingga mempengaruhi
Pada keadaan normal, proporsi klorofil-a ketersediaan unsur N dan Mg yang
jauh lebih banyak daripada klorofil-b. berperan penting dalam sintesis klorofil

168
Febri Arif Cahyo Wibowo. et al. : Sistem Perbaikan Ekofisiologi ……. (8): 161-171

(Syafi, 2008). Kandungan klorofil dapat pemupukan unsur K dengan dosis yang
dipakai sebagai indikator yang terpercaya sedikit untuk mengantisipasi terjadinya
untuk mengevaluasi ketidakseimbangan kekurangan unsur K. Sengon yang
metabolisme antara fotosintesis dan hasil mengalami kekurangan unsur K akan
produksi pada saat kekurangan air (Li et al., menghambat proses fisiologi yaitu proses
2006). fotosintesis. Umumnya kehilangan unsur K
akibat terjadinya proses pencucian tanah
Faktor tanah diduga juga dapat
dan erosi. Unsur kalium sangat mudah
mempengaruhi rendahnya kandungan
untuk tercuci air hujan yang berbanding
klorofil a maupun klorofil b akibat kandungan
terbalik dengan unsur P. Kalium sendiri
unsur hara yang ada pada tanah tersebut.
dalam keadaan alamiah biasanya memiliki
Menurut Nugroho (2015) unsur hara N
ketersediaan yang rendah, dimana
menjadi unsur hara utama penyusun klorofil,
rendahnya kalium ini menurut Novizan
yang memiliki peranan penting dalam
(2002) dapat terjadi dikarenakan oleh
proses fotosintesis. Rumput dan tanaman
beberapa faktor antara lain pengambilan
yang menjalar diantara pohon-pohon
unsur kalium oleh tanaman, pencucian
sengon sebagai tanaman pakan sangat
kalium oleh air, dan erosi.
membutuhkan nitrogen untuk mendukung
pertumbuhannya karena nitrogen Hasil analisis pada lokasi kedua di Wagir
merupakan unsur esensial pada berbagai menunjukkan bahwa unsur N di dalam tanah
senyawa penyusun tanaman termasuk sebesar 0,13 % yang berada di bawah batas
unsur penyusun klorofil. Terdapat dua kritikal dan termasuk kategori rendah. Hal ini
macam klorofil yaitu klorofil a dengan rumus menunjukkan bahwa lokasi ini berbeda
molekul C55H72O5N4Mg dan klorofil b dengan dengan lokasi pertama dan memerlukan
rumus molekul C55H70O6N4Mg. Selain itu adanya penambahan pupuk berupa unsur N
pemberian pupuk urea mampu untuk mengatasi kekurangan dari unsur
meningkatkan kandungan klorofil daun, tersebut. Hal ini terjadi diduga disebabkan
sehingga mampu meningkatkan hasil unsur N yang berada di dalam tanah tidak
fotosintesis. Pengaruh pospor dalam tersedia bagi tanaman karena terikat oleh
pembentukan pigmen hijau pada daun unsur lain atau terbawa aliran air. Penyebab
tanaman dipengaruhi oleh faktor lain adalah karena tanah tidak mendapatkan
konsentrasi. Pospor mempengaruhi masukan berupa pupuk dari luar, sementara
stabilitas klorofil pada tanaman, terutama hara yang ada dalam tanah berasal dari
pada kondisi cuaca yang kurang hasil mineralisasi sisa tanaman yang hidup
menguntungkan (Bojović dan Stojanović, diatasnya. Pada awal pertumbuhan
2005). Oleh karena itu, untuk mendapatkan tanaman unsur N sangat dibutuhkan
hasil yang maksimal diperlukan sehingga pemberian pupuk dapat dilakukan
penambahan unsur P dalam bentuk pupuk secara tunggal maupun bersama-sama.
yang cukup. Sedangkan unsur K tidak Ketika suatu tanaman kekurangan unsur N
memberikan pengaruh langsung terhadap maka tanaman yang berada pada lahan
tanaman terutama perakaran tetapi dapat tersebut akan tumbuh kerdil dan sistem
mempengaruhi fisiologi tanaman itu sendiri. perakaran juga terbatas. Hal ini dapat dilihat
secara visual melalui daun sengon yang
Hasil analisis sifat kimia tanah pada
menguning dan mati. Selain itu adanya
lokasi pertama di Wagir menunjukkan
rumput atau tanaman menjalar yang ada
bahwa unsur N di dalam tanah sebesar 1,16
disekitar lahan II mengakibatkan unsur N
% yang berada diatas batas kritikal dan
menjadi lebih sedikit daripada lahan I. Unsur
tergolong nilainya sangat tinggi (Matana,
P memiliki nilai sebesar 77 ppm yang
2018). Hal ini menunjukkan bahwa lokasi
berada diatas batas kritikal dan tergolong
pertama di Wagir kebutuhan akan unsur N
sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
sudah sangat terpenuhi. Unsur P memiliki
hara P sukar tercuci oleh air hujan
nilai sebesar 204 ppm yang berada diatas
(Rosmarkan dan Yuwono, 2002).
batas kritikal dan tergolong nilainya sangat
Sedangkan unsur K pada lokasi kedua
tinggi pula. Hal ini menunjukkan bahwa
memiliki nilai sebesar 1,18 % yang berada
kemampuan tanaman dalam menyerap
diatas batas kritikal dan tergolong sangat
unsur hara lain juga tinggi. Sedangkan
tinggi. Strategi perbaikan ekofisiologi
unsur K pada lokasi pertama memiliki nilai
tanaman sengon yaitu dengan mengatur
sebesar 0,92 % yang berada pada batas
jarak tanam pada masing-masing lokasi
sedang (Matana, 2018). Hal ini
agar tanaman tidak ternaungi selain jarak
menunjukkan perlu dilakukan tindakan
tanam mempengaruhi tanaman ternanungi

169
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020

juga dapat mempengaruhi area iklim mikro Dahlia, M.S., Lukiaty, B., Kusumaputri, S.S.
pada sekitar lokasi sehingga dapat (2001). Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
membantu peningkatan suhu apabila jarak Malang, Indonesia: Fakultas MIPA UM.
tanam ideal, selain itu dalam nilai
Departemen Pertanian, 1983. Pedoman
kandungan tanah pada masing-masing
Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur-
lahan terdapat beberapa unsur yang kurang
sayuran. Departemen Pertanian Satuan
seperti nitrogen pada lahan 1 dan kalium
Pengendali BIMAS. Jakarta.
pada lahan 2 sehingga untuk
mengoptimalkan nilai kandungan tanah Eka, K. I. dan Husin, A. 2006. Interaksi
tersebut perlu penambahan unsur dari luar Kadar Pb dalam Daun dengan Presentasi
misalnya pupuk. Kerusakan Stomata Tanaman Glodogan
(Garcinia dulcis). FMIPA. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
SIMPULAN Hatta, M. 2006. Pengaruh Suhu Air
Penyiraman terhadap Pertumbuhan Bibit
Cabai (Capsicum annum L.). Agrista.
Suhu dan kelembaban secara bersama- 10(3): 136-141.
sama mempengaruhi klororfil b pada lahan II Helmi, Syafrizal. 2010. Analisis Data. USU
hal ini dikarenakan klorofil b pada lahan II Press. Medan
lebih besar sehingga meningkatkan potensi
tanaman ternanungi. Selain itu, unsur hara Lakitan B. 2002. Dasar-dasar klimatologi.
N, P, K memberikan respon positif terhadap Raja Grafindo Persada, Jakarta.
klorofil dan kerapatan stomata dikarenakan Li et al., 2006. North Am. J. Aquaculture, 68
nilai tanah masing-masing lahan dapat (1): 14-22. Document reference.
tergolong baik.
Matana, Y. R., dan Kumaunang, Jeanette.
2018. Kandungan Unsur Hara N, P, K
DAFTAR PUSTAKA Lahan Kelapa Komposit di Daerah
Gorontalo dan Banyuwangi. 32: 45-51.
Buletin Palma
Miskin, E.K, D.C. Babu, and D.N. Moss.
Anu O, Rampe HL, Palealu JJ. 2017.
1972. Inheritance and physiological
Struktur sel epidermis dan stomata daun
effects of stomatal frequency in barly.
beberapa tumbuhan suku euphorbiaceae.
Corp science 12: 780-783
Jurnal MIPA UNSRAT Online 6(1)69-73.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang
Balittanah. Balai Penelitian Tanah. 2004.
Efektif. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Nugroho, WS. 2015. Penetapan Standar
Tanah dan Agroklimat. Bogor Warna Daun Sebagai Upaya Identifikasi
Status Hara (N) Tanaman Jagung (Zea
Bojović, B and J. Stojanović. 2005.
mays L.) pada Tanaman Regosol. Planta
Chlorophyll and carotenoid content in
Tropika Journal of Agro Science 3(1): 8-
wheat cultivars as a function of mineral
15
nutrition. Arch. Biol. Sci. 57 (4):283-290
Parwito, U. 2016. Pemanasan Global-
Carter GA, Knapp AK. 2001. Leaf optical
Protokol Kyoto dan Penerapan Kaidah
properties in higher plants: Linking
Arsitektur Ekologis. J. Ilmiah KORPRI
spectral characteristics to stress and
Kopertis Wilayah IV. 1(1): 1-11.
chlorophyll concentration. American J
Botany. 84: 677-684. Pratama, A.J, dan Laily, A.N. 2015. Analisis
Kandungan Klorofil Gandasuli
Dahlan EN. 2007. Analisis kebutuhan luasan
(Hedychium gardnerianum Shephard ex
hutan kota sebagai sink gas CO2
Ker-Gawl) pada Tiga Daerah
antropogenik dari bahan bakar minyak
Perkembangan Daun yang Berbeda.
dan gas di Kota Bogor dengan
Prosiding KPSDA; Malang,2015.
pendekatan sistem dinamik [disertasi].
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi,
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pendidikan Sains, PKLH-FKIP UNS.

170
Febri Arif Cahyo Wibowo. et al. : Sistem Perbaikan Ekofisiologi ……. (8): 161-171

Raden, Ince, Bambang, dkk. 2008. Rendah. Departemen Agronomi dan


Karakteristik Daun Jarak Pagar (Jatropa Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut
curcas L.) dan Hubungannya dengan Pertanian Bogor. Bogor
Fotosintesis‖, Jurnal Buletin Agronomi,
Syafi, S. 2008. Respons Morfologis dan
Vol. 36, No. 2, 2008, h. 168.
Fisiologis Bibit Berbagai Genotipe Jarak
Rai, P. K., et al. 2013. Comparative Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap
assessment of air pollution tolerance Cekaman Kekeringan. Tesis. IPB. Bogor
index (APTI) in the industrial (Rourkela)
Wibowo, F. A. C, dkk. 2019. Ekofisiologi dan
and non industrial area (Aizawl) of India:
Peluang Pengembangan Durian (Durio
An eco-management approach. African J
zibethinus) Dengan Sistem Agroforestri di
Env Sci Tech, 7(1): 944-948.
Lereng Selatan Gunung Merapi,
Rosmarkam, A., Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Indonesia. Jurnal Ilmu Kehutanan 13S
Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. (2019)
Salama, H. M. H, Al-Rumaih, M. M., Al- Xu, H., Liu, Q., Yao, T. & Fu, X. (2014)
Dosary, M. A. 2011. Effect of Riyadh Shedding Light on Integrative GA
cement industry pollutions on some Signaling. Current Opinion in Plant
physiological and morphological factors of Biology. 21, 89–95.
Datura innoxia Mill, Plant. Saudi J Bio Sci.
Yunia dan Banyo, ―Konsentrasi Klorofil
18: 227-237.
Daun sebagai Indikator Kekurangan Air
Sulistyowati, D., dkk. 2016. Karakter pada Tanaman, Jurnal Ilmiah Sains, Vol.
Fotosintesis Genotipe Tomat Senang 11, No.1, 2011, h. 2-3.
Naungan pada Intensitas Cahaya

171

You might also like