Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

J. Agroland 22 (1) : 49 - 56, April 2015 ISSN: 0854 - 641X E-ISSN: 2407 - 7607

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

J.

Agroland 22 (1) : 49 – 56, April 2015 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

UPAYA ADAPTASI UBI BANGGAI (Dioscorea spp) JENIS


“BAKU SOMBOK” DI DAERAH PALU DENGAN INPUT
TEKNOLOGI “INTEGRATED SOIL FERTILIZER MANAGEMENT”

Adaptation Efforts Ubi Banggai (Dioscoreaspp) Type" Baku Sombok"


Inputin the Palu AreaWith Technology
"Soil Fertilizer Integrated Management"
Amiruddin Sahabu1), Muhd Nur Sangadji2), Muhardi2)

1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu,


e-mail : amir_adjha@yahoo.co.id
2)
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, e-mail :
muhdrezas@yahoo.com, e-mail : bedepe_adi@yahoo.co.id

ABSTRACT

The main objective of this study was to identify the adaptation of Banggai Yum (Dioscorea
spp) "Baku Sombok" in Palu area under the application of technology inputs i.e. integrated soil
fertilizer management. This study used a randomized block design (RBD) in which treatments were
seven combinations of inorganic fertilizers, organic fertilizers and mulches. Each treatment
consisted of 3 groups so that there were 21 experimental units.There was no significant effect on all
parameters of growth components, except on plant height at 74 and 102 days after planting (DAT).
The effect on production components such as, tuber product (t ha-1), tuber fresh weight (kg), tuber
diameter (cm), tuber length (cm), number of tuber, number of plants with bulbs were also not
significant. However, it was significant on tuber fresh weight. Different effect appears on the mulch
treatment and with no mulch treatments. It is suggested that the results would be better if the mulch
treatment are combined with inorganic and organic fertilizers.

Key Words : Anorganic Fertilizers, Organic, Rice Straw Mulch, Ubi Banggai Type "Baku Sombok".

PENDAHULUAN karena itu upaya pengembangan pangan


sumber karbohidrat alternatif sesuai dengan
Tantangan pengadaan beras nasional potensi wilayah mendesak harus dilakukan.
pada masa yang akan datang semakin berat Beragam jenis tanaman dapat dikembangkan
karena antara lain: (a) konversi lahan sawah sebagai sumber karbohidrat, antara lain
menjadi lahan non pertanian seperti untuk tanaman umbi-umbian, yang salah satunya
perumahan, infrastruktur, industri dan lahan adalah Ubi Banggai (Solikin. 2009).
non pertanian lainnya yang meningkat Umbi-umbian dapat dimanfaatkan
secara signifikan, terutama di pulau Jawa sebagai alternatif pengganti bahan pangan
dan Bali, (b) pencetakan sawah-sawah baru non beras. Umbi-umbian mempunyai
belum berhasil dengan baik, dan (c) laju keunggulan yakni mempunyai kandungan
peningkatan produktivitas padi sangat karbohidrat yang tinggi yang bermanfaat
rendah (BPS, 2004). sebagai sumber tenaga. Tercatat sekitar 50-
Kenyataan tersebut mengindikasikan 60 spesies Dioscorea yang dibudidayakan
bahwa ketahanan pangan nasional akan dan telah dimanfaatkan sebagai tanaman
sangat riskan jika hanya mengandalkan satu pangan dan obat. Dioscorea (uwi) merupakan
komoditas pangan utama yaitu beras. Oleh salah satu tanaman pangan berkarbohidrat

49
tinggi, mengandung 63,31% pati, 6,66% pertumbuhan dan hasil produksi ubi
protein dan 0,64% lemak, dapat dimanfaatkan banggai secara berkelanjutan, sehingga
sebagai bahan pangan non beras (Ariesta, membuka peluang perluasan (ekstensifiksi)
2004). pengembangannya. Hal lain dari penelitian
Provinsi Sulawesi tengah memiliki ini, diharapkan dapat digunakan pemerintah
berbagai flora yang spesifik, salah satu dan petani untuk meningkatkan produktivitas
diantarnya adalah ubi banggai. Tanaman ini dan kualitas umbi. Nilai tambah produknya
merupakan tanaman pangan yang berupa tepung untuk bubur bayi dari ubi
dikonsumsi sebagai makanan pokok banggai yang kaya serat dan antioksidan
penduduk asli masyarakat banggai, karena dan produk lainnya berguna untuk gizi dan
tanaman yang lain seperti padi sangat sulit ekonomi masyarakat (Juanda dkk., 2000).
untuk dikembangkan di daerah tersebut, Hal Berdasarkan masalah yang
dikemukakan di atas, maka diupayakan
ini berhubungan dengan tidak adanya
penelitian tentang upaya adaptasi ubi
fasilitas pengairan dan topografi daerah
banggai dengan berbagai media tumbuh di
yang bergunung. Tanaman ubi banggai
luar pulau Banggai. Untuk meningkatkan
dibudidayakan secara tradisional dengan produksi pertanian disertai dengan perbaikan
system pertanian berpindah-pindah (Rahmatu daya dukung lahan diantaranya dengan
dkk., 2003). ISFM akan memberikan peningkatan
Jenis tanaman ubi ini dapat pertumbuhan dan hasil produksi di bawah
dikategorikan sebagai tanaman endemik kondisi perubahan iklim.
(spesifik local) Di Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah. Selain bernilai endemik, BAHAN DAN METODE
tanaman ubi banggai juga telah lama
menjadi bahan pangan asli (native food) Penelitian ini dilakukan Di Bumi
yang dikomsumsi masyarakat lokal. Oleh Roviga Kelurahan Tondo, Kecamatan
karena itu maka tanaman ini dapat Mantikulore, kota Palu Sulawesi Tengah,
dikembangkan sebagai salah satu komoditas yang dimulai pada bulan Januari sampai
uggulan untuk pangan alternative penganti dengan agustus 2014.
beras. Sayangnya penelitian berkaitan Peralatan yang digunakan pada
dengan pengembangan komoditas ubi penelitian ini adalah sekop, cangkul, sabit,
banggai ini belum banyak dilakukan. ember, mistar, alat tulis menulis dan kamera
Akibatnya, informasi yang tentang jumlah digital (alat dokumentasi). Sedangkan bahan
dan jenis ubi banggai serta daya adaptasi yang digunakan adalah umbi Ubi Banggai
tumbuhnya belum diketahui secara lengkap. sebagai bahan bibit Jenis “Baku Sombok”
Kondisi ini menarik untuk dikaji agar yang diperoleh dari Daerah asalnya, pupuk
potensi ubi banggai dapat ditingkatkan nilai Anorganik (urea, ZA, SP – 36, KCL, Dolomit,
gizi serta manfaat ekonominya sehingga dan kiserit), pupuk Organik, dan mulsa
lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia jerami padi.
(Rahmatu dkk., 2003). Penelitian ini menggunakan Rancangan
Untuk mengetahui produktivitas Acak Kelompok (RAK) sebagai perlakuan
dan kualitas ubi banggai dari sisi fisik dan adalah pupuk anorganik, organik dan mulsa
kimia yang ada di wilayah tersebut. Diduga yang terdiri dari 7 kombinasi, masing-
perubahan wilayah akibat pemekaran dan masing terdiri dari 3 kelompok sehingga
aktivitas masyarakat dalam hal alih fungsi terdapat 21 unit pecobaan. Perlakuan yang
lahan akan mengurangi jumlah dan jenis, berpengaruh nyata di uji lanjut dengan uji
produktivitas dan kualitas yang tersedia beda nyata jujur (BNJ) taraf 5%.
dan kemungkinan akan memusnahkan
ubi banggai tersebut. Maka dari itu Pelaksanaan Penelitian. Lahan yang
dilakukan pengembangan produktivitas digunakan adalah lahan di halaman Kampus
dan kualitas ubi banggai di kota palu Politeknik Palu, yang sebelumnya sudah
dengan memanfaatkan media terbaik untuk diratakan menggunakan alat berat (bulduser),

50
dan setelah itu dilakukannya pengukuran bibit yang tidak tumbuh), penyiangan,
lahan yang akan digunakan untuk penelitian dilakukan secara manual, yaitu dengan
ubi banggai, sekaligus diolah dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di bedengan
mencanggkul serta digemburkan dengan atau sekitar tanaman yang berpotensi sebagai
menggunakan cangkul dan sekop kemudian pengganggu tanaman utama.
tanah dibersihkan dari kotoran dan gumpalan Panen. Pemanenan pada ubi banggai
tanah. dan dibuat plot persegi empat dengan dilakukan pada umur 170-180 (HST) dan
ukuran 150 cm x 200 cm dengan jarak daun tanaman mengering beserta berguguran
antara bedeng 75 cm dan jarak antara sampai kurang lebih 85 %. Setelah dipanen
barisan 100 cm. umbi dicuci dengan air untuk mengeluarkan
Penyiapan umbi ubi banggai sebagai tanah di kulit umbi. Setelah itu umbi
bahan bibit didatangkan langsung dari dipisahkan, dan dibersihkan dari tanah,
Banggai Kepulauan dan diperbanyak kemudian ditimbang untuk mendapatkan
dengan stek umbi yaitu umbi diiris bentuk berat segar umbi/tanaman.
menyerupai huruf U, lebar 3 cm dan
panjang 5-7 cm. Umbi ditanam dengan cara Variabel Pengamatan
ditugal, sebanyak 1 umbi bibit perlubang 1. Persentase Bibit yang Tumbuh. Diamati 1
tanam dengan membuat lubang tanam kali pengamatan pada umur 46 HST
sedalam 5 – 7 cm, umbi diletakkan di bawah, 2. Jumlah Tunas. Diamati dengan ketentuan
kemudian ditutup dengan tanah, dengan tunas umbi yang telah berdaun yang
jarak tanam 100 cm x 75 cm. diamati 2 (dua) minggu.
Aplikasi Perlakuan. Pemberian pupuk 3. Tinggi Tanaman. Diukur dari permukaan
dengan dosis/ha dengan cara hitung dosis tanah hingga ujung tanaman tertinggi,
pupuk, luas percobaan dibagi luas lahan setiap (dua) minggu.
dikali dosis pupuk/ha : SP-36 26 g dosis/ Komponen Hasil
petak, KCL 38 g dosis/petak, Dolomit 87 g
1. Persentase Tanaman berumbi. Persentase
dosis/petak, Kiserit 111 g dosis/petak, ZA
tanaman berumbi dengan menghitung
63 g dosis/petak. Semua pupuk tersebut
tanaman yang menghasilkan umbi
diberikan 1 kali setelah 37 HST. Pupuk
dipanen pada setiap petak.
organik diberikan 1 kali setelah 38 HST,
2. Panjang Umbi. Panjang umbi diukur
dengan cara ditaburkan merata di sekeliling
mulai dari pangkal umbi sampai ujung
tanaman sebanyak 6 kg dosis/petak. Mulsa
umbi.
jerami padi ditaburkan diatas tanah sampai
3. Diameter Umbi. Diameter umbi diukur
menutupi permukaan sekitar 1,5 kg
dengan cara mengukur lingkaran bagian
dosis/petak diberikan 1 kali setelah 39 HST.
umbi.
Pupuk urea 76 kg dosis/petak diberikan 1
4. Jumlah Umbi. Jumlah umbi dihitung
kali selang 4 minggu, kemudian ditempelkan
seluruh umbi yang terdapat dalam setiap
label sesuai dengan perlakuaan yang diberikan
petak.
setelah aplikasi perlakuan.
5. Berat Segar Umbi/Petak. Umbi dipisahkan,
Pemeliharaan. Umbi yang telah tumbuh dan dibersihkan dari tanah, kemudian
dibuatkan tiang patok untuk perambatan ditimbang untuk mendapatkan berat
tanaman dan penyiraman (sesuai kondisi segar umbi/tanaman.
tanaman dengan volume air yang sama 6. Produktivitas umbi. Untuk menentukan
yaitu 2 aqua gelas setiap tanaman, mulai Produktivitas umbi yaitu umbi dipisahkan
pada saat tanam sampai menjelang dari pohonnya, kemudian umbi ditimbang.
pemanenan, dengan melihat keadaan curah Produktivitas lahan ditentukan melalui
hujan untuk semua perlakuan, penyulaman persamaan berikut :
(mengganti umbi ubi banggai sebagai bahan

51
Produktivitas Umbi (ton/ha) menghasilkan rata-rata persentase bibit
10.000 m 2
= 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 × hasil/petak yang tumbuh tertinggi pada perlakuan
𝑚2
pupuk organik pada umur 74 HST yaitu
88,89%. Ini menunjukkan bahwa pada
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman ubi banggai mempunyai masa
dormansi yang lama untuk mencapai 100%.
Komponen Pertumbuhan Dormansi pada umbi dapat
Tinggi Tanaman. Data pengamatan tinggi disebabkan oleh keadaan fisik, keadaan
tanaman ubi Banggai disajikan pada Tabel 1 fisiologis dari embrio atau kombinasi dari
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah kedua keadaan tersebut. Faktor-faktor yang
tunas dilakukan pada saat umur tanaman menyebabkan hilangnya dormansi pada
46HST-186 HST setiap (dua) minggu. umbi sangat bervariasi tergantung pada jenis
Hasil analisis statistik menunjukkan tanaman dan tentu saja tipe dormansinya,
bahwa semua perlakuan tidak memberikan antara lain yaitu : karena temperatur sangat
pengaruh nyata pada semua parameter rendah dimusim dingin, perubahan temperatur
pengamatan kecuali terhadap tinggi tanaman silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya
pada 74 HST dan 102 HST. kemampuan untuk memperoleh zat-zat
Berdasarkan Tabel 1 hasil analisis penghambat perkecambahan, adanya dari
statistik menunjukkan adanya pengaruh mikroorganisme (DwiSusanto. 2010).
nyata perlakuan terhadap tinggi tanaman Komponen Hasil. Berdasarkan hasil
pada umur 46 HST dan 74 HST, dengan analisis statistik menunjukkan bahwa Input
rata-rata tertinggi pada perlakuan kombinasi Teknologi “integrated Soil Fertilizer
pupuk organik , mulsa jerami padi pada Manajemen” yang dicobakan pada ubi
umur 186 HST yaitu 367,33 cm. Ini banggai tidak memberikan pengaruh nyata
menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif pada semua parameter pengamatan,
tanaman hanya sampai pada umur 186 HST. Komponen hasil selama pengamatan
Jumlah Tunas. Berdasarkan hasil analisis disajikan pada Tabel 2.
statistik menunjukkan bahwa input teknologi Berdasarkan hasil analisis statistik
integrated Soil Fertilizer Manajemen yang menunjukkan bahwa input teknologi
dicobakan pada ubi banggai memberikan “integrated soil fertilizer manajemen”
pengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas, (ISFM) tidak memberikan pengaruh nyata
rata-rata terbanyak pada jumlah tunas terhadap produksi umbi, berat segar umbi,
tanaman pada perlakuan kombinasi pupuk diameter umbi, panjang umbi, jumlah umbi
organic, mulsa jerami padi pada umur 116 tanaman/pohon, dan jumlah tanaman
HST yaitu 1,11. berumbi perpetak.
Ini menunjukkan bahwa batas
pertambahan tunas tanaman hanya sampai Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman 74 HST
pada umur 116 HST. dan 102 HST
Munculnya tunas tanaman sangat Perlakuan
74 102
bervariasi antara aksesi yang dikoleksi, HST HST
berkisar dari 1 minggu hingga lebih dari 2 tanpa perlakuan (kontrol) 23,50a 72,11a
Pupuk anorganik 71,17b 109,17a
bulan. Variasi tersebut meliputi umur umbi Pupuk organik 52,83ab 93,67a
saat dipanen, lama umbi disimpan, sehingga Pupuk anorganik + mulsa 46,67ab 110,17a
menyebabkan tingkat dormansi umbi yang Pupuk organik + mulsa 70,00b 97,33a
berbeda-beda (DwiSusanto. 2010). Pupuk anorganik + organik 50,17ab 91,00a
Pupuk anorganik + pupuk 47,17ab 77,50a
Persentase Bibit yang Tumbuh. Data organik + mulsa
pengamatan persentase bibit yang tumbuh, BNJ 5% 35.63 75.29
menunjukkan bahwa input teknologi ISFM Ket, : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak
yang dicobakan pada ubi banggai berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

52
Tabel 2. Rata-rata Persentase Tanaman berumbi, Panjang Umbi, Jumlah Umbi.
Persentase Panjang
Jumlah
Perlakuan Tanaman Umbi
Umbi
berumbi (cm)
Kontrol (A) 2.33 17.00 2.33
Pupuk anorganik (B) 2.33 12.72 2.33
Pupuk organic (C) 3.00 13.22 3.00
Pupuk anorganik + mulsa (D) 3.67 11.93 4.00
Pupuk organik + mulsa jerami padi (E) 3.67 11.19 3.67
Pupuk anorganik + organik (F) 3.00 15.31 3.00
Pupuk anorganik + pupuk organik + mulsa jerami padi (G) 2.67 16.57 2.67
Anova tn tn tn
Ket : tn = tidak nyata

Tabel 3. Rata-rata Produksi Umbi, Diameter Umbi, Berat segar umbi.


Produksi Berat
Diameter
Perlakuan Umbi Segar
Umbi
ton/ha Umbi (kg)
Kontrol (A) 2,6 5,74 0.62
Pupuk anorganik (B) 1,8 5,43 0.54
Pupuk organic (C) 1,6 5,23 0.48
Pupuk anorganik + mulsa (D) 3,1 5,28 0.94
Pupuk organik + mulsa jerami padi (E) 1,8 5,57 0.55
Pupuk anorganik + organik (F) 1,5 5,54 0.47
Pupuk anorganik + pupuk organik + mulsa jerami padi
2,8 5,69 0.85
(G)
Anova
tn tn tn
Ket : tn = tidak nyata

Berdasarkan data pada Tabel 2 dan 3 jumlah daun yang dihasilkan maka peluang
menunjukan bahwa hasil rata-rata produksi untuk menghasilkan bobot segar juga tinggi.
umbi tanaman yang terbanyak pada perlakuan Hasil rata-rata Diameter umbi
kombinasi pupuk anorganik, mulsa jerami tanaman yang terbesar pada perlakuan
padi yaitu 3,1 ton/ha. Produksi ubi banggai tanpa input pemberian “integrated Soil
umumnya masih rendah. Hal ini disebabkan Fertilizer Manajemen” (kontrol) yaitu 5,74
masih kurangnya penyediaan umbi bibit (π). Hasil rata-rata panjang umbi (cm)
berkualitas, berdaya hasil tinggi, merupakan tanaman yang tertinggi pada perlakuan
masalah utama dalam produksi. tanpa input pemberian “integrated Soil
Hasil rata-rata berat segar umbi yang Fertilizer Manajemen” (kontrol) yaitu 17,00
terbanyak pada perlakuan kombinasi pupuk (cm). Hasil rata-rata jumlah umbi tanaman
anorganik, mulsa jerami padi yaitu 0,94. yang terbanyak pada perlakuan kombinasi
Hal ini disebabkan Permukaan daun yang pupuk anorganik, mulsa jerami padi yaitu
luas yang memungkinkan penangkapan 4.00. Hasil rata-rata Jumlah tanaman
cahaya dan CO2 yang kurang efektif, berumbi yang terbanyak pada perlakuan
sehingga laju fotosintesis kurang meningkat. kombinasi pupuk anorganik, mulsa jerami
Jumlah daun dan luas daun berhubungan padi yaitu 3.67.
dengan pembentukan anakan dan jumlah Kondisi ini diduga bibit yang
umbi kemudian hal ini berpengaruh pada digunakan tidak seragam, tanah yang
bobot segar tanaman. Semakin banyak digunakan tidak subur dan dosis pupuk yang
53
diberikan tidak mencukupi kebutuhan hara menyebabkan kenaikan jumlah pupuk yang
yang dibutuhkan hara pada tanaman ubi harus diberikan kedalam tanah untuk
banggai. Kondisi ini merupakan salah satu memperoleh hasil yang dinginkan (Sarief.
faktor yang menyebabkan tidak menunjukkan 1989)
ada hubungan atau perbedaan signifikan Pemupukan tanaman memungkin
pada data pengamatan. kan tanaman tumbuh optimal karena
Berdasarkan hasil analisis tanah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan.
bahwa lahan percobaan yang digunakan Kondisi ini ditunjukkan oleh pertumbuhan
termasuk tanah yang asam yaitu (pH 5,50) tanaman ubi banggai dengan perlakuan
dan dosis pupuk yang diberikan tidak input teknologi “integretid soil fertilizer
mencukupi kebutuhan manajemen” (ISFM). Dapat dimengerti
Tanah yang asam pada dasarnya bahwa keterbatasan unsur hara menyebab
kekurangan unsur hara makro seperti N, P, kan sejumlah proses fisiologi tanaman
K, Ca, Mg, ZA dan S. Nitrogen merupakan mengalami gangguan, kelebihan unsur hara
hara makro utama yang sangat penting makro mengakibatkan warna daun terlalu
untuk pertumbuhan tanaman, fospor (P) hijau, tanaman rimbun dengan daun, proses
dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, pembuangan menjadi lama, adenium bakal
kalium (K) hara utama ketiga setelah N dan bersifat sekulen karena mengandung banyak
K. Pemberian pupuk anorganik, organik dan air hal itu menyebabkan rentan serangan
mulsa jerami padi diharapkan dapat penyakit dan mudah roboh, produksi
memberikan pengaruh pada pertumbuhan bunga menurun, kelebihan P menyebabkan
tanaman (Rosmarkam, dkk., 2002) penyerapan unsur lain terutama unsur mikro
Menurut (Hanafiah, 2013) untuk seperti besi (Fe) terganggu, kelebihan K
penanaman pada tanah yang pHnya tidak menyebabkan penyerapan Ca dan Mg
sesuai perlu perbaikan pH untuk mencapai terganggu. Akibat gangguan terhadap serapan
pH ideal. Pada tanah alkalin, penurunan pH unsur hara mikro maka pertumbuhan
dapat dilakukan dengan penambahan sulfur tanaman terhambat sehingga tanaman
atau bahan besulfur, agar yang dilepaskan menjadi tidak optimal. Kekurangan unsur
membentuk asam sulfur pemasam tanah, hara mikro seperti Fe mengakibatkan warna
sedangkan pada tanah masam peningkatan kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan
pH dan sekaligus peningkatan kejenuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan
basa dapat dilakukan dengan pengapuran. mati pucuk, tulang daun yang berwarna
Kapur karbonat atau kalsit (CaCo3) dipasar hijau berubah kekuningan kemudian
dikenal dengan “kaptan” jika terhidrolisi memutih, pertumbuhan tanaman seolah
akan menghasilkan ion hidroksil penaik pH terhenti. Kekurangan boron (B) ditandai
dan kation Ca peningkat kejenuhan basa. dengan tepi daun mengalami klorosis mulai
Pengaruh pemupukan suatu unsur dari bawah daun kemudian mengering dan
hara terhadap hasil terlihat nyata bila unsur akhirnya mati, pada tanaman bercabang,
lain dalam tanaman tersebut cukup tersedia, ruas tanaman memendek, batang keropos,
rekomendasi pemupukan diberikan setelah pembentukan cabang tumbuh sejajar
faktor-faktor yang lain dianggap optimal, berdampingan. Kekurangan tembaga (Cu)
jumlah dan nisbah pemupukan dipengaruhi ditandai dengan daun berwarna hijau
oleh tujuan pemupukan, jenis tanah dan kebiru-biruan, ujung daun secara tidak
kadar hara tersedia dalam tanah. Pada tanah merata ditemukan layu, terkadang terjadi
asam unsur P disemat oleh ion Al dan Fe klorosis meski jaringannya tidak mati,
yang banyak larut dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal
unsur P menjadi tidak tersedia untuk membentuk bunga. Gejala kekurangan
tanaman. Adanya kemampuan beberapa mangan (Mn) ditandai dengan pertumbuhan
jenis tanah untuk menyemat hara tanaman tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan

54
atau kemerahan, jaringan daun dibeberapa tertentu sehingga pertumbuhan tanaman
tempat mati, serta biji yang terbentuk tidak menjadi tidak optimal bila dibandingkan
sempurna. Kekurangan seng (Zn) ditandai dengan penggunaan pupuk secara tunggal.
dengan daun tua berwarna kekuningan atau Menurut (Rosmarkam, dkk., 2002) bahwa
kemerahan, daun berlubang, mengering dan kekurangan atau kelebihan unsur hara akan
akhirnya mati. Kekurangan molibedenum berdampak buruk bagi tanaman.
(Mo) ditandai dengan warna daun memudar,
keriput dan mengering, pertumbuhan KESIMPULAN DAN SARAN
tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati
(Sarief. 1989). Kesimpulan
Lain halnya yang mengalami Berdasarkan hasil penelitian yang
kekurangan unsur hara Nitrogen akan dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
menyebabkan pertumbuhan lambat/kerdil, Input Teknologi “integrated Soil Fertilizer
daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek Manajemen” yang dicobakan pada tanaman
dan tegak, daun-daun tua cepat menguning Ubi banggai di lahan kering Daerah Palu,
dan mati Sedangkan bila kekurangan unsur tidak berpengaruh nyata terhadap komponen
Pospor atau kalium tanaman mengalami pertumbuhan pada semua parameter
buah dan biji berkurang, kerdil, daun pengamatan kecuali terhadap tinggi
berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang tanaman pada 74 HST dan 102 HST.
sehat) dan Batang dan daun menjadi Pada komponen hasil untuk semua
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap parameter pengamatan tidak berpengaruh
kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung nyata, namun pada berat segar tanaman Ubi
daun menguning dan kering, timbul bercak banggai dengan Input Teknologi “integrated
coklat pada pucuk daun akibatnya adalah Soil Fertilizer Manajemen” yang dicobakan
tanaman tidak tumbuh normal (Wijaya, pada tanaman Ubi banggai di lahan kering
2008). Daerah Palu menunjukkan ada hubungan
Kondisi sebaliknya bila unsur hara atau perbedaan signifikan pada perlakuan
tersebut tersedia dalam jumlah yang lebih adanya mulsa dan tanpa mulsa.
banyak memungkinkan tanaman akan
mengalami keracunan. Kondisi ini diduga Saran
terjadi pada aktivitas ISFM tersebut Berdasarkan penelitian yang telah
adalah pengurangan pembajakan dan dilakukan, penulis menyarankan perlu
mempertahankan sisa-sisa tanaman serta adanya penelitian lebih lanjut tentang
menggunakan kombinasi pupuk kimia dan adaptasi budidaya ubi banggai (Dioscorea
pupuk kandang. dimana pemberian kombinasi spp) jenis “Baku Sombok” dengan input
pupuk anorganik, pupuk organik dan mulsa
teknologi yang lebih baik.
jerami padi diduga terjadi kelebihan unsur

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, K. 2004. Umbi-Umbian yang Berjasa yang Terlupa. Simpul Pangan Jogjakarta. Yayasan
Kehati.

BPS. 2004 Statistik Indonesia 2003. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Dwi Susanto. 2010. Pertumbuhan Umbi Dioscorea Alata Pada Perlakuan Pemberian Bahan Organik
Dan Pupuk Npk. Mulawarman Scientifie, Volume 9, Nomor 1, : 103-106.

Hanafiah K.A. 2013. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

55
Juanda, Cahyono dan Guritno, B., 2000. Teknologi Peningkatan Produktifitas Tanaman Umbi-
Umbian, Trubus 230.

Rahmatu, R., Ramadhanil dan Nasiru,R., 2003 inventarisasi dan identifikasi Ubi Banggai. Dinas
pertanian Tanaman Pangan Kab.Banggai..

Rosmarkam, A dan Yowono, N,W, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius Yogyakarta.

Sarief, S., 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Suryatna, S., 2000. Pupuk dan Pemupukan. Media Tanam Sarana Perkasa. Jakarta.

Sutopo. L, 2004.Teknologi benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solikin. 2009.Dioscorea sebagai bahan pangan. Prosiding seminar nasional peranan ilmu dan
teknologi pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan. FTP UNUD: 32-38.

Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. P. 9-9

56

You might also like