Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Dinda Intan Pratiwi Artikel (4214046)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PERMUKAAN TANAH DI KEBUN KOPI DESA

BELUMAI KECAMATAN PADANG ULAK TANDING KABUPATEN REJANG LEBONG

Oleh: Dinda Intan Pratiwi1, Destien Atmi Arisandy, M.Pd.2, Yuli Febrianti, M.Pd.Si.3
1
Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Jurusan Pendidikan Biologi
Email: dindaintan902@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the types of soil surface insects, abotic factors and index of insect
diversity of soil surface in the Coffee Garden of the Masihai Village, Padang Ulak Tanding District,
Rejang Lebong Regency. The research method used is qualitative descriptive. Data collection
techniques in research conducted observations, observation of samples and documentation. The
results showed that there were 7 types of soil surface insects, namely Hymenoptera, Blattaria,
Araneae, Orthoptera, Diplopoda, Lepidoptera, and Scorpionida. Families namely Formicidae,
Blattellidae, Salticidae, Gryllidae, Lulusidae, Lymantriidae, and Buthidae with 7 species,
Dolichoderus bituberculatus, Blatella sp, Plexippus paykuli, Gryllus assimilis, Lulus sp, Lymantria
marginata, and Lychas mucronatus. The air temperature at the three study locations showed that
during the three days of research station I had a temperature of 22°C-33°C, Station II has a
temperature of 26°C-33°C, and station III has a temperature with a range of 27°C-32°C. Soil
moisture in the three study locations ranged from 20% -80%. The pH of the soil in the three study
locations was in the range of 6-7. Diversity index at station I is 0,785 classified as low diversity,
station II is 1,177 classified as medium diversity, and station III is 0,556 classified as low diversity.

Keywords: Diversity, Soil Surface Insect and Coffee Garden

A. Pendahuluan hidup. Serangga tanah memiliki potensi yang


Serangga adalah kelompok hewan tidak ternilai terutama dalam membantu
dengan jumlah terbanyak di dunia. Lebih perombakan bahan organik tanah, juga
800.000 jenis serangga sudah ditemukan. menjadi salah satu penyeimbang lingkungan.
Serangga terbagi lagi menjadi kelompok- Beberapa diantaranya serangga tanah bisa
kelompok, diantaranya bangsa capung sebagai untuk indikator tingkat kesuburan
(Odonata) sebanyak 5.000 jenis serangga, suatu tanah atau kondisi suatu tanah.
bangsa belalang (Orthoptera) sebanyak (Rachmasari, 2016: 189).
20.000 jenis, bangsa kupu-kupu dan ngengat Kehidupan serangga permukaan tanah
(Lepidoptera) sebanyak 170.000 jenis, bangsa tergantung pada tempat tinggalnya karena
lalat dan kerabatnya (Diptera) sebanyak padatnya populasi suatu jenis dan keberadaan
120.000 jenis, bangsa kepik (Hemiptera) hewan tanah ditentukan oleh situasi tempat
sebanyak 82.000 jenis, bangsa kumbang tinggalnya tersebut. Keberadaan populasi,
(Coleoptera) sebanyak 360.000 jenis, bangsa jenis dan aktivitas organisme dalam tanah
semut dan lebah (Hymenoptera) sebanyak 110 tergantung pada faktor lingkungan (abiotik
jenis (Saktyowati, 2010:1). dan biotik). Faktor lingkungan abiotik yang
Serangga tanah adalah salah satu mempengaruhi seperti suhu, kadar air, pH dan
kelompok yang sering diabaikan padahal kadar organik. Sedangkan faktor biotiknya
kehidupan kelompok serangga tanah ini misalnya tumbuh-tumbuhan, mikroflora dan
memiliki hubungan yang sangat bergantung kelompok hewan lain. Jadi dari faktor biotik
pada situasi lingkungan sekeliling tempat dan abiotik tersebut sangat mempengaruhi

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 1
(September, 2018)
kehadiran suatu serangga permukaan tanah Bahan yang digunakan antara lain
(Suin, 2012:119). Habitat yang akan yaitu: alkohol 70%, roti, gula, detergen. Alat
digunakan dalam penilitian ini ialah kebun yang digunakan adalah gelas plastik (dengan
kopi di Desa Belumai Kecamatan Padang luas permukaan 51,5 cm²), bambu, triplek,
Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong. linggis, alat tulis, kertas label, soil tester,
Serangga umumnya hidup di serasah- termometer dan mistar. Dalam menentukan
serasah sebagai tempat hidup dan sumber kebun yang akan dijadikan lokasi penelitian
makanannya. Sisa-sisa tumbuhan membentuk yaitu menggunakan metode random sampling
bahan organik tanah yang bila terurai berdasarkan kepemilikan kopi.
seluruhnya akan menjadi humus. Kondisi
seperti ini tentunya dapat menyuburkan tanah C. Prosedur Penelitian
dan baik untuk tanaman terutama kopi 1. Observasi
(Hamama, 2017:32). Dilaksanakan untuk mengetahui situasi
Dimana kebun kopi yang akan lokasi penelitian yaitu pada kebun kebun
dijadikan tempat penelitian berada di Desa kopi Desa Belumai Kecamatan Padang
Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding, Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rejang Rejang Lebong. Kawasan yang nantinya dapat digunakan sebagai
kebun kopi belumai ini 30 Ha. Luas area yang dasar dalam penentuan metode dan teknik
digunakan untuk penelitian adalah 10% dari pengambilan sampel.
luas ±30 hektar jadi luas area yang digunakan 2. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
3 hektar (Rachmasari, 2016:191). Lokasi Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 3
penelitian dibedakan menjadi stasiun I lokasi penelitian di kebun kebun kopi Desa
tempatnya sedikit nauangan pohon, tanahnya Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding.
kering dan gersang, stasiun II tempatnya Dalam menentukan kebun yang akan
sangat rimbun dengan pohon-pohon dan dijadikan lokasi penelitian yaitu
masih banyak rumput-rumput, stasiun III menggunakan metode random sampling
tempatnya ini tidak terdapat pohon-pohon berdasarkan kepemilikan kopi. Adapun
yang menaungi, rerumputan yang tidak ada kebun kopi yang digunakan dalam
dikarenakan sudah disemprot oleh pemilik penelitian yaitu kebun petani A, petani B,
kebun kopi tersebut. Berdasarkan dan petani C (Rachmasari, 2016:191).
permasalahan di atas maka peneliti perlu 3. Teknik Pengambilan Sampel
melakukan penelitian keanekaragaman Teknik pengambilan sampel dalam
serangga permukaan tanah di kebun kopi penelitian adalah sebagai berikut:
Belumai di Desa Belumai Kecamatan Padang a. Membuat Plot Jebakan
Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong. Lokasi penelitian dibagi dalam 3
Adapun tujuan dalam penelitian ini wilayah, yaitu stasiun I, stasiun II, dan
adalah untuk mengetahui jenis-jenis serangga stasiun III. Selanjutnya membuat 1 jalur
permukaan tanah, faktor abotik dan indeks ditengah-tengah dengan panjang 100 x
keanekaragaman serangga permukaan tanah 10 meter kemudian membuat petak
di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan masing-masing stasiun dengan ukuran
Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang plot 10 x 10 meter. Dengan jarak antar
Lebong. plot 1 m. Dibagi menjadi 10 plot setiap
stasiunnya. Setiap 1 plot terdapat 5
B. Bahan dan Metode perangkap pitfall trap (Rachmasari,
Penelitian dilakukan mulai bulan juli 2016:191).
s.d agustus 2018, bertempat di kebun kopi di b. Pengambilan Sampel
Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Pengamatan terhadap sampel dilakukan
Tanding Kabupaten Rejang Lebong kemudian pada kebun kopi Desa belumai
dilanjutkan di Laboratorium STKIP-PGRI Kecamatan padang ulak tanding
Lubuklinggau untuk mengidentifikasi Kabupaten rejang lebong. Pengambilan
serangga. sampel dengan menggunakan alat
perangkap yaitu pitfall trap bertujuan

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 2
(September, 2018)
menangkap serangga permukaan tanah Keterangan:
yang berjalan di atas permukaan tanah. H : Indeks keanekaragaman Shannon
Pitfall trap terbuat dari gelas plastik Wiener
diameter 51,5 cm² yang berisi 5 ml s : Jumlah spesies dalam komunitas
deterjen cair, remah-remah roti dan 5 ml pi : Proporsi spesies ke- i terhadap
alkohol 70. Pemasangan alat ini jumlah total
dimasukkan di dalam tanah dengan Besarnya nilai H didefinisikan sebagai
permukaan perangkap pitfall trap rata berikut:
dengan permukaan tanah. Pemasangan H1 : Keanekaragaman rendah
perangkap secara diagonal dan H 1-3: Keanekaragaman sedang
penggunaan lahan dilakukan dengan H 3 : Keanekaragaman tinggi
selang 3 hari lalu serangga yang
terdapat di pitfall trap yang tertangkap E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
di kumpulkan dan di dokumentasikan 1. Hasil
(Ruslan, 2009:45) a. Jenis Serangga Permukaan Tanah
c. Pengukuran Faktor Lingkungan yang ditemukan di Kebun Kopi
Pengambilan data faktor lingkungan Berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan pada pagi hari, siang dan telah dilakukan selama 3 hari didapat
sore hari. jumlah serangga yang terjebak di pitfall
d. Pemisahan trap adalah 583 ekor serangga. Adapun
Gelas jebakan kemudian dikeluarkan data serangga permukaan tanah yang
dari dalam tanah, lalu larutan dalam ditemui di Kebun Kopi Desa Desa
gelas jebakan disaring. Sehingga hanya Belumai Kecamatan Padang Ulak
serangga permukaaan tanah saja yang Tanding Kabupaten Rejang Lebong
tertinggal. Serangga permukaan tanah dapat di lihat dalam tabel 1.1 berikut
yang didapat kemudian diletakkan ke ini:
dalam botol sampel yang telah diberi
larutan alkohol 70  (Permana, Tabel 1.1 Kelompok Serangga Permukaan
2013:45). Tanah Yang Tertangkap Pada Tiga
e. Pengidentifikasian Penghitungan Stasiun
Individu
Sampel yang sudah didapat kemudian
dibawa ke di Laboratorium STKIP
PGRI Lubuklinggau untuk diidentifikasi
dengan menggunakan buku identifikasi
Siwi, S tahun 2012. Sampel yang
didapat dilakukan dengan pengamatan
dibawah mikroskop, mencatat
morfologinya dan mencocokkan dengan
kunci determinasi serangga permukaan
tanah (Haneda, 2013:43).

D. Prosedur Analisis Data b. Faktor Abiotik Kebun Kopi Belumai


Untuk mengetahui indeks di Desa Belumai Kecamatan Padang
keanekaragaman digunakan rumus Shannon- Ulak Tanding
Wiener (Leksono, 2007:156). Keanekaragaman dan
kelimpahan serangga secara umum
𝑠
ditentukan oleh faktor abiotik. Setiap
H′ = − (pi ln pi) jenis serangga mempunyai kesesuaian
𝑖=1 terhadap lingkungan tertentu. Oleh
karena itu, faktor fisik lingkungan
sangat mempengaruhi. Hasil

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 3
(September, 2018)
pengukuran faktor lingkungan pada Tabel 1.5 Indeks Keanekaragaman
tiga stasiun selama 3 hari dapat dilihat Serangga Permukaan Tanah Stasiun III
pada tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Pengukuran Suhu Udara, Ph


Tanah dan Kelembaban Tanah

2. Pembahasan
a. Jenis Serangga Permukaan Tanah
yang ditemukan di Kebun Kopi
Pada stasiun I keanekaragaman
serangga permukaan tanah yang
terjebak di pitfall trap dan dikumpulkan
c. Indeks Keanekaragaman Serangga selama 3 hari diperoleh sebanyak 175
Permukaan Tanah di Kebun Kopi individu. Keanekaragaman yang
Hasil penelitian yang berjudul diperoleh stasiun I disebabkan karena
Keanekaragaman Serangga Permukaan lokasi tersebut tempatnya sedikit
Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai nauangan pohon, tanahnya kering dan
Kecamatan Padang Ulak Tanding gersang sehingga serangga yang tejebak
Kabupaten Rejang Lebong hanya sedikit. Dari 175 individu
menunjukkan bahwa pada ketiga stasiun tersebut yang banyak ditemukan di
mempunyai keanekaragaman jenis yang pitfall trap yaitu pada saat pagi harinya
berbeda. Berdasarkan rumus tersebut karena kebanyakan serangga tersebut
Shannon-Wiener maka indeks masing- termasuk serangga nokturnal yang
masing stasiun dapat dilihat pada tabel membutuhkan intensitas cahaya rendah
1.3, 1.4, dan 1.5 berikut ini: sehingga aktif pada malam hari (Jumar,
2000:94).
Tabel 1.3 Indeks Keanekaragaman Pada stasiun II keanekaragaman
Serangga Permukaan Tanah Stasiun I serangga permukaan tanah jauh lebih
banyak dibandingkan stasiun I dan
stasiun III karena serangga yang
terjebak di pitfall trap disebabkan
karena kondisi stasiun II ini sangat
rimbun dengan pohon-pohon, memiliki
kelembaban tanah yang tinggi dan
masih banyak rumput-rumput di sekitar
kebun kopi tersebut sehingga
Tabel 1.4 Indeks Keanekaragaman keanekaragaman serangga permukaan
Serangga Permukaan Tanah Stasiun II tanah sangat tinggi. Haneda (2013:44),
komposisi dan kelimpahan serangga
dipengaruhi oleh kelimpahan jenis
tumbuhan baik pohon maupun
tumbuhan bawah. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa kelimpahan tumbuhan
mempengaruhi kelimpahan serangga
pada ketiga stasiun. Serangga
permukaan tanah yang terjebak di pitfall
trap selama 3 hari diperoleh sebanyak
234 individu.

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 4
(September, 2018)
Pada stasiun III keanekaragaman menyukai tempat yang teduh dan
serangga permukaan tanah yang lembab (Hamama, 2017:32).
terjebak di pitfall trap dan dikumpulkan Berdasarkan hasil
selama 3 hari diperoleh sebanyak 174 pengamatan didapatkan ciri-ciri
individu. Keanekaragaman yang sebagai berikut serangga ini memiliki
diperoleh stasiun III disebabkan karena dua pasang antena yang panjang.
kondisi stasiun III tidak terdapat pohon- Tubuh bewarna hitam, kepala
pohon yang menaungi, rerumputan yang pendek, kaki kemerahan. Abdomen
tidak ada dikarenakan sudah disemprot cembung, besar dan oval. Suin
oleh pemilik kebun kopi tersebut dan (2012: 105), ciri-ciri Dolichoderus
memiliki kelembaban tanah yang bituberculatus tubuh hitam dan kaki
rendah sehingga tidak terlalu banyak kemerahan. Kepala pendek, mata
individu dan spesies yang terjebak di agak ke depan, dasar antena panjang.
pitfall trap. Abdomen cembung, besar dan oval.
a. Ordo Hymenoptera Mandibula seperti segetiga dengan
Menurut Siwi (2012:35), ordo gigi-gigi yang panjang dan kuat.
hymenoptera memiliki ciri-ciri tubuh Semut Dolichoderus
padat, abdomen terputus pada bituberculatus biasanya keluar dari
pangkalnya dengan petiolus, antenna sarangnya pada waktu pagi dan sore
berbentuk siku (jenis semut dan hari ketika suhu tidak terlalu panas.
tawon yang tak bersayap). Ordo Akan tetapi pada siang hari ketika
hymenoptera merupakan individu suhu udara panas, semut akan
terbanyak yang ditemukan. Pada bersembunyi pada tempat-tempat
penelitian ini ditemukan satu famili yang terlindungi dari sengatan sinar
yaitu famili formicidae yang terdiri matahari secara langsung seperti di
dari satu genus yang ditemukan yaitu dalam sarang, di balik dedaunan, di
Dolichoderus. Serangga ini terdapat tanah, dan lain-lain (Rizali, 2002:43).
pada ke III stasiun dan jumlahnya Klasifikasi menurut Suin (2012:105):
paling banyak diantara spesies lain. Kingdom : Animalia
Pada stasiun I ordo Hymenoptera Filum : Arthropoda
yang terjebak di pitfall trap yaitu 141 Kelas : Insecta
individu, sedangkan pada stasiun II Ordo : Hymenoptera
ordo hymenoptera yang terjebak di Famili : Formicidae
pitfall trap yaitu 182 individu dan Genus : Dolichoderus
pada stasiun III ordo hymenoptera Spesies : Dolichoderus
yang terjebak di pitfall trap yaitu 149 bituberculatus
individu.
Kelompok famili formicidae
ini terdiri atas keluarga semut-semut
yang banyak ditemukan di
permukaan tanah. Banyaknya
individu yang diperoleh disebabkan
karena jenis ini merupakan jenis
yang hidup secara berkoloni seperti
halnya yang ditemukan pada
penelitian ini yaitu spesies Gambar 1.1 Dolichoderus bituberculatus
Dolichoderus bituberculatus
sehingga jumlahnya sangat banyak. b. Ordo Blattaria
Dengan hidup secara berkoloni Ordo blattaria merupakan
peluang individu dalam kelompok ketiga terbanyak yang ditemukan.
untuk mempertahankan hidup Pada stasiun I ordo blattaria yang
semakin meningkat. Jenis spesies ini terjebak di pitfall trap yaitu 7

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 5
(September, 2018)
individu, sedangkan pada stasiun II kepala dan dada) dan abdomen
ordo blattaria yang terjebak di pitfall (perut). Jumlah kaki empat pasang.
trap yaitu 14 individu, dan pada Yang betina mempunyai ukuran
stasiun III ordo blattaria yang tubuh lebih besar dan bewarna lebih
terjebak di pitfall trap yaitu 4 terang. Sedangkan yang jantan,
individu. Ordo blattaria pada ukuran tubuh lebih kecil dan
penelitian ini hanya ditemukan satu bewarna gelap. Laba-laba termasuk
famili saja yaitu famili Blattellidae phylum Arthropoda, kelas Arachnida
yang terdiri dari satu genus yang dan ordo araneae (Siwi, 2012:208).
ditemukan yaitu Blatella. Ordo araneae merupakan kedua
Berdasarkan hasil terbanyak yang ditemukan. Pada
pengamatan didapatkan ciri-ciri stasiun I ordo araneae yang terjebak
sebagai berikut bewarna coklat muda di pitfall trap yaitu 12 individu,
dengan garis-garis, antena 1 pasang, sedangkan pada stasiun II ordo
tidak bersayap dan tungkai 3 pasang. araneae yang terjebak di pitfall trap
Hamama (2017:33), kecoa yaitu 13 individu, dan pada stasiun
kebanyakan terdapat di daerah III ordo araneae yang terjebak di
tropika yang kemudian menyebar ke pitfall trap yaitu 16 individu. Ordo
daerah dingin, dapat terbang tetapi araneae pada penelitian ini hanya
mereka juga dapat bergerak dengan ditemukan satu famili saja yaitu
cepat, aktif pada malam hari, ordo famili salticidae yang terdiri dari satu
blattaria dari famili Blattellidae genus yang ditemukan yaitu
adalah salah satu kelompok besar Plexippus.
dari kecoak-kecoak yang kecil, genus Berdasarkan hasil
Blatella bewarna coklat muda dengan pengamatan didapatkan ciri-ciri
garis-garis longitudinal (membujur). sebagai berikut kaki bewarna lebih
Klasifikasi menurut Hamama terang. Siwi (2012:210), famili
(2017:33): salticidae memiliki ciri-ciri dewasa
Kingdom : Animalia mempunyai ukuran 5-9 mm. Tubuh
Filum : Arthropoda padat, kaki pendek dan kuat.
Kelas : Insekta Kadang-kadang berambut, kadang-
Ordo : Blattaria kadang tidak. Kaki bewarna lebih
Famili : Blattellidae terang dari tubuh. Mempunyai mata
Genus : Blatella besar dan menyukai kondisi kering.
Spesies : Blatella sp Klasifikasi menurut Siwi
(2012:210):
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Famili : Salticidae
Genus : Plexippus
Spesies : Plexippus paykuli

Gambar 1.2 Blatella sp

c. Ordo Araneae
Secara umum laba-laba
mempunyai warna hitam, coklat tua,
ataupun coklat muda kekuningan.
Tubuh dibagi menjadi dua bagian
yaitu cephalothoraks (gabungan Gambar 1.3 Plexippus paykuli

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 6
(September, 2018)
d. Ordo Orthoptera pada betina mempunyai ovipositor
Jangkrik dapat ditemukan di panjang berbentuk jarum atau
bawah batu-batuan, kayu-kayu lapuk, silindris. Dewasa akan hilang
dinding-dinding tepi sungai dan di sayapnya setelah menetap di
semak-semak belukar serta ada yang lingkungan sawah. Hidup di berbagai
hidup pada lubang-lubang di tanah. habitat baik lingkungan basah
Jangkrik dapat ditemui di hampir maupun kering, terutama yang
seluruh Indonesia dan hidup dengan dinaungi rumput-rumput, juga
baik pada daerah yang bersuhu ditemukan di rumah-rumah, sisa-sisa
antara 20-32°C dan kelembaban tanaman yang masih lembab
sekitar 65-80%, bertanah (jerami), di pertanaman kopi, teh.
gembur/berpasir dan memiliki Aktif pada malam hari, famili ini
persediaan tumbuhan semak belukar. mampu bergerak dan melompat
Jangkrik hidup bergerombol dan dengan cepat dan baik.
bersembunyi dalam lipatan-lipatan Klasifikasi menurut Siwi (2012:57):
daun kering atau bongkahan tanah. Kingdom : Animalia
Jangkrik tidak selalu dapat dijumpai Filum : Arthropoda
di alam karena hanya bermunculan Kelas : Insekta
pada bulan-bulan tertentu saja yaitu Ordo : Orthoptera
pada Juni-Juli dan November- Famili : Gryllidae
Desember. Jangkrik sulit ditemui Genus : Gryllus
pada bulan Januari-Mei dan Agustus- Spesies : Gryllus bimaculatus
Oktober karena jumlahnya terbatas
dan bukan merupakan musim
jangkrik (Rufipes, 2012:11).
Ordo orthoptera dari famili
Gryllidae merupakan kelima
terbanyak yang ditemukan. Pada
stasiun I ordo orthoptera yang
terjebak di pitfall trap yaitu 6
individu, sedangkan pada stasiun II
Gambar 1.4 Gryllus bimaculatus
ordo orthoptera yang terjebak di
pitfall trap yaitu 7 individu, dan pada
e. Ordo Diplopoda
stasiun III ordo orthoptera yang
Diplopoda memiliki ciri-ciri
terjebak di pitfall trap yaitu 2
tubuhnya biasanya silindris, ada juga
individu. Ordo orthoptera pada
yang pipih dorsoventral. Selalu
penelitian ini hanya ditemukan satu
dengan dua pasang kaki pada tiap
famili saja yaitu famili Gryllidae
segmen tubuhnya, hidup di tanah dan
yang terdiri dari satu genus yang
serasah (Suin, 2012:71). Ordo
ditemukan yaitu Gryllus.
diplopoda dari famili lulusidae
Berdasarkan hasil
merupakan keenam terbanyak yang
pengamatan didapatkan ciri-ciri
ditemukan. Pada stasiun I ordo
sebagai berikut bewarna hitam
diplopoda yang terjebak di pitfall
kecoklatan, mmeiliki antena panjang
trap yaitu 3 individu, sedangkan
dan halus, tubuhnya panjang sekitar
pada stasiun II ordo diplopoda yang
3 cm dan lebar 1 cm. Siwi (2012:57),
terjebak di pitfall trap yaitu 10
famili Gryllidae memiliki ciri-ciri
individu, dan pada stasiun III ordo
hitam kecoklatan, nimpha kuning
diplopoda yang terjebak di pitfall
pucat dengan garis-garis coklat.
trap tidak ada. Ordo diplopoda pada
Antena panjang dan halus seperti
penelitian ini hanya ditemukan satu
rambut. Jenis jantan mempunyai
famili saja yaitu famili lulusidae
gambaran cincin di sayap depan,

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 7
(September, 2018)
yang terdiri dari satu genus yang yang terdiri dari satu genus yang
ditemukan yaitu Lulus. ditemukan yaitu Lymantria.
Berdasarkan hasil pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan ciri-ciri sebagai berikut didapatkan ciri-ciri sebagai berikut
memilki tubuh yang panjang dan bewarna coklat kekuningan, tubuh
banyak ruas atau bergaris-garis, lunak dan memiliki bulu. Chapman
bewarna merah kecoklatan. Hasan, (2013), ciri-ciri Lymantria marginata
dkk (2014:242), hewan ini dikenal memiliki tubuh lunak dan berbulu,
dengan sebutan kaki seribu atau memiliki rahang yang kuat dan tajam
keluwing. Hewan ini bersifat untuk mengunyah daun. Biasanya
saprofor atau pemakan sisa-sisa aktif pada malam hari atau nocturnal.
organisme. Tubuhnya memanjang Menurut Rahmat (2013:13),
dengan banyak ruas (metamer). lepidoptera dapat dijadikan sebagai
Memiliki 30 metamer atau lebih, dan bioindikator diantaranya
setiap metamer terdapat tungkai yang yaitu sebagai indikator terhadap
berpasangan. Tubuhnya berbentuk perubahan habitat.
seperti tabung atau sedikit gepeng. Klasifikasi menurut Chapman
Habitatnya selalu lembab. (2013:36):
Klasifikasi menurut Hasan, dkk Kingdom : Animalia
(2014:242): Filum : Arthropoda
Kingdom : Animalia Kelas : Insekta
Filum : Arthropoda Ordo : Lepidoptera
Kelas : Myropoda Famili : Lymantriidae
Ordo : Diplopoda Genus : Lymantria
Famili : Lulusidae Spesies : Lymantria marginata
Genus : Lulus
Spesies : Lulus sp

Gambar 1.6 Lymantria marginata

Gambar 1.5 Lulus sp g. Ordo Scorpionida


Ordo scorpionida dari famili
f. Ordo Lepidoptera buthidae merupakan spesies yang
Ordo lepidoptera dari famili paling dikit ditemukan pada III
lymantriidae merupakan keempat stasiun dengan jumlah yaitu 1
terbanyak yang ditemukan. Pada individu. Ordo scorpionida yang
stasiun I ordo lepidoptera yang terjebak di pitfall trap hanya
terjebak di pitfall trap yaitu 6 ditemukan pada stasiun II pada hari
individu, sedangkan pada stasiun II kedua dengan jumlah yaitu 1
ordo lepidoptera yang terjebak di individu. Ordo scorpionida pada
pitfall trap yaitu 7 individu, dan pada penelitian ini hanya ditemukan satu
stasiun III ordo lepidoptera yang famili saja yaitu famili buthidae yang
terjebak di pitfall trap yaitu 3 terdiri dari satu genus yang
individu. Ordo lepidoptera pada ditemukan yaitu Lychas.
penelitian ini hanya ditemukan satu Berdasarkan hasil pengamatan
famili saja yaitu famili lymantriidae didapatkan ciri-ciri sebagai berikut

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 8
(September, 2018)
bewarna kuning agak kecoklatan, b. Faktor Abiotik Kebun Kopi
memiliki 2 pencapit. Rohman Belumai di Desa Belumai
(2010:49), famili buthidae dengan Kecamatan Padang Ulak Tanding
spesies Lychas mucronatus memiliki Perbedaan jumlah serangga
ciri-ciri dengan warna dasar kuning permukaan tanah yang ditemukan
kecoklatan dengan pola kehitaman pada masing-masing stasiun
pada tubuh, kaki, segmen terakhir dipengaruhi oleh faktor habitat dan
metafosa, menempati empat tipe juga tingginya keanekearagaman
karakteristik mikrohabitat yaitu arthropoda permukaan tanah juga
serasah daun, kayu lapuk, di dalam disebabkan oleh faktor pengukuran
tanah dan di bawah batu. suhu, kelembaban tanah, dan pH tanah
Kalajengking merupakan hewan pada saat pengambilan sampel. Setiap
yang berukuran kecil berkaki delapan jenis serangga mempunyai kesesuaian
dengan ekor yang mengandung terhadap lingkungan tertentu. Oleh
racun. Kalajengking umumnya karena itu, faktor fisik lingkungan
ditemukan di habitat kering dan sangat mempengaruhi (Haneda, 2013:
lingkungan yang panas, namun 45).
beberapa spesies ditemukan di hutan. Suhu merupakan salah satu
Kalajengking aktif pada malam hari, faktor pembatas dalam pertumbuhan
memakan serangga. Pada siang hari dan perkembangan serangga. Serangga
biasanya bersembunyi di bawah batu, permukaan tanah memiliki kisaran
batang kayu atau pohon. suhu tertentu dimana spesies tersebut
Kalajengking mampu bertahan hidup dapat hidup, di luar kisaran suhu
dalam berbagai kondisi baik panas tersebut serangga akan mati
kering maupun dingin hingga beku kedinginan atau kepanasan (Rizali,
tanpa makan dan minum selama 2002:45). Umumnya kisaran suhu
berbulan-bulan. Dengan yang efektif bagi serangga adalah suhu
memperlambat sistem metabolisme minimum 15°C, suhu optimum 25°C
tubuhnya, kalajengking mampu dan suhu maksimum 45°C. Kisaran
hidup lama pada kondisi tak ada tersebut sangat baik untuk
makanan. perkembangan spesies serangga
Klasifikasi menurut Zhi Yong Di permukaan tanah. Suhu udara pada
(2014:5): ketiga lokasi penelitian menunjukkan
Kingdom : Animalia bahwa selama tiga hari penelitian
Filum : Arthropoda stasiun I memiliki suhu dengan kisaran
Kelas : Arachnida 220C-330C, stasiun II memiliki suhu
Ordo : Scorpionida dengan kisaran 260C-330C, dan stasiun
Famili : Buthidae III memiliki suhu dengan kisaran
Genus : Lychas 270C-320C. Hal ini menunjukkan
Spesies : Lychas mucronatus bahwa suhu udara di lokasi penelitian
merupakan suhu optimum bagi
perkembangan serangga (Kautsar,
2015:134).
Kelembaban tanah pada ketiga
lokasi penelitian berkisar antara 20%-
80%. Kelembaban tanah erat
hubungannya dengan populasi hewan
tanah, karena kondisi tanah yang
kering dapat menyebabkan tubuh
Gambar 1.7 Lychas mucronatus hewan tanah mengalami dehidrasi atau
kehilangan cairan (Kautsar,
2015:134). Kelembaban tersebut

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 9
(September, 2018)
berpengaruh terhadap kelangsungan sesuai dengan kebutuhan serangga
hidup arthropoda permukaan tanah. (Kautsar, 2015:133).
Jika kondisi kelembaban terlalu tinggi Dapat dilihat dari tabel 1.3
maka arthropoda permukaan tanah bahwa nilai indeks keanekaragaman
dapat mati atau bermigrasi ke tempat arthropoda permukaan tanah yang
lain. Kelembaban yang rendah akan diperoleh pada stasiun I diperoleh H
merangsang atrhropoda permukaan sama dengan 0,785. Jika dicocokkan
tanah untuk bergerak ke tempat yang dengan penyataan Shannon- Wienner,
memiliki kelembaban optimum, maka indeks keanekaragaman
sehingga memungkinkan terbentuknya arthropoda permukaan tanah pada
kelompok-kelompok (Eladisa, stasiun I tergolong keanekaragaman
2012:134). Oleh karena itu, rendah. Keanekaragaman yang
kelembaban tanah mempunyai peran diperoleh stasiun I disebabkan karena
penting dalam menentukan lokasi tersebut tempatnya sedikit
keanekaragaman arthropoda naungan pohon, tanahnya kering dan
permukaan tanah yang terdapat di gersang sehingga serangga yang
kebun kopi desa belumai kecamatan tejebak hanya sedikit.
padang ulak tanding kabupaten rejang (Leksono, 2007:156).
lebong. Sedangkan nilai indeks
Keasaman (pH) tanah keanekaragaman arthropoda
berpengaruh terhadap kehidupan dan permukaan tanah yang diperoleh pada
kegiatan hewan tanah, karena hewan stasiun II dapat dilihat dari tabel 1.4
tanah sangat sensitif terhadap pH adalah H sama dengan 1,177. Jika
tanah. Sehingga pH tanah merupakan dicocokkan dengan penyataan
salah satu faktor pembatas. Dari hasil Shannon-Wienner, maka indeks
pengukuran pH tanah di lokasi keanekaragaman arthropoda
penelitian, diketahui bahwa pH tanah permukaan tanah pada stasiun II
rata-rata bernilai 7 (netral), sehingga tergolong keanekaragaman sedang.
mampu mendukung aktifitas serangga Sedangnya keanekaragaman yang
terestial yang berada pada lingkungan diperoleh stasiun II disebabkan karena
tersebut (Kautsar, 2015:134). lokasi tersebut terdapat banyak
ditumbuhi oleh tumbuhan
c. Indeks Keanekaragaman Serangga dibandingkan dengan stasiun I dan III,
Permukaan Tanah di Kebun Kopi hal itu yang menyebabkan tingginya
Nilai indeks keanekaragaman keanekaragaman serangga permukaan
juga dipengaruhi oleh kelimpahan tanah yang ditemukan pada stasiun
sumber makanan yang tersedia pada tersebut. Selain disebabkan oleh faktor
habitat dan kemampuan berkembang habitat stasiun II, sedangnya
biak serangga. Makanan merupakan keanekaragaman serangga permukaan
sumber gizi yang diperlukan oleh tanah juga disebabkan oleh faktor
serangga untuk bertahan hidup dan pengukuran suhu, kelembaban tanah,
berkembang. Jika makanan tersedia dan pH tanah pada saat pengambilan
dengan kualitas yang cocok dan sampel. Suhu saat pengambilan
kuantitas yang cukup, maka populasi sampel sama dengan suhu pada stasiun
serangga akan naik dengan cepat. II berkisar 26-27°C. Suhu tersebut
Sebaliknya, jika makanan kurang merupakan suhu yang baik untuk
maka populasi serangga juga akan kehidupan arthropoda permukaan
menurun (Jumar, 2000). Populasi tanah, sehingga arthropoda semakin
serangga akan semakin meningkat banyak dan lebih mudah untuk
pada komunitas yang memiliki melakukan aktivitas (Suin, 2012:82).
kuantitas dan kualitas pakan yang Sedangkan nilai indeks
keanekaragaman serangga permukaan

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 10
(September, 2018)
tanah yang diperoleh pada stasiun III sp, Plexippus paykuli, Gryllus
dapat dilihat dari tabel 4.10 halaman bimaculatus, Lulus sp, Lymantria
37 adalah H sama dengan 0,556. Jika marginata, dan Lychas mucronatus.
dicocokkan dengan penyataan 2. Rata-rata pada suhu udara yang
Shannon-Wienner, maka indeks terdapat pada ketiga stasiun penelitian
keanekaragaman arthropoda adalah 29°C-32°C. Sedangkan rata-
permukaan tanah pada stasiun III rata pH tanah adalah 6,6-7, dan rata-
tergolong keanekaragaman rendah. rata kelembaban tanah adalah 3-6,3%.
Kondisi stasiun III ini tidak terdapat 3. Indeks keanekaragaman serangga
pohon-pohon yang menaungi, permukaan tanah pada stasiun I yaitu
rerumputan yang tidak ada 0,785 yang menunjukkan
dikarenakan sudah disemprot oleh keanekaragaman jenis yang terdapat di
pemilik kebun kopi tersebut sehingga stasiun I tergolong keanekaragaman
tidak terlalu banyak individu dan rendah, sedangkan indeks
spesies yang terjebak di pitfall trap. keanekaragaman serangga permukaan
Rachmasary (2016:192), bahwa suhu, tanah pada stasiun II yaitu 1,177 yang
pH tanah, kelembaban tanah juga menunjukkan keanekaragaman jenis
memiliki pengaruh signifikan terhadap yang terdapat di stasiun II tergolong
hidup serangga. keanekaragaman sedang, dan pada
Berdasarkan hasil penelitian stasiun III yaitu 0,556 yang berarti
yang telah dilakukan pada ketiga keanekaragaman jenis yang terdapat di
stasiun pengamatan, keanekaragaman stasiun III tergolong keanekaragaman
arthropoda permukaan tanah rendah.
disimpulkan bahwa, tinggi rendahnya
indeks keankearagaman suatu
komunitas tergantung pada banyaknya
jumlah spesies dan individu masing-
masing spesies. Suatu komunitas
dikatakan memiliki keanekaragaman
tinggi jika komunitas tersebut disusun
oleh banyak spesies dan kelimpahan
spesies yang sama lain atau hampir
sama. Sebaliknya, jika komunitas
tersebut disusun oleh spesies dengan
kelimpahan yang tidak merata atau ada
spesies tertentu dari arthropoda
permukaan tanah yang mendominasi,
maka keanekaragamannya rendah
(Soegianto, 1994:58)

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman serangga permukaan tanah
di kebun kopi Belumai di Desa Belumai
Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten
Rejang Lebong:
1. Serangga permukaan tanah yang
ditemukan di kebun kopi Desa
Belumai Kecamatan Padang Ulak
Tanding Kabupaten Rejang Lebong
adalah Paraponera clavata, Blatella

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 11
(September, 2018)
DAFTAR PUSTAKA Kopi Mangli Kecamatan Puncu
Kabupaten Kediri. Diakses dari
Chapman, R.F. (2013). The Insect Structure http://ethese.uin-
and Function. Cambridge: University malang.ac.id/3160/1/11620028.pdf.
Press.
Rachmasari, O. D. Prihanta. W., Susetyarini,
Di Yong Zi, dkk. (2014). History Of Study, R. E. (2016). Keanekaragaman
Updated Checklist, Distribution And Serangga Permukaan Tanah di
Key Of Scorpions (Arachnida: Arborerum Sumber Brantas Batu-
Scorpiones) From China. Jurnal Malang sebagai Dasar Pembuatan
Zoologi Research. 35 (1) 3-19. Sumber Belajar Flipchart. 2 (2). 188-
197.
Eladisa G. (2012). Kelimpahan Jenis
Collembola pada Habitat Rufipes, H. (2012). Fauna Indonesia. 11 (2).
Vermikomposting. Jurnal Widya 10-14.
Warta. 01
Saktyowati, D.O. (2010). Keunikan Dunia
Hamama, S.F dan Sasmita, I. (2017). Serangga. Jakarta: PT Wadah Ilmu.
Keanekaragaman Serangga
Permukaan Tanah di Sekitar Siwi, S. S. (2012). Kunci Determinasi
Perkebunan Desa Cot Kareung Serangga. Yogyakarta: Kanisius.
Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal jesbio. (4) 29-34. Soegianto, A. (1994). Ekologi Kuantitatif.
Surabaya: Usaha Nasional.
Haneda, N. F. Kusmana, C., Kusuma, F.D.
(2013). Keanekaragaman Serangga Suin, N, M. (2012). Ekologi Hewan Tanah.
di Ekosistem Mangrove. Jurnal Jakarta: Bumi Aksara.
Silvikultur Tropika. 04 (1). 42-46.
Rahmat, A. (2013). Pelatihan Inventarisasi
Hasan E. Dkk. (2014). Kelimpahan dan dan Monitoring Flora & Arthropoda
Dominasi Arthropoda Tanah di (Arthropoda), Bandung
Kawasan Hutan Lindung Jailolo. 2
(2). 238-248. Rizali, A. (2002) Keanekaragaman
Arthropoda pada Lahan Persawahan
Jumar. (2000). Entomologi Pertanian. Tepian Hutan: Indikator untuk
Jakarta: PT Rineka Cipta. Kesehatan Lingkungan. Jurnal
Hayati. 9 (2).
Kautsar, M.A, Riyanto dan Huzaifah, S.
Keanekaragaman Jenis Serangga Rohman, A.F. Hadi, M dan Tarwotjo, U.
Nokturnal di Kebun Botani Kampus (2010). Populasi Lychas mucronatus
Fkip Universitas Sriwijaya Indralaya (Scorpiones:Buthidae) di Kampus
dan Sumbagannya Pembelajaran Undip Tembalang Semarang. Jurnal
Biologi di SMA. Jurnal Bioma 12 (2). 49-55.
Pembelajaran Biologi. 2 (2).124-
136. Ruslan, H. (2009). Komposisi dan
Keanekaragaman Serangga
Leksono. (2007). Ekologi. Malang: Permukaan Tanah Pada Habitat
Bayumedia. Hutan Homogen dan Heterogen di
Pusat Pendidikan Konservasi Alam
Permana. S. R. (2013). Keanekaragaman (Ppka) Bodogol, Sukabumi, Jawa
Serangga Tanah di Cagar Alam Barat. Jurnal vis vitalis. 02 (1) 43-
Manggis Gadungan dan Perkebunan 53.

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 12
(September, 2018)

You might also like