Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Naskah Publikasi Yana

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

PENGARUH RASIO ARANG SEKAM:COCOPEAT SEBAGAI MEDIA

HIDROPONIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERUNG

EFFECT OF HUSK CHARCOAL:COCOPEAT COIR RATIO AS


HYDROPHONIC MEDIA ON GROWTH AND YIELD OF EGGPLANT
Yana Rikasari
17012103
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana
Yogyakarta
Jl. Wates Km. 10 Yogyakarta 55753
Rikasari_yana@yahoo.com

INTISARI
Media dalam hidroponik merupakan komponen penting karena menetukan
kecukupan air, nutrisi, dan udara bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh rasio yang tepat campuran media arang sekam: cocopeat dalam
hidroponik terong. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari- Maret
2019 di Greenhouse dan laboratorium Agronomi Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Agroindustri, Univesitas Mercu Buana Yogyakarta,. Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), faktor tunggal yaitu campuran
media dengan tiga rasio arang sekam: cocopeat 1:1, 1:2 dan 2:1. Tiap perlakuan
menggunakan sepuluh tanaman dan diulang tiga kali. Hasil penelitian
menunjukan Perlakuan media campuran dengan rasio sekam : cocopeat sebesar
1:1, 1:2, maupun 2:1 tidak menberikan perbedaan pertumbuhan tanaman dan
hasil terong, sehingga ketiga rasio tersebut sama baiknya untuk digunakan sebagai
media tanam hidroponik sistem tetes tanaman terong.
Kata Kunci : Arang sekam, cocopeat, hidroponik, terong

ABSTRACT
Media in hydrophonic is a important component because of enable availability
of water, nutrient, and oxygen needed plants. The purpose of this research was to
obtain husk charcoal : coconut coir ratio on hydrophonic medium of eggplant.
The study was carried out from January to March 2018 in the greenhouse and the
agronomy laboratory, Department of Agrtechnology, Faculty of Agroindustry,
Mercu Buana University of Yogyakarta. The research was a single-factor
experiment arranged in complete randomized design with three treatments namely
1:1, 1;2, and 2:1 husk charcoal : coconut coir ratio. Each treatmen used ten
plants replicated three times. The observed parameters were plant height, stem
base diameter, number of leaf, plant fresh weight, dried plant weight, fuit number
per plant, fuit diameter per plant, and fruit weight per plant. Analysis of Variance
was then employed to analyze the data, if significant different followed by
Duncan’s Multiple Range Test (α: 5%). The results showed that husk charcoal :
coconut coir ratio on didn’t effect growth ang yield of eggplant hydrophonic, so
that all of three ratio were good same as eggplant hydropnic media.
Keywords : Husk charcoal, cocopeat, hydroponics, eggplant.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terung (Solanum Melongena L) adalah tanaman asli daerah tropis.
Tanaman ini awalnya berasal dari benua Asia yaitu India dan Birma. Daerah
penyebaran tanaman terung awalnya di beberapa negara (wilayah) antara lain di
Karibia, Malaysia, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika Timur, dan Amerika
Selatan. Tanaman ini menyebar ke seluruh dunia, baik negara-negara yang
beriklim panas (tropis) maupun iklim sedang (sub tropis). Pengembangan
budidaya terung paling pesat di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia
(Firmanto, 2011).
Terung adalah jenis sayuran yang sangat populer dan disukai oleh banyak
orang karena rasanya enak khususnya dijadikan sebagai bahan sayuran atau
lalapan. Selain itu terung juga mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama
kandungan Vitamin A dan Fosfor. Komoditas terung ini cukup potensial untuk
dikembangkan sebagai penyumbang terhadap keanekaragaman bahan sayuran
bergizi bagi penduduk. Menurut Sunarjono (2013), bahwa setiap 100 g bahan
mentah terung mengandung 26 kalori, 1 g protein, 0,2 g hidrat arang, 25 IU
vitamin A, 0,04 g vitamin B dan 5 g vitamin C. Selain itu, terung juga
mempunyai khasiat sebagai obat karena mengandung alkaloid, solanin dan
solasodin.
Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl, tetapi di
dataran rendah tumbuhnya lebih cepat (Rukmana, 2002). Suhu yang paling cocok
untuk tanaman terung adalah 22o-30oC dengan perbedaan sedikit antara suhu siang
dan malam. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah-tanah lempung berpasir dengan
drainase yang baik. Terung tidak terlalu memerlukan suhu tinggi selama
pertumbuhannya, namun juga tahan terhadap curah hujan yang tinggi dan tanah
tidak terlalu lembab. Sayuran ini termasuk tanaman yang sedikit tahan terhadap
kadar garam yang tinggi (Sutarya dan Gerard, 1995).
Sebagai salah satu sayuran pribumi, terung hampir selalu ditemukan di
pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini
bisnis terung masih memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk
memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Terung ungu merupakana varietas
terung lokal yang belakangan ini telah berhasil menembus pasaran luar negeri
(Susilo dan Renda, 2012).
Menurut Badan Pusat Statistik (2014), produktivitas tanaman terong di
Indonesia pada tahun 2018 yaitu 551552 ton sedangkan tanaman terong
mengalami penurunan di tahun 2016 yaitu 509749 ton namun pada tahun 2017
mengalami piningkatan hasil terong yaitu 535419 ton. Produksi terong nasional
tiap tahun cenderung meningkat namun produksi terong di Indonesia masih
rendah dan hanya menyumbang 1% dari kebutuhan dunia. Hal ini disebabkan oleh
luas lahan budidaya terong yang masih sedikit dan bentuk kultur budidaya yang
masih bersifat sampingan dan belum intensif (Simatupang, 2014).
Usaha peningkatan produksi hasil pertanian yang bermanfaat, baik sebagai
sumber gizi dalam menunjang kesehatan masyarakat maupun pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat tani. Peningkatan produksi pertanian di Indonesia
selama ini sangat bergantung pada input dalam bercocok tanam. Dampak
penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus mulai dirasakan. Tanah tidak
lagi memberikan kehidupan yang baik bagi dunia pertanian, akibat penggunaan
pupuk anorganik yang tidak tepat (Parman, 2009).
Sistem hidroponik dapat memberikan sistem budidaya yang lebih
terkontrol, dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan
membrane mampu mendayagunakan air nutrisi, pestisida secara nyata lebih
efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama tanaman
berumur pendek) (Lonardy (2006), yang dikutip oleh Hidayat (2009).
Media tanam dalam hidroponik berperan sebagai penopang tumbuh dan
sarana penyedia unsur hara bagi tanaman, dan dalam hal ini media tumbuh yang
dapat digunakan dalam budidaya hidroponik harus dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mempunyai aerasi yang baik, serta
dapat menjaga ketersediaan air bagi tanaman. (Anonim, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalami penelitian ini
adalah untuk :
1. Bagaimana pengaruh rasio arng sekam: cocopeat terhadap pertumbuhan
dan hasil terong pada system hidroponik.
2. Rasio arang sekam : cocopeat berapakah yang terbaik untuk tanaman
terong pada system hidroponik.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio arng sekam: cocopeat sebagai media
terhadap pertumbuhan dan hasil terong pada sistem hidroponik.
2. Untuk mengetahui rasio arang sekam : cocopeat yang paling tepat sebagai
media untuk pertumbuhan dan hasil tanaman terong pada sistem
hidroponik.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka Manfaat dari penelitian
ini adalah untuk :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh macam komposisi arang
sekam dan cocopeat pada media tanaman untuk budidaya terong secara
hidroponik.
2. Diharapkan menjadi terobosan bagi pengembang budidaya tanaman secara
hidroponik untuk mengunakan media tanam hidroponik yang lebih efektif
dan efesien.
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu


Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kebun Univesitas Mercu Buana
Yogyakarta Kampus 1 : Jl. Wates km 10 Pedes, Argomulyo Sedayu Bantul,
Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dari bulan januari s/d Maret 2019.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat- alat yang digunakan adalah tray semai, pinset, pH meter, TDS meter,
mistar, timbangan analitik, wadah penyimpanan nutrisi (ember plastic),
pengaduk nutisi, gelas ukur 500 ml, Babybag ukuran 8 x10 sebagai tempat
persemaian dan polybag berukuran 15 x 30 cm umtuk media tanam, paranet
kerapatan 30 %, kertas label, tali, ember, pompa air, selang drip 0,5 mm, pipa
paralon,nipple ulir, selang PE, thermometer.
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah Benih teromg ungu, nutrisi AB mix dari
Good Plan ( Unsur Makro : N,P,K,Ca, Mg, S dan Mikro : Fe, Mn, Cu, Zn, Mo,
Bo), Arang sekam, Cocopeat, air, kertas label,penaik Ph (KOH), penurun Ph
( H3PO4)

C. Rancang Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal, yaitu rasio arang
sekam : cocopeat yang disusun dalam Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 3
ulangan, tiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman, sehingga jumlah tanaman dari
seluruh perlakuan dan ulangan adalah 10 x 3 x 3 = 90 tanaman. Rasio yang
dimaksud adalah sebagai berikut: :
Tabel 1. Pelakuan komposisi Media Tanam
No Pelakuan Komposisi Kode
1 Arang sekam : Cocopeat 1:1 P1
2 Arang sekam : Cocopeat 1:2 P2
3 Arang sekam : Cocopeat 2:1 P3

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Perlakuan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Varietas Mustang F1
sebanyak 5 g dalam 1 sachet, kemudian benih direndam dalam air selama 15
menit. Hal ini bertujuan untuk memecahkan dormansi benih dan mencegah
penyakit tular benih seperti layu bakteri, kemudian benih siap dikecambahkan
dengan cara benih diletakkan di dalam babybag yang sudah terisi media tanam
dan diletakan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
2. Penanaman Benih
Sebelum penanaman benih, terlebih dahulu menyiramkan air ke media
semai babybag hingga media cukup basah. Benih yang sudah disiapkan
kemudian ditanam satu persatu di tengah babybag, dengan jarak 3 x 3 cm,
setelah itu tutup dengan tanah yang gembur hingga menutupi benih,
memindahkan Tray semai kerumah bibit/tempat terhindar dari cahaya
matahari langsung selama 2-3 minggu. Pemeliharaan bibit dengan cara
memberikan nutrisi setiap hari dengan menggunakan larutan AB mix siap
pakai dengan kepekatan 500 ppm.
3. Persiapan Nutrisi
a. Cara pembuaan larutan stok
1) Nutrisi yang dipakai adalah pupuk AB mix yang terdiri dari larutan
nutrisi stok A 1000 g dan larutan nutrisi stok B 1000 g.
2) Pupuk stok A dilarutkan di dalam ember A dan larutan stok B ember B
dengan volume masing – masing 5 liter, dengan catatan larutan nutrisi
A dan larutan nutrisi B tidak tercampur.
b. Cara pembuatan larutan siap pakai
1) 3 ml larutan stok A dimasukan ke dalam 900 ml air kemudian diaduk.
2) 3 ml larutan stok B dimasukan ke dalam 900 ml air yang telah
bercampur dengan larutan stok A kemudian aduk dan ditambahkan air
menjadi 1 liter.
c. Preparasi peralatan
1) Menggunakan bak untuk menampung nutrisi, serta memasang pompa
air untuk mengalirkan nutrisi ke polybag. Untuk menghubungkan atara
bak penampung ke polybag dengan selang primer dengan diameter 2
cm dan selang sekunder untuk menghubungkan ke tiap – tiap polybag
dengan ukuran 0,5 cm.
2) Memasang timmer pada pompa air agar prnyiraman dapat teratur baik
dari segi waktu dan volume.
4. Persiapan Media Tanam
a. Bahan arang sekam diperoleh dari sekam padi yang berasal dari tempat
penggilingan padi kemudian dibakar sehingga menjadi arang sekam,cara
pembuatan arang sekam pertama menyiapakan alat pembakaran yang
menyerupai cerobong asap, kemudian alas tempat pembakaran terbuat dari
lantai keras yang tahan terhadap panas, atau alasi bagian bawah dengan
plat seng sebelum melakukan pembakaran, buat gundukan / tumpukan
sekam mengelilingi pipa pembakaran, arang sekam dibakar selama 20-30
menit sampai sekam padi terlihat menghitam, setelah itu sekam
dikeringkan, kemudian sekam dimasukan kedalam karung dan disimpan
ditempat yang kering.
b. Bahan cocopeat diperoleh dari serabut kelapa, berupa serbuk halus, serbuk
tersebut yang digunakan sebagai media tanam, cara pembuatan media
cocopeat dengan mengambil serabut dari kelapa, kemudian di haluskan,
setelah dihaluskan mengurangi kadar air yang terdapat pada serabut
kelapa, dijemur di bawah sinar matahri secara langsung, prosentase
dibawah 15%, setelah menyaiapkan bahan cocopeat dengan kadar air yang
ditentukan kemudian mengayak serbut kelapa dengan ayakan yang
bertujuan untuk memisahkan serbuk kelapa yang masih besar-besar atau
masih kasar, setelah itu media cocopeat siap untuk digunakan.
c. Semua bahan media tanam yang siap pakai dicampurkan dengan
komposisi perbandingan sesuai dengan perlakuan yang digunakan (Tabel
1), perbandingan komposisi media menggunakan ukuran volume dengan
menggunakan ember.
d. Media yang digunakan untuk perlakuan diisikan ke dalam polybag
(berukuran 15 cm x 30 cm ) sebanyak ± ¾ bagian dengan keadaan tidak
terlalu remah atau pun terlalu padat.
e. Media tanam dibasahi secara merata dengan air secukupnya.
5. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit yang di babybag ke
dalam polibag, 1 tanaman per 1 polibag dan penanaman dilakukan pada saat
tanaman berumur 25 hingga 30 hari setelah semai. Media tanam, sebelum
ditanami diberikan larutan nutrisi sebanyak 100 ml per polybag. Bibit yang
ditanam adalah bibit yang sehat dan normal, bibit pada try semai sebelum
ditanam disiram dengan air untuk memudahkan pencabutan bibit, pada saat
penanaman diusahakan daun-daun bibit tidak menyentuh media tanam.
6. Pemeliharaan
a. Pemupukan dan Penyiraman
Pemupukan dan penyiraman dilakukan bersamaan dengan cara :
Pemberian larutan nutrisi diberikan semenjak awal pertanaman
sampai panen, dengan volume penyiraman 100 ml/periode. Penyiraman
dilakukan 2 kali sehari pada saat pagi dan sore hari disesuaikan dengan
keadaan cuaca setempat, mengisi bak penampung dengan air dan dicampur
dengan nutrisi, sebelum nutrisi dialirkan ke tiap-tiap polybag terlebih
dahulu nilai kepekatan larutan nutrisi siap pakai diukur dengan
menggunakan EC meter atau TDS meter dengan satuan part per million
(ppm), TDS larutan pada fase vegetative 1000 – 1.750 ppm, untuk semai
sampai pindah tanaman menggunakan ppm yang rendah yaitu
mengunakan 500 ppm agar tanaman terong tersebut tidak layu. Mulai hari
pertama pemindahan tanaman ke polybag hingga memasuki usia 3
minggu, tanaman terong sistem hidroponik memerlukan asupan nutrisi
yang mempunyai kandungan 1000 ppm,setelah itu bisa dinaikan 1500 ppm
hingga tanaman terong hidroponik mulai berbunga. Ketika sudah
mengeluarkan bungga, kandungan ppm dinaikan lagi menjadi 1.750 ppm,
kenaikanppm ini dilakukan terus menerus sampai budidaya terong
hidroponik tersebut berusia dewasa dan memasuki masa panen. Nutrisi
siap pakai dialirkan ke polybag.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman terung terserang penyakit
atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 1–2 minggu
setelah tanam.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi medium tumbuh, penyiangan
dilakukan dengan cara dicabut menggunakan tangan.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan mengindentifikasi
jenis hama dan penyakit,atau dapat dilakukan dengan rotasi tanaman
tersebut dengan mengambil hama secara langsung dan dibuang,sebelum
dibuang hama terlebih dahulu dibasmi atau dibunuh agar hama tersebut
tidak dapat kembali lagi, pemakaian pestisida dan bahan kimia lainnya
dihindari agar kualitas panen terong tetap terjaga dengan baik.
7. Panen
Panen dilakukan pada umur 54, 62 dan 70 hari setelah tanam. Terung yang
dipanen berukuran besar, buah masih muda, kulit buah mengkilat dan memiliki
warna yang cemerlang. Panen dilakukan dengan cara manual yaitu buah dipetik
dengan memotong tangkai buahnya dengan menggunakan pisau yang tajam.

E. Variabel Pengamatan
Ada beberapa parameter yang diamati dalam penelitian ini :
1. Variabel pertumbuhan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi
dengan mengunakan meteran dan di amati pada umur 15, 30 dan 45 HST,
dari 10 tanaman hanya di ambil 5 tanaman sampel.
b. Diameter Pangkal Batang (mm)
Diameter pangkal batang di ukur pada umur 15, 30 dan 45 HST, diukur
pada leher batang (pangkal batang) dengan menggunakan jangka sorong,
pada 10 tanaman hanya di ambil 5 tanaman sampel.
c. Jumlah Daun
Jumlah daun di hitung pada umur 3 MST hingga sampai tanaman terong
berbunga, pengamatan dari 10 tanaman hanya di ambil 5 tanaman sampel
saja.
d. Bobot segar dan bobot kering tanaman
Bobot segar dan bobot kering tanaman dilakukan pengamatan setalah
tanaman sudah memasuki fase berbunga, dari 10 tanaman hanya diambil 5
tanaman korban saja.
2. Variabel hasil
a. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Jumlah buah yang dihitung adalah buah hasil tanaman terung yang telah di
panen per tanaman pada umur 54, 62 dan 70 HST, dari 10 tanaman hanya
diambil 5 tanaman sampel saja.
b. Diameter Buah (mm)
Diameter buah diukur pada saat panen umur 54, 62 dan 70 HST dengan
mengunakan jangka sorong, dari 10 tanaman hanya diambil 5 tanaman
sampel saja.
c. Berat Buah Per Tanaman (g)
Berat buah pertanaman diamati pada saat panen umur 54, 62 dan 70 HST
dengan cara menimbang buah per tanaman dengan menggunakan
timbangan analitik, dari 10 tanaman hanya di ambil 5 tanaman sampel
saja.

F. Anlisis Data
Analisi data yang digunakan adalah sidik ragam ( Analisis of variance)
taraf nyata 5%. Apabila ada beda nyata diuji lanjut dengan uji jarak Berganda
Duncan ( Ducan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan macam
perlakuan dengan perbandingan media Arang sekam : Cocopeat 1:1, 1:2, 2:1 pada
tanaman terong dengan parameter tinggi tanaman, diameter pangkal batang,
jumlah daun, jumlah buah per tanaman, diameter buah, berat buah per tanam,
bobot segar dan bobot kering akar disajikan pada tabel berikut ini :
1. Variabel pertumbuhan
a. Tinggi tanaman terong (cm)
Hasil analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan tinggi tanaman terong
umur 15 HST maupun 30 HST menunjukan bahwa tidak terdapat beda nyata
dengan perlakuan macam media tanam. Sedangkan pada umur 45 HST terdapat
bebeda nyata antar perlakuan. Perlakuan terbaik adalah dengan media arang
sekam : Cocopeat (1:1) dengan tinggi tanaman pada umur 45 HST 76.3 cm.
Perlakuan arang sekam : cocopeat ( 1:2) dan arang sekam : cocopeat ( 2:1)
menunjukan tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Hasil selengkapnya disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi tanaman terong umur 15,30, dan 45 HST pada perlakuan
berbagai macam media dalam sistem hidroponik tetes
Umur Tanaman Rasio Arang Sekam : Cocopeat
Arang sekam : Arang sekam : Arang sekam :
(Hari ke-)
cocopeat (1:1) cocopeat (1:2) cocpeat (2:1)
15 HST 15.53 a 15.57 a 15.75 a
30 HST 41.60 a 43.53 a 42.87 a
45 HST 76.3 a 69.2 b 70.3 b
Keterangan : Angka purata pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut DMRT taraf 5 %.

b. Diameter batang (mm)


Hasil analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman
terong umur 15 HST maupun 30 HST menunjukan bahwa tidak terdapat beda
nyata dengan perlakuan macam media tanam. Sedangkan pada umur 45 HST
terdapat bebeda nyata antar perlakuan. Perlkuan terbaik yaitu dengan media
Arang sekam : Cocopeat (1:2) dengan diameter batang tanaman 12.37 mm.
Sedangkan antara perlakuan dengan media arang sekam: cocopeat ( 1:1) dan arang
sekam: cocopeat ( 2:1) menunjukkan diameter batang tanaman yang tidak berbeda
nyata.. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 3 dan diperjelas dengan Gambar
2.
Tabel 3. Diameter batang pada umur 15 HST, 30 HST dan 45 HST pada
perlakuan berbagai rasio arang sekam : cocopeat media hidroponik
sisitem tetes.
Diameter Batang Rasio Arang Sekam : Cocopeat
Arang sekam : Arang sekam : Arang sekam :
(Umur ke-) cocopeat (1:1) cocopeat (1:2) cocopeat (2:1)
15 HST 4.47 a 4.59 a 4.33 a
30 HST 8.01 a 8.65 a 8.08 a
45 HST 10.97 b 12.37 a 11.23 b
Keterangan : Angka purata pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut DMRT taraf 5%.

c.Jumlah daun terong


Berdasarkan hasil penelitian jumlah daun terong yang dilakuan saat tanaman
terong mulai berumur 3 minggu HST sampai tanaman terong berbunga, hasil
sampel di ambil saat terong berumur 21 HST , 26 HST dan 31 HST menunjukan
bahwa perlakuan media Arang sekam : Cocopeat (1:1, 1:2, dan 2:1) l menunjukan
tidak berbeda nyata. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 4 dan diperjelas
dengan Gambar 3..
Tabel 4. Jumlah daun / helai pada tanaman terong pada saat umur 21 HST, 26
HST dan 31 HST dengan berbagai rasio arang sekam : cocopeat
media hidroponik sistem tetes
Jumlah Daun Rasio Arang Sekam : Cocopeat
Arang sekam : Arang sekam : Arang sekam :
(Umur ke-) Cocopeat (1:1) Cocopeat (1:2) cocopeat (2:1)
21 HST 8.6 a 8.33 a 7.93 a
26 HST 11.33 a 11.6 a 11.33 a
31 HST 17.6 a 17.93 a 15.27 a
Keterangan : Angka purata pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji F taraf 5%.

d. Bobot segar Tanaman


Dari analisi sidik ragam bobot segar tanaman pada berbagai rasio arang
sekam : cocopeat media hidroponik sistem tetes menunjukkan tidak berbeda
nyata, Tabel 5 dan Gambar 4 membrikan informasi bobot segar tanaman pada
perlakuan Arang sekam : cocopeat (1:2) yaitu 206.82 g sedangkan perlakuan
Arang sekam : cocopeat ( 1:1 yaitu 174.21 g dan 2:1 yaitu 152.41 g.

Tabel 5. Bobot segar tanaman terong pada berbagai rasio arang sekam :
cocopeat media hidroponik sistem tetes.
Rasio Arang Sekam: Cocopeat Bobot Segar Tanaman (g)
Arang sekam : Cocopeat (1:1) 174.21 a

Arang sekam : Cocopeat (1:2) 206.82 a

Arang sekam : Cocopeat (2:1) 152.41 a


Keterangan : Angka purata pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji F taraf 5%.

e. Bobot kering tanaman


Tabel 6. Bobot kering tanaman pada berbagai rasio arang sekam : cocopeat
media hidroponik sistem tetes
Media Bobot Kering Tanaman (g )
Arang sekam : Cocopeat (1:1) 58.91 a

Arang sekam : Cocopeat (1:2) 64.25 a

Arang sekam : Cocopeat (2:1) 61.89 a


Keterangan : Angka purata pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji F taraf 5%.

Hasil analisi sidik ragam bobot kering tanaman pada berbagai rasio arang
sekam : cocopeat media hidroponik sistem tetes menunjukkan tidak berbeda
nyata, Tabel 6 dan Gambar 5 menunjukkan hasil penelitian bobot kering tanaman
terong dengan perlakuan media arang sekam : cocopeat (1:2) yaitu 64.25 g, arang
sekam : cocopeat (2:1) yaitu 61.89 g, arang sekam : cocopeat (1:1) yaitu 58.91 g,
semua perlakuan media menunjukan tidak berbeda nyata. ).
2. Variabel Hasil
a. Jumlah buah total per tanaman (3 kali panen)
Tabel 7. Jumlah buah total per tanaman pada tanaman terong pada umur
54,62 dan 70 HST pada berbagai rasio arang sekam : cocopeat
media hidroponik sisitem tetes
Rasio Arang Sekam : Cocopeat Jumlah Buah Total/ Tanam
Arang sekam : Cocopeat (1:1) 6.33 a
Arang sekam : Cocopeat (1:2) 5.33 a
Arang sekam : Cocopeat (2:1) 5.67 a
Keterangan : Angka purata pada kolom yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%.

Hasil analisis sidik ragam terdapat jumlah total buah per tanaman terong
pada perlakuan Arang sekam : cocopeat (1:1, 1:2, 2:1) menunjukan bahwa tidak
berbeda nyata antar perlakuan. Tabel 7 dan Gambar 6 menginformasikan jumlah
buah per tanaman pada tanaman terong dengan berbagai rasio arang sekam :
cocopeat yaitu arang sekam : cocopeat (1:1) sebanyak 6.33 buah, arang sekam :
cocopeat ( 1:2) sebanyak 5.33 buah dan arang sekam : cocopeat 2:1 sebanyak
5.67 buah.
b. Diameter Buah total per tanam (mm)
Tabel 8. Diameter buah total/ tanam pada tanaman terong umur 54,62 dan
70 HST pada berbagai rasio arang sekam : cocopeat media
hidroponik sisitem tetes
Media Diameter Buah (mm)
Arang sekam : Cocopeat (1:1) 46.77 a

Arang sekam : Cocopeat (1:2) 50.22 a


Arang sekam : Cocopeat (2:1) 54.1 a
Keterangan : Angka purata pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%.

Hasil analisis sidik ragam total diameter buah terong pada berbagai rasio
arang sekam : cocopeat media tanam menunjukkan tidak berbeda nyata. Dari
Tabel 8 dan Gambar 7 terlihat diameter buah terong dengan perlakuan media
arang sekam : cocopeat (1:2) yaitu 50.22 mm, dibandingkan dengaa perlakuan
arang sekam : cocopeat (1:1) yaitu 46.77 mm dan arang sekam : cocopeat (2:1)
yaitu 54.1 mm) dan semua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata.
c. Berat Buah total panen / tanam
Tabel 9. Berat buah total panen terong pada umur 54,62 dan 70 HST pada
berbagai macam perlakuan media hidroponik sistem tetes
Bobot Buah total panen /Tanam
Media (gram)
Arang sekam : Cocopeat (1:1) 395.94 a
Arang sekam : Cocopeat (1:2) 500.99 a
Arang sekam : Cocopeat (2:1) 350.63 a
Keterangan : Angka purata pada kolom yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%

Dari hasil analisis dengan sidik ragam totoal berat buah per tanaman dengan
berbagai macam perlakuan media tanam menunjukkan tidak ada berbeda nyata,
Tabel 9 dan Gambar 8 menggambarkan bahwa perlakuan arang sekam : cocopeat
(1:2) menunjukan berat buah 499,99 g, sedangkan dengan perlakuan arang
sekam : cocopeat (1:1) yaitu 46.77 g dan arang sekam : cocopeat (2:1) yaitu 54.1
g.

B. PEMBAHASAN
Pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan bobot
hasil tanaman adalah salah satu bagian dari pertumbuhan. Prameter ini menjadi
yang diamati untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diberikan pada penelitian.
1. Pertumbuhan
Berdasarkan analisi sidik ragam tinggi tanaman terong pada umur 15 dan
30 HST pada berbagai rasio arang sekam : cocopeat media hidroponik sistem
tetes menunjukan tidak berbeda nyata. Tetapi pada umur 45 HST menunjukkan
beda nyata, hal ini disebabkan karena fase pertumbuhan dari tanaman terong
sedang mengalami pase puncak untuk tinggi tanaman terong, hal ini
ditunjukkan dengan perlakuan media Arang sekam : cocopeat (1:1) dengan
tinggi tanaman yaitu 76.3 cm
walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan media arang sekam : cocopeat
(1:2 yaitu 69.2 cm dan 2:1 yaitu 70.13 cm). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Yulistrarini (1991) dalam Djunaedy (2009), melaporkan bahwa tanaman muda
akan dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang sedikit sejalan dengan
umur tanaman, kecepatan penyerapan unsur hara tanaman akan meningkat jika
umur bertambah sesuai siklus hidupnya. Kualitas hidup tanaman juga sangat
bergantung dari ketercukupan hara dari lingkungannya serta kemampuan akar
dalam menyerap unsur hara dalam menunjang fase vegetatif tanaman (Tabel 2).
Berdasarkan hasil penelitian dimeter batang dengan berbagai rasio arang
sekam : cocopeat media pada umur 45 HST menunjukkan berbeda nyata,
bahwa perlakuan media arang sekam : cocopeat (1:2) menunjukan diameter
batang yaitu 12.37 mm , sedangkan perlakuan arang sekam : cocopeat (2:1)
yaitu 11.23 mm walaupun tidak berbeda nyata, sedangkan pada umur 45 HST
pada perlakuan arang sekam : cocopeat (1:1) untuk diameter batang
menunjukan hasil diameter yaitu 10.97 mm. Hal ini diduga karena pada media
tanam tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam
keadaan seimbang, sehingga dapat memicu pertumbuhan menjadi lebih baik
dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik. Menurut Lingga dan Marsono
(2005), dosis pupuk merupakan faktor vital dan memiliki pengaruh yang besar
terhadap keberhasilan pemupukan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil optimal harus memperhatikan dosis pupuk yang sesuai.
Jika dosis yang diberikan terlalu tinggi menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebaliknya pada dosis pupuk yang
terlalu rendah kebutuhan tidak memberikan hasil yang memuaskan karena
unsur hara bagi tanaman tidak terpenuhi secara optimal.
Pangambian sampel Jumlah daun terong dilakukan pada umur 21, 26 dan
31 HST dengan berbagai rasio arang sekam : cocopeat media tanam hidroponik
sistem tetes dengan berbagai macam perlakuan arang sekam : cocopeat (1:1,
1:2 dan 2:1) menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Namun pada perlakuan
arang sekam : cocopeat (1:2) pada umur 31 HST menunjukkan hasil jumlah
daun sebanyak yaitu 17.93 helai walaupun tidak berbeda nyata dengan media
arang sekam : cocopeat 1:1 yaitu 17.60 helai dan 2:1 yaitu 15.27 helai (Tabel
4). Menutut sitompul dan guritno (1995) pada daun secara umum dipandang
sebagai organ produsen fotosintat utama, dengan hal ini maka pengamatan
daun sangat diperlukan selain sebagai indicator pertumbuhan juga sebagai data
penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada
pembentukan biomassa tanaman ( Sitompul dan Guritno, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian bobot segar tanaman terong pada berbagai
rasio arang sekam : cocopeat media tidak menujukkan berbeda nyata, pada
perlakuan arang sekam : cocopeat 1:2 menunjukan bobot segar yaitu 206.82 g
Ttabel 8). Sedagkan pada bobot kering pada perlakuan media arang sekam :
cocopeat 1:2 yaitu 64.25 g (tabel 9). Pada bobot segar dengan perlakuan arang
sekam : cocopeat 1:1 yaitu 174.21 g dan 2:1 yaitu 152.41 g walaupun denga
semua perlakuan menunjukan tidak berbeda nyata. Sedangkan bobot kering
dengan berbagai macam perlakuan arang sekam : cocopeat 1:1 yaitu 58.91 g
dan 2:1 yaitu 61.89 g pada semua perlakuan juga tidak menunjukkan berbeda
nyata. Hal ini dikarenakan komposisi media yang digunakan pada perlakuan
arang sekam : cocopeat (1:2) lebih banyak berisi cocopeat. Berdasarkan hasil
penelitian ini, penggunaan cocopeat sebagai media tanam baik untuk suatu
tanaman. Cocopeat merupakan bahan organik yang tentunya dalam jangka
waktu tertentu akan membusuk dan akan digunakan oleh tanaman sebagai
nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Kelebihan cocopeat sebagai media tanam
dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air
dengan kuat, serta mengandung unsur – unsur hara esensial, serta kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P) (Muliawan, 2009).
2. Variabel Hasil
Berdasarkan hasil penelitian jumlah total buah per tanaman pada tanaman
terong menunjuka bahwa perlakuan media arang sekam : cocopeat (1:1)
meujuka hasil sebanyak 6,33 g walaupun tidak berbeda nyata dengan media
arang sekam : cocpeat (1:2 yaitu 5,33 g dan 2:1 yaitu 5,67 g) Tabel 5). Hal
tersebut dikarenakan adanya kendala dalam penyerbukan benang sari ke putik
yang disebabkan oleh kurangya bantuan penyerbukan oleh angin maupun
serangga, dalam penyerbukan dibutuhkan bantuan oleh manusia. Dan diduga
karena pada media tersebut yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Penggunaan media tanam yang tepat akan memberikan kondisi lingkungan
yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik memiliki
kemampuan menyediakan air dan hara yang optimum. Menurut Winarso
(2003) menyatakan bahwa media yang baik dapat menyerap air dan zat – zat
lain yang dibutuhkan tanaman terung.
Berdasarkan hasil penelitian tanaman terong hidroponik sistem tetes
diperoleh data PH, TDS, dan pemberian nutrisi pada tanaman terong, pada
penelitian PH pada tanaman terong 6,4 sedangkan pada rerata kepekatan
sebanyak 1.427 ppm selama mulai pindah tanam sampai panen tanaman terong,
sedangkan pada nutrisi tanaman yang diberikan pada setiap periode yaitu pada
pagi dan sore hari sebanyak 253 ml larutan yang di teteskan pada tanaman
terog.
Berdasarkan hasil dari penelitian di ketahui bahwa terjadinya penurunan
hasil buah terong di sebabkan oleh terserangnya hama kutu aphid, dan hama
belalang pada tanaman terong dan penyebab lainnya dikarenakan kurangnya
bantuan serangga maupun angina dalam penyerbukan bunga terong, hal
tersebut menyebabkan kurangnya hasil dari terong tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diameter buah terong pada perlakuan arang
sekam : cocopeat (1:2) menunjukan hasil sebanyak 50.22 mm walaupun tidak
berbeda nyata dengan media arang sekam : cocopeat 1:1 yaitu 46.77 mm dan
2:1 yaitu 54.1 mm (tabel 6). Hal ini didugan bahwa unsur hara yang terdapat
dalam media tanam tidak tercukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Menurut Apriscia et al. (2012) yang menyatakan bahwa media tanam
yang kurang baik dapat dengan mudah mengendapkan air yang lebih sehigga
membuat sistem perakaran terhambat untuk melakukan proses metobolisme.
Penggunaan media tumbuh yang baik dan sesuai bagi tanaman akan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi, demikian juga sebaliknya, apabila
media tumbuh tidak sesuai bagi tanaman maka pertumbuhan tanaman akan
terhambat dan produksi semakin berkurang.
Berdasarkan hasil penelitian berat buah total per tanaman pada perlakuan
macam media hidropoik sistem tetes arang sekan : cocopeat (1:2) menunjukkan
hasil sebanyak 500.99 g walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan arang
sekam : cocopeat 1:1 yaitu 395,94 g dan 2:1 yaitu 350,63 g (tabel 7). Hal ini
diduga bahwa penggunaan media tanam sesuai dengan kebutuhan tanaman bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga tanaman akan menghasilkan
produksi yang lebih baik. Menurut Suwahyono (2011) menyatakan bahwa
penggunaan media tanam yang tepat akan memberi kondisi lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik memiliki
kemampuan menyediakan air dan udara yang optimum. Menurut Gunardi
(1979) media tanam secara umum mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tempat
tumbuh dan pensuplai bahan makanan bagi kehidupan dan pertumbuhan
tanaman. Media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat untuk budidaya
dalam wadah. Selain itu, media tanam memungkinkan drainase dan pH yang
lebih baik bagi tanaman (Ingels, 1985). Dwijoseputro (1986) menyatakan
bahwa semua tanaman akan tumbuh baik dan berproduksi tinggi apabila semua
unsur hara yang diberikan cukup tersedia dalam jumlah yang sesuai untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman terung itu sendiri.

V. KESIMPULAN

1. Perlakuan media campuran dengan tiga rasio sekam : cocopeat sebesar


1:1, 1:2, maupun 2:1 tidak menunjukkan perbedaan dalam pertumbuhan
tanaman dan hasil hidroponik sistem tetes terong.
2. Ketiga rasio tersebut sama baiknya untuk digunakan sebagai media tanam
hidroponik sistem tetes tanaman terong.

DAFTAR PUSTAKA
Anjeliza, Rispa Yeusy dkk. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi
Hijau Pada Berbagai Desain Hidroponik. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Anonim. 2012. Budidaya Terong. http://bpp-bandung.blogspot.com/ diakses 26
Juni 2014.
Apriscia, C. Y, Nur Trias. W, Faris. F.P, Abiyasa. R. 2012. Media Tanam.
Makalah Media Tanam, Malang.
Arifin, N. H. S. dan A. Andoko. 2014. Terarium. Penebar Swadaya. Jakarta. 64
hal.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode
2003 – 2007. http://bps.go.id (Diakses 19 November 2016).
Chutbherson, D.F. 1966. Significace of potassium in the mineral and magnesium
on tomatoes. J. Sci. 3 (6):80-82.
Crisinsky. A.A dan D.J. Schuten. 1985. Sand culture system for stimulating plant
respond to phosphorous in soil. J. Amer. Hort. Sci. 110 (4): 121-131.
Douglas JS. Advanced Guide to Hydroponics. Garland Publ. New York, 1976.
Dwijoseputro D. 1986. Pengantar Fioslogi Pertumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Firmanto, B. 2011.Sukses bertanaman terung secara organik. Angkasa, Bandung.
Gunadi, T. 1979. Anggrek Dari Bibit Hingga Berbunga. Perhimpunan Anggrek
Indonesia Cabang Bandung. Bandung.327 hal.
Hasriani I, Kalsim DK, Sukendro A. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat)
Sebagai Media Tanam, 2013. Http://dedikalsim.wordpress.com (4 Agustus
2016).
Indrawati, R., D. Indradewa, S. N. H. Utami. 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik terhadap pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersion esculentum Mill). Hidroponik, 2(1) :1-11.
Irawan A, Kafiar Y. Pemanfaatan Cocopeat dan Arang Sekam Padi Sebagai
Media Tanam Bibit Cempaka Wasian (Elmerrilia ovalis) use of saw dust
and rice husk as a growth media of cempaka wasian (elmerrilia ovalis).
Pros sem nas masy biodiv indon. Vol 1, no 4. 2015: 805808.
Istamo,Valentino N. 2012. Pengaruh perlakuan kombinasi media trhadap
pertumbuhan anakan tumih ( Combretocarpus rotundus (Miq.) Danser).
Jurnal Silvikultur Tropika 3 (2) : 81-84.
Krisantini,S.A. Aziz, Yudiwanti. 1993. Mempelajari Beberapa Pupuk dan Media
untuk Budidaya Hidroponik Sederhana Pada Tanaman Hortikultura.
Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 32 hal.
Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lingga, P. dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 43 hal
Lonardy, M. V, 2006. Respons Tanaman Tomat ( Lycopersicon esculentum Mill)
Terhadap Suplai Senyawa Nitrogen Dari Sumber Berbeda Pada System
Hidroponik. [Skripsi]. Palu : Universitas Tadulako.
Mappanganro, N., E.L. Sengin, dan Baharudin. 2011. Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Stroberi pada Berbagai Jenis dan Konsentrasi Pupuk Organik
Cair dan Urine Sapi dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes. BIOMA, 2(13)
: 21-30.
Nurlaeny, N. (2014). Teknologi Media Tanam dan Sistem Hidroponik. Bandung :
UNPAD Press.
Parman, S. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin
Anatomi dan Fisiologi, Vol. 15 (2): 21 – 31. : 14-25.
Perwitasari, B., Mustika T., Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Packoy (Brassicachinensis)
Dengan Sistem Hidroponik. Jakarta. Agrovigor : 5 (1)
Prihmantoro, H.I dan H.Y Indriani. 2005. Hidroponik. Tanaman Buah untuk Hobi
dan Bisnis. Penebar Swadaya : Jakarta.
Reinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Niaga Media.
Jakarta.
Rosliani, R., Sumarni, N. 2005. Budidaya tanaman sayuran dengan sistem
hidroponik. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Rukmana, R. 2002. Bertanam terung. Kanasius, Jogyakarta.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius.Yogyakarta.
Samadi. B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius,Yogyakarta
Sani B. Hidroponik. Penebar SwadayaJakarta : 2015.
Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S. 2012. Panen sayur secara rutin dilahan sempit.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Simatupang. 2014. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Gajah Mada press. Yogyakarta.
Soetasad, A . 2000. Budidaya terung lokal dan terung jepang. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sumanhudi dan Harjoko. 2012. Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media Dalam
Budidaya Tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik. Biologi, 1(12) : 1-10.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 jenis sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sunarjono. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susila, A.D. 2006. Panduan budidaya tanaman sayuran. Departemen Agronomi
Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Susilo,K dan Renda, D. 2012. 19 bisnis tanaman sayur paling diminati pasar.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sutarya,R dan Gerard,G.1995. Pedoman bertanam sayuran dataran rendah.
Gadjah Mada University Press, bekerjasama dengan Prosea Indonesia dan
Balithor Lembang, Yogyakarta.
Sutejo,M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rienekacipta. Jakarta.
Suwahyono, Untung. 2011. Pertunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara
Efektif dan Efesien. Depok. Penebar Swadaya Inforamsi Dunia Pertanian.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV Nuansa Aulia.
Bandung.
Wibawa , A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalui
Pemupukan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.14 (3): 245-262.
Winarso S. 2003. Keseburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media, Yogjakarta.
Yanto, H., dkk.2014. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes Pada Tanaman Kembang Kol
(Barassica Oleracea Var. Botrys L. Subvar. Caulifa DC) dalam Greenhous.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung vol 13, No. 2: 141-154.
Yulistrarini. 1991. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan Urea terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Sayur (Zea mays L.). Dalam.
Djunaedy, A, 2009. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Bokashi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Jurnal
Agrovigor Vol. 2 (1): 42 – 46.

You might also like