Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

JURNAL Vol.6 NO.2, September 2012-5 Nurhidayatai

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

ISOLASI DAN PENETAPAN KADAR SENYAWA ANTIFUNGAL

p-Methoxybenzylidene p-aminophenol DARI AKAR Acacia mangium


[Isolation And Concentration Determination Of Antifungal Compound
P-Methoxybenzylidene P-Aminophenol From Acacia Mangium Root]

Nur Hidayati
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
e-mail : inunghidayati@yahoo.com

ABSTRACT
Acacia mangium has been planted on large scale of industrial forest plantation in Indonesia, especially in
Sumatera and Kalimantan islands. It has been reported that large area of mangium plantations have been
infected rot root disease caused by Ganoderma sp. To date, there was no information of mangium which resist
to Ganoderma sp. The study had by carried out with two aims : (1) isolate a compound with antifungal
properties, the antifungal was identified as p-Methoxybenzylidene p-aminophenol in the category of phenolic
compounds. from the roots of healthy mangium, and (2) determine the concentration of antifungal compound
from roots of healthy mangium.
The roots of healthy mangium from the first generation seedling seed orchard in Wonogiri, Central Java, were
used. Mangium roots which had had their external and internal parts separated were macerated in a solvent of n-
hexane and methanol. Methods of the isolation of the antifungal compound were thin-layer chromatography
(TLC), column chromatography and thin layer preparative chromatography. The antifungal was identified as p-
Methoxybenzylidene p-aminophenol in the category of phenolic compounds. Determination of the concentration
of the antifungal compound was done by a TLC densitometer on six different families of trees.
The results revealed that the antifungal compound was successfully isolated in its from methanol extract from
the interior of the root. Results of identification with the TLC densitometer method showed that among the six
families of trees, number 44 had the highest concentration at 40,52% w/w and number 67 showed the lowest
concentration at 19,88% w/w.

Key words: Acacia mangium, antifungal compound, Ganoderma sp., p-Methoxybenzylidene p-aminophenol

ABSTRAK
Acacia mangium Willd. (mangium) adalah salah satu tanaman utama dalam program pembangunan Hutan
Tanaman Industri (HTI). Saat ini Ganoderma sp. dilaporkan banyak menyerang pertanaman HTI mangium
terutama di Sumatera dan Kalimantan. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengisolasi senyawa yang bersifat
antifungal dari akar Acacia mangium sehat yang mempunyai aktivitas terhadap Ganoderma sp. Hasil
identifikasi dengan GC-MS menunjukkan senyawa tersebut termasuk dalam golongan senyawa fenolik, p-
Methoxybenzylidene p-aminophenol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengetahui kadar
senyawa antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol dari akar mangium sehat yang mempunyai aktivitas
terhadap Ganoderma sp.
Penelitian ini menggunakan materi berupa akar mangium sehat dari kebun benih mangium generasi pertama di
Wonogiri Jawa Tengah. Akar mangium yang telah dipisahkan antara bagian luar dan bagian dalam dimaserasi
dengan pelarut n-heksana dan metanol. Isolasi senyawa antifungal menggunakan metode kromatografi lapis
tipis, kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif. Penetapan kadar senyawa antifungal dilakukan
dengan KLT - densitometer terhadap enam nomor famili pohon yang berbeda.
Senyawa antifungal diisolasi dari ekstrak metanol akar mangium sebelah dalam, yang pada penelitian
sebelumnya menunjukkan aktivitas tertinggi pada jamur Fusarium sp. dan Ganoderma sp. Hasil dari penetapan
kadar dengan metode KLT densitometer mengindikasikan bahwa kadar tertinggi ditunjukkan oleh nomor famili
pohon 44 (40,52% b/b) dan kadar terendah ditunjukkan oleh nomor famili pohon 67 (19,88% b/b).

Kata Kunci : Acacia mangium, senyawa antifungal, Ganoderma sp., p-Methoxybenzylidene p-aminophenol

Tanggal diterima : 24 Mei 2012; Direvisi : 25 Mei 2012; Disetujui terbit : 5 Agustus 2012 117
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

I. PENDAHULUAN ketahanan tanaman terhadap penyakit.


Penyakit tanaman dapat terjadi jika Harborne (1996) menyatakan bahwa
pada suatu waktu di satu tempat terdapat tanaman sehat memiliki senyawa
tanaman yang rentan, patogen yang virulen fitoantisipin sebagai pertahanan terhadap
serta lingkungan yang sesuai untuk serangan penyebab penyakit. Fitoantisipin
terjadinya penyakit (Blanchard dan Tattar, merupakan pertahanan kimia tanaman
1981). Faktor lingkungan mempengaruhi terhadap infeksi dan menyebabkan tanaman
timbul dan berkembangnya penyakit. Faktor mampu melawan serangan berbagai patogen.
ini memberikan pengaruh terhadap Fitoantisipin merupakan senyawa pra-infeksi
pertumbuhan tanaman inang dengan yang terbentuk sebelum adanya infeksi pada
menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman sehat.
kehidupan jenis patogen tertentu. Beratnya
Penyakit akar merah yang disebabkan
intensitas penyakit pada suatu tanaman
Ganoderma sp. merupakan salah satu
seringkali ditentukan oleh lamanya keadaan
penyakit paling merugikan yang menyerang
lingkungan yang menguntungkan untuk
pertanaman mangium. Old et al., (1996)
timbul dan berkembangnya penyakit.
melaporkan adanya serangan Ganoderma sp.
Pengaruh tanaman inang terhadapnya
di Queensland, Australia pada areal produksi
timbulnya suatu penyakit tergantung dari
benih, uji spesies dan uji provenans
jenis tanaman inang, kerentanan tanaman,
mangium. Sedikitnya ada 2 jenis jamur
bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur
Ganoderma yang ada di Indonesia yaitu G.
dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman
philipii dan G. lucidum (G. steyaertanum)
dan ketahanan inang (Adinugroho, 2008).
(Barry et al., 2004, Irianto et al., 2005, Glen
Salah satu faktor yang menyebabkan
et al., 2005). Penyakit akar menular melalui
tanaman tahan terhadap suatu penyakit
kontak akar antara tanaman yang sakit
tertentu adalah adanya metabolit sekunder
dengan tanaman yang masih sehat. Saat ini
yang berupa senyawa-senyawa pra-infeksi.
di kebun benih mangium generasi pertama
Tanaman mempunyai substansi berupa
di Wonogiri, Jawa Tengah ditemukan
senyawa kimia yang bersifat menghambat
adanya serangan Ganoderma sp. dengan
penyebab penyakit sebelum dan setelah
intensitas serangan sebesar 32% (Hidayati,
terjadinya infeksi. Senyawa pra-infeksi yang
2007). Ito et al., (2005) melaporkan bahwa
merupakan metabolit sekunder dari tanaman,
kematian mangium pada kebun benih
dianggap penting sebagai penyebab

118
Isolasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol Dari Akar Acacia Mangium
Nur Hidayati

generasi pertama di Wonogiri, Jawa Tengah II. BAHAN DAN METODE


ini disebabkan oleh Ganoderma sp. Respon 2.1. Isolasi senyawa antifungal
p-Methoxybenzylidene
tanaman akibat serangan patogen penyakit
p-aminophenol
ini bervariasi antara provenan dan famili.
Sampel berupa akar mangium diambil
Penyakit busuk akar menyerang tanaman
dari kebun benih mangium generasi pertama
dari semua provenan walaupun tidak semua
umur 13 tahun di Wonogiri, Jawa Tengah.
nomor famili dalam kebun benih ini
terserang penyebab penyakit (Irianto et
a. Ekstraksi sampel akar mangium
al.,2005). Pengendalian penyakit akar merah
Metode ekstraksi sampel yang
dengan cara pemilihan tanaman tahan belum
digunakan pada penelitian ini mengacu pada
banyak dilaporkan sebelumnya.
metode Cannell (1998) yaitu dengan cara
Penelitian sebelumnya telah berhasil maserasi. Sampel berupa akar mangium
mengisolasi senyawa yang bersifat dipisahkan antara bagian dalam dan bagian
antifungal dari akar mangium sehat yang luar kemudian masing-masing bagian ini
mempunyai aktivitas terhadap jamur digiling hingga diperoleh serbuk halus
Ganoderma. Hasil identifikasi denga (Gambar 1.). Lima ratus gram serbuk akar
GC-MS, senyawa antifungal ini dimaserasi dengan 3 liter n-heksana selama
teridentifikasi sebagai p-Methoxybenzyliden 24 jam, kemudian disaring dengan kertas
p-aminophenol termasuk dalam golongan saring dan hasilnya ditampung pada cawan
senyawa fenolik (Hidayati et al., 2012). porselen. Residu n-heksana dimaserasi lagi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dengan n-heksana sebanyak 3 liter selama 24
mengisolasi dan mengetahui kadar jam. Hasilnya disaring dan digabungkan
senyawa antifungal p-Methoxybenzylidene pada cawan porselen yang pertama, dan
p-aminophenol dari akar mangium sehat. ekstrak diuapkan sampai kering. Residu n-
Hasil uji menunjukkan senyawa ini heksana ini kemudian dimaserasi dengan
mempunyai aktivitas yang bersifat antifungal metanol sebanyak 3 liter selama 24 jam,
terhadap jamur Ganoderma sp. Semakin hasil saringannya ditampung pada cawan
tinggi nilai kadar senyawa yang berfungsi porselen yang kedua. Ekstrak metanol yang
sebagai sistem pertahanan tanaman diperoleh dipekatkan dengan rotary
diharapkan semakin toleran pula tanaman evaporator hingga volume tertentu. Tahap
tersebut terhadap infeksi oleh patogen ini menghasilkan 2 ekstrak yaitu ekstrak
tertentu. n-heksana dan ekstrak metanol.

119
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

a
b d. Pemisahan dengan kromatografi kolom
(fraksinasi)

Metode yang digunakan pada


penelitian ini adalah menggunakan
kromatografi kolom yang mengacu pada
metode yang digunakan Waters (1985).
Silika gel PF254 digunakan sebagai fase
diam. Sedangkan fase gerak yang digunakan
Gambar 1. Akar tanaman mangium (a) Akar menggunakan sistem fase gerak dengan
bagian luar (b) Akar bagian dalam
polaritas bertingkat. Masing-masing fraksi
c. Kromatografi lapis tipis (KLT) yang telah dipisahkan, dimonitor profilnya
Teknik KLT yang digunakan pada melalui KLT menggunakan plat aluminium
penelitian ini mengacu kepada metode yang GF254 (E-merck) dengan fase diam silika gel
dikembangkan Moffat (1986). dan fase gerak n-heksana : etil asetat (18 : 3
Ekstrak/fraksi/senyawa aktif yang mL) + 0,5 mL asam asetat glasial.
menunjukkan aktivitas antifungal dilihat
profilnya melalui KLT menggunakan plat e. Kromatografi lapis tipis preparatif
aluminium GF254 (E-merck) dengan fase Kromatografi lapis tipis preparatif
diam silika gel dan fase gerak n-heksana : menggunakan plat kaca berukuran 20 x 20
etil asetat dengan perbandingan tertentu cm dengan fase diam silika gel PF254 yang
untuk memisahkan dan menguji senyawa- telah diaktifkan dengan memanaskan selama
senyawa yang terkandung dalam satu jam pada suhu 1100C. Fraksi aktif yang
ekstrak/fraksi/senyawa aktif dalam bentuk telah dilarutkan pada pelarut metanol :
spot-spot yang terpisah. Spot-spot yang kloroform (1 : 1, v/v) diteteskan memanjang
terbentuk pada plat KLT diamati di bawah membentuk pita pada plat kaca dan dielusi
sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (60 :
dan 366 nm. Selanjutnya plat KLT 60 mL) + 3,6 mL asam asetat glasial. Plat
disemprot menggunakan pereaksi semprot kaca dikeringkan dan diamati dengan sinar
serium (IV) sulfat dan dioven selama 15 UV dengan panjang gelombang 254 nm dan
menit pada suhu 1100C. 366 nm. Pengambilan senyawa hasil KLT
preparatif dengan cara dikerik dan hasilnya
dilarutkan dengan pelarut metanol :
kloroform (9 : 1, v/v) kemudian dikeringkan.

120
Isolasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol Dari Akar Acacia Mangium
Nur Hidayati

2.2. Identifikasi dan Pengujian Aktivitas


Senyawa Antifungal Terhadap Jamur
Ganoderma

Identifikasi dan pengujian aktivitas


senyawa antifungal terhadap isolat jamur
Ganoderma telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya (Hidayati et al., 2012). Isolat
jamur Ganoderma yang digunakan dalam
pengujian di isolasi dari badan buah jamur
yang tumbuh dari pangkal batang tanaman
mangium sakit di kebun benih mangium
b
generasi pertama, Wonogiri, Jawa Tengah.
Isolasi dilakukan dengan menggunakan
media PDA (Potato Dekstrose Agar)
(Gambar 2.).

c
Gambar 2. (a) Tanaman mangium yang mati karena
penyakit busuk akar
(b) Ganoderma sp. pada pangkal batang
tanaman mangium mati
(c) Isolat Ganoderma sp.

Identifikasi senyawa antifungal


dilakukan dengan menggunakan GC-MS.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa hasil
isolasi terdiri dari dua senyawa. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya dua puncak pada
kromatogram gas. Puncak spektrum massa
a komponen pertama dengan persen area
1,83% pada Rt 7,758. Pola spektrum massa
ini jika dibandingkan dengan data base ada
kemungkinan 2 senyawa yaitu suatu

121
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

benzaldehyde dan vanilin. Pola spektrum Methoxybenzylidene p-aminophenol yang


massa yang mendekati pola spektrum massa termasuk dalam golongan senyawa fenolik
sampel adalah benzaldehyde, puncak ion dan 9H-Xanthen-9-one. Dari kedua senyawa
m/2 151 merupakan puncak ion molekul. ini, pola spektrum yang mendekati pola
Puncak spektrum massa komponen kedua spektrum massa dari sampel adalah p-
pada Rt 17,14 menunjukkan komponen yang Methoxybenzylidene p-aminophenol yang
paling besar dengan persen area 98,17%. termasuk golongan senyawa fenolik. Puncak
Spektrum massa puncak ini memberi pada m/z 227 merupakan puncak ion
kemungkinan 2 senyawa berdasarkan atas molekul (Gambar 3).
spektrum massa data base, yaitu p-

a
Senyawa 2

Senyawa 1

Gambar 3. (a) Gas Kromatogram dari Spektra GC-MS senyawa antifungal; (b) Spektra massa senyawa 1; (c) Spektra
massa senyawa

122
Isolasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol Dari Akar Acacia Mangium
Nur Hidayati

Pengujian aktivitas senyawa b. Penetapan kadar senyawa antifungal


antifungal terhadap jamur Ganoderma Penetapan kadar senyawa antifungal
menunjukkan bahwa pada aplikasi senyawa dari enam nomor famili pohon yang berbeda
antifungal dengan konsentrasi 1800 µg/mL dilakukan dengan melarutkan sebanyak 12
setelah 2 hari terdapat adanya pelilitan hifa mg ekstrak dalam 1 mL pelarut metanol :
pada hifa lain karena pengaruh aplikasi kloroform (1 : 1, v/v). Sebanyak 5 µL
senyawa antifungal (Hidayati et al., 2012). larutan ekstrak diteteskan pada satu lempeng
KLT masing-masing sebanyak 3 ulangan (n
2.3. Penetapan kadar senyawa antifungal = 3) untuk setiap nomor tanaman.
p-Methoxybenzylidene p-aminophenol
Selanjutnya lempeng KLT dikembangkan
dengan metode KLT densitometer
dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (4 :
a. Penetapan kurva baku senyawa
12 mL). Lempeng silika gel dikeringkan dan
antifungal
di-scanning pada panjang gelombang
Penetapan kurva baku dan penetapan
maksimum dengan menggunakan KLT-
kadar isolat senyawa antifungal dari enam
Scanner merek CAMAG.
ekstrak akar dengan nomor pohon yang
berbeda dilakukan dengan lempeng KLT
c. Penetapan presisi senyawa antifungal
yang berbeda. Penetapan kurva baku
Ukuran presisi yang paling umum
dilakukan dengan menggunakan senyawa
dipakai adalah standar deviasi (SD) dan
antifungal hasil isolasi yang diteteskan pada
koefisien variasi (CV). Penetapan presisi ini
plat KLT dengan konsentrasi yang berbeda-
dilakukan dengan cara melarutkan 6 mg
beda. Sebanyak 4,2 mg senyawa hasil isolasi
senyawa antifungal ke dalam 1 mL pelarut
dilarutkan dalam 1 mL pelarut metanol :
metanol : kloroform (1 : 1, v/v) kemudian
kloroform (1 : 1, v/v), kemudian diteteskan
diteteskan pada plat KLT masing sebanyak 3
pada lempeng KLT GF254 . Satu lempeng
µL dengan ulangan 6 kali. Selanjutnya
KLT terdiri dari lima tetes seri kadar larutan
lempeng KLT dikembangkan dengan fase
baku isolat senyawa antifungal hasil isolasi
gerak n-heksana : etil asetat (3 : 9 mL),
yaitu sebanyak 8,4; 16,8; 25,2; 33,6; 42µg .
dikeringkan dan di-scanning pada panjang
Setelah dikembangkan pada fase gerak n-
gelombang maksimum.
heksana : etil asetat (3 : 9 mL), lempeng
dikeringkan dan bercak hasil eluasi di-
2.4. Analisis Data
scanning pada panjang gelombang yang
Analisis varian hasil perhitungan
sesuai. Kurva baku dihitung dengan
penetapan kadar senyawa antifungal akar
menggunakan persamaan regresi linear.

123
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

mangium dengan menggunakan program (1991) metanol merupakan pelarut dengan


SAS (Statistical Analysis System). polaritas lebih tinggi dibandingkan dengan n-
heksana. Metanol merupakan pelarut polar
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang sering digunakan karena penetrasi ke
3.1. Isolasi Senyawa Antifungal dalam dinding sel lebih efisien, sehingga
p-Methoxybenzylidene
menghasilkan metabolit sekunder
p-aminophenol Akar Mangium dari
Ekstrak Metanol Akar Bagian Dalam endoselular lebih banyak. Ekstrak ini
selanjutnya difraksinasi dengan kromatografi
Isolasi dilakukan pada ekstrak
kolom yang menghasilkan 12 fraksi (Gambar
metanol akar bagian dalam. Pada umur
4). Fraksi-fraksi yang menunjukkan
tertentu, kayu bagian dalam suatu batang
pemisahan spot yang serupa digabung dan
tanaman kebanyakan pohon mulai berubah
kemudian diuapkan sampai kering. Demikian
menjadi kayu teras yang mati seluruhnya dan
seterusnya hingga diperoleh senyawa murni.
proporsinya dalam batang menjadi semakin
Hasil penggabungan di sebut Fraksi I (1-7),
besar dengan pertumbuhan pohon. Kayu
Fraksi II (8-9) dan Fraksi III (10-12)
teras memiliki zat ekstraktif yang lebih
banyak daripada kayu gubal sehingga
menyebabkan kayu teras lebih tahan
terhadap serangan serangga maupun fungi
(Sjostrom, 1998). Menurut Gritter et al.,

Rf

1,0

0,5

0,3
3
0,20
0,13
0,06
0,00

FI FII FIII

124
Isolasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol Dari Akar Acacia Mangium
Nur Hidayati

Gambar 4. Kromatografi lapis tipis masing-masing fraksi akar tanaman mangium sebelah dalam {fase diam silika gel
GF 254 dan fase gerak n-heksana : etil asetat (18 : 3 mL) + 0,5 mL asam asetat glasial}
Keterangan : FI : Fraksi 1 - 7
FII : Fraksi 8 - 9
FIII : Fraksi 10 -12

Hasil uji pada penelitian sebelumnya


menghasilkan Fraksi II mempunyai aktivitas 3.6. Kadar Senyawa Antifungal
p-Methoxybenzylidenen
penghambatan konidia Fusarium sp. paling
p-aminophenol.
tinggi dibandingkan dengan fraksi lainnya.
a. Kurva baku senyawa antifungal
p-Methoxybenzylidene
3.3. Senyawa Antifungal p-aminophenol hasil isolasi.
p-Methoxybenzylidene
p-aminophenol Hasil pengukuran seri standar kurva
baku isolat senyawa antifungal diperoleh
Kromatografi lapis tipis preparatif kurva baku dan persamaan regresi linear
dilakukan untuk mengisolasi senyawa- antara luas area (y) dan kadar isolat (x)
senyawa tunggal yang ada pada fraksi aktif. (Gambar 6). Persamaan regresi linear
tersebut digunakan untuk menghitung kadar
Pengambilan senyawa hasil KLT preparatif senyawa antifungal dalam ekstrak akar
dengan cara dikerok .dan dipisahkan antara tanaman mangium dengan nomor famili
bagian atas (substansi A), bagian tengah tanaman yang berbeda .
Nilai r dari persamaan kurva baku
(substansi B) dan bagian bawah (substansi
adalah 0,992 lebih besar dari r teoritis 0,88
C) . pada derajat bebas 3 dan taraf kepercayaan
Hasil dari uji aktivitas antifungal 95%. Hal ini menunjukkan adanya korelasi
linear antara kadar senyawa antifungal yang
menghasilkan substansi B memiliki aktivitas
diteteskan dengan luas area sehingga
antifungal tertinggi dalam penghambatan persamaan kurva baku y = 4851,6x – 8313,6
perkecambahan dan penghambatan konidia bisa digunakan untuk menghitung kadar
senyawa antifungal dari ekstrak akar
Fusarium sp. Substansi B ini yang yang
mangium pada enam nomor pohon yang
merupakan senyawa p-Methoxybenzylidene berbeda.
p-aminophenol.

125
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

Gambar 5. Hasil KLT densitometer penetapan kurva baku senyawa antifungal

250000

200000
Luas Area

150000

100000

50000

0
0.0 8.0 16.0 24.0 32.0 40.0 48.0
Kadar

Gambar 6. Kurva baku penetapan kadar senyawa antifungal hasil isolasi


Keterangan : Persamaan kurva baku : y = 4851,6 x – 8313,6
r = 0,992

b. Senyawa antifungal dari enam nomor hasil sebagai berikut: adalah nomor famili
famili pohon yang berbeda.
44 memiliki kadar tertinggi yaitu 40,524%
Penetapan kadar senyawa (b/b) kemudian nomor famili 67 memiliki
antifungal dalam ekstrak mangium dengan kadar terendah yaitu 19,878% (b/b)
tiga kali ulangan menunjukkan rata-rata (Tabel 1).

126
Isolasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol Dari Akar Acacia Mangium
Nur Hidayati

Tabel 1. Penetapan kadar isolat senyawa antifungal dari enam nomor famili pohon

% kadar senyawa antifungal


Nomor
terhadap ekstrak
No. famili Rata-rata ±Standar deviasi
(b/b)
pohon
I II III
1. 44 39,66 41,35 40,56 40,52 ± 0,85
2. 115 22,85 23,82 23,83 23,50 ± 0,56
3. 14 34,06 28,18 32,41 31,55 ± 3,03
4. 67 20,93 20,05 18,65 19,87 ± 1,15
5. 37 25,84 32,11 32,76 30,24 ± 3,82
6. 139 20,71 21,17 21,70 21,19 ± 0,49

Gambar 7. Hasil KLT densitometer penetapan kadar 6 nomor famili pohon dengan 3 ulangan

Penyakit akar menular melalui kontak pertahanan tanaman semakin toleran pula
akar antara tanaman yang sakit dengan tanaman tersebut terhadap infeksi oleh
tanaman yang masih sehat. Kemungkinan patogen tertentu. Dari hasil penelitian ini
yang menyebabkan tanaman dapat bertahan tanaman mangium dengan nomer famili 44
terhadap serangan Ganoderma sp. adalah mempunyai kadar senyawa tertinggi yaitu
belum adanya kontak dengan akar tanaman 40,52% (b/b) ini artinya kemungkinan
sakit (sumber inokulum) atau pengaruh dari tanaman dengan nomer famili 44 lebih
dalam tanamannya itu sendiri. Salah satu toleran terhadap jamur Ganoderma penyebab
pengaruh dari dalam tanaman adalah adanya penyakit busuk akar di kebun benih generasi
kandungan senyawa tertentu yang berfungsi pertama mangium Wonogiri, Jawa Tengah
sebagai sistem pertahanan sebelum adanya dibandingkan dengan tanaman dengan nomer
infeksi oleh patogen. Semakin tinggi nilai famili 14, 37, 115, 139 dan 67 (Tabel 1.).
kadar senyawa yang berfungsi sebagai sistem

127
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

c. Penetapan presisi senyawa antifungal deviasi dengan rata- rata luas area hasil KLT
densitometer dikalikan dengan 100%. Hasil
Penilaian presisi suatu metode
penetapan presisi senyawa antifungal
analisis dinyatakan dalam nilai Coefficient of
disajikan pada Tabel 2.
Variation (CV). Nilai ini dapat dihitung
dengan membandingkan antara standar
Tabel 2. Penetapan presisi senyawa antifungal

No. Kadar senyawa antifungal (µg) Luas area


1 18 97047,50
2 18 103340,40
3 18 100001,30
4 18 97662,80
5 18 105967,70
6 18 103886,10
Rata-rata 101317,63
SD 3636,57
CV 3,60%

Nilai koefisien variasi pada Methoxybenzylidene p-aminophenol


penetapan presisi senyawa antifungal adalah yang termasuk dalam golongan senyawa
sebesar 3,60 %. Hal ini menunjukkan bahwa fenolik. Hasil uji Laboratorium
data yang diperoleh berdasarkan hasil menunjukkan senyawa ini bersifat
pengukuran telah memenuhi kriteria antifungal terhadap jamur Ganoderma
ketelitian analisis, di mana persentase sp.
koefisien variansi (% KV) ≤ 5 % (Day dan 2. Penetapan kadar senyawa antifungal akar
Underwood, 1993). Ini artinya metode mangium dari enam nomor famili pohon
densitometer yang digunakan mempunyai dengan menggunakan metode KLT
presisi yang baik sehingga metode tersebut densitometer menunjukkan hasil yang
dapat dikatakan cukup teliti (Meier dan berbeda-beda. Kadar tertinggi
Richard, 2000). ditunjukkan oleh nomor famili pohon 44
sebesar 40,52% b/b dan kadar terendah
IV. KESIMPULAN ditunjukkan oleh nomor famili pohon 67
sebesar 19,88% b/b.
1. Akar tanaman mangium sehat (tidak
terserang jamur penyebab penyakit busuk
akar) dari kebun benih generasi pertama
di Wonogiri, Jawa Tengah mempunyai
senyawa yang teridentifikasi sebagai p-

128
Isolasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p-aminophenol Dari Akar Acacia Mangium
Nur Hidayati

UCAPAN TERIMA KASIH Hidayati, N., Widyastuti, SM., dan S.


Wahyuono.2012. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Antifungal Akar Acacia mangium
Ucapan terima kasih penulis sampaikan dan Aktivitasnya Terhadap Ganoderma
lucidum. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi Vol. 6 No. 1, Juli 2012. Badan Litbang
Kehutanan. Balai Besar penelitian
dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Badan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Irianto,R.S.B., Barry, K.M., Hidayah,I., Ito,S.,
Litbang Kehutanan dan Tanoto Foundation Rimbawanto,A., dan Mohammed, C.L.
atas terlaksananya penelitian ini. (2005). Incidence, spatial analysis and
genetic trials of root rot of Acacia mangium
in Indonesia. Journal of Tropical Forest
DAFTAR PUSTAKA Science.
Johnson, L.F., dan E.A. Curl. 1972. Methods for
Research on The Ecology of Soil-Borne
Adinugroho, W.C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit
Plant Pathogen. Burgess Publishing
Tanaman. Tidak Diterbitkan. Sekolah
Company. Minnesota.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Meier, P.C., dan E.Z. Richard. 2000. Statistical
Badra,T., dan D.M. Elgindi. 1979. The Relationship
Methods in Analytical Chemistry. Second
between Phenolic Content and Tylenchulus
Edition. John Wiley and Sons. New York.
semipenetrans Populations in Nitrogen-
Moffat, A.C. 1986. Thin Layer Chromatography
Amended Citrus Plants. Revue Nematology 2
dalam Clarkes Isolation and Identification of
: 161-164.
Drugs. Edisi Kedua. The Pharmaceutical
Barry, K.M., Irianto, R.S.B., Santoso, E., Turjaman,
Press. London.
M., Widyati, E., Sitepu,I., dan Mohammed,
Old, K.M., I.A. Hood, dan Q.Y. Zi. 1996. Diseases
C.L.( 2004). Incidence of heartrot in harvest-
of Tropical Acacias in Northern Queensland.
age Acacia mangium in Indonesia, using
In K.M. Old, S.S. Lee, dan J.K. Sharma
rapid survey method, Forest Ecology and
(Eds). Diseases of Tropical Acacias.
Management 190 : 273-280.
Proceeding of an International Workshop
Blanchard, R.O dan T.A Tattar. 1981. Field and
Held at Subanjeruji (South Sumatra) Center
Laboratory Guide to Tree Pathology.
for International Forestry Research (CIFOR).
Academic press. New York.
Jakarta.
Cannell, J.P.R. 1998. Natural Products Isolation.
Phongpaichit, S., N. Pujenjob, V. Rukachaisirikul, dan
Humana Press Inc. New Jersey.
M. Ongsakul. 2004. Antifungal Activity from
Day, R. A., dan A. L. Underwood. 1993. Quantitative
Leaf Extracts of Cassia alata L., Cassia
Analysis. Sixth Edition. Prentice-Hall of
fistula L. and Cassia tora L. Journal of
India Private Limited. New Delhi.
Science and Technology 26 : 741 – 748.

Prapagdee, B., C. Kuekulvong, dan S. Mongkolsuk.


Glen, M., Abou Arra,S.Q., Bougher, N.L., Lee, S.,
2008. Antifungal Potential of Extracellular
Irianto, R., dan Mohammed, C. (2005).
Metabolites Produced by Streptomyces
Molecular differentiation of Ganoderma and
hygroscopicus Against Phytopathogenic
Amauroderma species and their role in root
Fungi. Journal of Biological Sciences 4 : 330
disease of Acacia mangium plantations in
- 337.
Indonesia and malaysia. Journal of
Rimbawanto, A. 2006. Busuk Hati di Hutan Tanaman
Australasian Plant Pathology.
: Latar Belakang dari Proyek ACIAR.
Gogoi, R., D.V. Singh, dan K.D. Srivastara. 2001.
Lokakarya Busuk Hati dan Busuk Akar pada
Phenols as a Biochemical Basis of Resistance
Hutan Tanaman Akasia. Yogyakarta, 7-9
in Wheat Againts Karnal Bunt. Journal of
Februari 2006.
Plant Pathology 50 : 470-476.
Sastrohamidjojo, H. 2007. Spektroskopi. Liberty.
Gritter, R.J., J.M. Bobbit, dan A.E. Schwarting. 1991.
Yogyakarta.
Pengantar Kromatografi. Diterjemahkan oleh
Silverstein, R.M., G.C. Bassler, dan T.C. Morrill.
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB.
1981. Penyidikan Spektrometrik Senyawa
Bandung.
Organik. Edisi Keempat. Diterjemahkan oleh
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun
A.J. Hartomo. Erlangga. Jakarta.
Modern Cara Menganalisis Tumbuhan,
Sjostrom, E. 1998. Kimia Kayu. Dasar-Dasar dan
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata
Penggunaan. Edisi Kedua. Diterjemahkan
dan Iwang Soediro. Terbitan Kedua. Penerbit
oleh Hardjono Sastrohamidjojo. Gadjah
ITB. Bandung.
Mada University Press. Yogyakarta.

129
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol 6 No. 2, September 2012, 117 - 130

Sukadana, I.M., S.R. Santi, dan N.K. Juliati. 2008.


Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan
Triterpenoid dari Biji Pepaya (Carica papaya
L.). Jurnal Kimia 2 : 15-18.
Waters, D. 1985. Waters Sourcebook for
Chromatography Columns and Supplies.
Waters Chromatography Division. USA.
Widyastuti, S.M., Sumardi, dan D. Puspitasari. 1998.
Uji Kemampuan Penghambatan Ekstrak Biji
Nyiri (Xylocarpus granatum) terhadap Jamur
Benih Tanaman Kehutanan. Bulletin
Kehutanan 37 : 2 - 9

130

You might also like