Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

e-J.

Agrotekbis 6 (2) : 239 - 246, April 2018 ISSN : 2338-3011

OBSERVASI JENIS PARASITOID LARVA PENGGULUNG DAUN


PISANG Erionata thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperidae) PADA
KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA
DI KABUPATEN SIGI

Observations of Parasitoids of Banana Skipper Erionata Thrax Linnaeus


(Lepidoptera: Hesperidae) at Various Altitude Locations in the District Sigi

Rahmawati 1), Flora Pasaru2), Mohammad Yunus2)


1)
Mahasiswa Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu,
E-mail : wati.rahma425@yahoo.com,
2)
Staf Dosen Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno-Hatta Km, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp. 0451-429738
E-mail : florapasaru45@yahoo.com, muhyunus125@gmail.com

ABSTRACT

Banana plant is a plant easily cultivated and is often found to being able to grow and
develop well in various agro-ecological conditions. Banana skipper E. Thrax is a destructive pest
which make leaves to roll by cutting and feeding a section of a leaf, starting from the edge of the
leaf running parallel to the main leaf bone and glued with whitely fine threads discharged by the
larvae of E. Thrax. The purpose of this study was to determine the type, quantity, and level of
parasitism parasitoid of banana skipper at different altitude sites (lowlands and highland areas). In
the highlands, two parasitoids were found namely Bracemeria lasus, and Cotesia erionotae. The
percentage of Erionata Thrax was found highest in which of 60 Erionata Thrax samples observed
four samples was attacked by Cotesia erionotae (6.667%) at the fourth month of observation. The
lowest was Bracemeria lasus (1.176%) in which of 85 samples only one sample attacked at the first
month observation. In the lowlands, the highest percentage was found in the second and fourth
month observation where 3.333% of 60 samples was attacked by Cotesia erionotae parasitoids.
While the lowest percentage of parasitoid attacks was found at the first month observation in which
only one sample was attacked out of 85 samples (1.176%). These results shows that the percentage
of parasitoids in the highlands has no significant effect on that of in the lowlands.

Keywords: Banana, E.tharax, Parasitoids.

ABSTRAK

Tanaman pisang merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan banyak dijumpai
sebab mampu tumbuh dan berkembang secara baik pada berbagai kondisi agroekologi. Hama
penggulung daun pisang E. thrax merupakan hama perusak daun yang membuat gulungan daun
dengan cara memotong sebagian daun, dimulai dari bagian pinggir daun sejajar dengan tulang daun
utama serta direkat dengan benang-benang halus berwarna putih yang dikeluarkan oleh larva E.
thrax. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, jumlah, dan tingkat parasitasi
parasitoid hama penggulung daun pisang pada ketinggian tempat yang berbeda. Penelitian ini
dilaksanakan di dua tempat yaitu pengambilan sampel dilapangan yang dilakukan di Kematan
Palolo dan di Kecamatan Sigi Biromaru. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit
Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Penelitian ini dilakukan untuk melihat jenis dan
jumlah parasitoid, dan persentase parasitoid di dataran tinggi dan dataran rendah. Pada dataran
tinggi ditemukan dua jenis parasitoid yaitu Bracemeria lasus, dan Cotesia erionotae. persentase
parasitoid tertinggi di dataran tinggi terdapat pada bulan pertama dimana dari 60 sampel Erionata

239
thrax yang diamati pada bulan keempat terdapat 4 sampel yang terserang dengan jenis parasitod
yang muncul yaitu Cotesia erionotae dengan persentase 6,667%. Sedangkan persentase terendah
dijumpai pada pengamatan bulan pertama dengan jumlah 85 ekor sampel yang terserang parasitoid
sebanyak 1 ekor dan jenis parasitoid Bracemeria lasus dengan persentase 1,176%. Di dataran
rendah persentase tertinggi dijumpai pada bulan kedua dan keempat dengan jumlah yang diamati
sebanyak 60 ekor dengan jenis parasitoid Cotesia erionotae dengan persentase 3,333%. Sedangkan
persentase parasitoid terendah dijumpai pada bulan pertama dengan sampel yang diamati sebanyak
85 ekor, yang terparasid sebanyak 1 ekor dengan jenis parasitoid Cotesia erionotae dan persentase
parasitoid 1,176% Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase parasitoid di dataran tinggi tidak
berpengaruh nyata pada persentase parasitoid di dataran rendah.

Keywords: Banana, E.tharax, Parasitoids.

PENDAHULUAN keragaman pisang yang terdapat di Propinsi


Sulawesi tengah masih sangat minim.
Pisang adalah salah satu buah tropis Di antara jenis hama pada tanaman
yang sudah populer di masyarakat potensial pisang, ulat penggulung daun, Erionota
dikembangkan di Indonesia. Saat ini pisang thrax (L.) merupakan hama yang serangan
merupakan komoditas unggulan dan dan kepadatannya cukup tinggi. Pada
memberikan kontribusi paling besar perkebunan pisang, serangan hama ini
terhadap produksi buah-buahan nasional. bervariasi antara 34-47% dengan kepadatan
Selain rasanya yang enak, pisang juga populasi perpohon pisang 1,73-5,47 ekor
mengandung gizi, vitamin, dan kalori, (Soemargono et al., 1989).
sehingga bermanfaat untuk kesehatan. Hama penggulung daun pisang E.
Tanaman pisang (Musa spp.) saat ini thrax merupakan hama perusak daun yang
dikenal sebagai tanaman buah yang membuat gulungan daun dengan cara
ditanam dan dimanfaatkan secara luas memotong sebagian daun, dimulai dari
oleh masyarakat Indonesia. Tanaman pisang bagian pinggir daun sejajar dengan tulang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena daun utama serta direkat dengan benang-
beragam manfaat yang dimilikinya. benang halus berwarna putih yang
Manfaat pisang diantaranya buah yang dikeluarkan oleh larva ulat (Hasyim 1998).
bergizi karena mengandung vitamin, Jika makanan atau daun cukup tersedia
mineral dan karbohidrat serta mudah maka larva dapat hidup terus sampai
dicerna, rendah lemak dan kolesterol, membentuk pupa dalam satu gulungan
sementara daun pisang dapat dipakai daun. Bila populasi hama ini tinggi dapat
sebagai pembungkus berbagai makanan menyebabkan semua daun dimakan habis
serta jantung pisang dapat digunakan dan yang tertinggal hanya tulang daun.
sebagai sayuran dalam masakan (Paul & Hama ini dapat menyebabkan kerusakan
Duarte 2011). secara ekonomi, karena daun tanaman
Tanaman pisang merupakan dimakan habis maka fotosintesis akan
tanaman yang mudah dibudidayakan dan berkurang. Kehilangan hasil yang
banyak dijumpai sebab mampu tumbuh dan disebabkan oleh hama penggulung daun
berkembang secara baik pada berbagai pisang bervariasi antara 10-30% (Emlias et
kondisi agroekologi. Berbagai jenis pisang al., 1997).
ditanam oleh masyarakat di Kabupaten Sigi. Lengkongan dalam Kawarnura,
Beragamnya jenis tanaman pisang tentunya 1973 melaporkan bahwa serangan pertama
memiliki beragam karakter morfologi, hama penggulung daun pisang terjadi di
protensi hasil serta ketahanan terhadap perkebunan pisang Hawaii pada bulan
organisme pengganggu tanaman. Namun Agustus 1973. Saat ini hama tersebut telah
saat ini informasi tentang jenis dan tersebar luas dan menyebabkan kerusakan
240
dan kerugian yang cukup berarti di Asia tempat 570 Mdpl dan di Kecamatan Sigi
Tenggara terutama di Thailan, Philipina, Biromaru pada dataran rendah dengan
Malaysia, Guam, India dan Indonesia. ketinggian 243 Mdpl. Identifikasi parasitoid
Menurut Kalshoven (1981) bahwa di dilakukan di Laboratorium Hama dan
indonesia hama ini menyebar secara Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian,
sporadis pada perkebunan pisang dan sering Universitas Tadulako.
terjadi di kawasan timur indonesia Alat yang digunakan adalah pisau
terutaman pada daerah-daerah yang toples, kain tile, gelas plastik, karet gelang,
terlindung oleh angin. Akibat serangan E. mikroskop binokuler, camera digital dan
thrax pada tanaman pisang dapat alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang
mengunduli daun tanaman sehingga digunakan adalah ulat penggulung daun
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pisang, dan alkohol.
(Berrner ,1975 dalam Lengkong 2003). Penelitian di laksanakan didua
Penyebaran hama penggulung daun tempat yaitu pengambilan sampel di
pisang di wilayah Kabupaten sigi cukup lapangan dan identifakasi jenis parasitoid di
banyak hal ini dibuktikan dengan hasil laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman
survey penulis bahwa populasi E. trhax Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
yang cukup tinggi berada di Kabupate Pemilihan dan Penentuan Lokasi.
Sigi. Hampir seluruh tanaman pisang Pemilihan dan penentuan lokasi dilakukan
diperkebunan tersebut terserang hama dengan menggunakan metode survei
pengulung daun pisang. lokasi dan purposive sampling (pemilihan
Pengendalian hayati dengan secara sengaja) yakni daerah berdasarkan
memanfaatkan musuh alami merupakan potensinya sebagai sentra produksi pisang
salah satu trategi pengendalian hama yaitu : Kecamatan Palolo dan Kecamatan
terpadu (PHT) yang menawarkan solusi Sigi Biromaru.
pengendalian hama yang lebih ramah
lingkungan. Beberapa jenis parasitoid yang Pengambilan Sampel. Pengambilan sampel
dilaporkan sering memarasit hama E. trhax. di lapangan menggunakan metode purposiv
di antaranya adalah Brachymeria sp, sampling (pemilihan secara sengaja)
Brachymeria lasus, Xanthopimpla gamspura, pengambilan sampel dibulan I sebanyak 85
Pediobius erionotae, Theronia sp (Evi ekor pada dataran tingga, dan 85 ekor pada
Soviani., 2012) dataran rendan, dibulan ke-2 sampel yang
Berdasarkan hal di atas maka perlu diambil sebanyak 60 ekor pada dataran
dilakukan observasi mengenai jenis-jenis tinggi dan 60 ekor pada dataran rendah,
parasitoid, dan menghitung tingkat dibulan ke-3 jumlah sampel yang diambil
parasitasi parasitoid hama penggulung daun sebanyak 85 ekor pada dataran tinggi
pisang di wilayah Kabupaten Sigi. dan 85 ekor pada dataran rendah, dan
Tujuan dari penelitian ini adalah pengambilan sampel pada pengamatan
untuk mengetahui jenis dan tingkat dibulan ke-4 sebanyak 60 ekor pada dataran
parasitasi parasitoid yang menyerang pada tinggi dan 60 ekor pada dataran rendah.
hama penggulung daun pisang pada Pengambilan sampel di lakukan dengan
ketinggian tempat yang berbeda. menggunakan alat bantu yaitu pisau yang di
ikatkan pada batang kayu kering dengan
METODE PENELITIAN panjang ± 3 meter. Pisau yang di ikatkan
pada batang kayu berfungsi untuk
Penelitian ini dilaksanakan dari memotong daun yang terserang pada bagian
Januari - Agustus 2016. Dilaksanakan di batang yang tinggi. Daun yang tergulung
dua tempat yaitu pengambilan sampel di dimasukan kedalam toples dengan lebar 5
lapangan yang dilakukan di Kematan Palolo cm tinggi 10 cm, kemudian bagian atas
pada dataran tinggi dengan ketinggian toples ditutup dengan menggunakan kain

241
tile. Larva penggulung daun pisang
kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dipindahkan pada masing-masing wadah
(gelas plastik) untuk memudahkan Dimana:
pengamatan. Pada baian atas gelas ditutupi = Rata-rata sampel 1
dengan kain tile agar tidak kedap udara. = Rata-rata sampel 2
2
Variabel pengamatan. Pengamatan S1 = Varians sampel 1
dilakukan setiap hari untuk melihat S22 = Varians sampel 2
perkembangan dari larva Erionata trhax n1 = Jumlah sampel 1
apakah ada yang terserang atau tidak, n2 = Jumlah sampel 2
kemudian menghitung jumlah parasitoid Sp2 = Sumber keragaman
yang muncul, jenis parasitoid dan
persentase parasitoid yang muncul dari HASIL DAN PEMBAHASAN
larva Erionata trhax.
Persentase Jenis Parasitoid Pada
Identifikasi Parasitoid. Parasitoid yang Ketinggian Tempat yang Berbeda. Dari
muncul dari pupa E. thrax yang sebelumnya hasil penelitian yang dilakukan pada
dimasukan kedalam alkohol 70% kemudian ketinggian tempat yang berbeda di
diamati di bawah mikroskop. Selanjutnya Kabupaten Sigi ditemukan beberapa jenis
dilakukan identifikasi berdasarkan ciri parasitoid dengan jenis yang berbeda.
marfologinya dengan mengacu pada Bororr, Dari hasil pengamatan dapat dilihat
dan Penelitian Sebelumnya (Jurnal dan bahwa tingkat parasitasi terendah adalah
Skripsi). 1,176% pada bulan pertama. Sedangkan
Analisis Data. Analisis data dilakukan tingkat parasitasi parasitoid tertinggi adalah
dengan menghitung jenis dan jumlah 3,333% pada bulan keempat. Cotesia
parasitoid yang muncul serta menghitung erionotae menyerang satu inang dengan
tingkat parasitisasi parasitoid dengan jumlah yang banyak hal inilah yang
menyebabkan tingkat parasitasi dari Cotesia
mengacu pada Hamid et al. (2003) dengan
erionotae jauh lebih tinggi dibandingkan
menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan Brachymeria. Ada dua jenis
N2 parasitoid dari famili yang berbeda yaitu
Pr = X 100% Brachymeria lasus (Chalcididae) dan
NI Cotesia erionotae (Braconidae). Brachymeria
lasus adalah jenis parasitoid yang
Keterangan : Pr = Parasitasi parasitoid % menyerang larva Erionata dan keluar
Untuk membandingkan tingkat menjadi imago parasitoid pada fase pupa.
persentase parasitoid dataran tinggi dan Gejala serang yang disebabkan oleh
dataran rendah di Kabupaten sigi, maka parasitoid ini adalah adanya perubahan
data dari hasil pengamatan dianalisis warna menjadi hitam kecoklatan pada
dengan menggunakan Uji-t (t-test) Menurut bagian tubuh larva dan lama kelamaan akan
Walpole (2009) dengan persamaan: mati. Gejala lainnya adalah adanya lubang
kecil pada tubuh pupa dimana lubang ini
adalah area keluarnya imago parasitoid
Brachymeria lasus. Jumlah parasitoid
Brachymeria lasus yang keluar pada satu
inang adalah ± 10 ekor. Cotesia erionotae
adalah jenis parasitoid yang banyak
menyerang larva penggulung daun pisang.
Jumlah parasitoid yang keluar ada satu
inang ± 40 ekor.

242
Tabel 1. Tingkat Parasitasi Parasitoid Dataran Tinggi.

Waktu pengamatan Jenis parasitoid


Jumlah P (%)
(Bulan) Cotesia
sampel Brachymeria jumlah
erionotae
1 85 13 - 13 1,176
2 60 - 54 54 3,333
3 80 - 132 132 5,882
4 35 - 115 115 6,667

Tabel 2. Tingkat Parasitasi Parasitoid Dataran rendah


Jenis parasitoid
Waktu pengamatan Jumla jumlah P(%)
(Bulan) sampel Cotesia
erionotae Eriotoma sp
1 95 9 - 9 1,176
2 60 28 - 28 3,333
3 80 72 - 72 2,352
4 60 20 6 26 3,333

Tabel 3. Rata-Rata Uji-T.

Rata-Rata % Parasitoid Rata- Standar t-tabel


Perlakuan Total Sp2 sp t-hit
1 2 3 4 Rata Deviasi 0,05

Dataran Tinggi 1,176 3,333 5,882 6,667 17,058 4,265 2,503


Dataran 3,658 1,913 0,63 2,365
1,176 3,333 2,353 3,333 10,195 2,5 1,025
Rendah

Dari hasil pengamatan dapat dilihat dataran rendah 2,7 % terhadap jenis
bahwa tingkat parasitasi terendah dapat parasitoid.
dilihat pada bulan pertama 1,176%.
Jenis Parasitoid yang Ditemukan Di
Sedangkan tingkat parasitasi parasitoid dataran Tinggi. Dari hasil penelitian yang
tertinggi adalah 3,333% pada bulan dilakukan ditemukan dua jenis parasitoid
keempat hal ini dikarenakan dalam satu yang menyerang ulat penggulung daun
inang terdapat dua jenis parasitoid dengan pisang yaitu Brachymeria lasus dan Cotesia
jumlah yang berbeda. Eriotoma sp erionotae.
menyerang satu inang dengan jumlah yang
banyak hal inilah yang menyebabkan
tingkat parasitasi dari Eriotoma sp jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan Cotesia
erionotae. Selain itu dua jenis parasitoid ini
keluar dan berkembang dalam satu inang
yang sama.
Hasil analisis menggunakan Uji-t
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata antara persentase jenis A B
parasitoid di dataran tinggi 4,265 % dan di Gambar 1. Jenis parasitoid di dataran tinggi.

243
memiliki antena yang panjang, dan tubuh
berwarna hitam. Gejala serangan dari
parasitoid ini yaitu adanya kokon kecil pada
bagian tubuh inang (Gambar 2.B). Jumlah
parasitoid yang muncul dari satu inang
cukup banyak dan mampu bertahan hidup
selama tiga hari.
A B
Jenis Parasitoid yang Ditemukan Di
Gambar 2. Gejala serangan parasitoid. Dataran Rendah. Dari hasil penelitian yang
dilakukan terdapat dua jenis parasitoid yang
menyerang ulat penggulung daun pisang
yaitu Cotesia erionotae dan Eriotome sp.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
telah ditemukan dua jenis parasitoid
didataran rendah yaitu Eriotoma sp
(Eurytomidae) dan Cotesia erionotae
A B (Braconidae). Gejala serangan dari kedua
parasitoid ini sangatlah mirip. Hal ini
Gambar 3. Jenis parasitoid dataran rendah.
dikarenakan kedua parasitoid ini keluar
Salah satu jenis parasitoid yang dalam satu inang tetapi dengan jumlah yang
ditemukan menyerang ulat penggulung berbeda. Eriotoma sp merupakan jenis
daun pisang adalah parasitoid Brachymeria parasitoid yang ditemukan didataran
lasus dari famili Chalcididae. Ciri dari rendah. Ciri dari parasitoid ini yaitu tubuh
parasitoid ini adalah ukuran tubuh yang berwarna hitam, dengan jumlah antena 6
lebih besar, abdomen berwarna hitam, segmen. Ciri serangan dari parasitoid ini
antena sedikit pendek, dan koksa berwarna sama dengan serangan dari Cotesia
hitam. Jumlah parasitoid yang muncul erionotae yaitu adanya kokon kecil pada
dalam satu inang adalah 13 ekor. Gejala bagian inang yang terparasid. Pada awalnya
serang Brachymeria lasus berlansung larva yang terparasit oleh Eriotoma sp
selama pada fase larva namun gejlanya masih hidup namun lama kelamaan akan
belum terlihat, larva E. Thrax mampu hidup mati dan tidak bisa berkembang kefase
walaupun sudah terserang oleh parasitoid pupa. Jumlah parasitoid ini keluar
ini. Ketika memasuki fase pupa larva E. bersamaan dengan parasitoid Cotesia
Thrax mulai timbil gejala dari serang erionotae, namun jumlah Eriotoma sp jauh
parasitoid ini, dimana pupa mulai berwarna lebih sedikit dubandingkan dengan Cotesia
hitam pekat dan dalam selang waktu ± satu erionotae.
minggu parasitoid Brachymeria lasus Dari hasil penelitian diatas atas
keluar dari inangnya (Gambar 2.A). ditemukan dua jenis parasitoid di dataran
Brachymeria lasus merupakan jenis tinggi dan dua jenis parasitoid di daran
parasitoid yang menyerang pada fase larva rendah. Dimana didataran tinggi ditemukan
dan keluar dari inang ketika inang dalam dua jenis parasitoid yang berbeda dan
fase pupa dan parasitoid ini bemampu jumlah yang berbeda pula. Dari hasil
bertahan hidup selama 3 hari. penelitian Lestari et al (2015) ditemukan
Selain Brachymeria lasus ada juga beberapa jenis parasitoid yaitu Brachymeria
parasitoid yang menyerang larva lasus, B. thracis, Casinaria sp., dan
penggulung daun pisang yaitu Cotesia Tachinidae ditemukan pada ketiga
erionotae dari famili Braconidae. Ciri dari kecamatan. Cotesia erionotae ditemukan
Cotesia erionotae yaitu ukuran tubuh lebih pada Kecamatan Natar dan Tanjung
kecil dibanding dengan Brachymeria, Bintang, sedangkan Charops sp. ditemukan

244
pada Kecamatan Jati Agung dan Tanjung spesies parasitoid, 4 spesies di antaranya
Bintang, Xanthopimpla sp. ditemukan pada sama dengan yang ditemukan di Lampung
Kecamatan Natar dan Jati Agung. Parasitoid Selatan, yaitu Charops sp., Brachymeria
dari famili Sarcophagidae hanya ditemukan sp., Xanthopimpla sp., dan Cotesia sp.
di Kecamatan. Faktor yang menyebabkan tinggi
Brachymeria lasus dan Cotesia rendahnya parasitoid adalah letak geografis
erionotae. Kedua jenis parasitoid ini yang membatasi penyebaran parasitoid
mampu bertahan hidup selama tiga, dan tersebut. Jumlah parasitoid yang melimpah
yang paling banyak ditemukan adalah dapat disebabkan karena parasitoid tersebut
parasitoid Cotesia erionotae, hal ini sudah menyebar ke daerah yang lain. Selain
dikarenakan jumlah parasitoid yang keluar itu, disebabkan oleh jumlah makanan yang
dari satu inang jauh lebih banyak dibandingkan terpenuhi bagi kelangsungan hidup
dengan parasitoid Brachymeria lasus. parasitoid tersebut. Penelitian dilakukan
Ukuran dari dua jenis parasitoin ini berbeda pada musim hujan sehingga persediaan
dan juga gejala serangan yang ditimbulkan makanan cukup tersedia. Menurut Hidayat
pun berbeda. Brachymeria sp. Merupakan & Sosromarsono 2003, pada musim hujan
salah satu jenis parasitoid yang dapat biasanya tersedia sumber makanan yang
dijadikan sebagai pengendali hayati banyak.
terhadap hama-hama terutama dari ordo Pemindahan sampel ke laboratorium
Lepidoptera dan ordo Diptera dengan teknik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
pengendalian secara konservasi. Eksplorasi dan perkembangan larva Erionata thrax
parasitoid Brachymeria sp. untuk dimana suhu di laboratorium dan
mengendalikan hama terutama dari ordo dilapangan tidaklah sama. Sehingga
Lepidoptera dapat dilakukan pada stadia kemampuan larva berkembang menjadi
pupa, dimana hama atau inang sedang menjadi lemah. Larva yang tidak terserag
berkembang menjadi pupa, sedangkan pada biasanya dapat diliat melalui perubahan
ordo Diptera dilakukan pada stadia larva bentuk larva yang lama kelamaan menjadi
instar akhir (Goulet & Huber, 1993). kering dan tidak bisa berubah menjadi pupa
Dari hasil penelitian diatas dapat dan imago. Melimpahnya jumlah parasitoid
dilihat juga terdapat dua jenis parasitoid disebabkan faktor iklim, curah hujan dan
yang menyerang larva Erionata thrax yaitu tersedianya makanan sehingga sudah
dari parasitoid Cotesia erionotae dan menyebar rata. Pada musim hujan biasanya
Eriotoma sp. Kedua jenis parasitoid ini tersedia sumber makanan yang cukup
keluar dari inang yang sama dan dalam banyak (Hidayat & Sosromarsono 2003).
waktu yang sama dengan gejala yang sama
pula .Kedua jenis parasitoid ini juga mampu KESIMPULAN DAN SARAN
hidup dan berkembang disetiap tempat
selama populasi inang parasitoid masi ada. Kesimpulan.
Kedua jenis parasitoid ini tergolong
parasitoid gregarius hal ini dikarenakan Dari hasil penelitian yang dilakukan
kedua jenis parasitoid tersebut keluar dari maka dapat diambil beberapa kesimpulan
inang yang sama dan dalam waktu yang sebagai berikut:
sama. Jika beberapa ekor parasitoid yang 1. Terdapat dua jenis parasitoid yang
berkembang secara normal menjadi dewasa ditemukan di daerah dataran tinggi, dan
dalam satu individu (tubuh) inang, dua jenis parasitoid didataran rendah
maka parasitoid semacam ini dinamakan yaitu Brachymeria lasus , Cotesia
parasitoid gregarius (Mangoendihardjo dan erionotae, dan Eriotoma sp
Mahrud, dalam Jumar, 2000). 2. Jumlah parasitoid yang paling banyak
Hasil penelitian Ahmad et al. (2008) dijumpai di dataran tinggi dan di dataran
di sekitar wilayah Bandung menemukan 4 rendah adalah Cotesia erionotae.

245
3. Terdapat jenis parasitoid yang sama Pertanaman Padi di Kawasan Taman
ditemukan di dataran rendah dan di Nasional Gunung Halimun “ Jurnal Hayati.
10, (3), 85-90.
dataran tinggi adalah yaitu Cotesia
erionotae. Hasyim A. 1998. Dinamika populasi hama
penggulung daun pisang Erionata thrax (L.)
Saran di Sitiung, Sumatera Barat. J. Stigma
Perlu dilakukan penelitian lebih VI(2):45-50.
lanjut mengenai jenis parasitoid lain yang
Hasyim A, Kamisar dan Nakamura. 2003. Mortalitas
menyerang ulat atau larva E. thrax karena Stadia Pradewasa Hama Penggulung Daun
masih banyak lagi jenis lainnya. Pisang Erionota thrax (L) yang Disebabkan
Perlu dilakukan juga penelitian oleh Parasitoid. Sumatera Barat.
tingkat serangan parasitoid pada semua J.Hort.13(2):114-119.
janis pisang yang hidup diwilayah lembah
Hidayat, (2006). Dasar-dasar Entomology.
palu. IMSTEP-JICA.
DAFTAR PUSTAKA Jumar. (2000). Entomologi Pertanian. Jakarta :
Rineka Cipta.
Emlias, Abbas, I. Salmah S. dan Hasyim, A. 1997.
Tabel hidup dan factor yang mempengaruhi Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in
populasi hama penggulung daun pisang, Indonesia. Laan PA van der. Penerjemah.
Erionota thrax (L) (Lepidoptera:Hesperiidae). Terjemahan dari: De Plagen van de
Disampaikan pada Kongres Biologi Nasional Cultuurgewassen in Indonesie. Jakarta:
Biologi XV 24-26 Juli di UNILA Bandar Ichtiar Baru-van Hoeve.
Lampung. 11 hal.
Lestrari, Indrianti Purnomo 2015, Kemelimpahan
Goulet H & Huber JT. 1993. Hymenoptera of the Dan Keragaman Jenis Parasitoid Hama
World: An Identification Guide to Families. Penggulung Daun Pisang Erionota Thrax L.
Canada Communication Group. Ottawa, Di Kabupaten Lampung Selatan. J.HPT. 15
Canada. (1):26-32,2015
Erniwati & Ubaidillah R. 2011. Hymenopteran
parasitoids associated with the banana- Lengkong, M. (2003). Siklus Hidup Parasitoid
skipper Erionota thrax L. (Insecta: Brachymeria sp. (Hymenoptera: Chalcididae)
Lepidoptera, Hesperiidae) in Java, Indonesia. Pada Inang Erionota thrax L. (Lepidoptera:
Biodiversitas 12(2): 76–85. Hesperiidae). [Online]. Tersedia:
http://www.lipi.go.id/ [15 oktober 2016]
Evi Soviani., 2012. Identifikasi Parasitoid Pada
Erionota Thrax Yang Terdapat Dalam Daun
Soemargono, A. ,A. Susiloadi dan K. Mukminin,
Pisang (Musa Paradisiaca). [Skripsi].
1989. Observasi hama Penggulung daun
Universitas Pendidikan Indonesia.
pisang dan musuh alaminya di beberapa
daerah penghasil pisang di Sumatera Barat.
Hamid, H., et al. 2003. “Keanekaragaman
J.Hort. 25:8-12.
Parasitoid dan Parasitisasinya pada

246

You might also like