PENGGUNAAN CERITA ANAK SEBAGAI MEDIA PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5
SEKOLAH DASAR
Dyah Werdiningsih
FKIP Universitas Islam Malang
e-mail: dyahwerdi@yahoo.co.id
Abstract
This study aimed to describe the use of children’s stories as media to improve
Indonesian language skills of Year 5 elementary school students. This study was an
action research study employing the qualitative approach. The design was based
on the procedure proposed by Kemmis and McTaggart (1988), consisting of plan,
action, observation, and reflection. The subjects comprised teachers and students of
SDN Gadang I Malang. The results showed that the learning model using children’s
stories in the Indonesian language learning was capable of improving Indonesian
language skills of Year 5 elementary school students. This was shown by both their
spoken and written performances.
Keywords: children’s stories, learning media, Indonesian language skills
PENDAHULUAN
Di dalam Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah Kurikulum
Berbasis Kompetensi dikemukakan bahwa kompetensi dasar yang diharapkan
dimiliki oleh anak sekolah dasar (SD),
diantaranya adalah kompetensi berpikir
logis, kritis, kreatif, serta berkomunikasi
lisan dan tulis melalui berbagai media
termasuk teknologi informasi (Depdiknas, 2001). Kompetensi tersebut diharapkan dapat dikembangkan melalui pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud merupakan
paduan dari dua subkompetensi yang
tidak bisa dipisahkan, yaitu (1) kompetensi berpikir dan (2) kompetensi berbahasa. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Vygotsky (dalam Khasanah, 2002) bahwa bahasa berfungsi untuk mewadahi
gagasan atau ide yang logis dan bahasa
merupakan faktor utama yang menentukan perkembangan kognitif anak.
Sehubungan dengan hal tersebut, yang menjadi pertanyaan adalah
apakah pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia telah memberikan dukungan
terhadap tercapainya penguasaan kompetensi bagi siswa SD? Berdasarkan
pengamatan di lapangan, pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia masih belum dapat memberikan dukungan yang
optimal terhadap pencapai kompetensi
bagi siswa SD sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, siswa kelas III
SD belum memiliki kemampuan berbahasa, baik menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Hal ini ditunjukkan dengan (1) lemahnya kemampuan
siswa dalam menyimak pelajaran yang
disampaikan oleh guru sehingga siswa
tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan yang dikemukakan oleh guru berdasarkan apa yang telah disampaikan,
(2) lemahnya kemampuan siswa dalam
berbicara sehingga mereka cenderung
pasif, (3) lemahnya kemampuan siswa
dalam membaca, baik dalam memahami bacaan dalam pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia maupun pelajaran lain,
118
119
serta rendahnya tingkat pemahaman
siswa terhadap isi soal-soal ujian dalam
berbagai matapelajaran, dan (4) lemahnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara tertulis yang tampak pada
hasil tulisan siswa dan jawaban soalsoal ujian maupun latihan-latihan yang
harus mereka kerjakan baik dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
maupun matapelajaran yang lain.
Berdasarkan survai awal yang
dilakukan dengan melakukan pengamatan di lapangan dan wawancara
dengan beberapa guru Bahasa dan
Sastra Indonesia serta wawancara
dengan beberapa siswa SD, diperoleh
gambaran faktor-faktor penyebab kekurangoptimalan pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia dalam menumbuhkan keterampilan berbahasa siswa.
Pertama, pembelajaran cenderung berorientasi pada pemberian pengetahuan
tentang bahasa dan belum diorientasikan pada keterampilan berbahasa. Meskipun guru telah memahami pentingnya pemfokusan pembelajaran aspek
keterampilan berbahasa, tetapi hingga
saat ini masih mengalami kesulitan
untuk memperbaharuhi pembelajaran
di kelas mereka. Kedua, media pendukung pembelajaran masih sangat terbatas. Media pendukung yang dimaksud
adalah media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membangkitkan gairah belajar siswa. Ketiga, siswa kurang
memiliki minat dan motivasi terhadap
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
sehingga pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan menyenangkan.
Berkaitan dengan tuntutan akan
target penguasaan kompetensi bagi siswa SD dan beberapa kelemahan pelaksanaan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SD, maka cerita anak (CA)
dipilih dan digunakan sebagai media
pembelajaran kemampuan berbahasa.
Pemilihan CA sebagai media pembelajaran kemampuan berbahasa ini dila-
kukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut. Pertama, CA
diasumsikan memiliki sejumlah karakteristik yang mendukung terbentuknya
kompetensi yang dimaksud. CA dapat
mendukung perkembangan aspek afektif anak, yang meliputi perkembangan
sosial-emosional, moral-sosial, dan bahasa anak (Galda, et al.,1993). Kedua,
anak-anak usia SD lazimnya senang
akan cerita (Huck, 1987; Purwo, 1991;
dan Wollman-Bonila dan Werchadlo,
1995). Hal ini dapat dipahami karena
anak-anak SD berada dalam taraf perkembangan kognitif, yaitu pada tingkatan operasi konkret dan operasi formal awal. CA dapat digunakan sebagai
jembatan bagi anak-anak yang tengah
bertransisi dari taraf operasi konkret ke
taraf operasi formal. Ketiga, CA dapat digunakan sebagai dasar dalam program
pembelajaran kemampuan berbahasa
di SD. Salah satu program pemanfaatan
cerita fiksi untuk pembelajaran kemampuan berbahasa adalah literature-based
program dan literature-based instructional,
yaitu praktik pembelajaran dan aktivitas belajar dengan menggunakan sastra
anak sebagai dasar.
Penelitian yang dilakukan McGee
dan Thompkins (1995) dan Dole et al.
(1995) menunjukkan bahwa CA dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan
kemampuan membaca, memperkaya
kosakata, dan mempercepat kemampuan berbicara secara signifikan. Demikian
juga Scharer (1990) mengemukakan hasil penelitian mengenai keberhasilan
guru SD dalam mengembangkan penggunaan sastra dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di kelas. Keempat,
CA memiliki keunikan yang mampu
memikat hati anak-anak dan dapat dekat dengan realitas memenuhi rasa ingin
tahu anak. Lebih dari itu, di dalam CA
mengandung informasi yang kehidupan
sehari-hari anak. Pertimbangan pemilihan CA sebagai media pembelajaran ke-
Penggunaan Cerita Anak sebagai Media Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia
120
mampuan berbahasa ini sangat relevan
jika dikaitkan dengan gagasan Vigotsky
bahwa anak dapat membentuksendiri
kemampuan berpikir dan bahasanya
melaluipenciptaan lingkungan belajar
yang kontekstual. Oleh karena, CA menyediakan konteks yang dimaksud. Galda (1993) mengemukakan bahwa buku
cerita yang bermutu dan berisi beragam
struktur berguna bagi anak untuk belajar mengisahkan cerita, mengekspresikan emosi, serta menyajikan informasi.
Pemajanan berbagai ragam buku CA
yang bermutu akan membantu anak
memahami teks-teks baru melalui skema yang terorganisasi.
Bertolak dari fakta mengenai
pembelajaran kemampuan berbahasa
di SD dan potensi CA sebagai media
untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa Indonesia anak, penelitian
ini dipandang perlu untuk dilakukan.
Sesuai dengan pemikiran tersebut, fokus penelitian ini adalah pemanfaatan
CA sebagai media pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa
Indonesia di SD. Sejalan dengan fokus
penelitian, tujuan penelitian ini adalah
mengkaji penggunaan CA sebagai media untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa kelas 5 SD.
Secara teoritis, hasil penelitian
ini dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori tentang program
pembelajaran bahasa yang didasarkan
pada cerita (literature-based program),
yaitu praktik pembelajaran dan aktivitas belajar dengan menggunakan sastra
anak sebagai dasar. Secara praktis, hasil
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
berikut. Pertama, bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia di SD
yang memanfaatkan ceria anak sebagai
media. Lebih lanjut hasil penelitian ini
dapat meningkatkan kinerja guru melaLITERA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2009
lui perbaikan kualitas pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia. Kedua,
bagi siswa, hasil penelitian ini dapat
bermanfaat (1) meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, (2) meningkatkan motivasi belajar, dan (3) melatih
berpikir kritis dan belajar secara mandiri.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Dengan demikian, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian
tindakan (McNiff, 1992). Pelaksanaan
penelitian ini mengikuti prosedur penelitian tindakan menurut Kemmis dan
McTaggart (1988) yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur tersebut dirinci sesuai
dengan tahap-tahap penelitian tindakan
yang dikemukakan Cohen dan Manion
(dalam van Lier, 1989).
Prosedur perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi dirancang
dengan mengikuti prosedur penelitian
tindakan menurut Kemmis dan McTaggart (1988) dengan siklus yang membentuk lingkaran spiral. Dalam penelitian
ini, siklus besar yang dilakukan sebanyak dua kali dalam satu semester. Setiap siklus besar terdiri atas tiga siklus
kecil dengan lama waktu setiap siklus
empat minggu kali empat jam pelajaran.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SDN Gadang I Malang. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa
SDN Gadang I Malang. Pemilihan SD didasarkan pada kriteria (1) pengelolanya
terbuka untuk inovasi, (2) guru kelas 5
bersedia diajak untuk berkolaborasi,
dan (3) orangtua siswa mendukung kegiatan belajar di sekolah dan di rumah.
Studi awal yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap.
Pertama, studi awal dilakukan untuk
mengkaji CA yang diminati anak dan
121
potensial untuk dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia anak. Kajian dilakukan
dengan menelaah hasil-hasil penelitian
dan teori tentang CA dengan karakteristik yang sesuai dengan teori pemerolehan bahasa. Kedua, mengkaji berbagai
strategi pemanfaatan CA untuk pengembangan kemampuan berbahasa. Kajian
dilakukan dengan menelaah hasil-hasil
penelitian dan teori pemanfaatan CA
dan strategi pemanfaatannya. Ketiga,
mengkaji pelaksanaan pembelajaran
kemampuan berbahasa Indonesia di kelas 5 SD yang diteliti untuk mengetahui
strategi pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia yang digunakan guru
di kelas 5 SD terteliti dan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru
berkaitan dengan materi dan strategi
pembelajaran kemampuan berbahasa
Indonesia di kelas 5 SD.
Pelaksanaan tindakan dalam tiap
siklus kecil dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama,
pelaksanaan tindakan dalam siklus I
dilakukan oleh peneliti sebagai model
pelaksanaan tindakan pembelajaran
kemampuan berbahasa berdasarkan
CA, sementara guru berpartisipasi menjadi pengamat terlibat dan membantu
pelaksanaan pembelajaran. Kedua, tindakan II dilakukan oleh guru kelas, peneliti berperan sebagai pendamping guru
kelas terutama pada saat proses bejarmengajar. Ketiga, selama pelaksanaan
tindakan peneliti dan guru kelas melakukan pengamatan terlibat dengan memanfaatkan instrumen pengumpul data.
Selama tahap perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan, dan refleksi guru
bertindak sebagai mitra kolaborasi.
Bentuk tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia berdasarkan
CA. Oleh karena itu, rancangan tindakan pembelajaran dalam penelitian ini
berupa rancangan tujuan, bahan, dan
prosedur pembelajaran kemampuan
berbahasa Indonesia berdasarkan CA
untuk siswa kelas 5 SD difokuskan pada
empat kemampuan berbahasa.
Pada tahap pengamatan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber sumber untuk mengetahui
beberapa jauh efektivitas dari tindakan
yang dilaksanakan. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh berbagai data
tentang sebagai berikut. Pertama, data
tentang penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia hasil pengamatan selama proses pembelajaran, hasil penyelesaian tugas, dan nilai ulangan harian.
Kedua, data tentang antusias, aktivitas,
dan pemilihan media diperoleh dari
hasil observasi selama proses belajarmengajar oleh guru kolaborator. Ketiga, data tentang kegiatan siswa di luar
kegiatan di kelas, seperti kapan siswa
belajar, bermain dan dan lain-lain diperoleh melalui catatan harian guru dan
cacatan aktivitas siswa di kelas selama
pembelajaran.
Refleksi adalah kegiatan yang
meluas secara kritis tentang perubahan
yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Semua subjek penelitian
tindakan mendiskusikan hasil sebelum
dan sesudah dilakukan tindakan (intervensi) kemudian merumuskan hasil
tersebut, baik berupa keberhasilan maupun kekuarangannya untuk ditindaklanjuti dengan langkah-langkah penyempurnaan dan pengembangan. Dampak
tindakan perbaikan dapat dilihat pada
pengingkatan kemampuan berbahasa
Indonesia, keantusiasan siswa dalam
mengikuti pelajaran, dan keantusiasan
siswa untuk mengerjakan tugas-tugas.
Dalam penelitian ini, data penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu data
awal dan data tindakan. Pertama, data
awal berupa (1) karakteristik CA yang
diminati anak-anak dan berpotensi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas 5 SD yang
Penggunaan Cerita Anak sebagai Media Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia
122
bersumber dari paparan hasil-hasil penelitian dan teori tentang CA, serta teori
pemerolehan bahasa; (2) strategi pembelajaran kemampuan berbahasa yang
digunakan guru di kelas 5 SD terteliti
yang bersumber dari interaksi belajarmengajar di kelas pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas
5 SD; dan (3) berbagai strategi pemanfaatan CA untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, yang bersumber
dari hasil penelitian dan teori tentang
pemenfaatan CA serta strategi pemanfaatannya. Kedua, data tindakan mencakup data proses tindakan dan hasil
tindakan. Data proses tindakan berupa
data verbal lisan, respon verbal, tingkah
laku subjek terteliti dan guru kelas 5 SD
terteliti yang bersumber dari tampilan
interaksi belajar-mengajar kemampuan
berbahasa Indonesia. Data hasil tindakan berupa data verbal baik lisan maupun tulis yang bersumber dari tampilan
verbal lisan dan tulisan siswa kelas 5 SD
terteliti yang dikembangkan melalui pemanfaatan CA.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Dalam
mengumpulkan data, peneliti memanfaatkan catatan lapangan, catatan hasil
wawancara, cacatan dokumen, dan sejumlah format pengumpul data. Untuk
mengumpulkan data pelaksanaan dan
hasil pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas 5 SD terteliti
digunakan (1) format pengamatan prosedur dan interaksi dalam pembelajaran
kemampuan berbahasa, (2) pedoman
wawancara dengan siswa kelas 5 SD
terteliti, guru kelas, dan orangtua siswa,
dan (3) perangkat tes yang meliputi tes
performansi berbahasa siswa, tes penguasaan isi mata pelajaran yang lain.
Pengumpulan data awal dilakukan dengan (1) membaca teori dan hasil
penelitian tentang CA yang berpotensi
mengembangkan bahasa anak, kurikulum, dan teori pemanfaatan CA untuk
LITERA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2009
pembelajaran kemampuan berbahasa,
(2) melakukankan wawancara dengan
guru dan siswa, serta melakukan
pengamatan di kelas untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran kemampuan
berbahasa Indonesia di kelas 5 SD terteliti.
Adapun pengumpulan data tindakan dan hasil tindakan dilakukan
dengan mengamati, merekam, mencatat
tuturan verbal lisan, respon verbal, tingkah laku subjek terteliti dan guru dan
siswa kelas 5 SD terteliti yang bersumber
dari tampilan interaksi belajar-mengajar
kemampuan berbahasa Indonesia. Sedangkan pengumpulan data hasil tindakan dilakukan dengan merekam tuturan
baik lisan maupun tulis yang bersumber
dari tampilan verbal lisan dan tulisan
siswa kelas 5 SD terteliti.
Analisis data dalam penelitian ini
menganut prinsip multiguna dengan
tujuan bagaimana suatu teknik analisis
dapat digunakan untuk mendukung pemecahan masalah yang telah dirumuskan (McNiff, 1992). Data dalam penelitian ini dengan teknik analisis data model
alir (Miles dan Huberman, 1990). Penyimpulan dilakukan setelah kegiatan
reduksi dan penyajian data. Simpulan
pertama, kedua, dan ketiga diverifikasi
melalui diskusi dengan guru kolaborator dan teman sejawat.
Untuk mempermudah analisis
data berkaitan dengan proses pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia berdasarkan CA digunakan indikator keberhasilan proses pembelajaran
dan hasil belajar. Rambu-rambu proses
pembelajaran dikembangkan dari tahap-tahap dalam prosedur pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia
berdasarkan CA dengan prosedur (1)
fokus pembelajaran, (2) penentuan indikator pembelajaran, dan (3) penentuan
kualifikasi. Adapun rambu-rambu hasil
belajar disusun berdasarkan butir-butir
hasil belajar yang menjadi fokus dalam
123
penelitian ini dengan prosedur (1) penentuan indikator hasil belajar, (2) penentuan ciri deskriptor, dan (3) penentuan kualifikasi hasil.
Indikator keberhasilan penelitian
ini ditunjukkan dengan beberapa hal
berikut, yaitu (1) terdapat peningkatan
prestasi belajar sekurang-kurangnya
80% siswa mendapat nilai ulangan harian 70; (2) sekurang-kurangnya 75%
siswa termotivasi dalam pembelajaran
kemampuan berbahasa Indonesia berdasarkan CA, dan (3) terdapat peningkatan kinerja guru dalam proses belajarmengajar dengan menerapkan pembelajaran kemampuan berbahasa Indonesia
berdasarkan CA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan Siklus I
Data dan temuan hasil PTK
siklus 1 disajikan berdasarkan hasil
pengamatan, perekaman dan catatan
lapangan aktivitas guru dan siswa,
wawancara, dokumentasi rencana pembelajaran dan hasil kerja siswa. Agar
diperoleh gambaran yang sistematis
dan menyeluruh, paparan dimulai dari
penggambaran perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, temuan, dan refleksi tindakan.
Perencanaan Pembelajaran Siklus I
Perencanaan pembelajaran siklus 1 direncanakan berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan April 2006 di
SDN Gadang I Malang. Studi pendahuluan dilakukan sebelum tindakan
dilakukan melalui pengamatan dan
daftar pertanyaan kepada siswa dan
guru. Pengamatan dilakukan sewaktu
guru mengajar BI di kelas. Pengamatan
tersebut meliputi perencanaan pembelajaran, aktivitas siswa di kelas, cara guru
mengajar, respon siswa, interaksi gurusiswa, dan hasil pembelajaran siswa.
Pertanyaan untuk siswa meliputi pemahaman siswa mengenai pembelajaran
BI, minat siswa, cara guru mengajarkan,
motivasi siswa dalam belajar, dan tindak lanjut setelah pembelajaran menulis
laporan. Pertanyaan untuk guru meliputi pemahaman guru tentang materi
yang diajarkan, respon siswa terhadap
pembelajaran BI yang telah dilakukan,
kendala-kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran BI, evaluasi pembelajaran
BI, dan pemanfaatan cerita anak.
Dari hasil pengamatan dan pertanyaan diperoleh gambaran bahwa
persiapan yang dilakukan dalam pembelajaran BI adalah siswa kurang dikondisikan terlebih dahulu. Sebelum siswa
mengikuti pembelajaran sastra tidak ada
informasi awal apakah nantinya akan
dinilai kemampuan berbahasa Indonesianya. Dengan tidak diberitahukan tugas tersebut, mengakibatkan siswa tidak
memperhatikan ketepatan penggunan
BI dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan setelah membaca teks sastra dan
menulis tugas-tugas yang terkait dengan pembelajaran sastra di kelas.
Pelaksanaan pengajaran BI dilakukan dengan teknik ceramah dan
pemberian tugas. Guru tidak memberi
tugas-tugas yang dapat mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, Proses pembelajaran kurang menarik dan tidak memanfaatkan mediaHal
ini menyebabkan motivasi belajar BI
siswa rendah, siswa cepat bosan dalam
memperhatikan pelajaran, kemudian
ngobrol dengan teman duduknya, dan
siswa lebih menyukai buku cerita daripada buku pelajaran. Di sisi lain diketahui bahwa strategi pemanfaatan cerita
anak berpotensi untuk pengembangan
kemampuan berbahasa. Ketersediaan
media ceria anak ini didukung oleh
orangtua siswa.
Pertemuan ketiga dilakukan penyusunan skenario pembelajaran yang
direncanakan sebagai berikut (1) mem-
Penggunaan Cerita Anak sebagai Media Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia
124
bangkitkan skemata siswa dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan
manfaat CA, (2) menjelaskan kegiatan
pembelajaran, (3) mengorganisasikan
kelas, (4) meminta siswa secara kelompok membaca CA yang telah dibagikan,
(5) meminta siswa (a) praktik menjawab
pertanyaan dan mengemukakan secara
lisan dengan menceritakan tokoh, latar,
penyajian alur cerita-cerita, dan menuturkan cerita, (b) secara tertulis untuk
mengidentifikasi fakta dalam cerita,
menebak lanjutan cerita, dan mengidentifikasi peristiwa penting, dan siswa diarahkan untuk menuliskan kembali CA
yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Peneliti dan guru BI membuat perencanaan pembelajaran menulis laporan
teknik dengan strategi pemodelan pada
siklus 2 secara kolaboratif. Penyajian
perencanaan pembelajaran ini membutuhkan waktu 2 kali pertemuan (pertemuan masing-masing 2x45 menit.
Rencana hasil belajar yang dicapai
adalah siswa dapat menceritakan kembali CA. Rencana indikator yang hendak
dicapai pada tahap persiapan membaca
CA adalah siswa dapat (1) menjawab
pertanyaan dan mengemukakan secara
lisan dengan menceritakan tokoh, latar,
penyajian alur cerita-cerita, dan menuturkan cerita dan (2) mengidentifikasi
fakta dalam cerita, menebak lanjutan
cerita, dan mengidentifikasi peristiwa
penting, dan siswa diarahkan untuk
menuliskan kembali CA yang dibacanya
dan menulis cerita baru.
Rencana skenario pembelajaran
pada tahap persiapan menulis laporan
adalah (1) mengorganisasikan kelas
dengan tindakan (a) membagi siswa
menjadi 9 kelompok yang tiap kelompok
beranggotakan 5 siswa, (c) membacakan
keanggotaan kelompok, (d) mengatur
tugas siswa sesuai dengan anggota kelompok, (2) membangkitkan skemata
siswa dengan mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan CA yang diLITERA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2009
baca, (3) menjelaskan kompetensi yang
dicapai siswa dalam pembelajaran, (c)
meminta tanggapan siswa tentang kompetensi yang dicapai, (d) memotivasi
siswa, (4) tindakan: (a) menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, (b) meminta
siswa menceritakan tokoh, latar, penyajian alur cerita-cerita, dan menuturkan
cerita, dan (c) meminta siswa mengidentifikasi fakta dalam cerita, menebak
lanjutan cerita, dan mengidentifikasi
peristiwa penting, dan siswa diarahkan
untuk menuliskan kembali CA yang
dibacanya dan menulis cerita baru, (5)
pengumpulan data dengan tindakan,
dan (6) merefleksi terhadap proses dan
hasil belajar dengan menanyakan kelengkapan data.
Rencana skenario pembelajaran
(1) mengorganisasikan kelas dengan
mengatur posisi duduk siswa sesuai
dengan kelompok, (2) membangkitkan skemata siswa dengan tindakan
(a) menanyakan hasil pembacaan CA,
(b) menanyakan hasil identifikasi CA,
dan (c) memotivasi siswa, (3) menyusun
kerangka laporan dengan tindakan dan
(4) mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
Penilaian hasil dilakukan setelah
pada saat siswa (1) mengemukakan
secara lisan dengan hasil identifikasi
karakter tokoh, latar, penyajian alur
cerita-cerita, dan menuturkan cerita dan
(2) mengemukakan secara tertulis hasil
identifikasi fakta dalam cerita, menebak
lanjutan cerita, dan mengidentifikasi
peristiwa penting, dan siswa diarahkan
untuk menuliskan kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
Pelaksanaan pembelajaran peningkatan kemampuan berbahasa melalui pemanfaatan CA, dibagi dua tahap,
yakni (1) mengemukakan secara lisan
dengan hasil identifikasi karakter tokoh,
latar, penyajian alur cerita-cerita, dan
125
menuturkan cerita dan (2) mengemukakan secara tertulis hasil identifikasi fakta dalam cerita, menebak lanjutan cerita,
dan mengidentifikasi peristiwa penting,
dan siswa diarahkan untuk menuliskan
kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Guru kejuruan memulai kegiatan
dengan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan siswa
memberikan tanggapan siswa positif,
mereka senang belajar bahasa dengan
membaca CA. Kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan kompetensi yang dicapai siswa dan meminta siswa menanggapi. Tanggapan siswa beragam, sebagian besar siswa menghendaki tugas
dikerjakan di rumah. Kemudian, guru
memotivasi siswa dan menjelaskan perlunya pengerjaan tugas secara kelompok di dalam kelas.
Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Mula-mula guru BI
menjelaskan kompetensi yang dicapai
siswa kemudian menuliskan kompetensi tersebut di papan tulis. Kompetensi
yang harus dikuasai siswa adalah siswa
mampu (1) mengemukakan secara lisan
dengan hasil identifikasi karakter tokoh,
latar, penyajian alur cerita-cerita, dan
menuturkan cerita dan (2) mengemukakan secara tertulis hasil identifikasi fakta dalam cerita, menebak lanjutan cerita,
dan mengidentifikasi peristiwa penting,
dan siswa diarahkan untuk menuliskan
kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Rencana skenario pembelajaran
pada tahap persiapan menulis laporan
adalah (1) mengorganisasikan kelas
dengan tindakan (a) membagi siswa
menjadi 9 kelompok yang tiap kelompok
beranggotakan 5 siswa, (c) membacakan
keanggotaan kelompok, (d) mengatur
tugas siswa sesuai dengan anggota kelompok, (2) membangkitkan skemata
siswa dengan mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan CA yang dibaca,
(3) menjelaskan kompetensi yang dicapai siswa dalam pembelajaran, (c) meminta tanggapan siswa tentang kompetensi yang dicapai, (d) memotivasi siswa,
(4) tindakan: (a) menjelaskan kegiatan
yang akan dilakukan, (b) meminta siswa
membaca CA, (b) meminta siswa menceritakan tokoh, latar, penyajian alur cerita-cerita, dan menuturkan cerita, dan
(c) meminta siswa mengidentifikasi fakta dalam cerita, menebak lanjutan cerita,
dan mengidentifikasi peristiwa penting,
dan siswa diarahkan untuk menuliskan
kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru, (5) pengumpulan data
dengan tindakan, dan (6) merefleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan
menanyakan kelengkapan data.
Rencana skenario pembelajaran
(1) mengorganisasikan kelas dengan
mengatur posisi duduk siswa sesuai
dengan kelompok, (2) membangkitkan skemata siswa dengan tindakan (a)
menanyakan hasil pembacaan CA, (b)
menanyakan hasil identifikasi CA, dan
(c) memotivasi siswa, (3) menyusun kerangka laporan dengan tindakan dan (4)
mengadakan refleksi terhadap proses
dan hasil belajar.
Hasil Pengamatan Siklus I
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh dua peneliti pada siklus I
ini terdapat beberapa hal yang bersifat
positif dan hal-hal yang bersifat negatif.
Hal hal yang bersifat negatif akan diperbaiki pada siklus II.
Dari pengamatan selama siklus
pertama diketahui bahwa dalam proses
belajar mengajar dengan memanfaatkan
media CA, siswa nampak antusias dan
senang ketika belajar sambil mendengarkan cerita atau membaca cerita yang
disuguhkan kepadanya. Hal itu tampak
dari keikutsertaan siswa menyimak dan
membaca dengan antusias. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka
Penggunaan Cerita Anak sebagai Media Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia
126
bisa meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar. Hal ini didukung
dari hasil tanya-jawab dengan beberapa
siswa yang menyatakan bahwa mereka
senang belajar BI dengan cara ini.
Akan tetapi untuk siklus I ini banyak hal negatif yang ditemukan. Halhal negatif itu adalah sebagai berikut (1)
jumlah siswa kelas 5 yang besar yaitu 46
siswa, (2) jumlah pembacaan cerita mencapai 3 kali karena mereka masih meresa sangat sulit memahami teks cerita tersebut, (3) banyak siswa yang belum bisa
mengidentifikasi karakter tokoh, latar,
dan alur serita, dan (4) ketika mereka diminta untuk menceritakan kembali teks
dengan bebas secara lisan dalam bahasa
Indonesia, mereka belum bisa mengemukakan dengan jelas dan runtut, demikian juga ketika menuliskannya.
Selanjutnya, sesuai dengan tujuan
penelitian ini yaitu apakah pembelajaran
kemampuan BI melalui pemanfaatan
media CA bisa meningkatkan keterampilan, mendengar, berbicara, membaca
dan menulis pada hasil temuan kemampuan BI dari siklus ke I, hal ini dikemukan sebagai berikut. Pengajaran bahasa
Inggris melalui pemanfaatan media
CA memimiliki dampak besar pada
keterampilan memahami bacaan, akan
tetapi belum berdampak positif pada
keterampilan berbicara dan menulis.
Hal-hal yang menyebabkan keterampilan mereka belum baik pada keterampilan berbicara maupun menulis adalah
disebabkan oleh jumlah siswa dalam
kelas yang sangat besar untuk belajar
keterampilan berbicara, sedangkan untuk keterampilan menulis kelemahan
ini sudah menjadi masalah umum dan
dikaui oleh para praktisi pengajar karena menulis adalah keterampilan yang
paling sulit. Akhirnya, untuk keterampilan mendengar siswa masih memperoleh nilai belum maksimal karena disebabkan oleh tidak lancarnya praktik
berbicara oleh siswa.
LITERA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2009
Hasil dan Pembahasan Siklus 2
Data dan temuan hasil PTK
siklus 2 disajikan berdasarkan hasil
pengamatan, perekaman dan catatan
lapangan aktivitas guru dan siswa,
wawancara, dokumentasi rencana pembelajaran dan hasil kerja siswa. Agar
diperoleh gambaran yang sistematis
dan menyeluruh, paparan dimulai dari
penggambaran perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, temuan, dan refleksi
tindakan.
Perencanaan Pembelajaran Siklus 2
Peneliti dan guru BI membuat
perencanaan pembelajaran menulis
laporan teknik dengan strategi pemodelan pada siklus 2 secara kolaboratif.
Penyajian perencanaan pembelajaran ini
membutuhkan waktu 2 kali pertemuan
(pertemuan masing-masing 2x45 menit.
Rencana hasil belajar yang dicapai adalah siswa dapat menceritakan
kembali CA. Rencana indikator yang
hendak dicapai pada tahap persiapan
membaca CA adalah siswa dapat (1)
menjawab pertanyaan dan mengemukakan secara lisan dengan menceritakan
tokoh, latar, penyajian alur cerita-cerita,
dan menuturkan cerita dan (2) mengidentifikasi fakta dalam cerita, menebak
lanjutan cerita, dan mengidentifikasi
peristiwa penting, dan siswa diarahkan
untuk menuliskan kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Rencana skenario pembelajaran
pada tahap persiapan menulis laporan
adalah (1) mengorganisasikan kelas
dengan tindakan (a) membagi siswa
menjadi 9 kelompok yang tiap kelompok
beranggotakan 5 siswa, (c) membacakan
keanggotaan kelompok, (d) mengatur
tugas siswa sesuai dengan anggota kelompok, (2) membangkitkan skemata
siswa dengan mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan CA yang dibaca, (3) menjelaskan kompetensi yang
127
dicapai siswa dalam pembelajaran, (c)
meminta tanggapan siswa tentang kompetensi yang dicapai, (d) memotivasi
siswa, (4) tindakan: (a) menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, (b) meminta
siswa menceritakan tokoh, latar, penyajian alur cerita-cerita, dan menuturkan
cerita, dan (c) meminta siswa mengidentifikasi fakta dalam cerita, menebak
lanjutan cerita, dan mengidentifikasi
peristiwa penting, dan siswa diarahkan
untuk menuliskan kembali CA yang
dibacanya dan menulis cerita baru, (5)
pengumpulan data dengan tindakan,
dan (6) merefleksi terhadap proses dan
hasil belajar dengan menanyakan kelengkapan data.
Rencana skenario pembelajaran
(1) mengorganisasikan kelas dengan
mengatur posisi duduk siswa sesuai
dengan kelompok, (2) membangkitkan skemata siswa dengan tindakan
(a) menanyakan hasil pembacaan CA,
(b) menanyakan hasil identifikasi CA,
dan (c) memotivasi siswa, (3) menyusun
kerangka laporan dengan tindakan dan
(4) mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
Penilaian hasil dilakukan setelah
pada saat siswa (1) mengemukakan
secara lisan dengan hasil identifikasi
karakter tokoh, latar, penyajian alur
cerita-cerita, dan menuturkan cerita dan
(2) mengemukakan secara tertulis hasil
identifikasi fakta dalam cerita, menebak
lanjutan cerita, dan mengidentifikasi
peristiwa penting, dan siswa diarahkan
untuk menuliskan kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2
Pelaksanaan pembelajaran peningkatan kemampuan berbahasa melalui pemanfaatan CA, dibagi dua tahap,
yakni (1) mengemukakan secara lisan
dengan hasil identifikasi karakter tokoh,
latar, penyajian alur cerita-cerita, dan
menuturkan cerita dan (2) mengemuka-
kan secara tertulis hasil identifikasi fakta dalam cerita, menebak lanjutan cerita,
dan mengidentifikasi peristiwa penting,
dan siswa diarahkan untuk menuliskan
kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Guru kejuruan memulai kegiatan
dengan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, bahwa
pembelajaran hari ini digabungkan dengan pembelajaran BI. Tanggapan siswa
positif, mereka senang belajar bahasa
dengan membaca CA. Kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan kompetensi
yang dicapai siswa dan meminta siswa
menanggapi. Tanggapan siswa beragam, sebagian besar siswa menghendaki
tugas dikerjakan di rumah. Kemudian,
guru memotivasi siswa dan menjelaskan perlunya pengerjaan tugas secara
kelompok di dalam kelas.
Kegiatan selanjutnya, guru mengorganisasikan kelas dengan membagi
siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 5
siswa kemudian membacakan anggota
kelompok dan mengatur tugas siswa.
Pembagian kelompok ini didasarkan
hasil pengamatan keaktifan siswa dan
penilaian performansi siswa pada siklus pertama. Pembagian kelompok ini
bertujuan agar terjadi pemerataan kemampuan siswa dalam menulis laporan
sehingga siswa terlihat aktif. Mereka saling mencari anggota kelompok masingmasing dan menunjuk ketua kelompok.
Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Mula-mula guru BI
menjelaskan kompetensi yang dicapai
siswa kemudian menuliskan kompetensi tersebut di papan tulis. Kompetensi
yang harus dikuasai siswa adalah siswa
mampu (1) mengemukakan secara lisan
dengan hasil identifikasi karakter tokoh,
latar, penyajian alur cerita-cerita, dan
menuturkan cerita dan (2) mengemukakan secara tertulis hasil identifikasi fak-
Penggunaan Cerita Anak sebagai Media Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia
128
ta dalam cerita, menebak lanjutan cerita,
dan mengidentifikasi peristiwa penting,
dan siswa diarahkan untuk menuliskan
kembali CA yang dibacanya dan menulis cerita baru.
Hasil Pengamatan Siklus II
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh dua peneliti pada siklus II
beberapa hal yang bersifat bersifat postif
terus dijaga dan hal-hal yang negatif
pada siklus I telah direvisi dan hal itu
membuahkan perubahan pada performansi berbahasa Indonesia siswa dalam
proses pembelajaran.
Pada siklus II, siswa dibagi
kelompok dengan anggota lima orang
perkelompok. Sebelum tatap muka berlangsung, guru menugasi siswa untuk
menyiapkan dan membaca CA yang
sama tiap kelompok. Dengan demikian,
siswa lebih siap untuk mengikuti pembelajaran dibandingkan dengan pada
siklus I, yakni tugas membaca dilakukan kelas setelah CA dibagikan pada
tatap muka itu juga. Dengan cara ini
siswa nampak lebih antusias dan lebih
siap untuk berpartisiasi dalam proses
pembelajaran di kelas.
Kelemahan pada siklus I yaitu
jumlah siswa kelas 5 yang besar yaitu
46 siswa dapat diatasi pengelolaannya
dengan membagi siswa dalam kelompok
yang beranggotakan lima orang. Jumlah
pembacaan cerita cukup dilakukan satu
kali, bahkan sebagian mereka yang tidak
membaca di kelas karena sudah membaca di rumah, sehingga mereka dapat
langsung mempersiapkan jawaban beberapa tugas yang diberikan. Siswa semakin jeli dan tajam dalam melakukan
mengidentifikasi karakter tokoh, latar,
dan alur cerita. Performansi mereka untuk menceritakan kembali teks dengan
bahasa bebas secara lisan dalam BI telah
mengalami kemajuan. Hal itu ditunjukkan dengan kejelasan dan keruntutan
uraian mereka.
LITERA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2009
Terlalu seringnya mereka, siswa, meminta guru untuk memutarkan
lagu sampai sampai 6 kali pada siklus
ke II ini telah menunjukkan perubahan yang lebih baik. Hasil pengamatan
dari dua lagu yang liriknya lebih pendek, siswa hanya butuh mendengar
lagu-lagu tesebut hanya sampai 3 kali.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan atau kompetensi
mendengar (listening) siswa meningkat
lebih terampil. Di sisi lain guru lebih
bisa menguasai kelas karena suara guru
bisa ditangkap dengan jelas oleh siswa
yang duduk di belakang. Dengan model
penglompokan siswa melalui berhitung
angka dalam bahasa Inggris siswa lebih
cepat membentuk kelompok secara otomatis dan cepat mencari anggota kelompoknya. Demikian juga, ketika diminta
menuliskan kembali isi cerita dengan
bahasa mereka sendiri. Anak mampu
mengemukakan isi cerita dengan lebih
baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kejelasan, keruntutan, dan keutuhan
cerita yang dikemukakan sesuai dengan
keruntutan alur dan keutuhan CA yang
dibaca oleh anak.
Dari hasil pengamatan terhadap
performansi berbahasa lisan dan tulis
siswa dapat diketahui bahwa pembelajaran BI dengan memanfaatkan CA
mampu meningkatkan kompetensi berbahasa mereka. Dari semua keterampilan berbahasa, hanya keterampilan
menyimak saja yang didak teramati
hasil peningkatannya karena jam pelajaran tidak cukup untuk meminta siswa
mengemukakan hasil penyimakan mereka terhadap penampilan antarkelompok. Selain itu, pemamfaatan media CA
dapat mendukung penciptaan suasana
belajar atau susana kelas menjadi menyenangkan dan tidak tegang sehingga
memotivasi mereka untuk berpartisipasi
selama proses belajar- mengajar.
Dengan pemanfaatan CA ini,
siswa merasa memperoleh manfaat
129
dan menemukan hal baru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi antara
siswa dengan siswa dan siswa dengan
guru. Salah satu situasi baru yang dapat
diterapkan adalah dengan penggunaan
lagu sebagai media pembelajaran dalam kelas pembelajaran yang menyenangkan memang disyaratkan oleh kurikulum baru tahun 2004.
Pembelajaran BI melalui pemanfaatan CA terbukti dapat meningkatkan
minat siswa dan mendorong partisipasi
aktif siswa menjadi lebih baik. CA yang
dibaca anak ini sekaligus merupakan
sumber belajar tentang penggunaan BI
yang autentik sehingga lebih bermakna
bagi siswa. Selain itu, langkah ini dapat
mendekatan siswa dengan karya sastra
sehingga mereka dapat belajar berbagai nilai kehidupan yang dapat menjadi
bekal dalam hidupnya kelak kemudian
hari. Hal dapat berdampak positif bagi
peningkatan apresiasi sastra mereka.
Lebih dari itu, kegiatan ini dapat meningkatkan minat baca siswa serta meningkatan kemampuan kritis mereka
dalam melakukan pengkajian terhadap
teks bacaan.
Dampak positif pemanfaatan media pembelajaran ini ditegaskan oleh
Regina dan Fai (1998) yang menyatakan
bahwa media pembelajaran merupakan
sarana yang sangat bermanfaat guna
mengembangkan kemampuan siswa
dalam mendengar, berbicara, membaca,
menulis dan bisa juga digunakan untuk
mengajar komponen bahasa seperti,
kosa kata, struktur kalimat, dan pengucapan bahasa. Dari penelitian yang
mereka lakukan kepada siswa tingkat
menengah, dapat dilihat bahwa siswa
sangat tertarik dan antusias terhadap
pelajaran BI dan meningkatkan tingkat
keterlibatan mereka dalam interaksi dalam kelas. Gebhard (1996) juga mengatakan bahwa sebagian besar orang akan
setuju dengan pembelajaran lewat CA
sehingga murid dapat mengerti tentang
cerita tersebut. Senada dengan pendapat
tersebut, Finocchiaro dan Brumfit (1983)
mengemukakan bahwa pembelajaran
melalui CA dapat digunakan pada pelajaran ekstensif maupun intensif. Dengan
memanfaatkan media tersebut akan terciptan suasana yang menggembirakan
dan menyenangkan selain juga siswa
memperoleh peningkatan kemampuan
berbahasa mereka.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data,
simpulan penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Secara umum, hasil
penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran melalui pemanfaatan CA
dalam pembelajaran BI dapat meningkatkan kemampuan BI siswa kelas 5 SD.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan performansi siswa baik dalam berbahasa lisan maupun tulis. Secara rinci
simpulan penelitian ini dikemukakan
sebagai berikut: (1) model pembelajaran melalui pemanfaatan CA ini meningkatkan kompetensi mendengarkan
siswa, yang ditunjukkan dari frekuensi
pembacaan CA 2-3 kali menjadi cukup
satu kali, (2) model pembelajaran melalui pemanfaatan CA ini meningkatkan
kompetensi membaca siswa yang ditujukkan dengan ketepatan siswa dalam
menjawab pertanyaan sesuai dengan isi
bacaan, (3) model pembelajaran melalui pemanfaatan CA ini meningkatkan
kompetensi berbicara secara sangat
signifikan yang ditunjukkan dengan
Anak mampu mengemukakan isi cerita
dengan lebih baik, dan (4) model pembelajaran melalui pemanfaatan CA ini
meningkatkan kompetensi menulis secara sangat signifikan yang ditunjukkan
dengan adanya kejelasan, keruntutan,
dan keutuhan cerita yang dikemukakan
sesuai dengan keruntutan alur dan keu-
Penggunaan Cerita Anak sebagai Media Peningkatan Kemampuan Berbahasa Indonesia
130
tuhan CA yang dibaca oleh anak ketika
diminta untuk menceritakan kembali isi
cerita secara tertulis.
UCAPAN TRIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Bapak/Ibu dan para murid kelas
V SD Negeri Gadang 1 Malang yang
telah membantu pelaksanaan penelitian.
Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan sejawat yang telah
membantu kegiatan verifikasi dan triangulasi data dan interpertasi, serta kepada reviewer anonim yang telah membaca, mengoreksi dan memberi masukan terhadap artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, A. & Johny. 1994. Developing
Thinking Skills, Using Children’s
Literature. Eleanor Curtain Publishing.
Christantiowati. 1996. Bacaan Anak Indonesia Tempo Doeloe, Kajian Pendahuluan Periode 1908—1945. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud, 1993. Kurikulum Pendidikan
Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Finocchiaro& Brumfit. 1983. The Notional
–Functional Approach: From Theory
to Practice. Oxford: Oxford University Press.
LITERA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2009
Finocchiaro. 1989. Teaching English as a
Second Language. New Jersey: Prentice Hall Regent, Englewood Cliff.
Gebhard, Jerry G. 1996. Teaching English
as a Foreign or Second Language: A
Teacher Self-development and Methodology Guide. Michigan: The University of Michigan Press.
Pepak. 2003. Literatur untuk Anak. Yayasan Lembaga Sabda.e-BinaAnak/
e-BinaGuru. 4 Maret 2003.
Putra, R.M.S. 2003. “Impact of Comics
and Other Kinds of New Media
on Children’s in Indonesia”. ABD
Volume 30. No. 2. EDRS’s web
site
Lo, Regina dan Henry Chi Fai Li. 1998.
“Songs Enhance Learner Involvement; Materials Development”
dalam Forum vol.36 Juli-September 1998.
Sudarman, Sri dan Roekhan. 1995.
“Membaca Sebagai Tindak Mawas Diri”. Dalam Bahasa dan
Sastra Indonesia. 1 (1) hlm. 83--92.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.
McTaggart, Robin. 1991. Action Research:
A Short Modern History. Victoria:
Deakin University.