Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Alkitab merupakan Firman Tuhan dan tidak dapat di ragukan keasliannya
Journal of Religious and Socio-Cultural
Alkitab Diilhamkan Allah: Perspektif Bibliologi2021 •
Allah adalah benar, Allahlah yang meniupkan keluar atau mengilhami Alkitab, maka Alkitab adalah benar. Seiring dengan sejarah serangan-serangan terhadap ketidakkeliruan Alkitab pun terjadi. Muncul kaum errantis dan kaum Inerrantis, keduanya mempunyai pemikir-pemikir yang cakap menghadapi fakta-fakta beberapa bagian-bagian Alkitab yang dipermasalahkan dan kedua pihak membaca kesimpulankesimpulan dari lawannya. Kemudian amat penting diingat bahwa Alkitab mengesahkan dirinya sendiri karena kitab-kitab ditiupkan oleh napas Allah (2 Timotius 3:16). Dengan kata lain, kekanonannya telah melekat di dalam kitab-kitab itu, karena berasal dari Allah. Demikian pula penafsiran Alkitab oleh terang Roh Kudus memampukan kita mempercayai kebenaran Alkitab. Kata Kunci: alkitab, pengilhaman, ketidakkeliruan, kanon, penafsiran
PASCA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen
Book Review: Sejarah Pertama Alkitab: Dari Eden hingga Kerajaan Daud Berdasarkan Sumber Y2021 •
This book explains the source of Y by focusing on social, economic, and even political aspects. The description contained in it is not only limited to explaining the source of Y, but has been accompanied by the interpretation of the two authors. In this book, it is explained that the Y source is written with the background of the strong Egypt as one of the superpowers and the Israel kingdom under David's monarchy, here Egypt is the biggest threat. The question is, why Egypt? Aren't there other superpowers in addition to Egypt, such as the Mycenaeans, Hittites, and Assyrians? And is it true that source Y was written at the time David was king of Israel kingdom? This is explained at length in this book. In addition, source Y also has another agenda, namely how to unite the twelve tribes into one nation in a new kingdom under the Davidic dynasty. Why did David have to do this? The initial answer given is because it relates to their existence in the midst of other kingdoms and nations. The way that David tried to convince his people was by bringing up the story of Abraham's calling, especially the affirmation "Israel is a great nation, chosen and blessed. These two agendas are a big framework for understanding this book.
2021 •
There are Christians who believe in the Bible as a guide to a life that is infallible, but some Christians have doubts about it. This debate arose after the Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 142 existence of groups that gave criticism to the Bible, which were then referred to as the Higher Criticism and Lower Criticism groups. From these criticisms directed at the Bible, doubts and attitudes arise towards the Bible, that the Bible has errors. In this paper, the author wants to provide an explanation of the inerrancy of the Bible or in theology, better known as the inerrancy of the Bible, so that Christians have firm belief in the book that must be trusted, namely the Bible. In this paper, the author uses a qualitative research method using a literature study approach. The author tries to explain that the Bible which is believed to be a Christian handbook is God's truth that must be believed and accepted by faith.
2019 •
The development of science and science in this era facilitated and assisted researchers and interested in religious studies in carrying out the needs of religious research, but Pro-Counter in religious studies became an interesting spotlight throughout history ranging from intellectuals who tried to present a more compromise approach to scientists who used an approach contradictory, disagreement in explaining various problems in Theology, social fields, religious fields, political fields, historical fields and other fields as vital objects in religious concepts is a big problem when researchers show a very subjective character. This paper attempts an in-depth study in answering various issues and misunderstanding in understanding the values of equality contained in the Biblical and Al-Qur'an texts, especially in discussing the historical perspective which is discussed by the two holy books of Muslims and Christians as the two largest religions in the world. Abstrak: Perkembangan sains dan sains di era ini memfasilitasi dan membantu para peneliti dan tertarik pada studi agama dalam melaksanakan kebutuhan penelitian agama, tetapi Pro-Counter dalam studi agama menjadi sorotan yang menarik sepanjang sejarah mulai dari para intelektual yang mencoba menghadirkan pendekatan yang lebih kompromistis kepada para ilmuwan yang menggunakan pendekatan yang kontradiktif, ketidaksepakatan dalam menjelaskan berbagai masalah dalam Teologi, bidang sosial, bidang keagamaan, bidang politik, bidang sejarah dan bidang lainnya sebagai objek vital dalam konsep agama adalah masalah besar ketika peneliti menunjukkan karakter yang sangat subyektif.. Makalah ini mencoba studi mendalam dalam menjawab berbagai masalah dan kesalahpahaman dalam memahami nilai-nilai kesetaraan yang terkandung dalam teks-teks Alkitab dan Al-Qur'an, terutama dalam membahas perspektif sejarah yang dibahas oleh dua kitab suci Muslim dan Kristen. sebagai dua agama terbesar di dunia. Katakunci: Sejarah Kenabian, Alkitab dan Al-Qur'an, Pendahulan Perkembangan ilmu pengatahuan dan saint di era ini mempermudah dan membantu para peneliti dan peminat pengkajian keagamaan dalam melakukan peneliian keagamaan, namun Pro-Kontra dalam kajian keagamaan menjadi sorotan menarik sepanjang sejarah mulai dari Cendikiawan yang mencoba menampilkan pendekatan yang lebih kompromis hingga ilmuan yang lebih menggunakan pendekatan Kontradiktif, silang pendapat dalam menjelaskan
Betapa pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya (Islam) ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut (al-Qur’an dan al Sunnah). Hal ini terungkap dalam sabdanya: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا : كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ (رواه مالك) Artinya : Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian (umat Islam) dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya (al-hadist). HR. Imam Malik). Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan (dari dahulu hingga sekarang), sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari dasarnya.
artikel ini berbicara tentang Alkitab sebagai refleksi tentang peristiwa karya keselamatan Allah.
SCRIPTA : Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual
Covid-19: Wabah Alkitabiah, Relevankah?Pandemi COVID-19 telah menggoncang dunia secara global. pandemi yang diakibatkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV-2) berawal dari Wuhan, Tiongkok kemudian menyebar dengan cepat ke hampir semua negara di dunia. Virus yang telah menginfeksi jutaan penduduk dunia ini telah menghasilkan catatan kematian ratusan ribu angka jiwa per Mei 2020. Dengan melihat proses penyebaran dan dampak yang sangat menakutkan ini, tidak heran beberapa orang Kristen mengklaim bahwa COVID-19 ini adalah bentuk penghukuman Allah kepada manusia yang berdosa. Hal ini merujuk pada peristiwa-peristiwa tulah yang terjadi dalam catatan Kitab Suci yang diyakini memiliki persamaan dengan fenomena pandemi COVID-19. Apakah benar demikan, COVID-19 adalah wabah yang alkitabiah? Melalui penelitian yang menggunakan pendekatan Analisis-Teologis, penulis menemukan fakta-fakta kebenaran bahwa yang pertama, penghukuman Allah tidaklah bersifat global, melainkan hanya kepada personal atau bangsa yang melakukan dosa khusus dan spesifik. Kedua, dalam memberikan penghakiman, Allah memisahkan dengan jelas siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan dihukum, tidak dengan secara ‘membabi-buta’ sehingga atribut keadilan dan kasihnya sangat jelas terlihat dalam peristiwa tulah-tulah tersebut. Melalui hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa wabah COVID-19 belum memenuhi syarat sebagai wabah yang mirip dengan wabah alkitabiah. The COVID-19 pandemic has shaken the world globally. The pandemic caused by Coronavirus Acute Severe Respiratory Syndrome (SARS-CoV-2) originated in Wuhan, China, and then spread rapidly to all countries in the world. The virus that has infected millions of the world's population has produced thousands of deaths as of May 2020. Seeing this complex process of distribution and impact, it is not surprising that some Christians who approve of COVID-19 are a form of God's punishment for sinful humans. This article discusses the events that occurred in the published Bible records which contributed to the phenomenon of the COVID-19 pandemic. Is it true that COVID-19 is a biblical plague? Through research that uses theological-analysis analysis, the author discovers the first facts of truth, God's judgment on global accusations, only for individuals or nations who commit specific and specific sins. Second, for the sake of judgment, God knows who will be saved and who will be suspended, not by "blindly" so that the attributes of justice and gratitude are very clearly seen in the plagues. Through the results of this analysis, it can be concluded that the COVID-19 outbreak did not meet the requirements as an outbreak similar to the biblical outbreak.
2023 •
The International Journal of Psychoanalysis
Approaching the dream as a question: A self-analytical exploration on the expressive functions of dreams2020 •
El taco en la brea
Dossier Fin y resistencia de la teoría. Presentación: La edad de la teoría literaria2017 •
Perspectivas de la investigación psicoanalítica en Colombia
La interpretación y la teorización en psicoanálisis2009 •
Australian Journal of General Practice
Prescribing pre-exposure prophylaxis in general practice2021 •
The Journal of Immunology
Potent Antimycobacterial Activity of Mouse Secretory Leukocyte Protease Inhibitor2008 •
BMC Veterinary Research
Acute phase protein response in an experimental model of ovine caseous lymphadenitis2007 •
2024 •
Summa Phytopathologica
Control of Asian soybean rust with mancozeb, a multi-site fungicide2015 •
Journal of Ecosystems and Management
Mountain Pine Beetle: From Lessons Learned to Community-based Solutions Conference ProceedingsCuestiones De Sociologia Revista De Estudios Sociales
El territorio de la democracia y la democratización del territorio2013 •
Psychology & Sexuality
Editorial from the outgoing editors of psychology sexuality2017 •
2016 •