KAJIAN KARAKTERISTIK PERBANDINGAN MUTU
BUAH NANAS TEROLAH MINIMAL
WAHYUDI ERRIKO SUKARNO PUTRA
0811112057
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Karakteristik Perbandingan Mutu Buah
Nanas Terolah Minimal yang saya susun, sebagai syarat memperoleh gelar sarjana
Teknologi Pertanian merupakan hasil karya tulis saya sendiri, kecuali kutipan dan
rujukan yang masing – masing telah dijelaskan sumbernya, sesuai dengan norma,
kaedah dan etika penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar
akademik yang saya peroleh dan sanksi – sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.
Padang, 27 Juli 2015
Wahyudi Erriko Sukarno Putra
0811112057
KAJIAN KARAKTERISTIK PERBANDINGAN MUTU
BUAH NANAS TEROLAH MINIMAL
WAHYUDI ERRIKO SUKARNO PUTRA
0811112057
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
“Belajarlah, karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan pandai, dan pemilik
ilmu itu tidak sama dengan orang yang bodoh.”
“Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa
yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa
yang menginginkan (kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus
dengan ilmu.”
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin...
Puji dan syukur ku ucapkan pada-Mu ya ALLAH ya Rabb atas segala
limpahan nikmat, rahmat, hidayah dan karunia yang telah hamba terima. Atas izinMu ya ALLAH, perjuangan dan perjalanan yang panjang ini bisa ku lewati hingga
akhir. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, pemimpin dan suri
tauladan yang baik bagi seluruh umat muslim.
“Panas membara dalam teriknya kemarau tak berujung, Sirna oleh tetes - tetes
peluh dan air mata yang jatuh ke bumi, kala kaki ini terus berdiri dan melangkah
ke depan, Hingga langitpun ikut serta menangis dalam suka.” ~awu289
Karya kecil ini ku persembahkan kepada:
Papa (Wahid Hasyim) dan Mama (Ermawati) yang telah mendidik,
memelihara dan membesarkan ku hingga saat ini. Atas semua pengorbanan, do’a
dan kasih sayang yang telah kalian berikan. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan, kebahagiaan, kemudahan dan berkah dalam kehidupan ini. Semoga
mama juga segera diberi kesembuhan dari penyakit stroke yang telah menyerang di
awal tahun 2013 silam
Untuk adik – adikku Uda (Awa), Mas (Iwim) dan Mbak (Adis), yang telah
menjadi motivasi dan semangat bagiku untuk bisa bangkit dan terus berjuang.
Semoga kalian bisa meraih cita – cita dan mimpi kalian di masa yang akan datang.
Menjadi manusia yang bisa berguna bagi agama dan bangsa ini.
Selanjutnya tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Santosa, MP selaku pembimbing. Yang telah banyak membantu, memberikan ilmu
dan membimbingku di antara kesibukan tugas – tugasnya, hingga akhirnya
penelitian dan studiku di Jurusan Teknik Pertanian ini bisa ku selesaikan.
Terima Kasih Kepada:
Semua Dosen Teknologi Pertanian (atas ilmu yang telah diberikan),
Pegawai dan Karyawan FATETA, Teman – teman TEP 08 (The Last Legion), adik
– adik serta saudara di TEP (yang ikut membantu secara lansung dan tidak lansung
dalam setiap bagian dari proses pendidikan selama kuliah), Teman dan Keluarga di
Techno Motor (yang telah memberi semangat, dukungan dan do’a serta pengalaman
dalam Dunia Race, “Keep enjoy, moving and be the #1st in this life”) dan terakhir
Terima Kasih kepada semua orang yang tidak bisa disebutkan secara satu persatu.
BIODATA
Penulis dilahirkan di Koto Baru pada tanggal 28 September 1990 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Wahid Hasyim dan Ermawati. Penulis
menempuh jenjang pendidikan: Sekolah Dasar (SD) di SDN 46 Koto Baru,
Dharmasraya lulus tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP
02 Koto Baru, Dharmasraya lulus pada tahun 2005. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) di SMA 01 Koto Baru, Dharmasraya lulus tahun 2008. Penulis melanjutkan
pendidikan Strata 1 (S1) di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
Padang, 27 Juli 2015
Wahyudi Erriko Sukarno Putra
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi penelitian ini. Shalawat
dan salam juga penulis sampaikan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penelitian yang berjudul “Kajian Karakteristik Perbandingan Mutu
Buah Nanas Terolah Minimal” ini merupakan salah satu syarat untuk
melaksanakan ujian sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu, terutama Bapak Prof. Dr. Ir. Santosa, MP selaku dosen
pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman TEP
dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Padang, 27 Juli 2015
Wahyudi Erriko Sukarno Putra
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian ..........................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA. ........................................................................
3
2.1 Nanas ...............................................................................................
3
2.2 Pengawetan .....................................................................................
4
2.2.1 Pengawetan Secara Biologi .................................................
5
2.2.2 Pengawetan Secara Fisika ....................................................
5
2.2.3 Pengawetan Secara Kimia ....................................................
7
2.3 Pengolahan Citra Digital .................................................................
10
2.3.1 Model Warna ........................................................................
10
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................
12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................
12
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................
12
3.3 Metode Penelitian............................................................................
12
3.3.1 Parameter yang Diamati .........................................................
13
3.3.1.1 Perubahan Berat. .......................................................
13
3.3.1.2 Total Padatan Terlarut................................................. 14
3.3.1.3 Warna (RGB) ............................................................
14
iv
3.3.1.4 Kadar Vitamin C .......................................................
14
3.3.1.5 Kadar Air ..................................................................
15
3.3.1.7 Kekerasan .................................................................
16
3.3.2 Analisis Data.........................................................................
16
3.3.2.1 Analisis Grafik ..........................................................
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
17
4.1 Perubahan Berat ..............................................................................
17
4.2 Kekerasan ........................................................................................
18
4.3 Kadar Air .........................................................................................
19
4.4 Total Padatan Terlarut .....................................................................
21
4.5 Vitamin C ........................................................................................
22
4.6 Warna (RGB) ..................................................................................
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
28
5.1 Kesimpulan .....................................................................................
28
5.2 Saran ................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
29
LAMPIRAN ................................................................................................
31
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Diagram Alir Kerja ....................................................................................31
2. Data BPS 2012 ...........................................................................................32
3. Data Perubahan Berat .................................................................................33
4. Data Kekerasan ..........................................................................................34
5. Data Kadar Air ...........................................................................................35
6. Data Total Padatan Terlarut .......................................................................36
7. Data Vitamin C Awal Penyimpanan ..........................................................38
8. Data Vitamin C Akhir Penyimpanan .........................................................39
9. Data Rata-rata Vitamin C ...........................................................................40
10. Data Indeks RGB Ulangan 1 ......................................................................41
11. Data Indeks RGB Ulangan 2 ......................................................................42
12. Data Indeks RGB Ulangan 3 ......................................................................43
13. Data Rata-rata Indeks RGB........................................................................44
14. Data Rata-rata Indeks Red .........................................................................45
15. Data Rata-rata Indeks Green ......................................................................45
16. Data Rata-rata Indeks Blue ........................................................................45
17. Dokumentasi Buah Nanas (Kontrol Ulangan 1) ........................................46
18. Dokumentasi Buah Nanas (Kontrol Ulangan 2) ........................................46
19. Dokumentasi Buah Nanas (Kontrol Ulangan 3) ........................................46
20. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 1 Ulangan 1) ..................................47
21. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 1 Ulangan 2) ..................................47
22. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 1 Ulangan 3) ..................................47
23. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 1) ..................................48
24. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 2) ..................................48
25. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 3) ..................................49
26. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 1) ..................................50
27. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 2) ..................................50
28. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 3) ..................................51
vi
29. Dokumentasi Penelitian .............................................................................52
30. Indeks Kematangan Buah Nanas ...............................................................56
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Komposisi Gizi per 100 g Nanas .................................................................4
2. Batasan Zat Adiktif ......................................................................................8
3. Data BPS 2012 ...........................................................................................32
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Perubahan Berat ....................................17
2. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Kekerasan ............................................18
3. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Kadar Air .............................................20
4. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Total Padatan Terlarut .........................21
5. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Vitamin C.............................................22
6. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Indeks Red ...........................................24
7. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Indeks Green ........................................25
8. Grafik Waktu Penyimpanan dengan Indeks Blue ..........................................26
ix
KAJIAN KARAKTERISTIK PERBANDINGAN MUTU
BUAH NANAS TEROLAH MINIMAL
Wahyudi Erriko Sukarno Putra, Santosa
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Kajian Karakteristik Perbandingan Mutu Buah Nanas Terolah
Minimal”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan gula terhadap
waktu penyimpanan buah nanas terproses minimal. Penelitian ini dilaksanakan pada
Desember 2014 – Maret 2015 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas,
Padang. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah nanas dengan tingkat
kematangan antara 45 - 75 %. Penelitian ini menggunakan tiga macam perlakuan
berdasarkan dari konsentrasi larutan gula, yaitu: 25 %, 45 % dan 70 %. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa buah nanas (Ananas comosus (L) Merr) terolah minimal memiliki waktu
penyimpanan paling baik pada larutan gula konsentrasi 70 %. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengamatan Perubahan Berat, Kekerasan, Total Padatan Terlarut, Kadar Air, Vitamin C dan
Indeks Warna (RGB).
Kata Kunci – Buah Nanas, Larutan Gula, Waktu Penyimpanan
x
STUDY ON CHARACTERISTICS OF QUALITY
COMPARISON OF MINIMALLY PROCESSED PINEAPPLE
Wahyudi Erriko Sukarno Putra, Santosa
ABSTRACT
This research titled “Study on Characteristics of Quality Comparison of Minimally Processed
Pineapple”. The purpose of this study was to determine the effect of sugar solution to the
storage time of minimally processed pineapple. This research was conducted in December
2014 - March 2015 at Laboratory of Food Processing Techniques and Agricultural Products,
Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Andalas University, Padang.
The objects used in this research was pineapple with the maturity level between 45 – 75 %.
This research uses three different kinds of treatments based on the concentration of sugar
solution, namely: 25 %, 45 % and 70 %. The results showed that the minimal processed
pineapple (Ananas comosus (L) Merr) has the best storage time at a concentration of 70 %
sugar solution. It can be seen from the observation of Change Weight, Hardness, Total
Dissolved Solids, Moisture, Vitamin C and Colour Index (RGB).
Keywords - Pineapple, Sugar Solution, Storage Time
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang, masyarakat Indonesia sangat menyukai berbagai macam
makanan olahan. Terlebih lagi, jika makanan tersebut memiliki efek positif dalam
meningkatkan kesehatan tubuh, karena masyarakat mulai menyadari betapa
pentingnya sebuah kesehatan. Makanan olahan tersebut akan lebih disukai, apabila
memiliki cita rasa, aroma, warna, dan bentuk yang lebih menarik dibandingkan
dengan makanan yang tidak memiliki perlakuan khusus. Untuk dapat meningkatkan
minat konsumsi masyarakat, maka makanan olahan tersebut juga harus memiliki
daya simpan yang lebih lama dan kualitas yang lebih baik lagi. Karena jika tidak,
maka makanan tersebut akan kehilangan daya tarik yang didapatnya dari proses
pengawetan.
Di Sumatera Barat, nanas paling banyak diproduksi di daerah Pasaman
Barat dengan hasil 5 Ton sekali masa panennya, kemudian disusul oleh Pasaman
dan Pesisir Selatan dengan hasil 4 Ton (BPS Sumatera Barat, 2012), seperti terlihat
pada Lampiran 2 dalam Tabel 3. Nanas diketahui mengandung zat-zat yang
bermanfaat bagi tubuh manusia dalam jumlah tertentu. Sifat fisik nanas yang mudah
dan cepat rusak akibat pengaruh sinar matahari ataupun akibat pemotongan,
membuat nanas menjadi sangat rentan terhadap kerusakan. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah perlakuan khusus untuk mencegah atau memperkecil kerusakan
buah nanas selama proses pengawetan.
Dalam pengawetan, kadar gula yang tinggi, kadar asam yang tinggi (pH
rendah), perlakuan pasteurisasi, dehidrasi dan penyimpanan pada suhu rendah
merupakan teknik pengawetan yang penting. Pada penelitian ini nanas diawetkan
dengan menaikkan kadar gula menggunakan gula pasir yang mudah ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Penambahan gula pasir pada bahan pangan dalam
konsentrasi tinggi (paling sedikit 40 % total padatan terlarut) mampu untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Penggunaan gula pasir adalah pilihan
yang umum untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan
bahan pangan.
2
Buah nanas yang telah diawetkan dengan penambahan gula pasir akan
mengalami perubahan warna. Warna daging buah akan menunjukkan bagaimana
kondisi dari nanas tersebut, seperti misalnya warna buah yang ditumbuhi jamur
maupun warna buah yang umur simpannya telah mendekati batas maksimal. Dan
untuk memudahkan dalam menilai mutu dan melihat tingkat kerusakan buah nanas,
maka dimanfaatkan Teknik Pengolahan Citra Digital. Seperti yang dilakukan oleh
Ahmad (2001) ketika menggunakan teknik ini untuk melihat bagaimana laju memar
yang terjadi pada buah salak.
Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba untuk melakukan penelitian
dengan judul “Kajian Karakteristik Perbandingan Mutu Buah Nanas Terolah
Minimal”. Hal ini diharapkan dapat memberikan solusi pada permasalahan yang
ada.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mendapatkan konsentrasi larutan pengawet yang tepat untuk pengawetan
buah nanas terolah minimal.
2.
Mengetahui perubahan warna buah nanas terolah minimal.
3.
Mengetahui perubahan mutu buah nanas terolah minimal.
4.
Meningkatkan daya simpan buah nanas terolah minimal.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah mempermudah dalam menilai mutu buah
terolah minimal, menambah umur simpan, serta memberi informasi tentang
senyawa alami yang tepat dan bisa digunakan sebagai pengawet bahan pangan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanas
Sebagai tanaman tropis, tumbuhan nanas dengan mudah kita jumpai di
berbagai pelosok wilayah Indonesia. Nanas berkerabat dekat dengan palem kipas.
Adapun secara lengkap, klasifikasi tanaman Nanas menurut Prihatman (2000)
adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Bromeliales
Famili
: Bromeliaceae
Genus
: Ananas
Spesies
: Ananas comosus (L) Merr
Nanas atau ananas (Ananas comosus) adalah sejenis tumbuhan tropis yang
berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia
nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya
rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang panjang, berujung tajam,
tersusun dalam bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Buahnya dalam bahasa
Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus.
Nama 'nanas' berasal dari sebutan orang Tupi untuk buah ini: anana, yang
bermakna "buah yang sangat baik". Burung penghisap madu (hummingbird)
merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun berbagai serangga juga
memiliki peran yang sama. Buah nanas sebenarnya bukanlah buah sejati, melainkan
gabungan dari buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap “sisik” pada kulit buahnya)
yang dalam perkembangannya tergabung bersama-sama dengan tongkol (spadix)
bunga majemuk menjadi satu 'buah' besar. Nanas yang dibudidayakan petani saat
4
ini sudah kehilangan kemampuan memperbanyak diri secara seksual, jadi petani
mengembangkan tanaman muda (bagian mahkota buah) yang merupakan sarana
perbanyakan secara vegetatif (Julia, 1987).
Sebagai buah-buahan, nanas kaya akan sumber vitamin dan mineral. Buah
nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, zat besi,
natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain. Bromelain
berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu
pertumbuhan sel kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas
fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada
penderita sembelit (konstipasi). Komposisi gizi per 100 g nanas disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Gizi per 100 g Nanas
Bahan Penyusun
Nanas
Energi (kcal)
50
Karbonhidrat (g)
13,12
Serat (g)
1,4
Lemak (g)
0,12
Kalsium (mg)
13
Fosfor (mg)
8
Magnesium (mg)
12
Zat Besi (mg)
0,12
Natrium (mg)
1
Kalium (mg)
109
Vit. C (mg)
47,8
Vit. A (µg) ,
3
Sodium (mg)
1
Protein (g)
0,54
Sumber : USDA nutrient database (2013)
2.2 Pengawetan
Pengawetan adalah upaya yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan
untuk mempertahankan keadaan makanan dalam kondisi sebaik mungkin sehingga
5
tidak mengalami kerusakan. Secara garis besar pengawetan dapat dibagi dalam 3
golongan yaitu :
1. Pengawetan makanan secara Biologi
2. Pengawetan makanan secara Fisika
3. Pengawetan makanan secara Kimia
2.2.1 Pengawetan Secara Biologi
Adapun pengawetan secara biologi (Safnowandi, 2012) meliputi :
a. Fermentasi
Merupakan proses perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Zat-zat yang
bekerja pada proses ini ialah enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya
proses peragian tergantung dari bahan yang akan diragikan.
b. Enzim
Enzim adalah satu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup
dan dapat membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia.
2.2.2 Pengawetan Secara Fisika
Menurut Safnowandi (2012) proses pengawetan secara fisika meliputi :
a. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan cara
dijemur atau dioven dengan tujuan untuk mengawetkan makanan dengan jalan
menurunkan kadar air sampai kadar 15 – 20 %, karena bakteri tidak dapat hidup
pada nilai 0,91 dan jamur tidak dapat tumbuh pada aw di bawah 0,70 - 0,75.
Makanan yang dikeringkan mengandung nilai gizi yang rendah, akan tetapi
kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineralnya tinggi.
b. Pemanasan
Pemanasan memiliki dua perlakuan yang didasari oleh perbedaan suhu,
yaitu:
1. Pemanasan dengan Suhu Rendah
Blansing
Blansing adalah proses pemanasan yang dilakukan pada suhu kurang
dari 100 ⁰C selama beberapa menit dengan menggunakan air panas atau uap
6
air panas (Safnowandi, 2012). Blansing merupakan perlakuan pemanasan
awal yang biasanya dilakukan pada bahan nabati segar sebelum proses
pembekuan, pengeringan atau pengalengan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan yang dilakukan dengan
tujuan untuk membunuh mikroba patogen atau penyebab penyakit dengan
menggunakan air mendidih dengan suhu sekurang-kurangnya 60 ⁰C dan
maksimum 100 ⁰C selama 30 menit (Safnowandi, 2012).
2. Pemanasan dengan Suhu Tinggi (Sterilisasi)
Sterilisasi adalah proses bebas kuman, virus, spora dan jamur. Keadaan
steril ini dapat dicapai dengan cara alami maupun kimiawi (Safnowandi,
2012).
Sterilisasi secara alami dapat dilakukan dengan:
1. Memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada suhu 100 ⁰C selama
15 menit untuk mematikan kuman dan virus.
2. Memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada suhu 120 ⁰C selama
15 menit untuk mematikan spora dan jamur.
Sterilisasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan zat antiseptik, yaitu bahan kimia yang dipakai untuk
mematikan atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme, kecuali
endospora, yang terdapat pada permukaan benda hidup.
2. Menggunakan desinfektan, yaitu bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh mikroba phatogen yang terdapat pada benda mati.
c. Pengeluaran udara
Penghilangan udara akan mengeluarkan semua oksigen yang mencegah
berlangsungnya reaksi kimiawi maupun enzimatis yang dipicu oleh oksigen,
sehingga pertumbuhan mikroorganisme aerobik menjadi terhambat.
d. Pendinginan
Teknik ini adalah teknik yang paling terkenal, karena sering digunakan oleh
masyarakat umum di desa dan di kota. Konsep dan teori dari pendinginan adalah
7
memasukkan makanan pada tempat atau ruangan yang bersuhu rendah, bisa
dengan memasukkan ke dalam lemari es ataupun menaruh di wadah yang telah
berisi es.
e. Pengalengan
Pengalengan merupakan penerapan dari pengawetan dengan menggunakan
suhu tinggi. Pengalengan awalnya ditemukan oleh Nicholas Appert untuk
memenuhi keinginan Napoleon agar makanan yang dikirimkan untuk
tentaranya yang berada jauh tidak cepat membusuk. Makanan di dalam kaleng
tersebut diberi zat kimia sebagai pengawet seperti garam, asam, gula dan
sebagainya.
f. Iradiasi
Iradiasi pangan adalah satu teknik pengawetan pangan dengan
menggunakan radiasi ionisasi secara terkontrol untuk membunuh serangga,
kapang, bakteri, parasit atau untuk mempertahankan kesegaran bahan pangan.
2.2.3 Pengawetan Secara Kimia
Menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat,
nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain. Proses
pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap
dimasukkan ke dalam makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat,
pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat
menghambat berkembangbiaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang,
bakteri, dan ragi (Aka, 2008). Adapun menurut Safnowandi (2012), pengawetan
secara kimia dapat dilakukan dengan penambahan senyawa-senyawa berikut:
a. Asam Sitrat
Pengasaman adalah satu proses pengolahan yang dilakukan dengan cara
pemberian asam dengan tujuan untuk mengawetkan melalui penurunan derajat pH
produk makanan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk (Safnowandi, 2012). Pengasaman makanan dapat dilakukan dengan
cara penambahan asam secara langsung, misalnya asam sitrat.
Asam sitrat merupakan senyawa intermedier dari asam organik yang
berbentuk kristal atau berbentuk serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam
air, spritus dan etanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan
8
akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi arang.
Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah seperti nanas, jeruk, lemon, dan
markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat
keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli dan
lain-lain (Addina, 2012). Asam sitrat juga berfungsi sebagai pencegah kristalisasi
gula dan penjernih warna.
Asam sitrat dikategorikan aman oleh semua Badan Pengawasan Makanan
Nasional dan Internasional. Senyawa ini terdapat secara alami pada semua jenis
makhluk hidup dan kelebihan asam sitrat dengan mudah dimetabolisme dan
dikeluarkan dari tubuh. Asam sitrat merupakan senyawa adiktif (ditambahkan
dalam makanan), dan senyawa adiktif memiliki batasan aman yang tidak
menimbulkan resiko / ADI (Acceptable Daily Intake). Perhitungannya
menggunakan perkilo gram bobot badan, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batasan Zat Adiktif menurut PERMENKES RI
Zat Adiktif
Perkilo gram Makanan
Perkilo
gram
Badan
BHA
100 mg - 1000 mg
0 - 0,3 mg
BHT
100 mg - 1000 mg
0 - 0,125 mg
Asam Asetat
Secukupnya
Tidak ada batasan
Asam Sitrat
3 g - 40 g
Tidak ada batasan
Sakarin
50 mg - 300 mg
Tidak ada batasan
Siklamat
500 mg - 3 g
Tidak ada batasan
Aspartam
Secukupnya
Tidak ada batasan
Asam Benzoat
600 mg - 1 g
0,5 mg
Asam Sorbat
500 mg - 3 g
0, 25 mg
Beta karoten
100 mg - 600 mg
Tidak ada batasan
Karamal
150 mg - 300 mg
Tidak ada batasan
Tartrazin
30 mg - 300 mg
0 - 7,5 mg
Bobot
9
Tabel 2. Lanjutan
Batasan Zat Adiktif menurut PERMENKES RI
Karmoisin
50 mg - 300 mg
0 - 4 mg
Eritrosin
30 mg - 300 mg
0 - 0,6 mg
MSG
secukupnya
0 - 120 mg
Sukrosa
minimal 3 % (30 g)
Tidak ada batasan
NaCl
minimal 2 % (20 g)
Tidak ada batasan
Sumber: PERMENKES RI, tergantung dari jenis makanan dari
batasan terkecil sampai terbesar.
b. Gula Pasir
Gula terdapat dalam berbagai bentuk: sukrosa, glukosa, fruktosa dan
dekstrosa. Sukrosa adalah gula yang dikenal sehari-hari sebagai gula pasir dan
banyak digunakan dalam industri makanan, baik dalam bentuk kristal halus atau
kasar maupun dalam bentuk cair (Winarno, 2004).
Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting, karena
hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula adalah sebagai bahan
penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan untuk
memperbaiki susunan dalam jaringan. Sukrosa memiliki tingkat kemanisan 3
kali dari kemanisan dekstrosa (Addina, 2012).
Untuk menurunkan kadar mikroorganisme digunakan gula pasir dengan
konsentrasi paling sedikit 40 % padatan terlarut, dan jika digunakan pada
konsentrasi 70 % padatan terlarut gula dapat mencegah kerusakan makanan.
Sebagai bahan pengawet, pengunaan gula pasir minimal 3 % atau 30 gram / kg
bahan. Dan batasan aman penggunaan gula dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk lama perendaman buah dalam larutan gula ada dua cara, yaitu
Perendaman cara cepat dan cara lambat. Pada cara cepat, pelaksanaannya bisa
disingkat menjadi beberapa jam dengan menjaga larutan gula pada suhu 60 –
65 ⁰C. Sedangkan perendaman cara lambat, pada konsentrasi gula (≤ 70 %)
dilakukan perendaman selama 24 jam, dan pada konsentrasi gula diatas (70 %)
dilakukan perendaman hingga 3 minggu.
10
c. Garam Dapur
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan dari senyawa dengan bagian terbesar Natrium
Chlorida (> 80 %) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium
Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik
higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan)
sebesar 0,8 - 0,9 kg / m³ dan titik lebur pada tingkat suhu 80 ⁰C ( Burhanuddin,
2001).
Pada buah nanas yang dikupas dan dibuang mata kulitnya, pemberian garam
bertujuan untuk menghilangkan / menetralisir rasa gatal di tenggorokan pada
saat mengkonsumsi buah nanas. Dan batasan aman penggunaan garam dapur
dapat dilihat pada Tabel 2.
2.3 Pengolahan Citra Digital
Citra adalah suatu representasi (gambaran) kemiripan atau imitasi suatu
objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optic
berupa foto yang bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada
monitor televisi atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu
media penyimpanan (Sutoyo et al, 2009).
Citra Analog adalah citra yang bersifat continue (seperti TV, X-Ray, foto,
lukisan, ct scan dll). Citra analog tidak dapat direpresentasikan pada komputer
sehingga komputer tidak mampu mengolah data secara langsung. Maka dibutuhkan
konversi citra analog ke citra digital. Citra digital dapat diolah oleh komputer secara
langsung (Sutoyo et al, 2009).
Secara umum tahap-tahap pengolahan citra dapat dijabarkan menjadi empat
tahapan proses dasar : (1) Proses penangkapan citra/gambar (image acquisition),
(2) Proses pengolahan citra (image processing), (3) Analisis data citra (image
analysis) dan (4) Proses pemahaman data citra (image understanding) (Sutoyo et
al, 2009).
Penggunaan teknik pengolahan citra dalam bidang pertanian telah banyak
digunakan. Penerapan pada berbagai sistem pertanian, baik prapanen maupun
11
pascapanen telah mempercepat proses sortasi hasil panen, pengujian kualitas,
seleksi produk yang rusak, seleksi dan observasi terhadap tumbuhan di lapangan,
dan berbagai aspek yang ingin diukur tanpa merusak bahan pertanian (non
destructive) (Sandra, 2011).
2.3.1 Model Warna
Model warna yang banyak digunakan saat ini berorientasi hardware (contoh
monitor dan printer) atau berorientasi software / aplikasi, dan manipulasi warna
menjadi tujuannya (kreasi warna grafik untuk animasi).
a. Model warna berorientasi hardware (Oktaviano, 2011) adalah:
1. Model RGB (red, green, blue) untuk warna monitor dan warna pada kamera.
2. Model CMY (cyan, magenta, yellow) untuk model printer.
3. Model YIQ model, digunakan untuk standard televisi. Y berkoresponden
dengan luminasi, I dan Q adalah dua komponen kromatik yang disebut
inphase dan quarature .
b. Model warna berorientasi software (Oktaviano, 2011) adalah:
1. Model HSV (hue, saturation, value).
2. Model HSI (hue, saturation, intensity).
3. Model HLS (hue, lightness, saturation).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 - Maret 2015 di
Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.
3.2 Bahan dan Alat
Pada penelitian yang dilakukan, bahan – bahan yang digunakan adalah
nanas dengan tingkat kematangan antara 40 - 75% atau pada indeks 3 seperti pada
Lampiran 30 (¼ bagian buah mulai berwarna kuning), gula pasir, air, asam sitrat
dan garam. Alat yang digunakan adalah kamera digital dengan resolusi minimal 10
megapixel, lampu 40 Watt sebanyak 4 buah , komputer, box untuk pengambilan
citra, refraktometer, force gauge, timbangan digital kern 440-53N, panci, dandang,
kompor, botol kaca, pisau stainless dan pengaduk / sendok kayu.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah pembuatan larutan pengawet
makanan yang terdiri dari 2 liter air, gula (500 g, 900 g dan 1400 g) serta asam sitrat
sebanyak 4 g. Bahan-bahan tersebut sudah umum digunakan sebagai bahan
pengawet makanan oleh masyarakat, sangat mudah diperoleh dan tidak termasuk
bahan pengawet yang dilarang dan berbahaya untuk dikonsumsi.
Penelitian diawali dengan pembelian nanas (untuk memperkecil kerusakan
sebelum pengolahan, sebaiknya nanas yang digunakan adalah nanas yang berumur
maksimal 5 hari setelah panen), kemudian pembuatan larutan pengawet,
penyimpanan buah nanas terolah minimal dan pengambilan data. Pada penelitian
ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan yang dilakukan pada suhu ruangan.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Pertama, terlebih dahulu melakukan pengupasan kulit buah nanas dan
membuang mata kulitnya. Kemudian nanas dipotong memanjang dan
kotak-kotak dengan ukuran sekitar 2 x 3 cm.
13
2.
Selanjutnya botol kaca dicuci hingga bersih dan kemudian dilakukan
proses sterilisasi, yaitu dengan cara memanaskan botol dalam air
3.
mendidih pada suhu 100 ⁰C selama 15 menit.
Ada 4 perlakuan yang diberikan dan salah satunya adalah kontrol. 3
perlakuan yang lain dengan pemberian larutan pengawet, dan larutan
pengawet tersebut menggunakan perbandingan:
a.
2 liter air + 500 gram gula pasir + 4 gram asam sitrat
b.
2 liter air + 900 gram gula pasir + 4 gram asam sitrat
c.
2 liter air + 1400 gram gula pasir + 4 gram asam sitrat
4.
Buah nanas terolah minimal disusun ke dalam botol kaca.
5.
Panaskan larutan gula dan terus aduk selama 15 menit agar tidak
terjadi kristalisasi saat pembuatan larutan.
6.
Setelah larutan pengawet selesai dan mulai lebih dingin, larutan
dituangkan dan botol kaca ditutup rapat. Hal ini bertujuan agar larutan
dapat meresap ke dalam buah dengan baik, dan simpan selama 24jam.
7.
Kemudian, buah dikeluarkan dari botol dengan menggunakan
penyaring, kemudian buah ditiriskan selama 3 jam.
8.
Cuci dan sterilkan kembali botol kaca dengan menggunakan air
mendidih seperti pada langkah nomor 2, kemudian ulangi kembali
pada pembuatan larutan yang lainnya.
3.3.1 Parameter yang Diamati
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penanganan
pascapanen terhadap lama umur simpan pada buah nanas terolah minimal, terutama
pada buah dengan kadar air yang tinggi. Pengamatan yang dilakukan adalah
pengamatan mutu nanas selama 7 hari, dengan 1 hari penyimpanan dalam larutan
dan 6 hari penyimpanan tanpa larutan. Adapun pengamatan ini terdiri dari:
3.3.1.1 Perubahan Berat
Pengukuran berat dilakukan selama penyimpanan dengan menimbang
nanas pada timbangan digital. Data perubahan berat diperoleh dari nanas terolah
minimal dengan sampel yang sama. Timbangan digital dinyalakan dan pastikan
telah dikalibrasi dengan benar. Letakkan nanas di atas timbangan, kemudian
14
dilakukan pembacaan angka yang ditunjukkan oleh timbangan, pengambilan data
dilakukan setiap 24 jam sekali. Perubahan berat dihitung dengan persamaan:
���
dengan :
=
�� − �
ℎ � ���
Wo
= berat awal penyimpanan (g)
Wa
= berat akhir penyimpanan (g)
��
×
%.............................................. (1)
3.3.1.2 Total Padatan Terlarut
Refraktometer digunakan untuk menentukan jumlah total padatan terlarut
dalam bahan. Penentuan padatan dapat dilakukan dengan cara mengambil cairan
dari nanas dengan cara terlebih dahulu ditumbuk atau dihaluskan, kemudian
diteteskan diatas kaca refraktometer. Pada tahap ini dilakukan pembacaan angka
yang tertera pada alat dengan satuan ºBrix. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam
sekali.
3.3.1.3 Warna
Pada nanas yang terolah minimal, dilakukan pengambilan citra dengan
menggunakan kamera digital dengan pengaturan yang sama pada setiap
pengambilan citra. Pengolahan data dilakukan dengan Teknik Pengolahan Citra
Digital dengan analisis warna RGB (Red Green Blue). Citra terlebih dahulu dirubah
dari format JPG menjadi Bitmap, kemudian dengan bantuan software project image
diperoleh data berupa angka dan dilanjutkan dengan mengolah data dengan
menggunakan software microsoft excel. Pengambilan citra untuk pengamatan
warna ini dilakukan setiap 24 jam sekali.
3.3.1.4 Kadar Vitamin C
Kadar vitamin C ditentukan secara titrasi, pengamatan dilakukan di awal
penyimpanan dan di akhir penyimpanan (buah telah rusak). Sekitar 100 gram bahan
dihancurkan hingga diperoleh cairan kental. Kemudian 10 gram cairan kental
dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan aquadest sampai pada
tanda tera. Campuran diaduk dan disaring. Filtrat sebanyak 25 ml, masukan ke
dalam erlenmeyer 125 ml, lalu ditambahkan indikator amilum 1 %. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N. Setiap 1 ml iodium 0,01 N setara dengan
0,88 mg vitamin C.
15
Kandungan vitamin C dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Kadar Vitamin C = VI x 0,88 mg / ml vitamin C........................(2)
dengan :
VI
= Volume Iodium (ml)
0,88 mg
= 1 ml iod 0,01 N
3.3.1.5 Kadar Air
Kadar air ditentukan menggunakan metode oven dengan cara melakukan
pengeringan. Bahan ditimbang dengan timbangan digital 1 - 2 gram dalam cawan
aluminium yang telah diukur bobot keringnya. Kemudian bahan dikeringkan dalam
oven pada suhu 105
o
C. Bahan dikeringkan sampai berat bahan konstan.
Pengamatan untuk kadar air dilakukan setiap hari selama pengamatan. Kadar air
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
�=
−
−
dengan :
�
%……………………………………………….…(3)
M = Kadar air basis basah (%)
a
= Berat cawan (g)
b
= Berat cawan + sampel nanas sebelum dioven (g)
c
= Berat cawan + sampel nanas setelah dioven pada
suhu 105 oC hingga berat konstan (g).
3.3.1.6 Kekerasan
Pengamatan terhadap kekerasan nanas dilakukan pada akhir penyimpanan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat force gauge. Pengukuran hanya
dilakukan pada satu titik setiap 24 jam sekali. Kekerasan daging buah dinyatakan
dalam bentuk tekanan dengan satuan Pascal (Pa).
Persamaan yang digunakan adalah :
P=
dengan :
�
�
………………………………………………………….… . (4)
P = tekanan (Pa)
F = gaya tekan yang terbaca pada force gauge (N)
A = luas penampang penekan (m²)
16
A=
dengan :
�.�²
4
……………………………………………………. (5)
A = luas penampang penekan (m²)
D = diameter pluyer force gauge (m)
3.3.2
Analisis Data
3.3.2.1 Analisis Grafik
Program Project Image yang telah dibuat digunakan untuk mendapatkan
data Indeks RGB (Red, Green dan Blue) dengan nilai koefisien harmonis. Nilainilai ini kemudian dimasukkan dalam program Microsoft Excel untuk diolah lebih
lanjut dan untuk memudahkan dalam menampilkan data pengamatan dalam bentuk
grafik. Adapun grafik didapatkan dari pengamatan buah nanas terolah minimal
tanpa perlakuan (kontrol), dengan perlakuan larutan Gula 25 %, 45 % dan 70 %
yang menunjukkan hubungan antara:
a. Waktu Penyimpanan terhadap Perubahan Berat Buah Nanas
b. Waktu Penyimpanan terhadap Kekerasan Buah Nanas
c. Waktu Penyimpanan terhadap Kadar Air Buah Nanas
d. Waktu Penyimpanan terhadap Total Padatan Terlarut Buah Nanas
e. Waktu Penyimpanan terhadap Vitamin C Buah Nanas
f. Waktu Penyimpanan terhadap Indeks Warna RGB Buah Nanas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perubahan Berat
Perubahan berat merupakan salah satu titik ukur yang digunakan untuk
mengidentifikasi mutu buah nanas terolah minimal. Perubahan berat terus terjadi
selama masa penyimpanan. Dan untuk mengetahui perubahan berat yang terjadi
pada buah nanas terolah minimal, digunakan timbangan digital selama pengamatan.
Hasil pengamatan perubahan berat selama penyimpanan dapat dilihat pada
Lampiran 3. Perubahan berat buah nanas dapat dilihat pada Gambar 1.
10,000
Perubahan Berat (%)
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0,000
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 1. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Perubahan Berat Buah Nanas
Dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa perubahan berat terus terjadi selama
masa penyimpanan, dimana semakin lama buah nanas disimpan maka susut berat
akan mengalami perubahan dan berat bahan akan semakin berkurang. Perubahan
berat terjadi karena kadar air buah nanas yang terus berkurang. Selama masa
penyimpanan kadar air dalam buah akan terus berkurang, sehingga susut berat
meningkat. Kehilangan air selama masa penyimpanan akan membuat gula berubah
menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Grafik perubahan berat buah nanas terolah minimal dapat dilihat pada
Gambar 1. Pada buah nanas terolah minimal tanpa perlakuan (kontrol) mengalami
penurunan berat sejak awal penyimpanan dan buah nanas hanya mampu bertahan
18
selama 2 hari. Pada konsentrasi larutan gula 25 % susut berat hanya berlansung
hingga hari ke-3 karena jumlah kadar gula yang sedikit (di bawah 40 %), namun
terlihat pada grafik di hari ke-2 terjadi perubahan berat yang cukup tinggi seperti
dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada larutan gula 45 % terjadi peningkatan
perubahan berat pada hari ke-2 dan turun pada hari ke-3. Pada hari ke-4 terjadi
peningkatan perubahan berat, lalu turun kembali pada hari ke-5 dan buah telah
rusak sehingga pada hari ke-6 tidak ada lagi pengambilan data pengamatan. Larutan
gula 70 % mengalami penurunan berat tertinggi pada hari ke-2, hal ini disebabkan
karena adanya kadar gula yang tinggi pada buah nanas terolah minimal. Kadar gula
yang tinggi mampu membuat buah bertahan hingga pada hari ke-6.
Buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi gula 45 % dan 70 %
memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol) dan
larutan gula 25 %. Namun umur simpan yang paling lama terdapat pada buah nanas
dengan larutan gula 70%, hal ini disebabkan karena adanya kristalisasi gula selama
penyimpanan yang membuat buah menjadi terlindungi.
4.2 Kekerasan
Pengukuran nilai kekerasan buah nanas terolah minimal dilakukan dengan
menggunakan alat digital force gauge tipe FGS-5S. Perubahan nilai kekerasan pada
buah nanas selama penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 4. Grafik perubahan
Kekerasan (Pa)
kekerasan buah nanas terolah minimal dapat dilihat pada Gambar 2.
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0
1
2
3
4
5
6
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 2. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Kekerasan Buah Nanas
7
19
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan, maka
kekerasan buah nanas juga akan semakin menurun, artinya buah akan semakin
lunak. Hal ini terjadi pada buah nanas tanpa perlakuan (kontrol) dan buah nanas
dengan larutan gula 25 %, 40 % dan 70 %. Saat penyimpanan, buah nanas
mengalami perubahan kimia yang mempengaruhi kekerasannya. Kekerasan adalah
ketahanan buah terhadap suatu tekanan. Semakin kecil nilai kekerasan suatu
produk, berarti produk tersebut akan semakin mudah rusak.. Menurut Pantastico
(1997), selama penyimpanan, menurunnya kekerasan disebabkan oleh penguraian
karbohidrat menjadi gula sederhana dan asam organik, sehingga akan mengurangi
konsistensi tekstur buah. Selain itu, meningkatnya nilai kelunakan daging buah juga
dapat disebabkan oleh aktivitas enzimatis yang timbul sebagai akibat adanya
mikroorganisme, hal ini dapat mengurangi konsistensi tekstur pada buah (Wiley,
cit Graneta, 2010).
Penyimpanan buah nanas tanpa perlakuan (kontrol) mengalami perubahan
kekerasan yang sangat cepat, sehingga buah hanya mampu bertahan selama 2 hari
saja. Pada konsentrasi larutan gula 25 % di hari ke-1 dan mengalami perubahan
kekerasan yang lambat, namun mulai melunak dengan drastis sejak hari ke-2 hingga
ke-3 dan akhirnya buah rusak. Pada konsentrasi larutan gula 45 % penurunan
tingkat kekerasan terjadi secara bertahap setiap harinya hingga pada hari ke-4 dan
pada hari ke-5 buah telah mengalami kerusakan. Sedangkan pada konsentrasi
larutan gula 70 %, penurunan tingkat kekerasan terjadi dengan sedikit lambat,
sehingga pada hari ke-6 buah masih bisa bertahan. Namun karena buah telah mulai
tercium aroma keasaman, pengambilan data dihentikan di hari ke-6. Penurunan
nilai kekerasan terjadi karena proses pematangan buah yang masih terus terjadi
selama penyimpanan, sehingga tingkat kekerasan akan terus menurun sampai buah
rusak. Dan pada grafik dapat juga dilihat bahwa buah nanas terolah minimal pada
konsentrasi larutan gula 70%, merupakan buah yang memiliki tingkat ketahanan
yang paling baik, karena proses pematangannya yang berjalan paling lambat.
4.3 Kadar Air
Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan bahwa kadar air yang
mengalami penurunan selama waktu penyimpanan, baik buah nanas tanpa
20
perlakuan (kontrol) maupun buah nanas dengan larutan gula 25 %, 40 % dan 70 %.
Data pengamatan kadar air selama penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Sedangkan grafik perubahan kadar air buah nanas selama penyimpanan dapat
dilihat pada Gambar 3.
90
88
Kadar AIr (%)
86
84
82
80
78
76
74
72
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 3. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Kadar Air Buah Nanas
Gambar 3 memperlihatkan bagaimana tingkat kadar air selama waktu
penyimpanan, secara keseluruhan kadar air buah nanas mengalami penurunan pada
masing-masing perlakuan. Kadar air yang paling tinggi terdapat pada buah nanas
tanpa perlakuan (kontrol) dan hanya mampu bertahan selama 2 hari saja. Hal ini
karena kadar air yang tinggi tidak bagus dalam penyimpanan bahan pangan, karena
akan mempercepat terjadinya kerusakan akibat pertumbuhan kapang, jamur, bakteri
dan mikroorganisme lainnya. Pada larutan gula 25 % hanya terjadi sedikit
penurunan kadar air, sehingga buah hanya bertahan sampai hari ke-3 dan mulai
tercium aroma asam.
Gambar 3 menunjukkan bahwa untuk penyimpanan dengan perlakuan
larutan gula 25% masih kurang bagus, karena kadar gula untuk melapisi buah nanas
terolah minimal masih sedikit. Sedangkan pada larutan gula 45% karena adanya
gula yang cukup untuk melapisi, kadar air bisa dilepaskan dengan cukup baik dan
buah dapat bertahan hingga hari ke-5. Sedangkan pada larutan gula 70 %,
merupakan buah nanas terolah minimal dengan kadar air yang paling rendah. Hal
21
ini terjadi karena gula yang melapisinya dengan baik mampu menekan kadar air
buah dengan baik, sehingga buah bisa bertahan hingga hari ke-6.
4.4 Total Padatan Terlarut
Untuk mengukur jumlah total padatan terlarut (TPT) buah nanas digunakan
alat refraktometer. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama
penelitian, diperoleh nilai rata-rata total padatan terlarut berkisar antara 2,00 hingga
30,00 ºBrix. Dan nilai rata-rata total padatan terlarut buah nanas dapat dilihat pada
Lampiran 6. Sedangkan perubahan nilai total padatan terlarut pada buah nanas
selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4.
Total Padatan Terlarut (⁰Brix)
35
30
25
20
15
10
5
0
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 4. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Total Padatan Terlarut Buah
Nanas
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan untuk mengetahui kadar gula
yang terkandung dalam buah nanas, dari proses perombakan pati menjadi senyawa
yang lebih sederhana seperti fruktosa, glukosa dan sukrosa. Dari grafik dapat dilihat
bahwa pada hari ke-1, buah nanas yang memiliki nilai total padatan terlarut yang
terendah terdapat pada buah tanpa perlakuan (kontrol), dan hanya bisa bertahan
selama 2 hari. Hal ini diikuti oleh buah nanas dengan konsentrasi gula 25 % yang
hanya mampu bertahan hingga hari ke-3 karena lapisan gulanya yang rendah.
Namun pada buah nanas dengan konsentrasi gula 45 % terjadi penurunan total
22
padatan terlarut secara perlahan hingga mencapai nilai sekitar 18 ºBrix, dan mampu
bertahan hingga pada hari ke-5. Buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi
gula 70 % merupakan buah dengan nilai total padatan terlarut tertinggi dengan nilai
sekitar 30 ⁰Brix pada hari pertama, kadar gula yang tinggi tersebut terbukti mampu
membuatnya bertahan hingga hari ke-6 dengan jumlah total padatan terlarut sekitar
20 ºBrix. Hal ini terjadi karena gula mampu memperlambat terjadinya perombakan
senyawa asam organik pada buah. Penurunan total padatan terlarut selama
penyimpanan disebabkan karena adanya perombakan kimia dari buah nanas, yaitu
perombakan senyawa karbohidrat menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana
seperti gula. Gula yang terdapat pada buah ikut terlepas pada saat buah mengalami
penurunan kadar air, sehingga jumlah total padatan terlarut akan ikut menurun
selama waktu penyimpanan sampai buah rusak.
4.5 Vitamin C
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kandungan vitamin
C yang terdapat pada buah nanas selama penyimpanan. Pengamatan vitamin C buah
nanas terolah minimal diambil di awal dan di akhir penyimpanan (saat buah nanas
telah rusak). Nilai perubahan kadar vitamin C di awal dan di akhir penyimpanan
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Grafik perubahan nilai vitamin C
pada buah nanas dapat dilihat pada Gambar 5.
1
Kadar Vit. C (mg)
1
1
1
0
0
0
Kontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 40%
Larutan Gula 70%
Perlakuan
Awal Pengamatan
Akhir Pengamatan
Gambar 5. Rata-rata pengamatan Vitamin C
23
Dari grafik dapat dilihat bahwa buah nanas terolah minimal mengalami
penurunan kadar vitamin C pada semua perlakuan. Buah nanas terolah minimal
tanpa perlakuan memiliki kadar vitamin C terendah, yaitu 0,807 mg di awal
penyimpanan dan turun menjadi 0,645 mg di akhir penyimpanan. Selanjutnya
konsentrasi larutan gula 25 % hanya memiliki kadar vitamin C 0,983 mg di awal
penyimpanan dan turun menjadi 0,763 mg di akhir penyimpanan pada hari ke-3.
Hal ini terjadi karena kadar gula yang rendah tidak mampu lebih lama melindungi
kandungan vitamin C pada buah. Pada buah nanas tanpa perlakuan mampu bertahan
selama 2 hari, namun buah sudah mengeluarkan aroma asam yang kuat, dan pada
buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi larutan gula 25 % buah memiliki
sedikit aroma manis dari gula dengan sedikit rasa asam, sehingga pengamatan
dihentikan setelah 3 hari. Sedangkan pada konsentrasi larutan gula 45 % memiliki
kadar vitamin C 1,071 mg dan turun menjadi 0,821 mg pada akhir penyimpanan.
Dari kadar vitamin C yang cukup tinggi tersebut, dapat dilihat bahwa larutan gula
45 % mampu sedikit memperkecil kerusakan buah nanas terolah minimal. Namun
dari buah mulai tercium aroma asam dan warna yang mulai menghitam ,sehingga
buah hanya bisa bertahan selama 5 hari. Terakhir pada buah nanas terolah minimal
dengan konsentrasi larutan gula 70 %, memiliki kandungan vitamin C 1,115 mg di
awal penyimpanan dan 1,012 mg di akhir penyimpanan. Dari grafik juga dapat
dilihat bahwa perlakuan ini memiliki kadar vitamin C tertinggi dan hanya terjadi
sedikit sekali penurunan kadar vitamin C. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula
yang tinggi (70 %) mampu mempertahankan keadaan buah nanas terolah minimal
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Pada buah nanas dengan
konsentrasi gula 70 % pengamatan dihentikan pada hari ke-6 karena mulai timbul
sedikit rasa asam. Hal ini diduga karena kadar vitamin C pada buah mengalami
penurunan dan mulai terjadi proses perombakan asam organik. Menurut Wills et
al. (1981) dalam Firdaus (2012), kecenderungan menurunnya vitamin C selama
penyimpanan disebabkan karena asam-asam organik termasuk asam askorbat
(Vitamin C) mengalami pemecahan menjadi senyawa yang lebih sederhana.
24
4.6 Warna
Warna pada buah dapat menjadi indikator untuk mengetahui tingkat
perubahan kematangan buah. Selama penyimpanan, buah nanas terolah minimal
mengalami perubahan warna. Pengamatan warna yang dilakukan dengan
mengambil citra buah nanas terolah minimal dengan menggunakan kamera digital,
lalu dilakukan pengolahan data citra menjadi angka dalam indeks warna dengan
menggunakan software project image. Dalam pengolahan citra, data yang diamati
adalah indeks red, indeks green dan indeks blue (RGB). Perubahan warna buah
nanas terolah minimal dapat dilihat pada Gambar 6, 7 dan 8. Data pengamatan yang
Indeks Red
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 sampai Lampiran 15.
0,50
0,45
0,40
0,35
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 6. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Indeks Red Buah Nanas
Dari Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa buah nanas tanpa perlakuan
(kontrol) mengalami penurunan indeks red. Pengamatan hanya berlansung
sebentar, sama seperti proses pembusukannya yang berlangsung dalam waktu 2
hari. Pada buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi larutan gula 25 %
mengalami penurunan indeks red hingga hari ke-3 dan buah telah rusak. Namun
pada konsentrasi larutan gula 45% indeks red turun hingga hari ke-2 dan kembali
naik hingga buah rusak pada hari ke-5. Pada konsentrasi larutan gula 70 % indeks
red juga mengalami penurunan hingga hari ke-2, kemudian nilainya naik kembali
hingga pada hari ke-3. Lalu mengalami sedikit penurunan hingga hari ke-4 dan
kembali naik hingga hari ke-5. Indeks red yang tertinggi terdapat pada konsentrasi
25
larutan gula 75 %, hal ini disebabkan oleh gula yang bisa melapisi buah nanas
terolah minimal dengan baik. Perubahan indeks red disebabkan oleh buah nanas
terolah minimal masih mengalami fase perkembangan selama penyimpanan yaitu
masa pematangan ke masa penuaan (busuk). Menurut Santoso (2005), buah dan
sayur setelah panen masih melanjutkan proses metabolisme dan kegiatan fisiologis
oleh sebab itu komposisi dan kualitas komoditi akan mengalami perubahan.
Selanjutnya perubahan indeks green buah nanas terolah minimal dapat
dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 7.
0,40
Indeks Green
0,35
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 7. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Indeks Green Buah Nanas
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa, nilai indeks green pada buah nanas
terolah minimal mengalami penurunan, pada buah nanas terolah minimal tanpa
perlakuan (kontrol) terjadi penurunan sejak hari ke-1 dan terhenti pada hari ke-2
karena mengalami kerusakan. Pada buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi
larutan gula 25 % mengalami penurunan hingga hari ke-3, lalu terhenti saat buah
mulai menunjukkan tanda kerusakan. Untuk buah nanas terolah minimal dengan
konsentrasi larutan gula 45 % menunjukkan penurunan indeks green sejak hari
pertama dan terhenti pada hari ke-5 karena telah rusak. Pada buah nanas terolah
minimal dengan konsentrasi larutan gula 70 % terjadi penurunan indeks green
terjadi secara bertahap setiap harinya hingga pada hari ke-6, tapi pada hari ke-4
mengalami sedikit kenaikan dan pada hari ke-5 kembali turun hingga buah rusak.
26
hal ini menunjukkan bahwa larutan gula dengan konsentrasi 75 % mampu menjaga
keadaan buah dengan lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa perubahan indeks green pada buah
nanas terolah minimal tanpa perlakuan (kontrol) dan larutan gula 25 % mengalami
penurunan indeks green dalam waktu yang singkat karena terjadi kerusakan, hal ini
terjadi karena tidak adanya gula dan kurangnya kadar gula untuk melindungi buah
dari kerusakan. Sedangkan pada buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi
larutan gula 45 % dan 70 % terjadi penurunan indeks green secara perlahan,
sehingga buah bisa bertahan lebih lama. Hal ini terjadi karena tingginya kadar gula
pada buah yang bisa melapisi dan melindungi buah dengan baik.
Penurunan indeks green terjadi karena buah nanas terolah minimal
mengalami kehilangan kandungan klorofil setiap harinya, hingga buah mengalami
kerusakan selama waktu penyimpanan. Seperti pendapat Santoso (2005), yang
menyatakan bahwa indeks green pada buah disebabkan karena adanya kandungan
klorofil yang mengalami degradasi struktur pada proses pematangan buah.
Pengamatan perubahan indeks blue pada buah nanas terolah minimal dapat
Indeks Blue
dilihat pada Gambar 8.
0,18
0,16
0,14
0,12
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari KeKontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
Gambar 8. Grafik Waktu Penyimpanan terhadap Indeks Blue Buah Nanas
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa indeks blue pada buah nanas terolah
minimal tanpa perlakuan (kontrol) terus mengalami penurunan hingga hari ke-2 dan
mengalami kerusakan. Pada buah nanas terolah minimal dengan konsentrasi larutan
gula 25 % terjadi sedikit penurunan indeks blue dari hari ke-1 hingga hari ke-2 yaitu
27
dari 0,1701 menjadi 0,1652. Dan pada hari ke-2 hingga hari ke-3 terjadi kenaikan
penurunan yang agak besar, yaitu dari 0,1652 menjadi 0,1486. Kemudian
pengamatan dihentikan karena buah mengalami kerusakan. Pada buah nanas terolah
minimal dengan konsentrasi larutan gula 45 % terjadi penurunan indeks blue hingga
pada hari ke-2, dari 0,1255 menjadi 0,1091. Kemudian kembali mengalami
kenaikan indeks blue menjadi 0,1375 pada hari ke-3 dan turun menjadi 0,1307 pada
hari ke-4. Pada hari ke-5 kembali terjadi kenaikan menjadi 0,1417 dan pengamatan
dihentikan karena buah telah rusak. Sedangkan pada buah nanas dengan konsentrasi
gula 70 % terjadi penurunan indeks blue hingga hari ke-3, mulai dari 0,1521
menjadi 0,1300. Kemudian mengalami kenaikan hingga buah rusak pada hari ke-6
menjadi 0,1619.
Dari grafik dapat dilihat bahwa indeks blue buah nanas tanpa perlakuan
(kontrol) dan larutan gula 25 % memiliki nilai indeks blue yang cukup tinggi selama
waktu penyimpanan, namun waktu penyimpanannya hanya berlansung sebentar
dan nilai indeks blue terus turun karena mengalami kerusakan. Sedangkan pada
buah nanas dengan larutan gula 45 % merupakan indeks blue dengan nilai terendah
di awal waktu penyimpanan dan larutan gula 70 % memiliki nilai indeks blue di
bawah kontrol dan di atas larutan gula 45 % pada hari ke-3. Kemudian indeks blue
pada larutan gula 45 % dan 70 % terus mengalami kenaikan hingga buah mengalami
kerusakan. Hal ini terjadi karena kadar gula yang tinggi mampu melindungi buah
nanas terolah minimal dengan baik, sehingga perombakan senyawa asam organik
pada buah bisa diperlambat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa:
1. Pengawetan buah nanas terolah minimal dengan menggunakan larutan gula
dapat mempertahankan mutu buah dan memperpanjang waktu penyimpanan.
2. Buah nanas terolah minimal tanpa perlakuan (kontrol) hanya mampu
bertahan selama 2 hari, dengan menggunakan larutan gula 25 % mampu
bertahan selama 3 hari, dengan menggunakan larutan gula 45 % mampu
bertahan selama 5 hari. Dan larutan gula 70 % merupakan perlakuan yang
paling bagus dibandingkan perlakuan yang lainnya, karena pada hari ke-6
didapatkan data pengamatan yang lebih tinggi dibandingkan data pengamatan
perlakuan yang lainnya.
3. Kadar gula yang tinggi mampu memperpanjang waktu penyimpanan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan agar pada
penanganan pascapanen buah nanas terolah minimal, untuk menggunakan
perlakuan larutan gula 70 % untuk memperpanjang umur simpan. Saat memilih
buah nanas yang akan digunakan untuk pengamatan jangan menggunakan buah
dengan tingkat kematangan di atas 65 %, karena tingkat kekerasannya telah
berkurang dan menyebabkan proses penyimpanan menjadi tidak optimal.
Diperlukan penelitian lanjutan untuk menentukan berapa umur simpan maksimal
dengan menggunakan larutan gula. Dan saat mengeringkan buah nanas terolah
minimal dari larutan gula, sebaiknya menggunakan waktu lebih dari 2 jam, atau
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu di atas 100 ºC selama 20 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Agricultural Research Service United States Department of Agriculture. 2013.
Basic Report: 09266, Pineapple, Raw, All varietas.
(http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/, diakses pada 21 Februari 2014).
Ahmad, U., A. Abrar and H. K. Purwadaria. 2001. Determination of Bruise
Development Rate on Salak Fruit Using Image Processing. Proceeding of
2nd IFAC-CIGR Workshop on Intelligent control for Agriculture Aplication,
22-24 Agustus 2001, Bali Indonesia.
Badan Pusat Statistik Sumbar. 2012. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan
Menurut
Jenisnya
dan
Kabupaten/Kota
(Ton/Ha).
(https://mail.google.com/mail/u/0/?pli=1#inbox/144cda08b4ede13b,
diakses pada 17 Maret 2014)
Britton, N. L. and P. Wilson. 1926. Botany of Porto Rico and the Virgin Islands.
Scientific Survey of Porto Rico and the Virgin Islands. New York Academy
of Sciences, New York.
Burhanuddin. 2001. Proceeding Forum Pasar Garam Indonesia. Jakarta: Badan
Riset Kelautan dan Perikanan.
Firdaus, F. 2012. Memperpanjang Umur Simpan Buah Terong Belanda
(Chypomandra betacea) dengan Teknik Pelilinan. [Skripsi]. Padang.
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Padang
IPB Press. 2012. Teknik Pengolahan Pangan.
(http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan%20
Pangan/bab1.php, diakses pada 16 Maret 2014).
Morton, Julia F. 1987. Pineapple: Ananas comosus. Purdue University Center for
New Crops and Plant Products, Indiana.
Pantastico, ER.B. 1997. Fisiologi Pascapanen (Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Prihatman, K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Jakarta.
Resep Manisan. 2014.Teknik Pembuatan Manisan Buah.
(http://resepmanisan.blogspot.com/2014/04/teknik-pembuatan-manisanbuah.html?m=1, diakses pada 1 Juli 2015)
Rizky F., Addina. 2012. Penggulaan dan Selai. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Safnowandi. 2012. Pengawetan Makanan untuk Mengendalikan Aktivitas Mikroba
Perusak Makanan. Universitas Negri Malang, Malang.
30
Sandra. 2011. Pengembangan Sistem Cerdas untuk Sortasi dan Pemutuan Buah
Pisang Secara Nondestruktif. Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas
Andalas, Padang.
Santoso, B. 2005. Bahan Ajar Pascapanen Hortikultura. Mataram. Program Studi
Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Santoso, B. 2006. Teknologi Pengawetan. Bahan Segar. Malang. Program Studi
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Uwiga Malang.
Sambeganarko, A. 2008. Pengaruh Aplikasi KMnO4 Ethylene Block, Larutan
CaCl2 dan CaO Terhadap Kualitas dan Umur Simpan Pisang (Muasa
paradisiacal, L.) Varietas Raja Bulu. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Sutoyo, T. 2009. Teknik Pengolahan Citra Digital. Andi, Yogyakarta.
Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2004.
Yudha N., Oktaviano. 2011. Aplikasi Komputer Vision untuk Identifikasi
Kematangan Jeruk Nipis. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
.
Lampiran
32
Lampiran 1. Diagram Alir Kerja
Mulai
Nanas (Ananas comosus (L) Merr)
Pembersihan, Sterilisasi dan Pembuatan Larutan dengan
Perbandingan Gula (500 g, 900 g dan 1400 g)
Penyimpanan dalam Botol pada Suhu Ruang
.
Pengamatan : Perubahan Berat, Vitamin C, Kekerasan, Kadar Air,
Total Padatan Terlarut dan Indeks Warna (RGB)
Pengolahan Data Pengamatan dan
Image Processing
Umur Simpan dan Perubahan Warna
.
Selesai
33
Lampiran 2. Data BPS 2012
Tabel 3. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Menurut Jenisnya dan
Kabupaten / Kota 2012 (Ton / Ha)
No Kabupaten
Durian
Jeruk
Duku
Sawo
Nanas
01
Kep. Mentawai
20
2
-
-
1
02
Pesisir Selatan
600
423
1
11
4
03
Solok
207
410
1
98
1
04
Sijunjung
50
98
7
5
1
05
Tanah Datar
830
289
7
529
-
06
Padang Pariaman
436
40
4
15
1
07
Agam
1.284
1.265
4
47
2
08
Lima Puluh Kota
162
665
3
22
2
09
Pasaman
110
479
8
37
4
10
Solok Selatan
7
269
1
3
1
11
Dharmasraya
361
144
390
8
-
12
Pasaman Barat
109
7
1
60
5
Durian
Jeruk
Duku
Sawo
Nanas
70
4
6
18
1
166
13
-
23
-
No Kota
71
Padang
72
Solok
73
Sawahlunto
2
2
1
21
2
74
Padang Panjang
1
-
-
1
-
75
Bukittinggi
30
19
-
8
-
76
Payakumbuh
60
56
2
14
1
77
Pariaman
7
1
11
9
-
Durian
Jeruk
Duku
Sawo
Nanas
2012
45.117
41.837
4.493
9.300
278
2011
37.133
35.461
2.092
10.620
300
2010
22.112
31.615
442
11.762
507
2009
37.388
24.780
2.969
14.928
984
2008
41.974
24.555
3.421
15.110
932
Jumlah (Tahun)
Sumber: BPS Sumatera Barat (2012)
34
Lampiran 3. Data Perubahan Berat
Perlakuan
Kontrol
Larutan
Gula
25 %
Larutan
Gula
45 %
Larutan
Gula
70 %
Hari
Ke0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
6
Perubahan Berat (%)
Ulangan Ulangan Ulangan
1
2
3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
W0
Wa
W0
Wa
W0
Wa
9,727
8,906
5,105
7,811
4,840
11,404
15,996
14,440
14,440
13,154
12,870
12,213
12,213
11,259
7,252
6,901
6,901
6,114
2,143
16,098
2,407
4,107
5,660
7,851
16,473
16,120
16,120
13,525
11,301
11,029
11,029
10,576
9,505
8,967
8,967
8,263
8,466
5,144
5,034
13,525
12,380
10,576
10,032
8,263
7,847
3,408
14,304
8,125
7,575
10,497
5,181
2,374
4,177
7,142
6,333
4,340
8,028
4,875
8,188
3,828
15,641
15,108
12,947
11,895
10,994
15,108
12,947
11,895
10,994
9,840
14,302
13,561
13,239
12,686
11,780
13,561
13,239
12,686
11,780
11,034
9,792
9,367
8,615
8,195
7,524
9,367
8,615
8,195
7,524
7,236
3,463
15,583
8,692
8,387
9,342
1,363
4,618
4,221
5,484
4,769
5,596
9,289
4,777
8,258
4,230
8,093
4,044
7,329
17,210
16,614
14,025
12,806
11,732
10,636
16,614
14,025
12,806
11,732
10,636
10,491
11,996
11,442
10,959
10,358
9,864
9,312
11,442
10,959
10,358
9,864
9,312
8,447
8,876
8,452
7,754
7,426
6,825
6,549
8,452
7,754
7,426
6,825
6,549
6,069
Rata-rata Perubahan Berat
Hari Ke- Kontrol Larutan Gula 25 %
Larutan Gula 45 %
Larutan Gula 70 %
0
6,557
3,403
4,310
4,286
1
9,374
9,352
8,235
9,354
2
6,215
5,726
6,135
3
7,635
7,083
4
6,886
6,327
5
5,994
6
35
Lampiran 4. Data Kekerasan
Kekerasan (Pa)
Perlakuan
Hari
Ke-
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rata-rata
1
28025,477
57324,841
105732,484
63694,267
2
24203,822
53503,184
99363,057
59023,354
1
58598,726
59872,612
86624,204
68365,181
2
53503,184
56050,955
71337,579
60297,239
3
42038,216
53503,184
61146,496
52229,299
1
85350,318
67515,923
95541,402
82802,548
2
82802,547
61146,496
91719,745
78556,263
3
77707,006
59872,612
59872,612
65817,410
4
73885,351
56050,955
50955,414
60297,240
5
68789,808
48407,643
48407,643
55201,698
62420,382
71337,579
96815,286
76857,749
59872,612
67515,923
90445,859
72611,465
58598,726
64968,153
81528,663
68365,181
56050,955
58598,726
80524,777
65058,153
52229,299
53503,184
72611,465
59447,983
48407,643
49681,528
71337,579
56475,583
0
Kontrol
0
Larutan
Gula 25 %
0
Larutan
Gula 45 %
0
1
2
3
4
Larutan
Gula 70 %
5
6
36
Lampiran 5. Data Kadar Air
Kadar Air (%)
Perlakuan
Hari
Ke-
1
2
3
Rata - rata
1
28025,477
63694,267
105732,484
86,537
2
24203,822
59023,354
99363,057
87,963
1
58598,726
68365,181
86624,204
83,960
2
53503,184
60297,239
71337,579
83,657
3
42038,216
52229,299
61146,496
85,128
1
85350,318
82802,548
95541,402
81,870
2
82802,547
78556,263
91719,745
78,653
3
77707,006
65817,410
59872,612
80,729
4
73885,351
60297,240
50955,414
82,761
5
68789,808
55201,698
48407,643
81,183
1
62420,382
76857,749
96815,286
78,377
2
59872,612
72611,465
90445,859
76,710
3
58598,726
68365,181
81528,663
74,419
4
56050,955
65058,153
80524,777
78,432
5
52229,299
59447,983
72611,465
77,160
6
48407,643
56475,583
71337,579
80,794
0
Kontrol
0
Larutan
Gula 25 %
0
Larutan
Gula 45 %
0
Larutan
Gula 70 %
37
Lampiran 6. Data Total Padatan Terlarut
Perlakuan
Kontrol
Larutan
Gula 25 %
Larutan
Gula 45 %
Larutan
Gula 70 %
Hari
Ke0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
6
1
TPT (⁰Brix)
2
3
10,00
8,50
10,00
10,00
10,00
9,00
10,00
9,17
16,50
16,00
14,00
17,00
15,00
12,50
17,00
17,00
16,00
16,83
16,00
14,17
23,00
22,50
22,00
21,50
20,50
20,00
19,00
17,50
15,50
15,00
22,00
21,50
21,00
20,00
19,50
21,67
21,00
20,17
19,00
18,33
30,00
29,00
28,50
26,50
24,50
20,50
26,00
24,00
21,50
19,50
18,50
18,00
35,00
29,00
27,50
26,50
25,00
24,00
30,33
27,33
25,83
24,17
22,67
20,83
Rata-rata
38
Lampiran 7. Data Vitamin C Awal Penyimpanan
Awal
Ulangan
Volume Iodium
Vitamin C
(ml)
(mg)
1
0,90
0,792
2
0,95
0,836
3
0,90
0,792
Rata-rata
0,92
0,807
1
1,25
1,100
2
1,00
0,880
Larutan Gula
3
1,10
0,968
25%
Rata-rata
1,12
0,983
1
1,25
1,100
2
1,20
1,056
Larutan Gula
3
1,20
1,056
40%
Rata-rata
1,22
1,071
1
1,25
1,100
2
1,30
1,144
Larutan Gula
3
1,25
1,100
70%
Rata-rata
1,27
1,115
Perlakuan
Kontrol
39
Lampiran 8. Data Vitamin C Akhir Penyimpanan
Akhir
Ulangan
Volume Iodium
Vitamin C
(ml)
(mg)
1
0,75
0,660
2
0,70
0,616
3
0,75
0,660
Rata-rata
0,73
0,645
1
1,00
0,880
2
0,80
0,704
3
0,80
0,704
Rata-rata
0,87
0,763
1
1,10
0,968
2
1,10
0,968
3
0,60
0,528
Rata-rata
0,93
0,821
1
1,10
0,968
2
1,20
1,056
3
1,15
1,012
Rata-rata
1,15
1,012
Perlakuan
Kontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 40%
Larutan Gula 70%
40
Lampiran 9. Data Rata – rata Vitamin C
Rata-rata Vitamin C (mg)
Waktu
Pengamatan
Kontrol
1
2
3
Awal
Penyimpanan
0,807
0,983
1,071
1,115
Akhir
Penyimpanan
0,645
0,763
0,821
1,012
41
Lampiran 10. Data RGB Ulangan 1
Perlakuan
Kontrol
Larutan
Gula 25
%
Larutan
Gula 45
%
Larutan
Gula 70
%
Nama_File
1H1_KO
1H1_KO
1H2_KO
1H2_KO
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
1H1_1
1H1_1
1H2_1
1H2_1
1H3_1
1H3_1
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
1H1_2
1H1_2
1H2_2
1H2_2
1H3_2
1H3_2
1H4_2
1H4_2
1H5_2
1H5_2
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
1H1_3
1H1_3
1H2_3
1H2_3
1H3_3
1H3_3
1H4_3
1H4_3
1H5_3
1H5_3
1H6_3
1H6_3
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
(1).bmp
(2).bmp
Hari
Ke-
Red
0
0
1
1
2
2
0
0
1
1
2
2
3
3
0
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
0
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
Green
Blue
0,345169
0,343105
0,355078
0,350093
0,291213
0,291153
0,285019
0,288141
0,200573
0,180835
0,158904
0,143293
0,395232
0,393006
0,403391
0,402201
0,422938
0,421951
0,301974
0,303854
0,297702
0,296931
0,285281
0,287087
0,175295
0,209840
0,192107
0,195768
0,139225
0,163140
0,401522
0,401467
0,415131
0,413245
0,401808
0,381570
0,418966
0,385731
0,440914
0,442247
0,306426
0,304876
0,297354
0,295092
0,303031
0,294153
0,276076
0,279265
0,280085
0,275756
0,113258
0,117653
0,102233
0,112663
0,126861
0,126861
0,154234
0,167104
0,173301
0,161897
0,468698
0,465974
0,471519
0,471711
0,451856
0,461888
0,419454
0,434138
0,455981
0,451666
0,469489
0,450999
0,324844
0,329491
0,353532
0,301082
0,317877
0,313588
0,333592
0,357548
0,297964
0,284763
0,284462
0,278225
0,148558
0,121135
0,151049
0,127308
0,123768
0,120024
0,147463
0,144838
0,154355
0,150571
0,188189
0,194082
42
Lampiran 11. Data RGB Ulangan 2
Perlakuan
Nama_File
Hari Ke-
Red
Green
Blue
0
0
Kontrol
2H1_KO
(1).bmp
1
0,337058
0,298867
0,133376
2H1_KO
(2).bmp
1
0,337689
0,296685
0,148726
2H2_KO
(1).bmp
2
0,341100
0,285146
0,147586
2H2_KO
(2).bmp
2
0,348493
0,283549
0,148358
0
0
Larutan 2H1_1
Gula 25 % 2H1_1
(1).bmp
1
0,378260
0,309365
0,211504
(2).bmp
1
0,371902
0,303151
0,188647
0,297857
0,169731
2H2_1
(1).bmp
2
0,385811
2H2_1
(2).bmp
2
0,389344
0,290944
0,164411
2H3_1
(1).bmp
3
0,398001
0,287834
0,144366
2H3_1
(2).bmp
3
0,393595
0,282620
0,156684
0
0
2H1_2
(1).bmp
1
0,412849
0,358754
0,122997
2H1_2
(2).bmp
1
0,409274
0,349201
0,132425
2H2_2
Larutan
Gula 45 % 2H2_2
(1).bmp
2
0,416605
0,329768
0,114918
(2).bmp
2
0,412536
0,320342
0,100822
2H3_2
(1).bmp
3
0,395126
0,334553
0,151189
2H3_2
(2).bmp
3
0,373227
0,320169
0,146005
2H4_2
(1).bmp
4
0,411752
0,290905
0,108743
0,295412
0,121907
2H4_2
(2).bmp
4
0,400227
2H5_2
(1).bmp
5
0,440242
0,309572
0,131486
2H5_2
(2).bmp
5
0,445966
0,293545
0,127279
0
0
2H1_2
(1).bmp
1
0,470449
0,433730
0,211521
2H1_3
(2).bmp
1
0,478718
0,435045
0,199083
2H2_3
(1).bmp
2
0,482951
0,369980
0,137269
0,436250
0,205328
2H2_3
(2).bmp
2
0,432103
Larutan
2H3_3
Gula 70 % 2H3_3
(1).bmp
3
0,435001
0,313440
0,128659
(2).bmp
3
0,433904
0,357905
0,154356
2H4_3
(1).bmp
4
0,425233
0,328807
0,124670
2H4_3
(2).bmp
4
0,431833
0,304890
0,147077
0,298387
0,179587
2H5_3
(1).bmp
5
0,421739
2H5_3
(2).bmp
5
0,480211
0,286477
0,160312
2H6_3
(1).bmp
6
0,484072
0,282764
0,149628
2H6_3
(2).bmp
6
0,476633
0,270115
0,140755
43
Lampiran 12. Data RGB Ulangan 3
Perlakuan
Nama_File
Hari Ke-
Red
Green
Blue
0
0
Kontrol
3H1_KO
(1).bmp
1
0,295795
0,286684
0,149137
3H1_KO
(2).bmp
1
0,298398
0,287577
0,156083
3H2_KO
(1).bmp
2
0,308835
0,271601
0,135163
3H2_KO
(2).bmp
2
0,301545
0,276595
0,128161
0
0
Larutan 3H1_1
Gula 25 % 3H1_1
(1).bmp
1
0,369338
0,302071
0,127891
(2).bmp
1
0,361272
0,307857
0,107171
0,298814
0,133140
3H2_1
(1).bmp
2
0,374946
3H2_1
(2).bmp
2
0,373051
0,297594
0,136190
3H3_1
(1).bmp
3
0,386998
0,287189
0,137012
3H3_1
(2).bmp
3
0,380395
0,283646
0,151159
0
0
3H1_2
(1).bmp
1
0,405302
0,319406
0,132791
3H1_2
(2).bmp
1
0,406247
0,311989
0,133964
3H2_2
Larutan
Gula 45 % 3H2_2
(1).bmp
2
0,418154
0,309785
0,111061
(2).bmp
2
0,412095
0,305932
0,112873
3H3_2
(1).bmp
3
0,398543
0,295932
0,139413
3H3_2
(2).bmp
3
0,407168
0,289649
0,134583
3H4_2
(1).bmp
4
0,438544
0,274001
0,114155
0,270862
0,118139
3H4_2
(2).bmp
4
0,434975
3H5_2
(1).bmp
5
0,448409
0,252790
0,119969
3H5_2
(2).bmp
5
0,440689
0,258113
0,136198
0
0
3H1_3
(1).bmp
1
0,345755
0,314465
0,109579
3H1_3
(2).bmp
1
0,358236
0,317959
0,123004
3H2_3
(1).bmp
2
0,337650
0,301838
0,101366
0,301199
0,105941
3H2_3
(2).bmp
2
0,343460
Larutan
3H3_3
Gula 70 % 3H3_3
(1).bmp
3
0,353566
0,295926
0,116708
(2).bmp
3
0,354304
0,293796
0,136400
3H4_3
(1).bmp
4
0,374668
0,289588
0,100544
3H4_3
(2).bmp
4
0,377811
0,280607
0,120612
0,275743
0,126079
3H5_3
(1).bmp
5
0,397278
3H5_3
(2).bmp
5
0,397034
0,270563
0,147903
3H6_3
(1).bmp
6
0,433558
0,267989
0,153853
3H6_3
(2).bmp
6
0,456513
0,269473
0,144939
44
Lampiran 13. Data Rata–rata RGB
Ulangan 1
Perlakuan
Hari
Ke-
Ulangan 2
Ulangan 3
Red
Green
Blue
Red
Green
Blue
Red
Green
Blue
1
0,344
0,291
0,191
0,337
0,298
0,141
0,297
0,287
0,153
2
0,353
0,287
0,151
0,345
0,284
0,148
0,305
0,274
0,132
1
0,394
0,303
0,193
0,375
0,306
0,200
0,365
0,305
0,118
2
0,403
0,297
0,194
0,388
0,294
0,167
0,374
0,298
0,135
3
0,422
0,286
0,151
0,396
0,285
0,151
0,384
0,285
0,144
1
0,401
0,306
0,115
0,411
0,354
0,128
0,406
0,316
0,133
2
0,414
0,296
0,107
0,415
0,325
0,108
0,415
0,308
0,112
3
0,392
0,299
0,127
0,384
0,327
0,149
0,403
0,293
0,137
4
0,402
0,278
0,161
0,406
0,293
0,115
0,437
0,272
0,116
5
0,442
0,278
0,168
0,443
0,302
0,129
0,445
0,255
0,128
1
0,467
0,327
0,135
0,475
0,434
0,205
0,352
0,316
0,116
2
0,472
0,327
0,139
0,458
0,403
0,171
0,341
0,302
0,104
3
0,457
0,316
0,122
0,434
0,336
0,142
0,354
0,295
0,127
4
0,427
0,346
0,146
0,429
0,317
0,136
0,376
0,285
0,111
5
0,454
0,291
0,152
0,451
0,292
0,170
0,397
0,273
0,137
6
0,460
0,281
0,191
0,480
0,276
0,145
0,445
0,269
0,149
0
Kontrol
0
Larutan
Gula 25 %
0
Larutan
Gula 45 %
0
Larutan
Gula 70 %
45
Lampiran 14. Data Rata–rata Red
Hari Ke-
Kontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
1
0,3262
0,3782
0,4061
0,4313
2
0,3342
0,3881
0,4146
0,4232
0,4006
0,3929
0,4151
4
0,4150
0,4105
5
0,4431
0,4340
0
3
0,4619
6
Lampiran 15. Data Rata–rata Green
Hari Ke-
Kontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
1
0,2920
0,3047
0,3251
0,3593
2
0,2817
0,2966
0,3097
0,3440
0,2856
0,3062
0,3154
4
0,2811
0,3158
5
0,2783
0,2856
0
3
0,2755
6
Lampiran 16. Data Rata–rata Blue
Hari Ke-
Kontrol
Larutan Gula 25%
Larutan Gula 45%
Larutan Gula 70%
0
1
0,1615
0,1701
0,1255
0,1521
2
0,1436
0,1652
0,1091
0,1380
0,1486
0,1375
0,1300
4
0,1307
0,1309
5
0,1417
0,1531
3
6
0,1619
46
Lampiran 17. Dokumentasi Buah Nanas (Kontrol Ulangan 1)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Lampiran 18. Dokumentasi Buah Nanas (Kontrol Ulangan 2)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Lampiran 19. Dokumentasi Buah Nanas (Kontrol Ulangan 3)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
47
Lampiran 20. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 1 Ulangan 1)
Hari Ke-1
Hari Ke2
Hari Ke-3
Lampiran 21. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 1 Ulangan 2)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
Lampiran 22. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 1 Ulangan 3)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
48
Lampiran 23. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 1)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Hari Ke-3
Lampiran 24. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 2)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
49
Lampiran 24. Lanjutan Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 2)
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Lampiran 25. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 2 Ulangan 3)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Hari Ke-3
50
Lampiran 26. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 1)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Hari Ke-6
Lampiran 27. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 2)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
51
Lampiran 27. Lanjutan Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 2)
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Hari Ke-6
Lampiran 28. Dokumentasi Buah Nanas (Perlakuan 3 Ulangan 3)
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Hari Ke-6
52
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian
Buah nanas yang akan diolah
Pembuatan larutan
53
Lampiran 29. Lanjutan Dokumentasi Penelitian
Buah nanas direndam dalam larutan gula
Penyimpanan nanas dalam botol dengan larutan gula
54
Lampiran 29. Lanjutan Dokumentasi Penelitian
Buah nanas setelah disaring
Buah nanas yang dilapisi gula
55
Lampiran 29. Lanjutan Dokumentasi Penelitian
Pengambilan citra
Uji kekerasan
Menimbang berat sampel
Uji total padatan terlarut
56
Lampiran 30. Indeks Kematangan Buah Nanas