Melur putih
Melur putih | |
---|---|
Kultivar 'Maid of Orleans' dari Tunisia. | |
Beberapa tahap perbungaan | |
Pengelasan saintifik | |
Domain: | Eukaryota |
Alam: | Plantae |
Klad: | Trakeofit |
Klad: | Eudikot |
Klad: | Asterid |
Order: | Lamiales |
Keluarga: | Oleaceae |
Genus: | Jasminum |
Spesies: | J. sambac
|
Nama binomial | |
Jasminum sambac | |
Sinonim[1][2] | |
|
Melur putih atau melati putih (Jasminum sambac) ialah spesies melur yang berasal dari Asia Selatan (di India, Myanmar dan Sri Lanka). Penyebarannya dimulai dari Hindustan ke Indochina dan merebak ke Kepulauan Melayu.
Bunga ini menjadi satu dari tiga bunga kebangsaan Indonesia (disebut "Puspa Bangsa"). Bunga ini juga menjadi bunga nasional Filipina dan dipanggil sampaguita.
Melur putih tumbuh di pekarangan dan dapat digunakan sebagai tanaman pagar. Ketinggiannya dapat mencapai 2 meter.
Morfologi
[sunting | sunting sumber]Melur dapat digolongkan sebagai semak tetapi boleh juga merambat.[3] Melur merambat dengan berselirat atau berjurai ketika masih muda.[4] Batangnya bulat berkayu dengan tinggi 0.3-3 meter.[5] Ia memiliki batang yang bercabang, dan berwarna coklat.[6] Daun melur putih berjenis tunggal, tangkai daunnya pendek dengan ukuran sekitar 5 mm, dengan susunan yang bertentangan. Lai daunnya berbentuk bulat telur, hingga melonjong, hujungnya runcing, pangkalnya membulat, tepinya rata dan tulang daunnya menyirip, dengan ukuran 5-10 cm × 4–6 cm.
Perbungaannya adalah majmuk,[5] tumbuh di ketiak daun,[6] terbatas dengan jumlah tiga bunga atau dalam jambak padat dengan banyak bunga. Bunganya tunggal atau berpasangan (dalam varieti tanaman), dengan 7-10 ruas kelopak, panjang 2.5–7 mm, berbulu halus, panjang tabung sari bunga 7–15 mm, sebanyak lima cuping, bundar telur atau lonjong, panjang 8–15 mm, kebanyakan putih dan beraroma kuat.[4] Sari bunganya berbentuk lembaran mencerut seperti trompet, yang berwarna putih,[5] dan berbau wangi.[3] Buahnya adalah beri, berkilat, berwarna hitam, dan dikelilingi oleh ranggi. Beberapa varieti melur berbunga ganda diketahui tidak menghasilkan buah.[4]
Akarnya adalah bertunjang,[6] sukar untuk dipatahkan, dan walaupun dipatahkan, bekasnya tidak rata, dan juga tidak berserat.[5] Akarnya berbuku-buku dan membesar.[4]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Sebagai perhiasan
[sunting | sunting sumber]Di Hawaii, melur (dikenal dengan nama setempatnya pikake – bermaksud "burung merak"[7]) digunakan untuk membuat kalungan bunga harum Hawaii yang disebut lei.
Di Kemboja, bunga ini digunakan sebagai persembahan sesaji untuk Buddha. Di saat musim berbunga yang dimulai pada bulan Jun, orang Kemboja merangkai bunga ini pada lidi untuk dipersembahkan kepada Buddha dalam persembahyangan.[8]
Dalam perubatan
[sunting | sunting sumber]Melur putih yang sering disebut melur saja di Indonesia memiliki rasa bunga dan daun yang pedas, manis dan sifatnya yang sejuk. Simplisia yang digunakan dalam perubatan ini mempunyai khasiat antiradang, merangsang pengeluaran keringat (diaforetik), peluruh air seni (diuretik) dan melegakan napas. Adapun akarnya terasa manis, pedas, tawar dan agak beracun. Ini bersifat mematikan rasa (anastesia) dan menghilangkan nyeri (analgesik). Ramuan melur putih dilarang untuk diminum oleh ibu hamil dan dalam keadaan badan lemah.[5]
Penyakit yang kiranya boleh dirawat dengan akar melur putih adalah bengkak (kerana luka dipukul), nyeri kerana patah tulang, dan sakit gigi dan kepala. Daun dan bunga melur putih digunakan untuk merawat selesema, muntah-muntah, demam, menghentikan ASI, dan bisul. Rendaman akar (yang dicampur minyak kelapa) digunakan sebagai ubat titis dalam telinga.[5]
Pemakanan
[sunting | sunting sumber]Di China, bunga ini menjadi campuran minuman teh melur (茉莉花茶).[5]
Perlambangan budaya
[sunting | sunting sumber]Di rantau Nusantara
[sunting | sunting sumber]Melur putih adalah salah satu dari bunga nasional Indonesia (ditetapkan secara rasmi melalui undang-undang pada 1990), dua bunga nasional lainnya adalah anggerik bulan dan pakma raksasa.[9] Makna penting melur putih dalam budaya Indonesia sudah dikenal jauh lebih tua. Ia telah lama dikenal sebagai bunga suci dalam tradisi lama sebelum tertubuhnya Indonesia lagi di mana ia melambangkan kesucian, keanggunan yang sederhana, dan ketulusan. Ia juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, kerana meskipun bunga putih ini kecil dan sederhana, tetapi wanginya harum semerbak. Bunga ini merupakan bunga yang paling penting dalam upacara pernikahan bagi berbagai suku bangsa di Indonesia, terutama di Jawa.[10] Kuncup bunga melur yang belum sepenuhnya mekar biasanya dipetik, dikumpulkan dan dirangkai menjadi karangan melur atau roncen melati. Pada hari pernikahan, pengantin adat Jawa atau Sunda dihiasi karangan melur yang membentuk jaring pembungkus konde, dan sebahagian lainnya membentuk rantaian rumit karangan melur yang tergantung dari kepala pengantin wanita. Melur juga menghiasi keris pengantin lelaki di mana rangkaian ini disebut roncen usus-usus yang merujuk pada bentuknya yang menyerupai usus dan dikaitkan dengan legenda Arya Penangsang. Pengantin Makassar dan Bugis juga menghiasi rambutnya dengan kuncup melur yang disematkan ke rambut menyerupai butiran mutiara. Melur juga sering dipakai sebagai bunga sesajian untuk hiang, arwah dan dewa-dewa, terutama oleh umat Hindu Bali; melur juga sering digunakan sebagai bunga tabur dalam upacara pemakaman atau ziarah makam.
Melur memiliki makna yang luas dalam tradisi Indonesia; ia adalah bunga kehidupan, keindahan dan pernikahan, tetapi sering kali dikaitkan dengan arwah orang yang telah wafat dan kematian. Dalam lagu dan puisi perjuangan Indonesia, "gugurnya bunga melati" sering kali dijadikan perlambangan "gugurnya pahlawan yang berkorban demi bangsa dan negara". Makna ini sangat mirip dengan "gugurnya bunga sakura" dalam tradisi Jepun yang melambangkan "gugurnya para pejuang". Lagu patriotik Melati di Tapal Batas (1947) karya Ismail Marzuki dan Melati Suci[11] (1974) karya Guruh Sukarnoputra menggambarkan melur sebagai pahlawan yang gugur di medan perjuangan, yang harumnya sentiasa hadir sebagai kesuma yang menghiasi Ibu Pertiwi. Lagu Melati dari Jayagiri" karya Iwan Abdurachman mengibaratkan melur sebagai kecantikan seorang gadis suci dan cinta masa lalu yang telah hilang dan sentiasa dirindukan.
Di negara-negara lain
[sunting | sunting sumber]Melur putih atau sampaguita (dalam bahasa Tagalog) ditetapkan sebagai bunga kebangsaan Filipina sejak tahun 1934 oleh Gabernor Jeneral Filipina, Frank Murphy, melalui pemakluman No. 652.[12][9][7] Orang Filipina merangkai jalinan bunga melati menjadi kalung karangan, malai rangkaian bunga dan mahkota bunga.[13][14] Karangan bunga ini ada yang jarang-jarang dan ada yang padat, umumnya dijual oleh penjual bunga di depan gereja atau persimpangan jalan.[15]
Bunga ini umum ditanamkan di India dan Bangladesh,[7] yang biasanya digunakan untuk membuat rangkaian bunga tebal untuk penghias rambut. Di Oman, bunga melur digunakan dalam upacara ulang tahun pertama seorang bayi. Bunga ditaburkan di atas dahi bayi sambil mengucapkan "hol hol". Bunga ini biasanya dijual dalam kemasan daun ketapang yang disemat dengan serat daun kurma.[16]
Kecantikan bunga ini diabadikan dalam budaya Cina melalui lagu rakyat Mo Li Hua. Lagu ini kemudiannya dipakai oleh para mahasiswa prodemokrasi pada tahun 2011 yang memaksa pemerintah komunis Republik Rakyat China mengharamkannya.[17]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ "Jasminum sambac (L.) Aiton". Rangkaian Maklumat Sumber Germplasma (GRIN). Perkhidmatan Penyelidikan Pertanian, Jabatan Pertanian Amerika Syarikat. Dicapai pada 8 Mac 2011.
- ^ Ginés López González (2006). Los árboles y arbustos de la Península Ibérica e Islas Baleares: especies silvestres y las principales cultivadas (dalam bahasa Sepanyol) (ed. 2). Mundi-Prensa Libros. m/s. 1295. ISBN 978-84-8476-272-0.
- ^ a b Sastrapradja, Setijati; Naiola, Beth Paul; Rasmadi, Endi Rochandi; Roemantyo; Soepardijono, Ernawati Kasim; Waluyo, Eko Baroto (Red. S. Sastrapradja) (1980). Tanaman Pekarangan. 16:84. Jakarta:Kerjasama LBN - LIPI dengan Balai Pustaka.
- ^ a b c d "Jasminum sambac L." Prohati. Dicapai pada 9 May 2013.[pautan mati kekal]
- ^ a b c d e f g Dalimartha, Setiawan (2009) (editor:Ria Dahlianti). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 6:107-110. Jakarta:Puspa Swara. ISBN 978-979-1480-19-2.
- ^ a b c "Dioscorea alata L." (PDF). Departemen Kesehatan. 14 November 2001. Diarkibkan daripada yang asal (PDF) pada 2008-12-07. Dicapai pada 9 May 2013.
- ^ a b c W. Arthur Whistler (2000). Tropical ornamentals: a guide. Timber Press. m/s. 284–285. ISBN 9780881924756.
- ^ James H. Wandersee & Renee M. Clary. "Divinity in Bud". Human Flower Project. Diarkibkan daripada yang asal pada 2011-10-01. Dicapai pada May 8, 2011.
- ^ a b "ASEAN National Flowers". ASEAN secretariat. Dicapai pada May 8, 2011.
- ^ Toto Sutater & Kusumah Effendie. "Cut Flower Production in Indonesia". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Dicapai pada May 8, 2011.
- ^ Melati Suci
- ^ "Philippine Fast Facts: National Flower: Sampaguita". National Commission for Culture and the Arts, Republic of the Philippines. Dicapai pada May 8, 2011.
- ^ Teresita L. Rosario. "Cut Flower Production in the Philippines". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Dicapai pada May 8, 2011.
- ^ Greg Nickles (2002). Philippines: the people. The lands, peoples, and cultures. Crabtree Publishing Company. m/s. 27. ISBN 9780778793533.
- ^ Robert H. Boyer (2010). Sundays in Manila. UP Press. m/s. 230. ISBN 978-971-5426-30-5.
- ^ Tony Walsh (2004). "Jasmine Scents of Arabia" (PDF). Arab News Review. Saudi Research & Publishing Company (SRPC): 1–3. ISSN 0254-833X. Dicapai pada May 8, 2011.
- ^ "Jasmine stirrings in China: No awakening, but crush it anyway: The government goes to great lengths to make sure all is outwardly calm". The Economist. Dicapai pada May 8, 2011.