Conference Presentations by Nurfatimah Nurfatimah
ICEE, 2020
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi daya dukung lingkungan di kec. Marioriw... more Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi daya dukung lingkungan di kec. Marioriwawo Kab. Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis daya dukung lahan bangunan/permukiman dan daya dukung air digunakan sebagai analisis pada penelitian ini, yang mengacu pada Permen LH No. 17 Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan nilai daya dukung lingkungan sesesar 78.15 yaitu DDL > 3 maka dapat disimpulkan kondisi daya dukung lingkungan di Kec. Marioriwawo masuk dalam ketegori aman/baik berdasarkan hasil perhitungan yakni 70% daya dukung lahan bangunan dengan nilai 108,30 ha dan 40% daya dukung air dengan nilai 5.86 m3/tahunan.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
ICEE, 2020
Environmental pollution is a common problem that is important to solve because it involves safety... more Environmental pollution is a common problem that is important to solve because it involves safety, health, and human survival. Anyone can play a role and take responsibility for solving this problem. Strategies and concrete steps are needed to prevent environmental damage that is getting worse. Da'wah is one way to preserve the environment. For this goal, da'wah needs qualified preachers who have broad minds, insights, and knowledge. Preserving the environment and minimizing environmental damage also needs maximum efforts in the form of increasing public awareness by creating synergy between them and their initiatives.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
ICEE, 2020
This research was conducted to determine carrying capacity of the environment in Marioriwawo Dist... more This research was conducted to determine carrying capacity of the environment in Marioriwawo District, Soppeng Regency, Sulawesi Selatan Province. The carrying capacities of land for buildings and water were used for analysis in this study, referring to the Regulation of the Minister of Environment No. 17 of 2009. The results showed that the environmental carrying capacity was 78.15, which was more than 3, thus categorized safe/good based on the calculation results that 70% of the carrying capacity of land for buildings was 108.30 hectares and 40% of the carrying capacity of water was 5.86 m 3 /year.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
ICEE, 2020
The government has made efforts to create a clean and healthy environment by developing easy and ... more The government has made efforts to create a clean and healthy environment by developing easy and sustainable access to drinking water and sanitation. The community was actively involved in this development program in the form of building indoor wells, implementing Clean and Healthy Behavior (PHBS), and establishing a committee to maintain and manage the facilities as an integrated program sustainable towards universal access (100-0-100). The central government, represented by the Ministry of PUPR, has run the Community-Based Water Supply and Sanitation (PAMSIMAS) program. This research was conducted using a qualitative approach. The content analysis was done through in-depth interviews, documentary review, and observation. The subjects of this study were regency work unit, partnership committee, district coordinator (DC), co-DC, data entry and administration officer, community facilitator, community self-help group, implementing unit, drinking water management facility management group, Belabori Village government, the village head, sanitarian, and the water-using community in Belabori Village, Parangloe District, Gowa Regency, totaling 25 people. The data were collected by questionnaires. The results showed that the processes of planning, implementing, and maintaining the PAMSIMAS program in Belabori Village were carried out by the community through deliberations. Besides, there had been a change in community behavior. The community's awareness of healthy and clean living and their participation level in overseeing the program at all the stages can be seen from the maintenance of the PAMSIMAS program since it was launched in 2017 until 2020. Therefore, it can be concluded that the PAMSIMAS program has a positive impact on the community: the community can easily access clean water at Rp3.000/m 3 and stop doing open defecation. Changes in the community behavior and attitudes and their participation level as a form of their sense of belonging to the facilities built in Gowa Regency have occurred.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Papers by Nurfatimah Nurfatimah
Bookmarks Related papers MentionsView impact
The government has made efforts to create a clean and healthy environment by developing easy and ... more The government has made efforts to create a clean and healthy environment by developing easy and sustainable access to drinking water and sanitation. The community was actively involved in this development program in the form of building indoor wells, implementing Clean and Healthy Behavior (PHBS), and establishing a committee to maintain and manage the facilities as an integrated program sustainable towards universal access (100-0-100). The central government, represented by the Ministry of PUPR, has run the Community-Based Water Supply and Sanitation (PAMSIMAS) program. This research was conducted using a qualitative approach. The content analysis was done through in-depth interviews, documentary review, and observation. The subjects of this study were regency work unit, partnership committee, district coordinator (DC), co-DC, data entry and administration officer, community facilitator, community self-help group, implementing unit, drinking water management facility management gr...
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Teori eksplanatoris menjelaskan bagaimana proses terbentuknya pola penggunaan lahan sehingga memb... more Teori eksplanatoris menjelaskan bagaimana proses terbentuknya pola penggunaan lahan sehingga membentuk struktur spasial suatu wilayah. Dalam menjelaskan bagaimana proses terbentuknya pola penggunaan lahan ini, teori lokasi merupakan teori dasar dalam analisa spasial. A. Teori Von Thunen Von thunen merupakan pelopor teori lokasi yang berasal dari Jerman, Berkaitan dengan pola penggunaan lahan, Von Thunen menggunakan 7 (tujuh) asumsi, yaitu sebagai berikut: 1. Wilayah terasing (isolated stated), yang terdiri atas sebuah kota dan wilayah pertanian sebagai wilayah belakangnya (hinterland). 2. Kota tersebut merupakan pasar bagi surplus hasil pertanian dari hinterland dan tidak menerima hasil pertanian dari wilayah lain. 3. Hinterland tersebut hanya menjual hasil pertaniannya ke kota itu saja dan tidak ke kota lain. 4. Hinterland mempunyai lingkungan alam yang homogeny dan keadaan yang baik bagi tanaman dan peternakan. 5. Hinterland dihuni oleh petani-petani yang menginginkan keuntungan maksimum dan mapu penyesuaian tipe pertaniannya dengan permintaan pasar. 6. Hinterland hanya mempunyai 1 macam angkutan darat tertentu (pada zaman itu) yaitu gerobak ditarik kuda. 7. Biaya angkutan berbanding langsung dengan jarak perjalanan dan seluruh pengangkutan hanya digunakan oleh para petani yang mengirimkan hasil pertaniannya. Von Thunen mengemukakan bahwa beberapa tanaman niaga cenderung untuk berlokasi menurut pola tertentu. Di sekeliling kota akan terbentuk berbagai tipe pertanian yang merupakan beberapa lingkaran sepusat. Pola penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan sifat barang dagangan khususnya hasil pertanian.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Susunan Penggunaan lahan pada suatu wilayah akan membentuk pola yang berbeda-beda antara satu wil... more Susunan Penggunaan lahan pada suatu wilayah akan membentuk pola yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Menurut Bintarto (1977:56), adanya perbedaan luas daerah kota, unsur topografi, faktor social, faktor budaya, faktor politik, dan faktor ekonomi. Pembahasan pola penggunaan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola tersebut terbagi menjadi : 1. Pola penggunaan lahan di kawasan perkotaan 2. Pola penggunaan lahan di kawasan perdesaan Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman , perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi. Sementara itu, kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi. A. Pola Penggunaan Lahan Di Kawasan Perkotaan Secara teoritis, terdapat 3 (tiga) model pola penggunaan lahan di perkotaan, yaitu Concentric, Sektor, Multiplei Nuclei Concept. 1. Teori Jalur Sepusat (Concentric Zone Theory) Teori ini berawal dari penelitian pembangunan kota Chicago oleh E.W. Burgess pada tahun 1925. Atas dasar kajiannya terhdap struktur kota atau model Konsentris yang disebut juga "Zoning Model". Model ini mencerminkan struktur pertumbuhan spatial dari suatu kota berupa zona-zona yang konsentris. Menurut Burgess, kota Chicago meluas secara merata dari suatu inti asli sehingga tumbuhlah zona-zona yang masing-masing meluas sejajar dengan pentahapan kolonisasi ke arah zona yang letaknya paling luar. Dengan demikian, setiap saat dapat ditemukan sejumlah zona yang letaknya konsentris sehingga strukturnya berbentuk gelang. Dengan asumsi
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Penggunaan lahan perlu ditata dan direncanakan sesuai fungsi dan karakteristik lahan, sehingga te... more Penggunaan lahan perlu ditata dan direncanakan sesuai fungsi dan karakteristik lahan, sehingga tercipta ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Banyak contoh kasus kerugian yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan. sehingga mengakibatkan masalah - masalah lingkungan misalnya banjir.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Uploads
Conference Presentations by Nurfatimah Nurfatimah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi daya dukung lingkungan di kec. Marioriwawo Kab. Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis daya dukung lahan bangunan/permukiman dan daya dukung air digunakan sebagai analisis pada penelitian ini, yang mengacu pada Permen LH No. 17 Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan nilai daya dukung lingkungan sesesar 78.15 yaitu DDL > 3 maka dapat disimpulkan kondisi daya dukung lingkungan di Kec. Marioriwawo masuk dalam ketegori aman/baik berdasarkan hasil perhitungan yakni 70% daya dukung lahan bangunan dengan nilai 108,30 ha dan 40% daya dukung air dengan nilai 5.86 m3/tahunan.
Papers by Nurfatimah Nurfatimah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi daya dukung lingkungan di kec. Marioriwawo Kab. Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis daya dukung lahan bangunan/permukiman dan daya dukung air digunakan sebagai analisis pada penelitian ini, yang mengacu pada Permen LH No. 17 Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan nilai daya dukung lingkungan sesesar 78.15 yaitu DDL > 3 maka dapat disimpulkan kondisi daya dukung lingkungan di Kec. Marioriwawo masuk dalam ketegori aman/baik berdasarkan hasil perhitungan yakni 70% daya dukung lahan bangunan dengan nilai 108,30 ha dan 40% daya dukung air dengan nilai 5.86 m3/tahunan.