Papers by M. Syukri Ismail
ISLAMUNA: JURNAL STUDI ISLAM, 2021
The veil is a Muslim woman's face covering, only her eyes are visible. Wearing the veil requires ... more The veil is a Muslim woman's face covering, only her eyes are visible. Wearing the veil requires faith, mental and strong motivation. This study aims to examine the motivations of IAI student Yasni Bungo to wear the veil. This study uses a qualitative descriptive analytical approach. Data was collected by using observation, interview and documentation techniques. Determination of research subjects using purposive sampling technique, by interviewing female students who only wear the veil. The data analysis technique was carried out by listening to the interviews of female students wearing veils, recording their interviews, grouping the results of the interviews, analyzing the results of the interviews and conclusions. The results of the study indicate that the motivation for using the veil by IAI student Yasni Bungo is motivated by three factors, first, theological factors (students wear the veil because of religious orders, worship, sunnah of the prophet); second is psychological factors (students wear the veil because they are driven by a soul that feels comfortable when wearing the veil), and third, the intrinsic factor (students wear the veil to protect themselves, keep morals, to be better, more obedient). And there are no external factors (veiled because parents, teachers, ustadz ordered them, the rules of the Islamic Boarding Schools, or were motivated by the doctrine of forbidden sects). The more dominant factor is the theological factor.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
ISTIKHLAF: Jurnal Ekonomi, Perbankan dan Manajemen Syariah, 2021
Maqāshid asy-syari‘ah merupakan merupakan faktor yang paling menentukan dalam melahirkan produk-p... more Maqāshid asy-syari‘ah merupakan merupakan faktor yang paling menentukan dalam melahirkan produk-produk ekonomi syari’ah yang dapat berperan ganda (alat sosial-kontrol dan rekayasa socio-economy) untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, tetapi juga lebih dari itu, Maqāshid asy-syari‘ah dapat memberikan dimensi filosofis rasional terhadap produk-produk hokum ekonomi Islam yang dilahirkan dalam aktifitas ijtihad ekonomi syari’ah kontemporer. Maqāshid asy-syari‘ah akan memberikan pola pemikiran yang rasional dan substansial dalam memandang akad-akad dan produk-produk perbankan syari’ah. Hanya dengan Maqāshid asy-syari‘ah-lah produk perbankan dan keuangan syari’ah dapat berkembang dengan baik dan dapat merespon kemajuan bisnis yang terus berubah dengan cepat. Tanpa Maqāshid asy-syari‘ah, maka semua pemahaman mengenai ekonomi syari’ah, keuangan, dan perbankan syari’ah akan sempit dan kaku. Jiwa Maqāshid asy-syari‘ah akan mewujudkan fikih mu’amalah yang elastis, flesibel, lincah dan senantia...
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Journal Educative : Journal of Educational Studies, 2020
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa di kelas II MIS Raudhatul M... more Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa di kelas II MIS Raudhatul Mujawwidin pada mata pelajaran akidah akhlak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak dengan pendekatan CTL. Pendekatan penelitian yaitu kualitatif dengan metode action research melalui model Kemmis and Taggart dengan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, tingkat motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak dengan pendekatan CTL di siklus I meningkat menjadi 64,69% dari sebelumnya hanya 36,84%. Hal ini berarti bahwa penggunaan pendekatan CTL cukup menjadi solusi dalam mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa, sehingga tetap dijadikan sebagai variabel tindakan untuk siklus II. Kedua, tingkat motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak dengan pendekatan CTL di siklus II meningkat menjadi 82,89%. Dari keenam indikator motivasi belajar siswa, hanya satu indikator yang berada dikategori "cukup termotivasi", yaitu indikator penghargaan dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas II MI Raudhatul Mujawwidin pada mata pelajaran akidah akhlak materi beriman kepada Allah yang dibuktikan dari hampir semua indikator motivasi belajar siswa berada pada kategori “sangat termotivasi”.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Jurnal Pendidikan Islam , 2019
The purpose of this study was to analyze the internal and external conditions of STAI (Sekolah Ti... more The purpose of this study was to analyze the internal and external conditions of STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam/Islamic Higher Education) Yasni Muara Bungo in formulating a strategy for changing the form of a higher education institution using TOWS and SPACE Matrix analysis tools as new model of SWOT analysis. This is a case study using a descriptive qualitative method. Data collection techniques were conducted using interviews, surveys and questionnaires. The data obtained were analyzed using TOWS and SPACE matrices. The result of TOWS matrix analysis shows that some alternatives can be applied by STAI Yasni Muara Bungo in changing its form to IAI or Institut Agama Islam (Islamic Institute) Yasni Muara Bungo are the following: (1) Strengthening the input of higher education components (Funding/education costs); (2) Developing of educational/academic, cultural and academic ethics programs in STAI Yasni Muara Bungo; and (3) Improving the quality of the curriculum that is integrated with Islamic elements, global and modern projections. While the results of the SPACE matrix show STAI Yasni Muara Bungo is in the Aggressive quadrant, meaning that it has more dominant strengths and opportunities than weaknesses and threats, making it very possible to be developed into the Islamic Institute of Religion (IAI) Yasni Muara Bungo. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi internal dan eksternal STAI Yasni Muara Bungo dalam merumuskan strategi pada perubahan bentuk perguruan tinggi dengan alat analisis Matriks TOWS dan SPACE. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, survey dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan matriks TOWS dan SPACE. Hasil analisis matriks TOWS menunjukkan alternatif yang dapat diterapkan STAI Yasni Muara Bungo dalam perubahan bentuk menjadi IAI Yasni Muara Bungo adalah (1) Penguatan input komponen perguruan tinggi (Pendanaan/ biaya pendidikan) (2) Pengembangan program pendidikan/akademik, budaya dan etika akademik di STAI Yasni Muara
Bookmarks Related papers MentionsView impact
STAI Yayasan Nurul Islam (YASNI) Muara bungo, 2014
Abstrak Al-Qur'an dan Sunnah merupakan sumber ajaran agama Islam, dan mempunyai banyak penafsiran... more Abstrak Al-Qur'an dan Sunnah merupakan sumber ajaran agama Islam, dan mempunyai banyak penafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan penafsir yang bersangkutan. Sehingga memunculkan bermacam kritikan yang menyebutkan bahwa banyak penafsiran terhadap Al-Qur'an dan Sunnah yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulallah saw. muncullah gerakan yang ingin mengembalikan kepada Al-Qur'an dan Sunnah yang benar yang dimotori oleh para ulama, pemikir, dan organisasi Islam, salah satunya
Bookmarks Related papers MentionsView impact
STAI Yayasan Nurul Islam (YASNI) Muara Bungo, 2016
Alquran telah menghasilkan kitab tafsir yang jumlahnya banyak sekali,
setiap mufassir memiliki co... more Alquran telah menghasilkan kitab tafsir yang jumlahnya banyak sekali,
setiap mufassir memiliki corak dan metode masing-masing dalam
memahami ayat-ayat Alquran, Sehingga produk setiap kitab tafsir
berbeda dengan dengan kitab tafsir yang lainnya. Maulana Muhammad
Ali mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan metode
yang berbeda dari para mufassir sebelumnya, yaitu lebih rasional,
terutama ketika menafsirkan ayat-ayat yang Mutasya>bih. Walaupun
sebelumnya telah ada para mufassir yang menafsirkan Alquran dengan
rasional, seperti gurunya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, namun
Maulana Muhammad Ali lebih rasional bahkan lebih rasional dari
Muktazilah. Disini penulis mencoba untuk mengkaji penfasiran
Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya The Holy Qur’an.
Penelitian ini menggunakan Library Research yaitu dengan mengkaji
penafsiran Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya. Penulis juga
membandingkan dengan para mufassir sebelumnya dan sesudahnya
sehingga mendapatkan gambaran secara utuh bagimana metode yang
dibangun oleh Maulana Muhammad Ali dalam menafsirkan ayat-ayat
Alquran, apakah lebih rasional dari Muktazilah atau sama seperti
penafsiran yang telah dibangun oleh mufassir sebelumnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Maulana Muhammad Ali lebih rasional
ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat dibandingkan dengan penafsir
lainnya.
Kata kunci : Rasionalisasi, Mukjizat, The Holy Qur’an, Tafsir,
Muktazilah.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
STAI Yayasan Nurul Islam (YASNI) Muara Bungo, 2018
Religion is a natural need for every human being. But the relationship between humans and religio... more Religion is a natural need for every human being. But the relationship between humans and religion is always a debate. This is because humans have reason that must also be used. Even Einstein stated that the social nature of humans is in turn one of the factors driving the realization of religion. Islam as one of the divine religions, a religion revealed by Allah Almighty to mankind to regulate all the joints of life. This article discusses the true principle of humanity in Islam ?, viewed from the teachings of Islam itself, namely the Qur'an and Hadith. So that it was found that Islam is very maintaining the values of human universality, by putting the basic principles in the A-Qur'an and Hadith. Like the principles of equality of human beings, the command to do justice and the prohibition of wrongdoing behavior. However, without leaving the use of reason (Rationality). That is by respecting reason and using it to strengthen the arguments of religious teachings. Islam also explains the philosophical wisdom of a text of command or prohibition contained in the revelation. While actual Islam is a discussion of new issues or issues that require study and analysis based on the Qur'an and sunnah. Abstrak Agama merupakan kebutuhan alamiah bagi setiap manusia. Namun hubungan antara manusia dan agama selalu menjadi perdebatan. Ini disebabkan manusia mempunyai akal yang juga harus digunakan. Bahkan Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusialah yang pada gilirannya merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya agama. Islam sebagai salah satu agama samawi, agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada ummat manusia untuk mengatur semua sendi kehidupan. Artikel ini membahasa bagaimana sebenarnya prinsip kemanusian dalam Islam?, ditinjau dari ajaran Islam sendiri, yaitu Al-Qur'an dan Hadis. Sehingga ditemukan bahwa Islam sangat menjaga nilai-nilai universalitas manusia, dengan meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam A-Qur'an dan Hadis. Seperti prinsip-prinsip persamaan derajat manusia, perintah untuk berbuat adil dan pelarangan perilaku zhalim. Namun, tanpa meninggalkan penggunaan akal (Rasionalitas). Yaitu dengan menghargai pendapat akal dan menggunakannya untuk memperkuat dalil-dalil ajaran agama. Islam juga menjelaskan hikmah filosofi dari sebuah teks perintah atau larangan yang terdapat dalam wahyu. Sedangkan Islam aktual adalah pembahasaan terhadap isu-isu atau
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Sejak kemunculannya pertama kali hingga sekarang ini, paham Sekularisme telah menarik perhatian b... more Sejak kemunculannya pertama kali hingga sekarang ini, paham Sekularisme telah menarik perhatian banyak kalangan, baik Ilmuwan, Teolog, Agamawan, Pemikir juga oleh kelompok-kelompok kajian keagamaan. Dikarenakan paham tersebut mengandung banyak kejanggalan, khususnya apabila paham ini dimasukkkan kedalam ideologi Islam. Karena sekularisme merupakan paham yang diyakini berasal dari budaya Barat bukan dari Islam. Sudah sedemikian banyak para cendikiawan, ilmuwan, ulama dan pemikir yang mencurahkan perhatian kritisnya terhadap sekularisme, salah satunya adalah Yusuf Qardhawi, Beliau adalah seorang ulama, cendikiawan, sastrawan yang sangat di segani baik di dunia Islam maupun Barat, Beliau di anggap menguasai keilmuan klasik Islam dan keilmuwan modern Islam, kritikan Qardhawi terhadap Sekularisme di landasi dengan pemahaman Islam yang benar. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin meneliti kritik Yusuf Qardhawi terhadap Sekularisme, dan secara khusus permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: persoalan-persoalan yang menjadi kritikan Qardhawi terhadap Sekularisme, alasan-alasan Qardhawi dalam mengkritik Sekularisme, dan solusi yang di berikan dalam menghadapi Sekularisme.
Kata Kunci: Sekularisme, Yusuf Qardhawi, Wordview, Barat.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Thesis Chapters by M. Syukri Ismail
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019
Sejarah penafsiran ayat-ayat al-Qur’an sejak periode awal hingga saat ini telah mengalami perkemb... more Sejarah penafsiran ayat-ayat al-Qur’an sejak periode awal hingga saat ini telah mengalami perkembangan, sehingga menghasilkan penafsiran yang berbeda-beda walaupun menggunakan metode yang sama. Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab adalah mufasir yang sama-sama menggunakan metode bi al-ra’y (logika), namun dalam menafsirkan ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi memiliki kecenderungan penafsiran yang berbeda.
Dari latar belakang masalah di atas, diformulasikan rumusan masalah yaitu, (1). Bagaimana penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah?. (2). Apa yang melatarbelakangi Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat mukjizat para nabi ulul ‘azmi. (3). Bagaimana komparasi penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah?.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berbasis riset kepustakaan (library research). Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir The Holy Qur’an Maulana Muhammad Ali dan Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab. Dalam analisis data, peneliti menggunakan teknik penulisan memo analitik (analytic memo writing), sebagai tipe khusus catatan analitis yang memanajemen diskusi, pemikiran, refleksi, komentar, dan ide dari peneliti dalam proses klasifikasi, koding dan pentemaan. Studi melakukan integrasi, analisis, dan sintesis selektif dengan memperhatikan teks, konteks dan wacana (discourse).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, penafsiran ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah terdapat perbedaan penafsiran. Maulana Muhammad Ali cenderung menafsirkan dengan “teologis liberalis”. sedangkan M. Quraish Shihab cenderung menafsirkan secara “teologis dogmatis.” Kedua, faktor yang dominan melatarbelakangi penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab adalah faktor sosial lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari sumber yang digunakan oleh kedua mufasir banyak kesamaan, namun menghasilkan penafsiran yang berbeda. Ketiga, penafsiran ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi antara Maulana Muhammad Ali dan M. Qurais Shihab menemukan beberapa perbedaan dan persamaan. Persamaan yang mendasar adalah kedua mufasir ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat memberikan bukti-bukti ilmiah atas kebenaran al-Qur’an. Perbedaan mendasar adalah Maulana Muhammad Ali inkonsisten dalam memaknai mukjizat, dengan menolak mukjizat para nabi sebelum Muhammad saw, namun menerima mukjizat Muhammad saw berupa al-Qur’an. Berbeda dengan M. Quraish Shihab yang tetap konsisten dalam memaknai mukjizat para nabi dan nabi Muhammad saw.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Uploads
Papers by M. Syukri Ismail
setiap mufassir memiliki corak dan metode masing-masing dalam
memahami ayat-ayat Alquran, Sehingga produk setiap kitab tafsir
berbeda dengan dengan kitab tafsir yang lainnya. Maulana Muhammad
Ali mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan metode
yang berbeda dari para mufassir sebelumnya, yaitu lebih rasional,
terutama ketika menafsirkan ayat-ayat yang Mutasya>bih. Walaupun
sebelumnya telah ada para mufassir yang menafsirkan Alquran dengan
rasional, seperti gurunya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, namun
Maulana Muhammad Ali lebih rasional bahkan lebih rasional dari
Muktazilah. Disini penulis mencoba untuk mengkaji penfasiran
Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya The Holy Qur’an.
Penelitian ini menggunakan Library Research yaitu dengan mengkaji
penafsiran Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya. Penulis juga
membandingkan dengan para mufassir sebelumnya dan sesudahnya
sehingga mendapatkan gambaran secara utuh bagimana metode yang
dibangun oleh Maulana Muhammad Ali dalam menafsirkan ayat-ayat
Alquran, apakah lebih rasional dari Muktazilah atau sama seperti
penafsiran yang telah dibangun oleh mufassir sebelumnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Maulana Muhammad Ali lebih rasional
ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat dibandingkan dengan penafsir
lainnya.
Kata kunci : Rasionalisasi, Mukjizat, The Holy Qur’an, Tafsir,
Muktazilah.
Kata Kunci: Sekularisme, Yusuf Qardhawi, Wordview, Barat.
Thesis Chapters by M. Syukri Ismail
Dari latar belakang masalah di atas, diformulasikan rumusan masalah yaitu, (1). Bagaimana penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah?. (2). Apa yang melatarbelakangi Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat mukjizat para nabi ulul ‘azmi. (3). Bagaimana komparasi penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah?.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berbasis riset kepustakaan (library research). Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir The Holy Qur’an Maulana Muhammad Ali dan Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab. Dalam analisis data, peneliti menggunakan teknik penulisan memo analitik (analytic memo writing), sebagai tipe khusus catatan analitis yang memanajemen diskusi, pemikiran, refleksi, komentar, dan ide dari peneliti dalam proses klasifikasi, koding dan pentemaan. Studi melakukan integrasi, analisis, dan sintesis selektif dengan memperhatikan teks, konteks dan wacana (discourse).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, penafsiran ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah terdapat perbedaan penafsiran. Maulana Muhammad Ali cenderung menafsirkan dengan “teologis liberalis”. sedangkan M. Quraish Shihab cenderung menafsirkan secara “teologis dogmatis.” Kedua, faktor yang dominan melatarbelakangi penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab adalah faktor sosial lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari sumber yang digunakan oleh kedua mufasir banyak kesamaan, namun menghasilkan penafsiran yang berbeda. Ketiga, penafsiran ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi antara Maulana Muhammad Ali dan M. Qurais Shihab menemukan beberapa perbedaan dan persamaan. Persamaan yang mendasar adalah kedua mufasir ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat memberikan bukti-bukti ilmiah atas kebenaran al-Qur’an. Perbedaan mendasar adalah Maulana Muhammad Ali inkonsisten dalam memaknai mukjizat, dengan menolak mukjizat para nabi sebelum Muhammad saw, namun menerima mukjizat Muhammad saw berupa al-Qur’an. Berbeda dengan M. Quraish Shihab yang tetap konsisten dalam memaknai mukjizat para nabi dan nabi Muhammad saw.
setiap mufassir memiliki corak dan metode masing-masing dalam
memahami ayat-ayat Alquran, Sehingga produk setiap kitab tafsir
berbeda dengan dengan kitab tafsir yang lainnya. Maulana Muhammad
Ali mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan metode
yang berbeda dari para mufassir sebelumnya, yaitu lebih rasional,
terutama ketika menafsirkan ayat-ayat yang Mutasya>bih. Walaupun
sebelumnya telah ada para mufassir yang menafsirkan Alquran dengan
rasional, seperti gurunya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, namun
Maulana Muhammad Ali lebih rasional bahkan lebih rasional dari
Muktazilah. Disini penulis mencoba untuk mengkaji penfasiran
Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya The Holy Qur’an.
Penelitian ini menggunakan Library Research yaitu dengan mengkaji
penafsiran Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya. Penulis juga
membandingkan dengan para mufassir sebelumnya dan sesudahnya
sehingga mendapatkan gambaran secara utuh bagimana metode yang
dibangun oleh Maulana Muhammad Ali dalam menafsirkan ayat-ayat
Alquran, apakah lebih rasional dari Muktazilah atau sama seperti
penafsiran yang telah dibangun oleh mufassir sebelumnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Maulana Muhammad Ali lebih rasional
ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat dibandingkan dengan penafsir
lainnya.
Kata kunci : Rasionalisasi, Mukjizat, The Holy Qur’an, Tafsir,
Muktazilah.
Kata Kunci: Sekularisme, Yusuf Qardhawi, Wordview, Barat.
Dari latar belakang masalah di atas, diformulasikan rumusan masalah yaitu, (1). Bagaimana penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah?. (2). Apa yang melatarbelakangi Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat mukjizat para nabi ulul ‘azmi. (3). Bagaimana komparasi penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah?.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berbasis riset kepustakaan (library research). Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir The Holy Qur’an Maulana Muhammad Ali dan Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab. Dalam analisis data, peneliti menggunakan teknik penulisan memo analitik (analytic memo writing), sebagai tipe khusus catatan analitis yang memanajemen diskusi, pemikiran, refleksi, komentar, dan ide dari peneliti dalam proses klasifikasi, koding dan pentemaan. Studi melakukan integrasi, analisis, dan sintesis selektif dengan memperhatikan teks, konteks dan wacana (discourse).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, penafsiran ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi dalam The Holy Qur’an dan Tafsir Al-Mishbah terdapat perbedaan penafsiran. Maulana Muhammad Ali cenderung menafsirkan dengan “teologis liberalis”. sedangkan M. Quraish Shihab cenderung menafsirkan secara “teologis dogmatis.” Kedua, faktor yang dominan melatarbelakangi penafsiran Maulana Muhammad Ali dan M. Quraish Shihab adalah faktor sosial lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari sumber yang digunakan oleh kedua mufasir banyak kesamaan, namun menghasilkan penafsiran yang berbeda. Ketiga, penafsiran ayat-ayat mukjizat ulul ‘azmi antara Maulana Muhammad Ali dan M. Qurais Shihab menemukan beberapa perbedaan dan persamaan. Persamaan yang mendasar adalah kedua mufasir ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat memberikan bukti-bukti ilmiah atas kebenaran al-Qur’an. Perbedaan mendasar adalah Maulana Muhammad Ali inkonsisten dalam memaknai mukjizat, dengan menolak mukjizat para nabi sebelum Muhammad saw, namun menerima mukjizat Muhammad saw berupa al-Qur’an. Berbeda dengan M. Quraish Shihab yang tetap konsisten dalam memaknai mukjizat para nabi dan nabi Muhammad saw.