Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Saintifikasi Islam

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 7

Nursyifa (200101040846)
Dewi Desiana Rohmawatul Safitri
(200101040588)
 
Saintifikasi Islam

02
01 03

Peran Saintifikasi Islam

Pengertian Saintifikasi Kesimpulan


islam
1. PENGERTIAN SAINTIFIKASI ISLAM
Saintifikasi Islam adalah upaya mencari dasar sains pada suatu pernyataan yang dianggap benar
dalam Islam. Pernyataan yang “taken for granted” sebagai kebenaran dalam Islam tentu saja adalah
yang bersumber dari Qur’an dan Hadist, baik mengenai suatu hal yang harus dipercaya atau suatu
amal yang harus dilakukan.Hal-hal yang harus dipercaya masuk dalam kategori aqidah. Apabila
sumbernya adalah Quran atau Hadits mutawatir, kemudian dalalahnya tidak multi tafsir, maka ia
masuk dalam dalil Qath’i, yang wajib dibenarkan secara pasti, misalnya adalah: pernyataan bahwa
sebelum Nabi Muhammad, Allah mengutus banyak nabi di berbagai tempat, masa, dan dengan
berbagai mukjizatnya. Berdasarkan dalil Qath’i tersebut maka dikembangkan penelitian yang
berbasis pada saintifikasi Islam  Misalnya adalah:
• Pernyataan bahwa sebelum Nabi Muhammad, Allah telah menurunkan berbagai kitab suci, yang
didalamnya berisi ajaran tauhid dan mengabarkan akan kedatangan Nabi Muhammad.
• Pernyataan bahwa alam semesta ini dulu diciptakan dan nanti alam semesta akan mengalami
kiamat berikut tanda-tandanya, lalu setelah itu manusia akan dibangkitkan dan akan ditempatkan di
surga atau di neraka.
Pernyataan-pernyataan di atas adalah hal-hal yang ada di luar dunia empiris, sehingga
nilai Kebenarannya sangat tergantung pada sejauh mana penerimaan seseorang pada dalil
qath’i yang menjadi sumbernya. Sedang hal-hal yang harus dilakukan termasuk amal baik
dalam hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, maupun dengan manusia
lain. Misalnya adalah:
• Sholat Shubuh 2 rokaat, sholat Maghrib 3 rokaat, yang lain 4 rokaat
• Sholat tahajud dll sebagai amalan sunnah.
• Puasa di bulan Romadhon, dan beberapa jenis puasa sunnah.
• Makan-minum yang halal dan thayyib, dan beberapa jenis makanan/minuman yang diharamkan
dsb.

Saintifikasi Islam berkutat pada masalah-masalah “sains” di balik semua pernyataan yang
diasumsikan benar dalam Islam ini.  Jadi penelitian-penelitian di bawah ini masuk
kategorisaintifikasi Islam:
• Penelitian mendeteksi kehadiran malaikat dengan Infrared, radiasi Gamma atau Neutrino,
“dikontrol” dengan beberapa amalan & kondisi khusus; apakah benar pada ruangan yang
diselenggarakan sholat shubuh berjamaah dapat dideteksi tanda-tanda kehadiran lebih banyak
malaikat?
• Penelitian menguji kebenaran pernah terjadinya mukjizat para Nabi, misalnya:
1. Pencarian footprint Adam & Hawa ketika turun dari surga,
2. Pencarian relik kapal Nabi Nuh,
3. Menganalisis berbagai proses terjadinya pembelahan laut Merah,
4. Mencari bekas bulan yang terbelah di masa Nabi Muhammad, dsb.
• Penelitian keberadaan “terompet Israfil”, pintu neraka dsb.
• Penelitian EKG & EEG pada orang yang sholat khusyu’.
• Penelitian fisiografis & psikografis pada orang yang sedang puasa.
• Penelitian dampak jangka panjang pada konsumsi makanan haram (babi, bangkai, darah).
• Penelitian kesakitan yang diderita ternak saat disembelih dengan cara syar’i dan non syar’i.
• Penelitian dampak sosiologi dan ekonomi pada penggunaan busana muslimah. Dsb.

Penelitian-penelitian saintifik tentang hal-hal di atas selalu menarik (amazing) bagi kaum
muslimin, sehingga bahkan kadang-kadang lupa menguji kebenaran sainfitiknya ketika
kesimpulannya sudah seolah-olah mendukung dalil.  Banyak paper yang diklaim sebagai hasil
penelitian orang Barat (non muslim) yang mendukung klaim kebenaran dalil itu, ketika
ditelusuri ternyata tidak ditemukan.  Semua link mengarah ke situs-situs milik muslim sendiri,
dan itupun bukan sebuah karya yang dapat dikategorikan penelitian ilmiah (yang harus
memenuhi syarat transparan, replicable, consistence  danexplaining).  Ketika rujukan itu tidak
ditemukan, sering penjelasannya hanya, “ada konspirasi untuk menutupi kebenaran Islam”.

Sebaliknya ketika hasil penelitian berlawanan dengan yang dikehendaki, misalnya bahwa
“tidak ada perbedaan yang signifikan antara orang yang terbiasa mengkonsumsi babi
dengan yang tidak”, maka tulisan ini cenderung dijauhi.  Ini contoh suatu bentuk
“kepengecutan ilmiah”.  Seharusnya biarkan saja, toh nanti setiap riset akan diverifikasi dan
direlatifkan oleh riset berikutnya, selama proyek “saintifikasi Islam” ini tidak menyedot energi
utama ilmuwan muslim.
Jadi, Saintifikasi Islam adalah upaya intelektual untuk melakukan
Pembacaan saintifik atas berbagai aktivitas ibadah dalam Islam. Banyak
contoh paradigma saintifikasi Islam semisal gagasan korelatif antara sholat
dengan kesehatan dan berwudhu dengan pencegahan virus corona. Banyak
orang yang mengkaitkan ritual ibadah dengan dampaknya terhadap
kesehatan fisik. Hal ini lumrah terjadi di kalangan masyarakat muslim.
Saintifikasi Islam juga berarti upaya mencari dasar sains pada suatu
pernyataan yang dianggap benar dalam Islam. Contohnya, (1) Penelitian
dampak jangka panjang pada konsumsi makanan haram (babi, bangkai,
darah). (2) Penelitian dengan alat-alat pencatat denyut jantung (EKG) atau
sinyal otak (EEG), juga mengambil sampel darah dan menganalisisnya, pada
orang-orang yang rajin melakukan sholat (khususnya tahajud) dan puasa.
2. PERAN SAINTIFIKASI ISLAM
Sains dan Teknologi yang diterapkan dalam paradigma sekulerakan
menjajah, atau lambat atau cepat merusak keberlanjutan kehidupan
melalui kerusakan lingkungan hidup. Sementara umat Islam di negeri
negeri Islam yang tidak menguasai sains dan teknologi de facto akan
terus terjajah, baik secara ekonomi maupun politik. Hanya sains dan
teknologi yang dikembangkan dengan paradigma Islam di dalam tatanan
sistem Islamyang akan membebaskan dunia dari penjajahan. Dalam
membangun islam Peradaban adalah suatu susunan masyarakat yang
kompleks yang dicirikan oleh pembangunan perkotaan, stratifikasi sosial
yang diterapkan oleh elit budaya, sistem komunikasi simbolik (misalnya,
sistem penulisan), dan pemisahan yang dirasakan dari dan dominasi atas
lingkungan alam.
Peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun di atas dasar
aqidah Islam, bertujuan sesuai maksud-maksud (maqashid) syariah, dan
diwujudkan dengan mencontoh perbuatan (sunnah) Nabi Muhammad,
para shahabatnya serta rambu-rambu halal dan haram.  Islam berada
di puncak peradaban saat sistem Khilafah masih tegak, meski
mengalami pasang surut.  Pada tulisan ini dibahas kondisi dunia sains
dan teknologi terkini di Indonesia dan dunia, komparasinya dengan
sistem Islam saat berada di puncak peradaban, dan tawaran solutif
pengembangan sains dan teknologi saat ini.
3. kesimpulan
Banyak para pemikir dan tokoh kontemporer yang peduli dengan integrasi ilmu, baik
itu melalui konsep islamisasi ilmu (Naquib Al-Attas, dan Ismail Faruqi), ilmuisasi ilmu
(Kuntowijoyo), dan integrasi –interkoneksi (Amin Abdullah). Semuanya telah merumuskan
dan menawarkan gagasannya masing-masing. Terlepas dari perdebatan yang ada, kita
sebagai generasi yang baru hendaknya sudah bisa mengaplikasikan konsep-konsep
mereka baik melalui kurikulumnya, ataupun pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari
yang dasar sampai ke pendidikan tinggi, tak terkecuali di pondok pesantren.SMA
Trensains yang digagas oleh Agus Purwanto, D. Sc merupakan salah satu bentuk
aplikasi dari proyek integrasi antara Islam dan sains.

Pada zaman Yunani dan Romawi, bangsa Barat tergolong maju dalam pencapaian
ilmu pengetahuan dan peradaban, namun pada zaman berikutnya hegemoni gereja
mulai masuk dan akhirnya epistemologi pengetahuan di Barat mengalami kepiluan di
bawah tafsir tunggal para agamawan, sehingga terjadilah zaman kegelapan di dunia
Barat atau the dark ages (6-14 M). Kondisi ini berlawanan dengan Islam, yang justru
mulai saat itu Islam mulai muncul dan terus berkembang, sampai akhirnya Islam mampu
menguasai kemajuan pengetahuan dan peradaban atau the golden age.

Anda mungkin juga menyukai