Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Euglenophyta Dan Pyrropyta

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fitoplankton merupakan sekelompok organisme yang memegang peranan
sangat penting dalam ekosistem air, karena hidup fitoplankton terutama pada
lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan dan mempunyai
kandungan klorofil yang mampu melakukan proses fotosintesis. Proses
fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton sebagai produsen
merupakan sumber energi utama bagi kelompok organisme air lainnya yang
berperan sebagai konsumen, dimulai dengan zooplankton dan di ikuti oleh
organisme air lainnya seperti ikan melalui rantai dan jaring-jaring makanan.
Setidaknya sekitar 90% proses fotosintesis diperairan dilakukan oleh fitoplankton,
sedangkan 10% sisanya berasal dari hasil fotosintesis yang dilakukan oleh
mikrofita.
Salah satu dari anggota fitoplankton adalah Filum Euglenophyta dan
Filum Pyrrophyta. Dengan adanya fitoplankton di perairan, maka kandungan
oksigen terlarut di perairan akan bertambah. Dari kedua Filum tersebut kita harus
mengetahui klasifikasi, cara reproduksi dan habitatnya, sehingga kita akan paham
mengenai kelompok dari fitoplankton tersebut. Dengan adanya latar belakang
tersebut, maka kita perlu mencari informasi lebih banyak lagi dan membuatnya ke
dalam bentuk paper. Agar kita lebih paham mengenai sistematika dari Filum
Euglenophyta dan Filum Pyrrophyta.
1.2Tujuan
Adapun tujuan yang kami sampaikan yaitu:

Untuk

Euglenophyta dan Filum Pyrrophyta.


Dapat menjelaskan morfologifitoplankton dari kelompok Filum Euglenophyta

dan Filum Pyrrophyta.


Dapat menjelaskansistem reproduksi fitoplankton dari kelompok Filum

mengetahui

sistematika

fitoplankton

Euglenophyta dan Filum Pyrrophyta.


1.2 Rumusan Masalah
1

dari

kelompok

Filum

Rumusan masalah yang akan kami selesaikan yaitu:

Sebutkan sistematika fitoplankton dari kelompok Filum Euglenophyta dan

Filum Pyrrophyta?
Jelaskan morfologi fitoplankton dari kelompok Filum Euglenophyta dan

Filum Pyrrophyta?
Jelaskan sistem reproduksi fitoplankton dari kelompok Filum Euglenophyta
dan Filum Pyrrophyta?

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Filum Euglenophyta


Euglenophyta selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang
berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesa.Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien
komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam
filum protozoa. Contohnya strain mutan alga genus Chlamydomonas yang tidak
berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini
merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara alga dan
protozoa.
Habitat
Divisi Euglenophyta terdiri hanya satu kelas yaitu Euglenophyceae.
Sebagian besar kelompok ini hidup di air tawar, tetapi ada beberapa yang hidup di
air laut, contohnya Eutreptia dan klepsiella. Euglenophyceae terutama banyak
hidup di tempat yang banyak mengandung bahan organik, hidup bebas senagai
zooplankton. Beberpara ada yang bersifat andozoik, contohnya Euglenomorpha
(hidup pada perut berudu Rana sp).
Secara umum mempunyai cara hidup yang lengkap, yaitu dapat bersifat
saprofit, holozoik, dan fototrofik. Oleh karena itu, dapat hidup secara heterotrof
dan autotrof. Tetapi yang lebih sering dilakukan adalah secara heterotrof, autotrof
dilakukan apabila lingkungan kurang terdapat bahan organik. Oleh karena itu,
Euglenophyceae sering disebut bersifat miksotrof.
Ciri-ciri umum Euglenophyta
1) Uniseluler
2) Pada umumnya memiliki flagel yang tidak sama panjang (Heterokontae)
jumlah flagel 2 atau 4
3) Umumnya hidup di air tawar yang kaya bahan organik (di laut sangat sedikit)
4) Bersifat autorof, karena memiliki klorofil a dan b, karoten dan beberapa
xanthofil yaitu astaxanthin
5) Bersifat heterotrof karena memakan bahan organic/ bakteri yang tersedia.
3

6) Ada yang memiliki kloroplast (dapat berfotosintesis) ada juga yang tidak dapat
berfotosintesis.
7) Yang berfotosintesis disebut Phototrophic
8) Yang tidak berfotosintesis disebut Osmotrophic (makan dengan cara diffusi)
9) Kelompok yang ketiga disebut Phagotrophic (makan dengan cara menangkap
makanan)
10) Dinding sel tidak terbuat dari selulosa namun membran tipis tersusun atas
lapisan-lapisan protein berbentuk spiral, yang disebut "pellicle
11) Jumlah genus hanya 40 dan jumlah spesies - /+ 800
12) Memiliki bintik mata yang disebut stigma
13) Eyespot (stigma) merah terang yang sensitive terhadap cahaya. Pigmen merah
ini merupakan astaxanthin
14) Juga disebut Euglenozoa, euglenoids, euglenophytes
15) Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakarida
16) Ujung anterior dari sel berupa sitostom dan dibawahnya berupa
kerongkongan atau Gullet
- Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior
yang membesar berupa waduk (reservoir).
- Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil
17) Sistem pergerakan
-

Dengan flagellum
Prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling. Pergerakan flagellum
pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau sentakan.

Metaboly (menggunakan dinding sel yang mengandung protein)


Euglenophyta tersebar secara luas, terdapat di air tawar, air payau air laut

Bagian tubuh
Sel Euglenophyta dibatasi oleh plasmalemma exterirly dan didalamnya

terdapat lapisan protein dengan kulit tipis yang spiral dan terdiri dari garis
pellicular yang tumpang tindih. Pellicle tersusun dari 80% protein sisa lemak dan
karbohidrat.

Beberapa

Euglenophyta

berjalan

mengalir,berkontaksi

dan

memeperluas Perpindahan Euglenoid atau metabolism ketika tidak berenang

mekanisme yang bleum dimengerti,ketika mereka dalam fase enkistasi dan


palmelloid,euglena dan flagellate mempunyai dua atau beberapa flagel .
Di bagian depan dari sel euglena hijau, terdapat tonjolan bitik mata atau
stigma terdapat di sitoplasma yang berwarna,dan kontras daripada kebanyakan
alga lainnya, di bagian yang berada didalam cloroplas.Stigma terletak disekitar
tempat pembengkakan flagel.
Astaxantin atau ecinenone adalah pigmen dalam bintik mata bersama
dengan yang lainnya yaitu pigmen carotenoid.Pigmen carotenoid seperti DNA
tampak pada stigma E.gracilis.Dimulai dengan Engelmann, banyak peneliti
berpendapat bahwa bintik mata dari euglena (dan sel aigal euglena lainnya) yang
terlibat menerima rangsangan cahaya. Organisme tersebut adalah phototactic
positif terhadap cahaya dengan insetitas rendah dan phototactic negative terhadap
cahaya terang dan kegelapan. Sejumlah penelitian memperlihatkan aksi spectrum
dari phototaxis dan penyerapan spectrum oleh pigmen bintik mata ( Cobb,1963).
Chloroplast dari euglenophyta bervariasi di antar spesies dan genus yang
berbeda. Mereka Mungkin kecil, cakram sederhana besar dan seluruhnya platelete
atau pinggiran terbelah ;atau pita dan tersusun dalam mode yang seperti bintang.
Kloroplas dibatasi oleh tiga membaran yang berikaatan dengan chlorophyta
(Leefor-Tran,1981).Ini telah di tunjukkan bahwa cloroplas dari euglena adalah
derivate dari hasil simbosis dengan alga hijau, membran terluar menunjukkan
plasmalemma adalah simbiosis asli terluar (Gibbs, 1978, 1981).
Vakuola kontraltif terletak di bagian anterior dari sel euglena dan disimpan
didalam tempat cadangan secara teratur. Vakuola kecil menyatu ke dalam vakuola
kontraktil yang baru setelah dia mengisi ke dalam cadangna makanan.
Nukelus adalah bagian terpenting dari sel euglena dan sering mudah
terlihat di dalam individu yang hidup di tengah atau di bagian belakang dari sel.
Mitosis intranuclear sebagian besar ditandai oleh nucleus yang terus menerus
terbagi selama mitosis. Susunan dari kromosom panjang dan berporos.Kromatid
berpisah secara bertahap sepanjang sumbu panjang mereka dan berpindah ke
kutub. Mikrotubulus sekarang menyususn benang-benang spindle di dalam
nucleus. Sitokenesis terjadi dengan pembelahan yang membujur dari protoplasma.

Beberpa genus dari euglenoid mempunyai kemampuan untuk menjadi


kista dan dengan demikian dapat bertahan dari kondisi lingkungan yang tidak
baik. Dan satu spesies tampak seperti palmelloid permanen. Reproduksi pada
euglena sepenuhnya adalah dengan aseksual dengan pembelahan sel.
Klasifikasi Euglenophyta
Ordo Euglenales
Dari kedua flagel di anterior sel merupakan anggota dari Euglenales.
Hanya satu yang muncul dari tempat habitat dan dari lubangnya. Marga dari
Euglenales memiliki satu keluarga yaitu Euglenaceae.
1. Euglena Viridis
Morfologi
Euglenoida memiliki tubuh yang menyerupai gelendong dan diselimuti
oleh pelikel Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35 60 mikron dimana ujung
tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk. Hewan ini memilki stigma (bintik
mata berwarna merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan terang.
Euglena juga memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis.
Euglena memasukkan makanannnya melalui sitofaring menuju vakuola dan
ditempat inilah makanan yang berupa hewan hewan kecil dicerna.
Anatomi
Euglena memiliki satu flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang
dan satu pendek organieme ini dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang
tertentu dan tubuhnya dapat memancarkan sinar bila terkena rangsangan mekanik.
Reproduksi
Euglena berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan
biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan membelahnya nukleus
menjadi dua. Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi
menjadi dua. Akhirnya terbentuklah dua sel euglena baru. Sistem sirkulasi euglena
mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik
dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan
itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.
Habitat
Euglena berhabitat di habitat air tawar dan melimpah di daerah ini, seperti
di kolam peternakan atau parit saluran air, yang mengkonsumsi kotoran binatang
Makanan
6

Makanan Euglena sangat bervariasi meliputi segala organisme hidup.


Cytostoma Euglena dapat digembungkan dengan sangat besar untuk menelan
mangsanya yang besar. Cadangan makanan Euglena berupa paramylum, yaitu
karbohidrat yang tidak larut, bentuknya dapat berupa cakram cincin, batang atau
bulat,

yang

kadang-kadang

ukurannya

relatif

besar.Paramylum

berupa

polysaccharida yang rumus molekulnya menyerupai tepung/pati, tetapi tidak


bereaksi dengan tes pati.Butir paramylum menyerupai butir pati/amylum, yaitu
mempunyai lapisan yang konsentris.
Bila Euglena tumbuh di tempat gelap dengan substrat organik yang cocok,
warnanya hilang, tetapi akan berwarna kembali bila ada cahaya. Pada keadaan
yang luar biasa, Euglena dapat menghasilkan suatu varietas/ras yang tidak
berwarna (apokhlorotik), ras ini tetap tidak berwarna meskipun ada cahaya. Ras
apokhlorotik ini dapat diperoleh dengan memperlakukan sel Euglena dengan
streptomysin dalam cahaya.
Euglena sering kali dapat memberi warna pada air bila dalam jumlah yang
banyak. Banyak dijumpai di dalam kolam-kolam kecil yang banyak mengandung
bahan organik. Dalam bentuk kehidupan yang saprofit tanpa zat warna, jarang
dijumpai dan bila ada biasanya terdapat pada tempat-tempat dimana terjadi
purifikasi (pembusukan). Beberapa jenis Euglena hidup pada lumpur sepanjang
tepi sungai, estuarine, atau payau-payau bergaram.Pada tempat ini dapat tumbuh
subur sehingga cukup memberi warna pada lumpur. Jika populasinya di kolam
sangat banyak, maka menyebabkan permukaan kolam seperti tertutup lapisan
hijau yang dapat berubah warna menjadi merah dalam beberapa jam.

Euglena viridis
Klasifikasi
Kingdom

: Protista

Filum

: Euglenozoa

Kelas

: Euglenoidea

Ordo

: Euglenales

Family

: Euglenaceae

Genus

: Euglena

Species

: Euglena viridis

2. Phacus pleuronectes
Phacus mirip juga dengan Euglena, tetapi selnya lebih kaku karena
memiliki keel, kloroplast discoid, tanpa pirenoid, paramylum bodi besar
berbentuk seperti donat dan terletak di tengah sel. Partamylum bodi Lepocinclis
berbentu cincin tetapi di kedua sisi anterior.
Tubuhnya yang memanjang dengan suatu evaginasi (reservoir) di bagian
ujung anterior. Vakuola kontraktil berupa suatu kantung, dan dua flagella muncul
dari dinding tersebut.Sebuah pigmen berupa suatu bintik atau berupa stigma dan
bertempat di area dasar flagella yang panjang yang berfungsi untuk fotoreseptif.
Pada Peranema yang tidak berwarna, kedua flagella panjang yang muncul dari
suatu alur berupa jalan kecil ke arah belakang. Tubuh tertutup oleh pelicle dan
bersifat fleksibel dan punggung yang longitudinal akan tampak dengan mikroskop
elektron.

Phacus pleuronectes
Kerajaan
Filum

: Protista
: Euglenozoa
8

Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Euglenoidea
: Euglenales
: Euglenaceae
: Phacus
: Phacus pleuronectes

3. Eutreptiella eupharyngea
Selnya nyata bervariasi

disebabkan

dari

pergerakannya

sendiri.

berdasarkan spesies, kloroplasnya tidak menyerupai pita, dan berakhir di pusat


paramilon. Eutreptia sering muncul dilautan dan di air payau.

Eutreptiella eupharyngea Moestrup & Norris in Walne et al. 1986


Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Protista
: Euglenozoa
: Euglenoidea
: Euglenales
: Eutreptiacea
: Eutreptiella
: Eutreptiella eupharyngea

Ordo Peranemales/Eutreptiales
Memiliki 1 famili Eutreptiaceae dan terdiri atas 3 genus yaitu Astacia,
Peranema, Hyalophacus.
1.

Peranema
Peranema bersifat holozoik. Cara ingesti Peranema telah dipelajari secara

detail. Bagian akhir anterior tubuhnya terdapat dua organ rod paralel dinamakan
organ rod yang letaknya berdekatan dengan reservoir. Bagian anterior organ rod
9

yang disebut cytostoma yang berhubungan dengan reservoir. Pada proses


makannya, organ rod ditonjolkan keluar untuk berlabuh dengan menyentakkan
tubuhnya menangkap mangsanya untuk kemudian ditelan secara keseluruhan atau
organ rod tersebut dapat digunakan untuk memotong makanan baru kemudian
ditelan dan dihancurkan di dalam vacuola makanan.

Peranema
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Protista
: Euglenozoa
: Euglenida
: Euglenales
: Peranemataceae
: Peranema
: Peranema sp

Ordo Rhabdomonadales
Anggota dari Heterohematales berwarna dan phagotropic. Mereka memilki
bintik mata yang berkurang dan flagel. Meskipun mereka memilki karasteristik
dari euglena lainnya mereka dibagi tersendiri dari genus Clorophylouse di dalam
nutrisis dan mempunyai oragenel special untuk menelan partikel dan oragansisme
lainnya .
1. Colacium mucronatum
Bersifat

epizoik pada copepoda, rotifera dan zooplankton air tawar

lainnya.
Sel-sel dari Colacium dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan
suatu tangkai pada inangnya, ujung anterior sel menghadap ke bawah.Tangkai
lendir terbentuk karena bagian anterior sel manghasilkan lebih banyak
lendir.Mempunyai banyak khloroplast berbentuk cakram, dengan atau tanpa
pirenoid.
10

Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel. Bagian
anterior (bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik
mata. Pada koloni bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella.
Protoplast dari Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium
telanjang yang amoeboid, dan berkembang secara vegetatif. Dapat pula berbentuk
stadium telanjang yang amoeboid dengan 4 inti. Pada stadium ini reproduksi
dengan membentuk tunas dengan satu inti dan kemudian mengalami metamorfose
menjadi sel kembar dengan satu flagella.
Bila pembelahan sel berlangsung, sel anakan masing-masing akan
membentuk tangkai yang tetap melekat pada tangkai induknya. Pembelahan sel
yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang berbentuk pohon (dendroid).
Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat telur atau lonjong.
Sel dari stadium/bentuk dendroid atau palmelloid, protoplastnya dapat
menghasilkan satu flagellum dan keluar berupa suatu zooid yang berenang
bebas.Zooid ini berenang beberapa saat sebelum menanggalkan flagellanya dan
menghasilkan dinding.

Colacium mucronatum
Kingdom

: Protista

Filum

: Euglenozoa

Kelas

: Euglenoidea

Ordo

: Rhabdomonadales

Famili

: Rhabdomonadaceae

Genus

: Colacium
11

Spesies

: Colacium mucronatum

2.2 Ciri-Ciri Morfologi Filum Euglenophyta

Euglenophyta memiliki tubuh yang menyerupai gelendong dan diselimuti


oleh pelikel Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35 60 mikron dimana ujung
tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk. Hewan ini memilki stigma (bintik
mata berwarna merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan terang.
Euglena juga memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis.
Euglena memasukkan makanannnya melalui sitofaring menuju vakuola dan
ditempat inilah makanan yang berupa hewan hewan kecil dicerna.
Susunan tubuhnya dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma
yang menebal, ada yang kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya
Euglena dan Peranema. Pada yang bersifat lentur periplas juga sebagai alat gerak,
gerak periplas ini juga disebut dengan gerak euglenoid.
Organisme ini mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi daripada
Cyanophyta karena sudah mempunyai inti yang tetap dan mempunyai khloroplast
seperti pada tumbuhan tinggi. Karena itu Euglena dapat melangsungkan
fotosinthesis dan tumbuh seperti halnya pada tumbuhan tinggi. Beberapa
euglenoid berfotosintesis dan yang lain tidak. Anggota-anggota yang berpigmen
memiliki kloroplas yang berisi klorofil a dan b. Hasil fotosintesis disimpan
sebagai paramilon, sebuah polimer glukosa yang berbentuk butiran dalam
sitoplasma.
12

Dinding sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel
berprotein, yang berada didalam plasmalema. Pada kebanyakan Euglenoid, perikel
itu bersifat lentur sehingga memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada
beberapa jenis, perikel ini kaku sehingga sel memiliki bentuk tetap.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel
euglenoid melekuk kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas
menjadi rongga membulat membentuk reservoar. Saluran dan reservoar itu
walaupun dianggap sebagai terusan tempat partikel makanan padat masuk
kedalam sel. dan dibawahnya berupa kerongkongan/gullet. Pada beberapa jenis
celah ini berguna untuk memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada
beberapa jenis tidak demikian. Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx)
dan bagian posterior yang membesar berupa waduk (reservoir). Waduk
berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera tertentu pada gulletnya
terdapat batang farink, terletak parallel dengan panjang gullet, dan ujung
bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke ujung posterior dari
sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat.
Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar
sepanjang sitofarinx dan sitostoma.Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke
muka. Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan
tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama
panjang. Flagelanya mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Sistem pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan
baling-baling. Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk
dorongan atau sentakan. Gelombang dari sistem undulatori ini lewatnya dari dasar
ke ujung dan langsung mengendalikan organisme dalam arah yang berlawanan
atau pergerakan gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini gerakan sentakan
organisme.
Sel mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata. Pigmen
merah ini merupakan astaxanthin yang hanya dijumpai pada golongan Crustaceae.
Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi
bukan berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau glycogen seperti pada
binatang.
13

Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak
dapat hidup dalam medium yang hanya mengandung garam-garam anorganik,
tetapi akan cepat tumbuh bila dalam medium ditambah dengan sejumlah asam
amino. Beberapa jenis hidup secara obligat saprofit sedang yang lain obligat
autotrof, disamping ada yang hidup secara holozoik yaitu dapat menangkap dan
menelan mangsanya seperti pada binatang.
Hubungan antara Euglenophyta dengan alga lainnya masih belum jelas.
Melihat adanya persamaan dalam hal warnanya, maka diduga ada persamaannya
dengan Chlorophyta, tetapi organisasi protoplas antara keduanya jauh berbeda.
Dalam kenyataannya kelompok euglenoid ini mempunyai persamaan dengan
Chrysophyta, Dinoflagellata dan Volvox.

2.3 Metode Reproduksi Filum Euglenophyta


Reproduksi pada Euglenophyta dapat dengan seksual dan dengan aseksual
Aseksual
Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam
keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel)
protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar
dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika
lamanya dan tumbuh menjadi sel baru. Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan
memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior. Pada genera yang
mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast membelah menjadi dua, satu
membawa flagelanya dan satu lagi akan menghasilkan flagella baru.

14

Euglena, pembelahan biner membujur


Keterangan:
ac

: inti membelah

de

: membran plasma menggenting

: terbentuk dua sel anak


Pada yang mempunyai dua flagella, dapat terjadi salah satu sel anakan

membawa dua flagel lamanya dan sel anakan yang lain akan menghasilkan dua
flagella baru atau dapat terjadi masing-masing sel anakan membawa satu flagella
dan kemudian masing-masing menghasilkan satu flagella lagi. Pembelahan sel
pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam keadaan dibungkus oleh
selaput lendir. Kadang-kadang protoplast anakan tidak keluar dari selaput
pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti ini akan terbentuk
koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya akan bergerak aktif
kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa siste berdinding tebal.
Bentuk siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya, tetapi kebanyakan bentuknya
berbeda, bulat atau polygonal. Protoplast dapat menghasilkan sangat banyak
euglenarhodone, sehingga berwarna sangat merah. Biasanya siste berkecambah
15

dengan keluarnya protoplast dari dalam dinding yang tebal dan tumbuh manjadi
sel baru yang bergerak aktif.
Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada
beberapa

euglenoid,

tetapi

kasus

ini

masih

sangat

kabur.

Autogami

(penggabungan dua inti anakan dalam sel), pernah dijumpai pada Phacus.
Pada umumya Euglena sp. Membelah diri secara longitudinal selama
hidup sebagai plankton yang dapat membelah diri waktu berada dalam kista.
Genus Euglena dapat membentuk bermacam macam kista yaitu:
1. Protective-cyste : kista ini dibentuk untuk perlindungan terhadap bahan-bahan
yang beracun atau sinar matahari yang kuat misalnya pada waktu pagi hari atau
sore hari.
2. Reproductive-cyste : pada kista tersebut protoplasma membelah diri dalam 2
atau 4 bagian dan tiap bagian nanti menjadi satu individu dalam kista tiap
individu dapat bergerak dengan flagel yang terbentuk.
3. Temporary cyste : atau resting- cyste terbentuk pada individu beristirahat atau
jika ada matahari yang kuat. Dinding- dinding kista dari selulosa ini dapat
membuka dalam 2 bagian simetrik.

2.4 Peranan Filum Euglenophyta


a. Peran positif

Bidang Perikanan
Ganggang merupakan fitoplankton (plankton tumbuhan; plankton hewan

disebut zooplankton) yang berfungsi sebagai makanan ikan.

Ekosistem Perairan
Dalam ekosistem perairan, ganggang merupakan produsen primer, yaitu

sebagai penyedia bahan organik dan oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan,
udang dan serangga air.

Dalam dunia sains


Euglena sering dijadikan sebagi objek karena ganggang ini mudah didapat

dan dibiakkan dan sebagai indikator adanya pencemaran organik.


16

b. Peran negatif

Mencemari sumber air

Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau

2.5 Sistematika Filum Pyrrophyta

17

Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api) atau ganggang api adalah alga


uniseluler yang menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di malam
hari karena sel-selnya mengandung fosfor. Pyrrophyta atau Dinophyta disebut
juga Dinoflagellata (Yunani, dinos = berputar, flagel = cambuk) karena memiliki
flagela.
Ganggang api ini tubuhnya tersusun atas satu sel memiliki dinding sel dan
dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan
alur, masing-masing mengandung satu flagel
Ciri-ciri umum Pyrrophyta
1. Memiliki variasi nutrisi yang besar dari autototropik ke bentuk heterotropik
yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang
lain.
2. Memiliki peranan sebagai plankton baik di air tawar dan di air laut.
3. Bentuk sel tunggal.
4. Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid.
5. Tubuh primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri.
6. Mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh
bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior.
Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam

18

suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada
beberapa belokan.
7. Sel terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka.
8. Dinding sel pada umumnya mengandung selulose.
9. Semua tipe mempunyai membran plasma yang berkesinambungan dengan
membran flagel pada bagian luar.
10. Cadangan makanan berupa amilum yang terdapat dalam sitoplasma.
Struktur tubuh Pyrrophyta
Organisme ini memiliki peranan sebagai plankton baik di air tawar dan di
air laut. Meskipun lebih berfariasi bentuk yang ditemukan di air laut. Kelas
dinophyceae motil tersusun oleh epiko dan hipokon yang terbagi secara melintang
oleh girdre (sabuk/ sigulum) Epikon dan hipokon paa umumnya dibagi menjadi
sejumlah lempengan (teka) dan jumlah serta susunan karakterisrik pada tingkat
marga sulcus letaknya membujur.
Struktur sel Pyrrophyta
Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknya
penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai
penutup sel (theca). Pada teka terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen
utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian
nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya
berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan
longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke
bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan
ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk
spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan
cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum
transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan
flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior. Sel Dinoflagellata
terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada
Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical dan precingular. Pada beberpara
genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3

19

pelat interkalar anterior. Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular dan
antapikal juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
Dinding sel pada umumnya mengandung selulose, hal ini akan
memberikan struktur karakteristik dari teka amfisema adalah nama yang
digunakan untuk lapisan terluar khusus dari sel Dinophyceae. Semua tipe
mempunyai membran plasa yang berkesinambungan dengan membran flagel pada
bagian luar. Pada umumnya terdapat sejumlah pori dalam amfisema dengan
trikosit dalam tipe pori.
Klasifikasi Pyrrophyta
Divisi

: Pyrrophycophyta

Filum

: Dinoflagellata

Kelas

: Dinophyceae

Ordo

: Peridiniales

Famili

: Perididiaceae

Genus

: Peridinium

Spesies

: Peridinium quinquecorne

Filum

: Dinoflagellata

Ordo

: Gonyaulacales

Genus

: Ceratium

Spesies

: Ceratium hirundinella

20

Ceratium hirundinella
Kingdom

: Chromalveolata

Filum

: Dinoflagellata

Kelas

: Dinophyceae

Ordo

: Phytodiniales

Genus

: Pfiesteria

Spesies

: Pfiesteria Piscicida

Pfiesteria Piscicida
Pfiesteria menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan sistem saraf
(neurotoksin). Neurotoksin dapat menyebabkan kematian ikan, udang, kepiting,
dan burung. Manusia akan mengalami gangguan kesehatan apabila mengonsumsi
produk laut yang terkontaminasi neurotoksin.
Habitat dan ekologi Pyrrophyta
Pyrrophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies
yang lain yang berada di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar
21

dari autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan
ikan atau alga phagocytiza yang lain.
Mayoritas dari dinoflagellata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus
spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagellata adalah komponen yang
penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat sebagai penambahan,
beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik.
Dinoflagellata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenutu tropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat juga invertebrata parasit dan ikan atau alga
phagocyt yang lain. Dinoflagellata yang memiliki sistem fotosintesis dan
membutuhkan vitamin disebut autotrop dan yang membutuhkan energi disebut
heterotrop.
2.6 Ciri-Ciri Morfologi Filum Pyrrophyta
Pyrrophyta merupakan alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung
pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin, sementara yang lain memiliki klorofil
A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis.
Alga api ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang.
Anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng.
Contoh : Glenodinium dan Peridinium terdapat lekukan pada tubuh selnya.
selain itu terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan ciri
khas dari alga api). Dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil
a dan c, tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantofil yang khas yaitu
peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten yang
memberikan warna coklat atau warna coklat emas.
Pyrrophyta memiliki alat gerak berupa flagel sebanyak 2 buah, satu buah
melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada juga falgel yang
terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan
berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit,
hidup bersimbiosis atau holozoik. Karakteristik organisme ini dari eukariotik
22

lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal
dengan sifat mesokariotik.
Yang paling umum dinoflagellata fosil yaitu dalam bentuk kista. Namun,
beberapa spesies memiliki kista dinding sel terbuat dari selulosa, yang tidak
menjadi fosil. Spesies yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat
dari bahan yang mirip dengan sporopollenin.
2.7 Metode Reproduksi Filum Pyrrophyta
Pyrrophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:
Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki
panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah
membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang
kemudian masing masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu
istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi,
mengeluarkan sel kembar yang telanjang
Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat
mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain. Sporik, yaitu dengan
zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya Glenodinium)
Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu:
1. Kista-kista tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu
oleh kekuatan fisik atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi
tertidur untuk waktu bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan
kondisi memungkinkan, mereka daapt melakukan proses perkecambahan.
2. Jika suhu hangat dan banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini,
kista akan pecah dan mengeluarkan sel yang dapat berenang. Sel ini
direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam beberapa hari pengeraman.
3. Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat, dari
dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel
dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu.
4. Pada saat nutrisi telah habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel
gamet. Setiap dua sel gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru
23

yang berkembang menjadi sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini
lalu jatuh ke dasar laut dan dapat berbiak pada tahun berikutnya.
2.8 Red Tides
Red Tides merupakan sebuah fenomena alam air laut yang berubah warna
menjadi merah yang disebabkan oleh fitoplankton. Red Tides dapat menyebabkan
kematian massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan,
keracunan dan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia. Ini terjadi
dikarenakan fitoplankton tersebut mengeluarkan racun.
Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagellata mungkin akan
menghasilkan warna coklat atau merah dimana perubahan warna air disebut red
tide. Red tide biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa
dinoflagellata menghasilkan red tide adalah Luminescent, spesies lain mungkin
mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam
rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan
atau menyebabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi
oleh moluska atau ikan.

Red tide merupakan blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter.
Red tide dapat menyebabkan:
a)

Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus


brevis.

b) Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan


Cochlodinium.
c)

Kematian organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish


poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.

24

Penyebab dari berkembangnya dinoflagellata umumnya berhubungan


dengan kondisi lokal.

BAB III
PENUTUP

25

1.1 Kesimpulan
Algae merupakan kelompok protista yang mirip tumbuhan karena mampu
membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Berdasarkan dominansi
pigmennya, alga dikelompokkan menjadi enam filum, yaitu: Chlorophyta,
Phaeophyta, Chrysophyta, Rhodophyta, Euglenophyta, dan Phyrophyta.
Klasifikasi Filum Euglenophyta terdiri dari 3 ordo, yaitu Ordo Euglenales,
Ordo Peranemales/Eutreptiales dan Ordo Rhabdomonadales. Perkembangbiakan
pada Euglenophyta terdiri atas perkembangbiakan secara seksual, dan aseksual.
Klasifikasi

Filum

Pyrrophyta

terdiri

dari

kelas

Dinophyceae.

Perkembangbiakan pada Pyrrophyta terdiri atas perkembangbiakan secara seksual,


dan vegetatif.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga
yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak
aktif merupakan penyusun phitoplankton. Dan adapula yang menyebabkan
pencemaran air, misalnya Red Tides yang merupakan blooming Pyrrophyta
dengan 1- 20 juta sel per liter.

26

Anda mungkin juga menyukai