Euglenophyta Dan Pyrropyta
Euglenophyta Dan Pyrropyta
Euglenophyta Dan Pyrropyta
PENDAHULUAN
Untuk
mengetahui
sistematika
fitoplankton
dari
kelompok
Filum
Filum Pyrrophyta?
Jelaskan morfologi fitoplankton dari kelompok Filum Euglenophyta dan
Filum Pyrrophyta?
Jelaskan sistem reproduksi fitoplankton dari kelompok Filum Euglenophyta
dan Filum Pyrrophyta?
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
6) Ada yang memiliki kloroplast (dapat berfotosintesis) ada juga yang tidak dapat
berfotosintesis.
7) Yang berfotosintesis disebut Phototrophic
8) Yang tidak berfotosintesis disebut Osmotrophic (makan dengan cara diffusi)
9) Kelompok yang ketiga disebut Phagotrophic (makan dengan cara menangkap
makanan)
10) Dinding sel tidak terbuat dari selulosa namun membran tipis tersusun atas
lapisan-lapisan protein berbentuk spiral, yang disebut "pellicle
11) Jumlah genus hanya 40 dan jumlah spesies - /+ 800
12) Memiliki bintik mata yang disebut stigma
13) Eyespot (stigma) merah terang yang sensitive terhadap cahaya. Pigmen merah
ini merupakan astaxanthin
14) Juga disebut Euglenozoa, euglenoids, euglenophytes
15) Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakarida
16) Ujung anterior dari sel berupa sitostom dan dibawahnya berupa
kerongkongan atau Gullet
- Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior
yang membesar berupa waduk (reservoir).
- Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil
17) Sistem pergerakan
-
Dengan flagellum
Prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling. Pergerakan flagellum
pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau sentakan.
Bagian tubuh
Sel Euglenophyta dibatasi oleh plasmalemma exterirly dan didalamnya
terdapat lapisan protein dengan kulit tipis yang spiral dan terdiri dari garis
pellicular yang tumpang tindih. Pellicle tersusun dari 80% protein sisa lemak dan
karbohidrat.
Beberapa
Euglenophyta
berjalan
mengalir,berkontaksi
dan
yang
kadang-kadang
ukurannya
relatif
besar.Paramylum
berupa
Euglena viridis
Klasifikasi
Kingdom
: Protista
Filum
: Euglenozoa
Kelas
: Euglenoidea
Ordo
: Euglenales
Family
: Euglenaceae
Genus
: Euglena
Species
: Euglena viridis
2. Phacus pleuronectes
Phacus mirip juga dengan Euglena, tetapi selnya lebih kaku karena
memiliki keel, kloroplast discoid, tanpa pirenoid, paramylum bodi besar
berbentuk seperti donat dan terletak di tengah sel. Partamylum bodi Lepocinclis
berbentu cincin tetapi di kedua sisi anterior.
Tubuhnya yang memanjang dengan suatu evaginasi (reservoir) di bagian
ujung anterior. Vakuola kontraktil berupa suatu kantung, dan dua flagella muncul
dari dinding tersebut.Sebuah pigmen berupa suatu bintik atau berupa stigma dan
bertempat di area dasar flagella yang panjang yang berfungsi untuk fotoreseptif.
Pada Peranema yang tidak berwarna, kedua flagella panjang yang muncul dari
suatu alur berupa jalan kecil ke arah belakang. Tubuh tertutup oleh pelicle dan
bersifat fleksibel dan punggung yang longitudinal akan tampak dengan mikroskop
elektron.
Phacus pleuronectes
Kerajaan
Filum
: Protista
: Euglenozoa
8
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Euglenoidea
: Euglenales
: Euglenaceae
: Phacus
: Phacus pleuronectes
3. Eutreptiella eupharyngea
Selnya nyata bervariasi
disebabkan
dari
pergerakannya
sendiri.
: Protista
: Euglenozoa
: Euglenoidea
: Euglenales
: Eutreptiacea
: Eutreptiella
: Eutreptiella eupharyngea
Ordo Peranemales/Eutreptiales
Memiliki 1 famili Eutreptiaceae dan terdiri atas 3 genus yaitu Astacia,
Peranema, Hyalophacus.
1.
Peranema
Peranema bersifat holozoik. Cara ingesti Peranema telah dipelajari secara
detail. Bagian akhir anterior tubuhnya terdapat dua organ rod paralel dinamakan
organ rod yang letaknya berdekatan dengan reservoir. Bagian anterior organ rod
9
Peranema
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Protista
: Euglenozoa
: Euglenida
: Euglenales
: Peranemataceae
: Peranema
: Peranema sp
Ordo Rhabdomonadales
Anggota dari Heterohematales berwarna dan phagotropic. Mereka memilki
bintik mata yang berkurang dan flagel. Meskipun mereka memilki karasteristik
dari euglena lainnya mereka dibagi tersendiri dari genus Clorophylouse di dalam
nutrisis dan mempunyai oragenel special untuk menelan partikel dan oragansisme
lainnya .
1. Colacium mucronatum
Bersifat
lainnya.
Sel-sel dari Colacium dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan
suatu tangkai pada inangnya, ujung anterior sel menghadap ke bawah.Tangkai
lendir terbentuk karena bagian anterior sel manghasilkan lebih banyak
lendir.Mempunyai banyak khloroplast berbentuk cakram, dengan atau tanpa
pirenoid.
10
Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel. Bagian
anterior (bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik
mata. Pada koloni bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella.
Protoplast dari Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium
telanjang yang amoeboid, dan berkembang secara vegetatif. Dapat pula berbentuk
stadium telanjang yang amoeboid dengan 4 inti. Pada stadium ini reproduksi
dengan membentuk tunas dengan satu inti dan kemudian mengalami metamorfose
menjadi sel kembar dengan satu flagella.
Bila pembelahan sel berlangsung, sel anakan masing-masing akan
membentuk tangkai yang tetap melekat pada tangkai induknya. Pembelahan sel
yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang berbentuk pohon (dendroid).
Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat telur atau lonjong.
Sel dari stadium/bentuk dendroid atau palmelloid, protoplastnya dapat
menghasilkan satu flagellum dan keluar berupa suatu zooid yang berenang
bebas.Zooid ini berenang beberapa saat sebelum menanggalkan flagellanya dan
menghasilkan dinding.
Colacium mucronatum
Kingdom
: Protista
Filum
: Euglenozoa
Kelas
: Euglenoidea
Ordo
: Rhabdomonadales
Famili
: Rhabdomonadaceae
Genus
: Colacium
11
Spesies
: Colacium mucronatum
Dinding sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel
berprotein, yang berada didalam plasmalema. Pada kebanyakan Euglenoid, perikel
itu bersifat lentur sehingga memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada
beberapa jenis, perikel ini kaku sehingga sel memiliki bentuk tetap.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel
euglenoid melekuk kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas
menjadi rongga membulat membentuk reservoar. Saluran dan reservoar itu
walaupun dianggap sebagai terusan tempat partikel makanan padat masuk
kedalam sel. dan dibawahnya berupa kerongkongan/gullet. Pada beberapa jenis
celah ini berguna untuk memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada
beberapa jenis tidak demikian. Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx)
dan bagian posterior yang membesar berupa waduk (reservoir). Waduk
berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera tertentu pada gulletnya
terdapat batang farink, terletak parallel dengan panjang gullet, dan ujung
bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke ujung posterior dari
sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat.
Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar
sepanjang sitofarinx dan sitostoma.Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke
muka. Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan
tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama
panjang. Flagelanya mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Sistem pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan
baling-baling. Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk
dorongan atau sentakan. Gelombang dari sistem undulatori ini lewatnya dari dasar
ke ujung dan langsung mengendalikan organisme dalam arah yang berlawanan
atau pergerakan gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini gerakan sentakan
organisme.
Sel mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata. Pigmen
merah ini merupakan astaxanthin yang hanya dijumpai pada golongan Crustaceae.
Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi
bukan berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau glycogen seperti pada
binatang.
13
Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak
dapat hidup dalam medium yang hanya mengandung garam-garam anorganik,
tetapi akan cepat tumbuh bila dalam medium ditambah dengan sejumlah asam
amino. Beberapa jenis hidup secara obligat saprofit sedang yang lain obligat
autotrof, disamping ada yang hidup secara holozoik yaitu dapat menangkap dan
menelan mangsanya seperti pada binatang.
Hubungan antara Euglenophyta dengan alga lainnya masih belum jelas.
Melihat adanya persamaan dalam hal warnanya, maka diduga ada persamaannya
dengan Chlorophyta, tetapi organisasi protoplas antara keduanya jauh berbeda.
Dalam kenyataannya kelompok euglenoid ini mempunyai persamaan dengan
Chrysophyta, Dinoflagellata dan Volvox.
14
: inti membelah
de
membawa dua flagel lamanya dan sel anakan yang lain akan menghasilkan dua
flagella baru atau dapat terjadi masing-masing sel anakan membawa satu flagella
dan kemudian masing-masing menghasilkan satu flagella lagi. Pembelahan sel
pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam keadaan dibungkus oleh
selaput lendir. Kadang-kadang protoplast anakan tidak keluar dari selaput
pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti ini akan terbentuk
koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya akan bergerak aktif
kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa siste berdinding tebal.
Bentuk siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya, tetapi kebanyakan bentuknya
berbeda, bulat atau polygonal. Protoplast dapat menghasilkan sangat banyak
euglenarhodone, sehingga berwarna sangat merah. Biasanya siste berkecambah
15
dengan keluarnya protoplast dari dalam dinding yang tebal dan tumbuh manjadi
sel baru yang bergerak aktif.
Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada
beberapa
euglenoid,
tetapi
kasus
ini
masih
sangat
kabur.
Autogami
(penggabungan dua inti anakan dalam sel), pernah dijumpai pada Phacus.
Pada umumya Euglena sp. Membelah diri secara longitudinal selama
hidup sebagai plankton yang dapat membelah diri waktu berada dalam kista.
Genus Euglena dapat membentuk bermacam macam kista yaitu:
1. Protective-cyste : kista ini dibentuk untuk perlindungan terhadap bahan-bahan
yang beracun atau sinar matahari yang kuat misalnya pada waktu pagi hari atau
sore hari.
2. Reproductive-cyste : pada kista tersebut protoplasma membelah diri dalam 2
atau 4 bagian dan tiap bagian nanti menjadi satu individu dalam kista tiap
individu dapat bergerak dengan flagel yang terbentuk.
3. Temporary cyste : atau resting- cyste terbentuk pada individu beristirahat atau
jika ada matahari yang kuat. Dinding- dinding kista dari selulosa ini dapat
membuka dalam 2 bagian simetrik.
Bidang Perikanan
Ganggang merupakan fitoplankton (plankton tumbuhan; plankton hewan
Ekosistem Perairan
Dalam ekosistem perairan, ganggang merupakan produsen primer, yaitu
sebagai penyedia bahan organik dan oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan,
udang dan serangga air.
b. Peran negatif
17
18
suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada
beberapa belokan.
7. Sel terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka.
8. Dinding sel pada umumnya mengandung selulose.
9. Semua tipe mempunyai membran plasma yang berkesinambungan dengan
membran flagel pada bagian luar.
10. Cadangan makanan berupa amilum yang terdapat dalam sitoplasma.
Struktur tubuh Pyrrophyta
Organisme ini memiliki peranan sebagai plankton baik di air tawar dan di
air laut. Meskipun lebih berfariasi bentuk yang ditemukan di air laut. Kelas
dinophyceae motil tersusun oleh epiko dan hipokon yang terbagi secara melintang
oleh girdre (sabuk/ sigulum) Epikon dan hipokon paa umumnya dibagi menjadi
sejumlah lempengan (teka) dan jumlah serta susunan karakterisrik pada tingkat
marga sulcus letaknya membujur.
Struktur sel Pyrrophyta
Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknya
penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai
penutup sel (theca). Pada teka terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen
utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian
nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya
berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan
longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke
bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan
ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk
spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan
cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum
transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan
flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior. Sel Dinoflagellata
terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada
Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical dan precingular. Pada beberpara
genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3
19
pelat interkalar anterior. Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular dan
antapikal juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
Dinding sel pada umumnya mengandung selulose, hal ini akan
memberikan struktur karakteristik dari teka amfisema adalah nama yang
digunakan untuk lapisan terluar khusus dari sel Dinophyceae. Semua tipe
mempunyai membran plasa yang berkesinambungan dengan membran flagel pada
bagian luar. Pada umumnya terdapat sejumlah pori dalam amfisema dengan
trikosit dalam tipe pori.
Klasifikasi Pyrrophyta
Divisi
: Pyrrophycophyta
Filum
: Dinoflagellata
Kelas
: Dinophyceae
Ordo
: Peridiniales
Famili
: Perididiaceae
Genus
: Peridinium
Spesies
: Peridinium quinquecorne
Filum
: Dinoflagellata
Ordo
: Gonyaulacales
Genus
: Ceratium
Spesies
: Ceratium hirundinella
20
Ceratium hirundinella
Kingdom
: Chromalveolata
Filum
: Dinoflagellata
Kelas
: Dinophyceae
Ordo
: Phytodiniales
Genus
: Pfiesteria
Spesies
: Pfiesteria Piscicida
Pfiesteria Piscicida
Pfiesteria menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan sistem saraf
(neurotoksin). Neurotoksin dapat menyebabkan kematian ikan, udang, kepiting,
dan burung. Manusia akan mengalami gangguan kesehatan apabila mengonsumsi
produk laut yang terkontaminasi neurotoksin.
Habitat dan ekologi Pyrrophyta
Pyrrophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies
yang lain yang berada di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar
21
dari autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan
ikan atau alga phagocytiza yang lain.
Mayoritas dari dinoflagellata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus
spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagellata adalah komponen yang
penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat sebagai penambahan,
beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik.
Dinoflagellata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenutu tropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat juga invertebrata parasit dan ikan atau alga
phagocyt yang lain. Dinoflagellata yang memiliki sistem fotosintesis dan
membutuhkan vitamin disebut autotrop dan yang membutuhkan energi disebut
heterotrop.
2.6 Ciri-Ciri Morfologi Filum Pyrrophyta
Pyrrophyta merupakan alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung
pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin, sementara yang lain memiliki klorofil
A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis.
Alga api ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang.
Anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng.
Contoh : Glenodinium dan Peridinium terdapat lekukan pada tubuh selnya.
selain itu terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan ciri
khas dari alga api). Dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil
a dan c, tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantofil yang khas yaitu
peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten yang
memberikan warna coklat atau warna coklat emas.
Pyrrophyta memiliki alat gerak berupa flagel sebanyak 2 buah, satu buah
melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada juga falgel yang
terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan
berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit,
hidup bersimbiosis atau holozoik. Karakteristik organisme ini dari eukariotik
22
lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal
dengan sifat mesokariotik.
Yang paling umum dinoflagellata fosil yaitu dalam bentuk kista. Namun,
beberapa spesies memiliki kista dinding sel terbuat dari selulosa, yang tidak
menjadi fosil. Spesies yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat
dari bahan yang mirip dengan sporopollenin.
2.7 Metode Reproduksi Filum Pyrrophyta
Pyrrophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:
Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki
panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah
membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang
kemudian masing masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu
istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi,
mengeluarkan sel kembar yang telanjang
Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat
mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain. Sporik, yaitu dengan
zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya Glenodinium)
Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu:
1. Kista-kista tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu
oleh kekuatan fisik atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi
tertidur untuk waktu bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan
kondisi memungkinkan, mereka daapt melakukan proses perkecambahan.
2. Jika suhu hangat dan banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini,
kista akan pecah dan mengeluarkan sel yang dapat berenang. Sel ini
direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam beberapa hari pengeraman.
3. Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat, dari
dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel
dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu.
4. Pada saat nutrisi telah habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel
gamet. Setiap dua sel gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru
23
yang berkembang menjadi sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini
lalu jatuh ke dasar laut dan dapat berbiak pada tahun berikutnya.
2.8 Red Tides
Red Tides merupakan sebuah fenomena alam air laut yang berubah warna
menjadi merah yang disebabkan oleh fitoplankton. Red Tides dapat menyebabkan
kematian massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan,
keracunan dan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia. Ini terjadi
dikarenakan fitoplankton tersebut mengeluarkan racun.
Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagellata mungkin akan
menghasilkan warna coklat atau merah dimana perubahan warna air disebut red
tide. Red tide biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa
dinoflagellata menghasilkan red tide adalah Luminescent, spesies lain mungkin
mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam
rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan
atau menyebabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi
oleh moluska atau ikan.
Red tide merupakan blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter.
Red tide dapat menyebabkan:
a)
24
BAB III
PENUTUP
25
1.1 Kesimpulan
Algae merupakan kelompok protista yang mirip tumbuhan karena mampu
membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Berdasarkan dominansi
pigmennya, alga dikelompokkan menjadi enam filum, yaitu: Chlorophyta,
Phaeophyta, Chrysophyta, Rhodophyta, Euglenophyta, dan Phyrophyta.
Klasifikasi Filum Euglenophyta terdiri dari 3 ordo, yaitu Ordo Euglenales,
Ordo Peranemales/Eutreptiales dan Ordo Rhabdomonadales. Perkembangbiakan
pada Euglenophyta terdiri atas perkembangbiakan secara seksual, dan aseksual.
Klasifikasi
Filum
Pyrrophyta
terdiri
dari
kelas
Dinophyceae.
26