Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Mobilisasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

III.1.

PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan Persiapan merupakan bagian dari pelaksanaan yang harus dilaksanakan
sebelum pekerjaan proyek yang sebenarnya dikerjakan. Yang akan diuraikan disini
membahas isi kegiatan saja, sedangkan waktu pelaksanaannya dapat dilihat kegiatan
pada kurva S rencana kerja. Pekerjaan persiapan pada pembangunan ini meliputi ;
a.

Pembersihan Lokasi
Pembersihan

lokasi

pekerjaan

ini

sebagai

pekerjaan

persiapan

guna

mempersiapkan lokasi agar pekerjaan lanjutan nantinya berjalan lancar sesuai


rencana. Pembersihan Lokasi diperuntukkan agar pelaksanaan pekerjaan nantinya
tidak terganggu.
Proses pelaksanaan pembersihan lokasi harus selalu dikoordinasikan dengan
Konsultan Pengawas maupun Owner termasuk pembuangan hasil yang ada.
Pembersihan lokasi juga harus dilakukan setelah dilaksanakannya seluruh
kegiatan pelaksanaan pekerjaan selesai sehingga lokasi pekerjaan tampak
bersih, sehingga

hasil pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat terlihat dan

berfungsi seperti yang diinginkan

b. Pengukuran / Uitset Bouplank


Pekerjaan pengukuran dilakukan untuk mengetahui batas-batas lokasi, ketinggian,
penetapan dan penentuan ukuran yang tepat dari rencana pembangunan sesuai dengan
gambar rencana kerja. Pekerjaan ini memegang peranan penting dalam penentuan
letak penentuan elevasi lantai bangunan serta level setiap ruang bangunan yang akan
dikerjakan.
As-as bangunan diperlukan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan yang
didasarkan dari gambar rencana proyek. Penentuan titik-titik as diawali dengan
mendapatkan informasi mengenai Bench Mark (BM) atau titik-titik yang telah
diketahui elevasi koordinatnya. BM (Bench Mark) harus mendapatkan persetujuan
konsultan pengawas dan owner. Setelah didapat peil bangunan dipasang bouwplank
yang terbuat dari kayu usuk serta papan, untuk menentukan tinggi acuan bangunan
serta as-as bangunan, bouwplank terbuat dari patok

patok dan papan yang diberi tanda/notasi dengan cat yang juga sebagai
patokan/referensi untuk mengukur kedalaman/ketinggian dan bentuk dari pasangan
yang akan dilaksanakan, sehingga dalam melaksanakan pekerjaan selanjutnya
sudah mendapatkan pedoman yang pasti sesuai dengan gambar, RKS dan Aanvulli

c.

Papan Nama Proyek


Papan Nama Proyek dibuat dengan maksud dan tujuan agar masyarakat umum

mengetahui informasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.


Papan Nama proyek berisi Kegiatan Pekerjaan, Pekerjaan, Lokasi, Sumber Dana, dan
lain-lainnya disesuaikan dengan tulisan serta ukuran sebagaimana yang tercantum
dalam RKS, Aanvulling serta gambar.
d.

Air Kerja
Air Kerja harus berasal dari sumur atau sumber air yang bersih untuk pelaksanaan
pekerjaan. Tidak boleh menggunakan air dari sungai maupun selokan karena
mengandung zat zat yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Di dalam pelaksanaanya dapat berkoordinasi dengan warga setempat untuk
menggunakan sumur yang ada.
Untuk pekerjaan Pengaspalan menggunakan air dari tangki yang diambil dari sumber
yang terdekat.

e.

Sewa Direksi Keet


Setelah survey dan identifikasi lapangan kemudian dilanjutkan negoisasi dengan
warga setempat untuk menyewa bangunan bangunan selama pekerjaan proyek
berlangsung. Bangunan-bangunan itu antara lain dipergunakan untuk kantor proyek
(direksi keet), bedeng pekerja,

gudang

material

dan

peralatan,

genset

bila

diperlukan, bengkel fabrikasi, dll. Kantor proyek terdiri dari kantor untuk
kontraktor, konsultan,dan ruang rapat. Kantor berfungsi sebagai Site Office untuk
mengurusi hal-hal yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
Pembuatan bedeng pekerja ditujukan untuk tempat penampungan dan peristrahatan
pekerja yang dilengkapi dengan sarana toilet dan tempat ibadah. Bangunan gudang
terdiri dari gudang peralatan dan penyimpanan material yang tidak bisa disimpan di
udara terbuka. Bangunan genset ditujukan untuk tempat generator yang berfungsi
sebagai sumber listrik selama pelaksanaan proyek. Sedangkan untuk menampung
berbagai kegiatan perbengkelan dan fabrikasi dibuat bengkel yang letaknya tidak jauh
dengan gudang dan tempat penyimpanan material.
Penempatan/perletakan Posisi bangunan direksi keet, gudang, barak pekerja dan
penempatan genset harus disetting agar tidak mengganggu jalannya pelaksanaan
pekerjaan nantinya. Penempatan/perletakan posisi semua tersebut diatas harus selalu
dikoordinasikan dengan pihak pengawas maupun owner. Sebagai gambaran
penempatan direksi keet, gudang, barak pekerja serta stocking material yang
digunakan dapat kami gambarkan pada bagian belakang metode pelaksanaan.
Setelah Direksi Keet, Gudang dan barak pekerja terbangun mulailah didatangkan
peralatan- peralatan yang nantinya diperlukan. Pekerjaan mendatangkan peralatan
ini biasa disebut dengan mobilisasi peralatan. Mobilisasi peralatan terkadang juga
dilakukan sebelum Direksi Keet dan Gudang terbangun. Peralatan yang dimobilisasi

disini hanyalah peralatan berat, seperti Exavator untuk pembersihanan lokasi dan
Peralatan

Pancang

berikut

Pondasi Pancangnya. Peralatan-peralatan yang

didatangkan ke proyek yang akan dipakai Kontraktor pada proyek ini diajukan pada
Konsultan MK / Pengawas termasuk surat uji peralatan dan perizinan serta kelaikan
peralatan tersebut sesuai dengan fungsinya. Semua alat ukur yang berkaitan dengan
testing pada sistim harus disertai surat uji kelaikan (TERA) dari informasi berwenang
(termasuk kunci torque untuk baja). Untuk alat berat operator yang didatangkan
haruslah yang memiliki sertifikat atau SIO (Surat Ijin Operasi). SIO dan Uji TERA
guna memastikan bahwa peralatan yang digunakan layak, telah tersertifikasi dan
terkalibrasi.

---------------------Metode pelaksanaan dibuat sebagai pedoman tata cara dan urutan setiap jenis
pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan kontrak pekerjaan yang telah dibuat.
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
Setelah SPMK dan Kontrak diterima penyedia barang/jasa, kemudian melakukan
beberapa kegiatan terdiri dari :
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi dibuat melalui rapat dengan Direksi Pekerjaan untuk
membahas pihak-pihak yang perlu dihubungi berkaitan dengan pekerjaan
yang

akan

dilakukan.

Sebelum

pekerjaan

dilakukan

penyedia

jasa

memberikan surat pemberitahuan mulai kerja kepada aparatur Pemerintah


Kecamatan dan Lurah dan ditembuskan kepada Direksi Pekerjaan.
b. Persiapan Sosialisasi Kegiatan
Mengingat pekerjaan yang dilakukan melintasi pemukiman penduduk, maka
persiapan

sosial

kemasyarakat

mutlak

dilakukan

dengan

melakukan

sosialisasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan. Pihak yang dilibatkan


dalam sosialisai terdiri dari : Direksi Pekerjaan, Pihak Kecamatan dan Lurah,
Konsultan Pengawas, serta Penyedia barang/jasa.
c. Persiapan Teknis
Setelah terjadi kesepahaman antara pihak yang

terlibat dalam sosialisasi

pekerjaan maka dilakukan persiapan teknis dilapangan melalui beberapa


kegiatan sebagai berikut :
Pembersihan lokasi pekerjaan
Pembersihan lokasi pekerjaan untuk mempermudah dan memperjelas

pengukuran dan pematokan trase jalan.


Pengukuran dan pematokan
Pengukuran dan pematokan dilakukan sebagai acuan trase jalan.
Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek

Papan nama proyek merupakan informasi dan wujud transparansi


kegiatan kepada masyarakat. Papan nama proyek dipasang pada

lokasi kegiatan dan mudah dilihat oleh umum.


Membuat tanda keselamatan kerja
Tanda keselamatan kerja dibuat sebagai peringatan kepada pihakpihak yang terlibat dalam kegiatan proyek serta menjaga keselamatan
kerja selama kegiatan proyek berlangsung.

2. Pemeriksaan Quarry Material


Quarry material untuk yang biasanya terdiri dari batu, pasir dan tanah perlu
diambil sampelnya dan diteliti di laboratorium agar sesuai dengan kendali
mutu yang disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan.
II. MOBILISASI
Mobilisasi personil inti dan peralatan
Setelah persiapan yang bersifat administratif, sosial kemasyarakatan dan teknis
dilakukan, maka dilakukan mobilisasi personil ini dan alat utama pendukung
kegiatan proyek.

------

Pengaturan Pekerjaan di Lapangan


Alinyemen jalan yang ada beserta patok kilometer yang dipasang secara benar akan diambil

sebagai acuan untuk pengaturan lapangan pekerjaan-pekerjaan proyek.


Mengadakan survey secara cermat dan memasang patok beton (Bench Marks) pada lokasi yang

tetap sepanjang proyek untuk memungkinkan desain, survei perkerasan.


Memasang tonggak-tonggak konstruksi untuk membuat garis dan kelandaian bagi pembetulan

ujung perkerasan, lebar bahu jalan, ketinggian perkerasan, drainase samping dan gorong-gorong, sesuai dengan
gambar-gambar proyek dan menurut perintah Direksi Teknik.

Penyimpanan Bahan
Bahan-bahan harus disimpan dalam cara sedemikian rupa sehingga bahan -bahan tersebut tidak rusak dan
kualitasnya dilindungi, dan sedemikian sehingga bahan tersebut selalu siap digunakan.

Penumpukan Agregat
Agregat batu ditumpuk sehingga tidak ada segregasi serta unt uk menjamin gradasi yang

memadai. Tinggi tumpukan maksimum adalah lima meter.


Masing-masing jenis berbagai agregat harus ditumpuk secara terpisah, atau dipisahkan dengan

o
partisi kayu.
o

Penempatan tumpukan material dan peralatan, harus di tempat-tempat yang memadai dan tidak
boleh menimbulkan kemacetan lalu-lintas dan membendung lintasan air.

Penyimpanan Bahan-bahan Aspal :Tempat penimbunan drum-drum aspal pada ketinggian yang layak dan
dibersihkan dari tumbuh-tumbuhan rendah dan sampah -sampah. Cara penumpukan untuk berbagai bahan-bahan
aspal adalah sebagai berikut :

Drum-drum yang berisi oli pembersih harus ditumpuk di atas ujung dengan lubang pengisian arah
ke atas dan dimiringkan (dengan menempatkan sebuah sisinya di atas sepotong kayu) untuk mencegah
terkumpulnya air di atas tutup drum.

Drum-drum yang berisi minyak tanah, bensin, dan aspal cut back ditumpuk di atas sisinya dengan
lubang pengisian di sebelah atas.

Drum-drum emulsi aspal dapat ditumpuk di atas ujung atau di atas sisinya tetapi bila disimpan
untuk suatu jangka waktu yang panjang, drum-drum tersebut digulingkan secara teratur.

Penanganan dan Penyimpanan Semen : Perlu diberikan perhatian sewaktu pengangkutan semen ke
tempat pekerjaan supaya semen tidak menjadi basah atau kantong semen menjadi rusak. Di lapangan semen
tersebut harus disimpan dalam gudang yang kedap air, dengan penumpukan yang rapi dan secara sistematis
menurut jatuh temponya, sehingga penggunaan (konsumsi) semen dapat diatur serta semen tidak berada terlalu
lama dalam penyimpanan.

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"


UMUM
MOBILISASI :
Survey Lokasi / Lapangan
Untuk mengetahui Lokasi yang akan dikerjakan.
Pembersihan lahan
Sebelum jalan dibangun maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembersihan lahan, baik
pembersihan dari pohon-pohonan maupun akar-akar pohon,dan pemerataan tanah dengan
menggunakan alat-alat seperti excavator.
Foto / Dokumentasi Awal
Untuk Dokumentasi Awal (0%) Proyek.
Base Camp
Setelah survey atau survey dikerjakan, dilaksanakan pembangunan Base Camp Kontraktor yang terdiri
dari :
1. Kantor Kontraktor
2. Bengkel
3. Ruang Laboratorium
4. Gudang Logistik Peralatan
5. Gudang Logistik Sipil
6. Tempat Tinggal / Barak + MCK
Peralatan & Personel
1. Pengiriman Unit-unit peralatan Perkerasan Aspal Hotmix lengkap dengan Unit
Pemecah Batu.
2. Pengiriman Unit-unit Peralatan Pekerjaan Badan Jalan & Tanah.
3. Pengiriman Peralatan yang digunakan di Kantor Kontraktor untuk pelaksanaan
Pekerjaan Administrasi Lapangan, serta peralatan Laboratorium yang diperlukan.
Mobilisasi Personel dilaksanakan sesuai dengan yang diminta dalam Dokumen
Pelelangan, dan yang telah diajukan dalam Dokumen Penawaran, serta Personel Pendukung lainnya.
Pekerjaan Awal
1. Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Proyek
2. Pembuatan Rambu Lalulintas Sederhana yang dibuat dari papan dan dipasang disekitar
Lokasi Pekerjaan / Base Camp
3. Pembuatan As Built Drawing
4. Pembangunan dan Pemasangan Stone Crusher
5. Pembangunan dan Pemasangan Asphal Mixing Plant

---------------------------I. PENDAHULUAN

Koordinasi Pelaksanaan dan Metode yang tepat dalam pelaksanaan proyek ini sangat
diperlukan supaya proyek ini dapat berjalan tepat waktu dan memenuhi kualitas yang
diharapkan. Waktu pelaksanaan proyek ini direncanakan selama 150 (Seratus Lima
Puluh) hari kalender dengan Masa Pemeliharaan 180 (Seratus delapan puluh) hari
kalender.
Item pekerjaan pada proyek ini meliputi antara lain :

DIVISI 1

- UMUM
1.
Mobilisasi

DIVISI 2

- DRAINASE
1.
Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
2.
Pasangan Batu dengan Mortar
3.
Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, diameter 50 - 65
cm
- PEKERJAAN TANAH
1.
Galian Biasa
2.
Galian Batu
3.
Timbunan Biasa
4.
Timbunan Pilihan
5.
Penyiapan Badan Jalan

DIVISI 3

DIVISI 7

- STRUKTUR
1. Pasangan Batu
2. Bronjong

DIVISI 9

- PEKERJAAN HARIAN
1. Mandor
2. Pekerja Biasa
3. Tukang Kayu, Tukang Batu, dsb
4. Dump Truck, kapasitas 3-4 m
5. Motor Grader min 100 PK
6. Alat Penggali (Excavator) 80 - 140 PK

II. PERENCANAAN LAPANGAN (SITE PLANNING)


Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan
peralatan, stok material dan sarana penunjang lainnya yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan proyek, misalnya : direksi keet, gudang stok material dan lainlain.
Dalam menempatkan barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik digudang
maupun di halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :

Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan lingkungan


Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh konsultan pengawas
Tidak menyumbat saluran air
Keamanan terjamin
Memudahkan pelaksanaan
Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja
Terjaminnya kebersihan

Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik genset. Lalu lintas keluar
masuk kendaraan proyek atau jalan kerja akan diproteksi / dibatasi dengan menggunakan
pagar seng sehingga tertutup kemungkinan terhadap keamanan, ketertiban maupun
gangguan disekitar area proyek. Disamping tersebut diatas, proyek juga dilengkapi dengan
fasilistas :

Pekerja rutin/tetap untuk menjaga kebersihan dan lalu lintas kendaraan proyek
Urinoir pekerja
Barang barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung
pada pekerjaan sesegera mungkin akan dikeluarkan dari site.

III. MANAJEMEN PROYEK


Pengelolaan Pelaksanaan pekerjaan di proyek ini ditangani oleh tenaga-tenaga terampil
CV. ASRA JAYA KONSTRUKSI yang sudah berpengalaman dalam penanganan proyekproyek besar, sehingga keberhasilan pelaksanaan pekerjaan akan benar-benar terjamin,
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak. Disamping itu, tenaga-tenaga kerja
yang akan diikutsertakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini merupakan tenaga-tenaga yang
telah dibina kemampuan dan produktifitasnya dalam pelaksanaan proyek-proyek besar
serupa, yang sebelum ini ditangani oleh CV. ASRA JAYA KONSTRUKSI

1.

Struktur Organisasi
Pelaksanaan proyek dikelola oleh suatu tim manajemen yang dipimpin oleh Kepala
Proyek, dibantu oleh beberapa tenaga staff dan Tenaga Pelaksana Lapangan yang sesuai
dengan bidang pekerjaannya beserta pembantu-pembantunya.

2.

Koordinasi
Kepala Proyek memimpin semua kegiatan proyek, baik di bidang administrasi, teknik
dan lain-lain.

untuk masalah teknik engineering dan quality control, Kepala Proyek dibantu oleh
bagian teknik beserta stafnya.
Urusan Keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh bagian
personalia dan keuangan beserta stafnya.
Urusan Logistik dan peralatan, dibantu oleh bagian logistik dan peralatan.
Secara organisasi perusahaan, Kepala Proyek bertanggung jawab langsung kepada
Direktur yang bertindak sebagai pengelola operasional perusahaan dan bertanggung jawab
langsung kepada Komisaris CV. ASRA JAYA KONSTRUKSI
Dengan sistim organisasi seperti tersebut, maka pelaksanaan proyek akan berjalan
dengan lancar, dan penyelesaian pekerjaan akan dapat tercapai dalam waktu yang
ditentukan dengan mutu yang diharapkan. Hal tersebut benar-benar menjadi perhatian dan
komitmen CV. ASRA JAYA KONSTRUKSI sebagai Pelaksana.

IV. METODE PENCAPAIAN SASARAN


Untuk menjamin sistim manajemen dapat berlangsung dengan baik, perusahaan kami
telah mengeluarkan kebijakan mutu, sesuai prosedur ISO 9001-2000. Sistim Manajemen
tersebut diatas, dalam pelaksanaannya ditunjang dengan sarana-sarana lain, berupa
perangkat lunak (software) sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras (hardware)
yang berupa peralatan-peralatan sebagai saran penunjang pelaksanaan pekerjaan.

1. Sistem Pengendalian Proyek


Sarana pengendalian merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk menjamin
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan pengendalian dipersiapkan dan dituangkan dalam

bentuk daftar-daftar isian (formulir-formulir) pengendalian, yang mengacu pada jadwal


pelaksanaan pekerjaan yang berupa barchart.
Program utama yang telah dituangkan didalam barchart tersebut, dilapangan dijabarkan
lagi secara lebih terinci.Dibuat program mingguan, yang realisasinya dipantau dengan
daftar-daftar isian ( formulir-formulir ) laporan kegiatan pekerjaan.
Untuk memandu pelaksanaan pekerjaan dilapangan, dibuat metoda kerja yang
rinciannya dilengkapi dengan gambar-gambar pelaksanaan ( shop drawing ) yang mudah
dibaca dan dimengerti oleh setiap petugas yang terlibat didalam pelaksanaan pekerjaan.
Dengan sarana-sarana tersebut, maka sasaran kerja akan dicapai seperti yang diharapkan.

2. Pemilihan Alat
Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitasnya serta
sesuai dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan pekerjaan
yakni tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

3. Bahan
Kebutuhan bahan bangunan proyek ini adalah batu kali, semen, pasir, kawat bronjong
besi.
.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas :

Tenaga Pimpinan dan staf manajemen proyek.


Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, pengawas, mekanik dan
operator
Pekerja (labour).
Tenaga inti yang digunakan, merupakan tenaga pilihan yang sering menangani
proyek-proyek besar dan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.

5. Pengamanan (security)
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, CV. ASRA JAYA KONSTRUKSI
akan menyediakan tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang
bertugas dalam hal
Pengawasan terhadap para pekerja
Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah pencurian
Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran diproyek, dengan melarang
para pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan menyediakan tabung
pemadam kebakaran yang mudah dicapai, baik ditempat pekerjaan maupun
dikantor lapangan.
Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja,
seperti topi pengaman, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan dan
sebagainya.
Melakukan pengawasan dan menyiapkan pagar-pagar pengaman ditempattempat yang berbahaya maupun yang sifatnya mengganggu terhadap
protokoler.
Mengawasi pemakaian peralatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan / ancaman dari
pihak luar, serta mencegah kemungkinan terjadinya perkelahian didalam
lingkungan proyek.
Untuk menjaga keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan
proyek, akan dibentuk unit K-3 yang akan membuat program seperti tersebut diatas dan
akan diawasi oleh tenaga inspektor K3 disamping tenaga satpam. Dalam menanggulangi
hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K3 akan bekerja sama dengan Puskesmas,
Klinik, Rumah Sakit, maupun instansi-instansi lain yang terkait.

Sebagai sarana komunikasi proyek, digunakan handy talky (HT) atau walky talky, baik
oleh para petugas keamanan, para pelaksana (supervisor) dan petugas-petugas lain yang
memerlukan.

6. Pengendalian Mutu (Quality Control)


Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang
diisyaratkan, perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) dengan cara melakukan
pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri.
Alat-alat ukur secara berkala dikalibrasi agar selalu dapat berfungsi dengan
akurat.Peralatan yang lain setiap selesai digunakan dibersihkan dan bagian-bagian yang
perlu secara berkala dilumasi. Setiap bagian diperiksa barangkali ada suku cadang yang
perlu atau sudah waktunya diganti agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik
selama digunakan dan tidak mengalami kerusakan secara tiba-tiba ditengah-tengah
pelaksanaan pekerjaan.Meskipun hal-hal tersebut diatas sudah ada penanggung jawabnya
langsung, kiranya perlu ditunjuk petugas khusus quality control yang dikoordinasi oleh
bagian teknik.

--------------------------

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Kawasan Kumuh Lokasi Kabupaten Aceh


Tengah meliputi pekerjaan dari mulai tahap persiapan dan konstruksi sebagai
berikut:

1. Divisi Umum
a. Mobilisasi
2. Divisi Drainase
a. Galian untuk Selokan Drainase dan Pasangan Batu
b. Pasangan Batu dengan Mortar
c. Plesteran 1:2
3. Divisi Pekerjaan Tanah
a. Urugan Pasir untuk Selokan Drainase dan Pasangan Batu
b. Urugan Kembali untuk Selokan Drainase dan Pasangan Batu
c. Penyiapan Badan Jalan
4. Divisi Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas B
5. Divisi Perkerasan Berbutir
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas B
6. Divisi Perkerasan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat
b. Laston-Lapis Pengikat Aspal Beton (AC-BC)
7. Divisi Struktur
a. Beton K-250

METODA PELAKSANAAN

Pekerjaan Pekerjaan pada Paket ini meliputi :

I.

Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan mobilisasi, pengukuran, fasilitas
kontraktor dan laboratorium.

1. Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan mendatangkan peralatan yang
dibutuhkan hingga lokasi pekerjaan dan mengembalikannya setelah
seluruh pekerjaan selesai. Selain itu juga mendatangkan personil sesuai
dengan kebutuhan dan persetujuan Direksi Pekerjaan agar pekerjaan
dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
disepakati. Mobilisasi peralatan terkadang juga dilakukan sebelum Direksi
Keet dan Gudang terbangun. Peralatan yang dimobilisasi disini hanyalah
peralatan berat yang disyaratkan pada dokumen pengadaan. Peralatanperalatan lain yang didatangkan ke proyek yang akan dipakai Kontraktor
pada proyek ini diajukan pada Konsultan MK / Pengawas termasuk surat uji

peralatan dan perizinan serta kelaikan peralatan tersebut sesuai dengan


fungsinya. Semua alat ukur yang berkaitan dengan testing pada sistim
harus disertai surat uji kelaikan dari informasi berwenang. Untuk alat
berat operator yang didatangkan haruslah yang memiliki sertifikat atau
SIO (Surat Ijin Operasi). SIO dan Uji kelayakan berguna untuk memastikan
bahwa peralatan yang digunakan layak, telah tersertifikasi dan
terkalibrasi. SIO guna memastikan bahwa orang tersebut memang
memiliki keahlian di bidang operator alat tersebut.

2. Fasilitas Kontraktor
Merupakan pembuatan bangunan bangunan yang bersifat sementara
selama pekerjaan proyek berlangsung. Bangunan-bangunan itu antara lain
kantor proyek (direksi keet), base camp pekerja, gudang material dan
peralatan, genset, bengkel, fabrikasi, dll.

Kantor proyek terdiri dari kantor untuk kontraktor, konsultan,dan ruang


rapat. Kantor berfungsi sebagai Site Office untuk mengurusi hal-hal yang
langsung berhubungan dengan pelaksanaan proyek. Pembuatan bedeng
pekerja ditujukan untuk tempat penampungan dan peristrahatan pekerja
yang dilengkapi dengan sarana toilet dan tempat ibadah. Bangunan
gudang terdiri dari gudang peralatan dan penyimpanan material yang tidak
bisa disimpan di udara terbuka. Bangunan genset ditujukan untuk tempat
generator yang berfungsi sebagai sumber listrik selama pelaksanaan
proyek. Sedangkan untuk menampung berbagai kegiatan perbengkelan
dan fabrikasi dibuat bengkel yang letaknya tidak jauh dengan gudang dan
tempat penyimpanan material.

Penempatan/perletakan Posisi bangunan direksi keet, gudang, barak


pekerja dan penempatan genset harus disetting agar tidak mengganggu
jalannya pelaksanaan pekerjaan nantinya. Penempatan/perletakan posisi
semua tersebut diatas harus selalu dikoordinasikan dengan pihak
pengawas maupun owner.

3. Fasilitas Laboratorium
Fasilitas laboratorium disini merupakan penyediaan pelayanan pengujian
dan/atau fasilitas laboratorium sebagaimana disyaratkan untuk memenuhi
seluruh ketentuan pengendalian mutu pekerjaan yaitu uji CBR test dan
Sandcone Test.

4. Pembuatan Jalan Darurat

Pembuatan jalan darurat akan dilaksanakan dengan tujuan kontraktor


tetap menyediakan jalan darurat sebagai sarana untuk penduduk melewati
akses jalan yang sedang diperbaki agar mobilitas kegiatan penduduk tetap
dapat berjalan seperti biasanya.

5. Administrasi dan dokumentasi


a. Dokumentasi
Dokumentasi terdiri dari foto-foto selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung dan sampai selesainya proyek tersebut. Foto-foto yang
memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan,
peralatan atau hal-hal yang menarik perhatian sehubungan dengan
pekerjaan atau lingkungannya harus dibuat sedikitnya tiga kali, yakni :

a. Sebelum memulai Pelaksanaan pekerjaan.


b. Selama berlangsungnya pekerjaan.
c. Setelah selesai pekerjaan atau setelah selesai periode Pemeliharaan.

Foto-foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga pengulangan serta pada
posisi yang sama untuk masing-masing kejadian.

b. Administrasi
Administrasi proyek disini pembuatan laporan-laporan harian, mingguan,
bulanan, dan kemajuan pekerjaan dilapangan.

6. Papan Nama Proyek


Papan Nama Proyek dibuat dengan maksud dan tujuan agar masyarakat
umum mengetahui informasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang sedang
dilaksanakan. Papan Nama proyek berisi Kegiatan Pekerjaan, Pekerjaan,
Lokasi, Sumber Dana, dan lain-lainnya disesuaikan dengan tulisan serta
ukuran sebagaimana yang tercantum dalam RKS serta gambar rencana.
Tempat pemasangan papan nama proyek dikoordinasikan dengan
pengawas, serta owner. Penempatan pemasangan biasa dipilih tempat
yang mudah dilihat oleh khalayak ramai. Pada pekerjaan ini juga akan
dilakukan dokumentasi dan pelaporan terhadap setiap tahapan pekerjaan
sebagai control/pengendalian terhadap progress pekerjaan

7. Shop Drawing & As Build Drawing


Gambar Shop Drawing merupakan gambar perencanaan yang dijadikan
acuan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dibuat setelah dilakukannya
peninjauan lapangan/rekayasa lapangan yang disetujui oleh direksi
pekerjaan. Sedangkan As Built Drawing merupakan pembuatan gambar

teknik setelah konstruksi telah dibangun/dibuat di lapangan yang berfungsi


sebagai acuan untuk pemeliharaan atau control.

8. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk dapat digambarkan potongan memanjang dan
potongan melintang jalan yang akan dibangun, pemasangan patok patok
acuan, menentukan lokasi pekerjaan baik pekerjaan utama berupa
perkerasan jalan maupun pekerjaan struktur.
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh team pengukuran yang telah ditentukan
dan berpengalaman serta siap sedia selama masa pelaksanaan.

--------------------------------

Metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan pada INFRASTRUKTUR JALAN PAKET
1 ( DAK ) diuraikan sebagai berikut :
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah
ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan Departemen Pekerjaan Umum.
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi
tekhnik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja &
syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang
dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
Sebelum sesuatu pekerjaan dilaksanakan, perlu disusun dulu langkah langkah atau tahapan
pelaksanaan pekerjaan. Namun juga dipersiapkan metode metode dan beberapa peralatan
kerja yang digunakan. Adapun langkah langkah pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat
dirangkum dalam suatu daftar berikut ini :
Langkah langkah Pelaksanaan Pekerjaan

II.1

Pra Pelaksanaan

Pelaksanaan

Akhir Pelaksanaan

o
o
o

Membaca Gambar
Survey dan Pengukuran
Mobilisasi

o
o
o
o
o
o
o
o
o

Pengujian Persyaratan Bahan


Persiapan Lokasi (pembersihan dan pembongkaran)
Alat Alat yang digunakan
Pekerjaan Tanah (penggalian dan Penimbunan)
Penyiapan Tanah Dasar
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah dan Atas
Pekerjaan Lapis Permukaan dan Penutup
Pekerjaan Bahu Jalan Pekerjaan Drainase
Pengukuran dan Pembayaran

o
o
o

Serah Terima Pekerjaan Sementara


Masa Pemeliharaan
Serah Terima Akhir Pekerjaan

DIVISI 1 UMUM

II.1.i Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, yaitu :

1. Mobilisasi Peralatan.
Mobilisasi peralatan mencakup kegiatan pemindahan peralatan dari dan ke dalam
lokasi proyek yang dilakukan pada awal dan akhir kegiatan konstruksi. Mobilisasi
peralatan ini meliputi kegiatan pengerahan dan pengangkutan peralatan-peralatan
berat yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan baik untuk pembukaan lahan,
pembuatan jalan, dan pembangunan sarana dan prasarana, dan operasional.
2. Mobilisasi Staf / Pekerja.
Personil-personil yang ditugaskan adalah mereka yang sudah berpengalaman dibidang
jalan dan jembatan dan mempunyai dasar keahlian serta sertifikat dibidang jalan dan
jembatan.
3. Penyediaan Kantor dan fasilitas pendukung seperti barak, gudang, bengkel dll.
Fasilitas lapangan untuk kontraktor berupa kantor, gudang dan barak akan ditentukan
kemudian dengan pertimbangan kemudahan dan waktu akses pencapaian kelokasi dan

faktor keamanan, base camp dan laboratorium. Seluruh mobilisasi akan diselesaikan
sesuai dengan batasan yang ditetapkan dalam spesifikasi.
4. Fasilitas pengendalian mutu (laboratorium)
Agar pengendalian mutu di lapangan dapat terpenuhi maka untuk pekerjaan tanah,
pekerjaan berbutir dan pekerjaan perkerasan harus dilakukan pengujian terlebih
dahulu sebelum material digunakan. Untuk pekerjaan hot mix perlu disiapkan Job Mix
Formula (JMF) sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.
5. Peralatan dan perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja.
Selain mobilisasi peralatan untuk pekerjaan utama, juga akan dilakukan mobilisasi peralatan
pendukung lainnya, baik alat berat maupun alat bantu yang sesuai dengan lampiran yang ada
didalam penawaran ini. Bahan mentah (raw material) untuk kebutuhan hotmix dan agregat
menggunakan sumber quarry dari base camp.

-----------------------

1.a Mobilisasi
Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih dahulu
dilakukan mobilisasi alat yang digunakan dalam pekerjaan seperti : Galian
tanah

berbatu

dengan

alat

berat

excavator.

Untuk

demobilisasi

atau

pemulangan alat excavator ke besecam. Selain itu pada pekerjaan persiapan


awal ini yang paling penting adalah mempelajari situasi lapangan dan
melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan dalam bestek, untuk pertama
pemasangan plang proyek selanjutnya memulai pengukuran pada lokasi
pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang, potongan melintang,
yang

dituangkan

dalam

gambar,

termasuk

gambar

konstruksi,

yang

disesuaikan dengan lapangan, dan disertai dengan foto dokumentasi 0%, juga
gambar gambar kerja (shop Drawing ). Pada bagian bagian konstruksi yang
kurang jelas harus diperjelas dengan membuat gambar detailnya, serta
menghitung kebutuhan material / bahan yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan tersebut. Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan tak
kalah pentingnya adalah membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga
penempatan dana dapat dikontrol dengan baik dan terukur.Terakhir apabila
pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan kita lakukan demobilisasi dan
yang lebih penting lagi harus dibuat gambar aktualnya dan foto dokumentasi
100% yang diikuti dengan final quantity. Pembuatan foto dokumentasi selama
pelaksanaan pekerjaan padakeadaan kondisi sebelum pelaksanaan, pada saat
pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan pekerjaan (0%, 50%, dan 100 %)
pengambilan opname foto tersebut dilakukan satu titik, / posisi pengambilan
tetap. Selain itu membuat laporan pelaksanaan pekerjaan harian, mingguan,
dan bulanan yang meliputi : progres kemajuan pekerjaan, jumlah tenaga kerja,

peralatan, dan bahan yang digunakan. Untuk dokumentasi ini dilakukan


selama masa pekerjaaan hingga selesai pekerjaan. Kemudian perlu diadakan
koordinasi dengan pihak proyek beserta masyarakat setempat (pemuka
masyarkat stempat / perangkat nagari), guna dapat membicarakan masalah masalah yang mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimulai, baik menyangkut
teknis maupun non teknis

--------------------------------------PEKERJAAN TANAH
I. PEKERJAAN GALIAN
a. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi
pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan
pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan
lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.
b. Pekerjaan galian dapat berupa :
Galian Biasa
Galian Batu
Galian Struktur
Galian Perkerasan Beraspal
c. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber
bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.
d. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya
tersebut adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian
ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan
berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.

e. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan
dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat
dimasukkan dalam Galian Struktur.
Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul
beban lainnya.
Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui, pembuangan bahan galian
yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat
kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
f. Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal
dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan).
1.1. Prosedur penggalian
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan.
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di
luar batas galian.
Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak
atau kotor atau tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan
yang memenuhi syarat.
Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang
diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur,
maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan
batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya
lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali
dengan bahan yang memenuhi syarat dan dipadatkan.
Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika tidak praktis menggunakan alat bertekanan
udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Peledakan dilarang dan penggalian batu dilakukan
dengan cara lain, jika, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya.
Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang,
bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya.
Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi
potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat
menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik terjadi pada
pemotongan batu yang baru maupun yang lama.
1.2. Galian untuk struktur dan pipa
Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus
cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pemadatan harus dilakukan setelah
penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang
untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan.
Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus

diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama
pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus
diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan
sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar
galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin
sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.
Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan
terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton,
atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di
luar acuan beton tersebut.
Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat
sebelum pondasi akan dicor.
1.3. Galian pada borrow pits
Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai dengan
ketentuan.
Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus mendapat ijin
terlebih dahulu sebelum setiap operasi penggalian dimulai.
Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan mendatang atau
keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.
Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase alam
atau yang direncanakan.
Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa sehingga
mengalirkan seluruh air permukaan ke sistem drainase berikutnya tanpa genangan.
Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari
puncak setiap galian.
1.4. Galian pada perkerasan aspal yang ada
Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Milling dengan pengrusakan sedikit
mungkin terhadap material diatas atau dibawah batas galian yang ditentukan. Bilamana material pada permukaan
dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau
terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok.
Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata.
Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold Milling, material yang terdapat
pada permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi
syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material
yang cocok.
1.5. Pengamanan pekerjaan galian
Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan
pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.

Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur
atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang
memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor
harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil
atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 m harus dibuat
bertangga dengan teras selebar 1 m.
Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi
lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali
bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali
dengan bahan yang disetujui dan telah dipadatkan.
Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian
harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat
membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana kepala mereka, yang
meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan
seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan. Sepanjang waktu
penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat
kerja galian.
Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di
bawah pengendalian yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor
harus bertanggung-jawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak
dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan
bertanggung-jawab.
Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah
pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi
bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta
lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.
1.6. Kondisi tempat kerja
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan
pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase
sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa
dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air atau tanah rembesan
(seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok
air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang
memadai.
1.7. Utilitas bawah tanah
Kontraktor bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah
dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan
galian.
Kontraktor bertanggung-jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi

seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki
setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.
1.8. Penggunaan dan pembuangan bahan galian
Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif
untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan
tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang
mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus tidak digunakan sebagai
timbunan dalam pekerjaan permanen.
Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak disetujui untuk
digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar Daerah Milik Jalan (DMJ).
Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan
galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga termasuk pengangkutan
hasil galian ke tempat pembuangan akhir.
1.9. Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara
Semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar
setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak
mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya
setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam
suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
1.10. Toleransi dimensi
Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari
2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh
berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan.
Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup
rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa
terjadi genangan.
II. TIMBUNAN
Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah
dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan
baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana
kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh
air.
2.1. Kondisi tempat kerja
Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan
penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup
untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir
mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
sistim drainase permanen.
Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama
operasi penghamparan dan pemadatan.
2.2. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil
Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi
permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan
kembali.
Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur
seluruhnya dengan menggunakan motor grader atau peralatan lain yang disetujui.
Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan motor grader atau alat lainnya secara
berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana
pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, bahan
tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir
atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan
permukaan masih memenuhi ketentuan.
2.3. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup
kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan.
2.4. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh
dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.
2.5. Bahan untuk timbunan biasa
Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6
menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila
penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada

bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser
yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah
bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan.
Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 031742-1989.
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang
diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan
timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar
lempung (SNI 03-3422-1994).
2.6. Bahan untuk timbunan pilihan
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi
ketentuan, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %
setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-17421989.
Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas
maksimum 6 %.
Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya
yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan
pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
2.7. Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan
Index Plastisitas maksimum 6 %.
2.8. Penghamparan dan pemadatan timbunan
1. Penyiapan tempat kerja
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang.
Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk
penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar
pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru
dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan
pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
2. Penghamparan timbunan
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu
lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada
saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat
mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton
gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali
di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 14 hari.
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh
tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada
timbunan lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan
elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai
elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat mungkin,
dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
3. Pemadatan timbunan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat
yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah
kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus
dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan.
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum
lapisan berikutnya dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa
sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus
dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan
atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan
secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam
lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam,
dengan peralatan yang disetujui.

2.9. Pengendalian mutu


1. Pengendalian mutu bahan
Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili
sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.
Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan
suatu pengujian Nilai Aktif.
2. Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah
a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari
10 % bahan yang tertahan pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap
bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 %
dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-28281992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-seling setiap jarak tidak
lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling
sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.
d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3
bahan timbunan yang dihampar.
3. Kriteria pemadatan untuk timbunan batu
Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau
pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak
ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan
seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu
tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak
diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.
4. Percobaan pemadatan
Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang
disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut
ini harus diikuti : Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan
kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan
dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.
2.10. Toleransi dimensi

Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang
ditentukan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup
untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.
Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal
padat kurang dari 10 cm.

III. PENYIAPAN BADAN JALAN


Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan
kerikil lama atau lapis perkerasan lama yang rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi
Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu-lintas
(termasuk jalur tempat pemberhentian dan persimpangan).
Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader untuk perbaikan bentuk
dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.
Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang diikuti dengan
pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai
bahan perkerasan ditempatkan diatasnya.
3.1. Pengajuan kesiapan kerja
Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan lain di atas tanah dasar atau
permukaan jalan, berikut ini :
Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.
Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang
disyaratkan dalam butir nomer 3.3.5. dipenuhi.
3.2. Kondisi tempat kerja
Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah dasar atau permukaan jalan,
termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum
dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi
berfungsi sehingga menjamin ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah dasar atau
permukaan jalan oleh aliran air permukaan.
Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh penghamparan lapis pondasi
bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar
yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih
dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah dasar dan
penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup dekat.
3.3. Bahan

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi Agregat, atau tanah asli di daerah
galian yang memenuhi syarat.
3.4. Pelaksanaan penyiapan badan jalan
Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.
3.5. Toleransi dimensi
Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm dari yang disyaratkan atau
disetujui.
Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup, untuk menjamin
berlakunya aliran bebas dari air permukaan.
IV. CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA
1. Metode pembuangan dan penggantian
Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).
Sebelum timbunan, lumpur dibuang sampai material dasar yang stabil.
2. Metode pemindahan
Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).
Mengganti lumpur dengan material yang baik.
Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan bahan peledak, pemancaran air.
Untuk timbunan dangkal, material baik ditempatkan disepanjang lereng timbunan sebelumnya sehingga material
tersebut meluncur, mengalir dibawah lumpur yang kurang rapat, dan menggantinya kearah samping.
Selain itu, suatu parit selebar timbunan jalan diledakkan dan segera ditimbun kembali dengan material yang baik.
3. Metode underfill
Cocok untuk lumpur yang cukup dalam.
Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan.
Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur tersebut keluar dari bawah timbunan yang
akan turun menggantikan tempatnya.
4. Metode relatif
Merupakan perbaikan dari metode underfill.
Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di sepanjang sisi timbunan untuk memudahkan
pemindahan lumpur dibagian dasarnya.
5. Metode bahan tambahan
Material timbunan ditempatkan sampai mendekati permukaan akhir.
Bahan tambahan kemudian ditempatkan, tambahan berat ini mempercepat keluarnya air dari lumpur dan

mempercepat konsolidasi.
Metode ini dapat digunakan sampai kedalaman 5 m.
6. Metode vertical sand drains
Metode ini dapat mempercepat konsolidasi lapisan lumpur yang dalam.
Saluran pasir merupakan kolom vertikal yang menembus lumpur. Melintang diatasnya dipasang lapisan pasir
horisontal sampai lereng tepi timbunan.
7. Metode pemancangan Mandrel
Tabung baja kosong dengan dasar bersendi dipancangkan.
Setelah tabung yang terpancang diisi pasir, tabung tersebut kemudian dicabut perlahan-lahan, dan pasir mengalir
keluar melalui dasar tabung dan mengisi lubang.
Dengan cara ini, dapat mencapai kedalaman 30 m.
8. Metode pemancaran Mandrel
Pemancaran air pada tabung Mandrel dapat melubangi permukaan tanah.
Pasir dimasukkan pada saat tabung Mandrel dicabut.
9. Metode bor
Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai kedalaman yang diinginkan.
Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian tengah batang bor.
10. Metode fabrics reinforcement
Melapisi tanah rawa dengan fabrics reinforcement.
Lapisan tersebut dapat menambah kekuatan-tarik pada bagian bawah timbunan.

LAPIS PONDASI JALAN DENGAN AGREGAT


KELAS LAPIS PONDASI AGREGAT
Lapis pondasi agregat kelas A
Adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal.
Lapis pondasi agregat kelas B
Adalah untuk lapis pondasi bawah. Lapis pondasi agregat kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup
aspal.
PERSIAPAN
Kontraktor harus menyiapkan berikut di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam
penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai lapis pondasi agregat :
Dua contoh masing-masing 50 kg bahan.
Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk lapis pondasi agregat, dan hasil pengujian

laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Butir No. 2.5.4.(2) terpenuhi.
Kontraktor harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis segera setelah selesainya setiap segment
pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat :
Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan dalam Butir Nomer 2.6.4
Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survey pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang
disyaratkan dalam Butir Nomer 2.7. dipenuhi.

CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK BEKERJA


Lapis pondasi agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak
boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan dalam Butir
Nomer 2.6.3.

PERBAIKAN TERHADAP LAPIS PONDASI AGREGAT


Perbaikan terhadap lapis pondasi agregat yang tidak memenuhi ketentuan, dilakukan sebagai berikut ini :
Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi ketentuan toleransi yang disyaratkan
dalam Butir Nomer 2.7, atau yang permukaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis permukaan tersebut dan membuang atau menambahkan
bahan sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
Lapis pondasi agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang kadar air seperti yang disyaratkan
dalam Butir Nomer 2.6.3, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan
air dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
Lapis pondasi agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang ditentukan dalam rentang kadar air yang
disyaratkan dalam Butir Nomer 2.6.3, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada
cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana
pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka bahan tersebut dibuang dan
diganti dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
Perbaikan atas lapis pondasi agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan, dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, pembuangan dan
penggantian bahan, atau menambah suatu ketebalan dengan bahan tersebut.

BAHAN
Sumber bahan
Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang telah disetujui.
Fraksi agregat kasar
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang
keras dan awet.

Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak
kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
Fraksi agregat halus
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel
halus lainnya.
Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.
Sifat-sifat bahan yang disyaratkan
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang
tidak dikehendaki.
Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 2.5.4.(1).

Pencampuran bahan untuk lapis pondasi agregat


Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi crushing plant atau
pencampur yang disetujui, dengan menggunakan cara mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh campuran
dengan proporsi yang benar. Tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

Penyiapan penghamparan
Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi
pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu.
Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, maka harus
diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang
lebih baik.

Penghamparan
Lapis pondasi agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar
air dalam rentang yang disyaratkan dalam Butir Nomer 2.6.3.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang
diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan
tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan
segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik.

Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal
padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm.

Pemadatan
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat
yang cocok dan memadai dan disetujui, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
(modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan
kering maksimum (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam
arah memanjang. Pada bagian yang ber "superelevasi", penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan
bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh
bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris
mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.

Pengujian
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis
pengujian yang disyaratkan dalam Butir Nomer 2.5.4. minimum 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang
diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi
lagi, bila terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan
ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1.000
m3 bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5 pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian
gradasi partikel, dan 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D.
Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992.
Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 200 m.

Bahan dan lapisan pondasi agregat


Toleransi tinggi permukaan

Lapis pondasi agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi bawah (hanya permukaan atas dari lapisan pondasi
bawah).

+ 1,5 cm
- 1,5 cm
Permukaan lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B untuk lapis resap pengikat atau pelaburan (perkerasan atau
bahu jalan)
+ 1 cm
- 1 cm
Bahu jalan tanpa penutup aspal dengan lapis pondasi agregat kelas B (hanya pada lapis permukaan).
Memenuhi Butir No. 2.7.e.

Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan yang dapat menampung air dan
semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang disyaratkan.
Pada permukaan lapis pondasi agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan
permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan
maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau
melintang sumbu jalan, maksimum 1 cm.
Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir yang telah dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm
di bawah atau di atas elevasi rancangan, pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi
maupun lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu-lintas yang bersebelahan. Lereng melintang tidak boleh bervariasi
lebih dari 1 % dari lereng melintang rancangan.

TOLERANSI DIMENSI
Elevasi permukaan
Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan toleransi :

Bahan dan Lapisan Fondasi Agregat


Toleransi Tinggi Permukaan

Agregat Kelas C digunakan sebagai lapis fondasi bawah


+ 1,5 cm
- 1,5 cm
Agregat Kelas B atau Kelas A digunakan untuk lapis fondasi jalan yang akan ditutup dengan Lapis Resap Ikat atau
Pelaburan
+ 1 cm
- 1 cm

Ketebalan Lapis Fondasi Agregat

Bahan dan Lapisan Fondasi Agregat


Toleransi Ketebalan
Agregat Kelas C digunakan sebagai lapis fondasi bawah
+ 1 cm
- 1 cm
Agregat Kelas B atau Kelas A digunakan untuk lapis fondasi jalan yang akan ditutup dengan Lapis Resap Ikat atau
Pelaburan
+ 1 cm
0 cm

Tebal total minimum Lapis Fondasi Agregat Kelas A dan Kelas C atau Kelas B dan Kelas C tidak boleh kurang dari
tebal yang disyaratkan.

Kerataan

Bahan dan Lapisan Fondasi Agregat


Toleransi Kerataan
Agregat Kelas C digunakan sebagai lapis fondasi bawah
- 1 cm
Agregat Kelas B atau Kelas A digunakan untuk lapis fondasi jalan yang akan ditutup dengan Lapis Resap Ikat atau
Pelaburan
+ 1 cm

Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 meter yang diletakkan sejajar dan melintang sumbu
jalan, dilakukan setelah semua bahan yang lepas dibersihkan.

Sumber : Materi Kuliah Dosen Tenik Sipil UNSRI

GSF-Aceh. Pekerjaan dilakukan dengan tenaga ahli, Pekerjaan dilaksanakan pada saat awal dimulainya kontrak.
Survey dilakukan terhadap kondisi fisik existing yang akan dikerjakan (sesuai dengan dokumen kontrak)
Metode Pelaksanaan Pengerasan/Pengkerikilan dan Rehabilitasi Jalan Produksi
Oleh CV. Rambung Unoe Tahun 2012
Meulaboh, 29 Juli 2012
GSF-Aceh. Pekerjaan dilakukan dengan tenaga ahli, Pekerjaan dilaksanakan pada saat awal dimulainya kontrak.
Survey dilakukan terhadap kondisi fisik existing yang akan dikerjakan (sesuai dengan dokumen kontrak)
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Nama Pekerjaan : Pengerasan/Pengkerikilan dan Rehabilitasi Jalan Produksi Kec. Meureubo, Kaway XVI
dan Pante Ceureumen Kab. Aceh Barat

Kode Paket

: KP-04

Tahun anggaran : 2012


A.

Ruang Lingkup Pekerjaan:

I.

PEKERJAAN PERSIAPAN

II.
III.

PEMBERSIHAN LAPANGAN
PEMBENTUKAN BADAN JALAN

IV. PERKERASAN JALAN


V. PERKERASAN SIRTU
VI.
B.

PEKERJAAN PENGUKURAN/GAMBAR PELAKSANAAN


METODE PELAKSANAAN

MOBILISASI
Survey Lapangan :
Pekerjaan dilakukan dengan tenaga ahli, Pekerjaan dilaksanakan pada saat awal dimulainya kontrak.

Survey

dilakukan terhadap kondisi fisik existing yang akan dikerjakan (sesuai dengan dokumen kontrak)
Mobilisasi Personil ,
Mobilisasi personil kontraktor yang cakap dan berpengalaman baik staf kantor maupun maupun pelaksana yang
diusulkan.
Mobilisasi / Demobilisasi Peralatan ,

Mobilisasi / pengiriman peralatan dijadwalkan terlebih dahulu yang berisi keterangan lokasi peralatan , usulan

cara pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di lapangan . Selanjutnya alat ditempat lokasi yang aman /
dalam Base camp dan dekat di lokasi proyek agar mudah nantinya .
Adminitrasi dan Dokumentsi dalam pelaksanaan program jadwal pelaksanaan dalam bentuk kurva s.

Metoda pelaksanaan dalam mengerjakan suatu pelaksanaan pekerjaan adalah merupakan suatu keharusan bagi

setiap pelaksana yang dipercayakan untuk mengerjakan suatu proyek, hal ini adalah untuk memudahkan manager
dalam menyikapi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam masa pelaksanaannya.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dan pertimbangan dalam menyusun suatu metoda pelaksanaan ini yang
antara lain meliputi :
1.

Tenaga kerja yang diperlukan, baik tenaga lokal maupun tenaga yang didatangkan/tenaga yang terampil (skill

labour).
2. Alat dan peralatan yang tepat yang digunakan, apakah alat manual ataupun peralatan alat berat/alat besar.
3.

Faktor cuaca yaitu memanfaatkan hari-hari kerja yang efektif dalam pelaksanaan pekerjaan.

Setelah kami mempelajari isi dokumen lelang (gambar dan spesifikasi teknis) serta penjelasan dari panitia pada saat
aanwijzing dikantor proyek, maupun dari peninjauan kami kelapangan kerja, ada beberapa hal yang menjadi
perhatian dan pertimbangan kami dalam menyusun langkah-langkah metoda pelaksanaan dalam pekerjaan ini. Dari
pertimbangan hal-hal diatas, maka kami susunlah suatu metoda pelaksanaan yang tepat untuk menunjang
pelaksanaan pekerjaan dengan tahapan-tahapan dan tepat sasaran, tepat guna, tepat waktu dan tepat mutu.
I.

PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan serta Tenaga Kerja


a.

Sesuai persyaratan dalam kontrak, maka Kontraktor diharuskan menyiapkan pondok kerja serta mengadakan

mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang akan dipakai dalam melaksanakan pekerjaan, maupun tenaga kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan.
b.

Biaya mobilisasi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendatangkan dan mengambil alat maupun

tenaga kerja dari atau kelokasi pekerjaan.


c.

Sebelum pelaksanaan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja, Kontraktor harus minta

persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi.


II.

PEMBERSIHAN LAPANGAN

Pembersihan lapangan dimaksudkan adalah membersihakan daerah milik jalan (damija) sebelum dilakukan pekrjaan
selanjutnya. Langkah-kangkah yang ditempuh adalah :
o

Menentukan lebar damija yang akan dikerjakan dengan mengukur lebarnya. Dasarnya adalah AS jalan.

Buat patok-patok pembantu ditepi damija yang telah diukur, dan dihubungkan dengan tali plastik.

Membersihkan semak belukar dan penghalang-pengahalang lain pada daerah tersebut. Material hasil

pembersihan dikeluarkan dari bagian jalan (ditimbun/ dibakar/ dimanfaatkan)


III.

PEMBENTUKAN BADAN JALAN

Pekerjaan tanah timbunan dapat dilkukan menggunakan profil bentuk trapezium yang terbuat dari bambu atau kayu.
1.

Sebelum ditimbun, permukaan tanah harus dibersihkaan dulu, dikupas permukaan setebal kurang lebih 20 cm,

agar tanah timbunan dapat menempel bersatu (rigid) dengan tanah dasar yang ada.
2.

Tanah dari daerah setempat sedapat mungkin digunakan, bisa tanah kepasiran atau bercampur kerikil. Untuk

tanah yang terlalu lembek dan lekat jangan digunakan.


3.

Penghamparan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 20 cm untuk tiap lapis. Lakukan

pemadatan tiap kali penghamparannya dengan alat steamper atau mesin gilas.
4.

Untuk timbunan di daerah lereng pada pekerjaan pelebaran badan jalan, dibuat kupasan bertangga, untuk

mendapakan kekuatan geser dan tanah tidak mudah melorot.


IV. PERKERASAN JALAN
Kegiatan pengangkutan material pekerasan dianjurkan sesuai anjuran:
1. Tanah dasar jalan (subgrade) disiapkan lebih dulu, artinya yang kurang padat dipadatkan dan dibersihkan.
2.

Penghamparan dilakukan dengan cara berlapis-lapis, masing-msing ketebalannya sekitar 10 cm dan dipadatkan

secara manual. Pondasi dengan ketebalan 25 cm dapat dilakukan 2 lapis.


3.

Bahan unutk bahu jalan (tanah berpasir) dihampar lebih dulu sebelum melaksanakan penghamparan lapis

pondasi bawah, setelah itu kemudian dihamparkan material lapis pondasi bawah.
4.

Material bahan pondasi yang telah dihamparkan dilakukan pemadatan atau penggilasan dalam keadaan kadar air

optimum.
5.

Pelaksanaan gilasan dimulai dari kedua sisi luar perkerasan menuju tengah dan sejajar dengan as jalan. Di

bagian tikungan pemadatan dimulai dari tempat sisi terendah (sisi bagian dalam) menuju sisi kebagian yang lebih
tinggi.
6.

Jika mesin gilas tidak tersedia, maka pemadatan dilakukan dengan alat timbrisan manual, serentak beberapa

orang selebar jalan.


7.

Untuk menjaga kerusakan permukaan, lapis pondasi yang telah selesai perlu dipertimbangkan ditutup dengan

lapis penutup.
V. PERKERASAN SIRTU
Kualitas gravel perlu ditentukan dengan baik sebelum pekerjaan pelapisan permukaan jalan (gravelling) dimulai. Ini
dipakai untuk membuat perencanaan proyek dengan baik, dan untuk bernegosiasi dengan kontraktor lokal untuk
pekerjaan graveling, dan untuk menentukan waktu pekerjaan gravelling dalam periode waktu optimal dalam setahun
(musim kering/kemarau).

Meskipun proses disebut gravelling, material yang bervariasi dapat digunakan seperti laterite, limestone dan gravel
(sirtu). Hampir semua material yang cocok terdiri dari campuran batu, pasir dan tanah liat. Partikel-partikel batu
akan dicampur dan membentuk rangka yang kuat yang dapat menopang beban jalan ke tanah. Pasir dan tanah liat
akan berfungsi sebagai pengikat yang membuat partikel-partikel batu berada pada tempatnya.
Material gravelling yang baik seharusnya mengandung 35-65% batu, 20-40% pasir dan 10-25% tanah liat.
Bagaimanapun juga, dalam musim hujan, jika proporsi tanah liat tinggi dalam campuran, akan membuat permukaan
terlalu lunak dan licin. Daerah yang lebih basah, akan lebih baik jika proporsi batu/pasir tinggi. Pada iklim yang
lebih kering, proporsi tanah liat yang tinggi dapat diterima.
Pemadatan dan penyiraman
Saat lapisan gravel diratakan, kegiatan selanjutnya adalah pemadatan lapisan gravel. Pastikan kita memperoleh air
yang cukup, untuk menjaga kadar air dalam material optimum selama proses pemadatan. Jika gravel diratakan
segera setelah penggalian, akan memiliki kadar air mendekati optimal, sehingga mengurangi kebutuhan air.
Pemadatan mengurangi volume setiap lapisan tanah. Dengan mendorong partikel-partikel tanah semakin padat,
tanah menjadi semakin kuat. Dengan melakukan pemadatan material yang digunakan untuk konstruksi jalan, badan
jalan akan lebih kuat dan tahan terhadap beban jalan dan erosi alam.
Roller penggilas
Ada beberapa jenis roller penggilas, bervariasi dari drum tunggal atau dobel, ditarik atau digerakkan sendiri atau
dengan penarik untuk memegang penggilas. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan pemadatan yang
sesuai adalah:
ketersediaannya di wilayah pekerjaan jalan
bagaimana mengirimkannya ke lokasi
bagaimana kemudahan untuk mengoperasikannya
biaya dan reliabilitasnya
VI.

PEKERJAAN PENGUKURAN/GAMBAR PELAKSANAAN

a.

Direksi akan menunjukkan kepada PIHAK KEDUA letak lokasi patok-patok Bench Mark (BM) dan elevasi

yang akan digunakan sebagai titik dasar.


b.

PIHAK KEDUA harus menarik garis dari patok dan memasang patok-patok garis sumbu disepanjang tanggul

dan saluran yang direncanakan dengan jarak 50 meter satu sama lain atau disesuaikan dengan bestek. Patok-patok
harus dibuat dari kayu keras dengan diameter minimum 60 mm dan dipancang kedalam tanah sedalam 30 cm.
Kepala patok diberi cat merah dan nomor patoknya dicat putih.
c.

Profil-profil harus dibuat sesuai dengan ukuran penampang melintang tanggul rencana dan dipasang dengan

jarak 50 meter antara satu dengan lainnya sesuai patok-patok sumbu yang dipasang.
d.

PIHAK KEDUA harus betanggung jawab untuk melindungi, merawat dan memperbaiki profil-profil tersebut

sampai pekerjaan pembentukan/perapihan badan tanggul selesai.


e.

Kemungkinan adanya ketidak cocokan atau kekhilafan untuk ukuran yang tertera pada gambar, PIHAK KEDUA

wajib meneliti kembali dan memberitahukan kepada Direksi untuk dapat diadakan koreksi.
Maksud dari pasal ini adalah sebelum pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan, terlebih dahulu diadakan Pegukuran
Mutual Check 0 % (MC-0) berikut pembuatan Gambar MC-0, tujuannya adalah sebagai dasar acuan untuk
pelaksanaan fisik agar didapatkan volume/kwantitas secara akurat yang dibutuhkan, sehingga dapat dilakukan
metoda-metoda yang tepat agar pekerjaan nantinya dapat dilakukan secara efektif, ekonomis dan efesien, hal ini

diperlukan karena kondisi tanah rawa yang labil (perubahan elevasi).


Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan 100% dilanjutkan dengan Pengukuran Mutual Check 100% (MC-100) berikut
pembuatan Gambar MC-100, hal ini diperlukan untuk mendapatkan besarnya volume/kwantitas pekerjaan yang telah
dikerjakan. Dalam pelaksanaan nantinya PIHAK PERTAMA akan membentuk Panitia yang akan meneliti terhadap
pelaksanaan MC-0 dan MC-100.
Demikian

Metode

Pelaksanaan

ini

kami

uraikan

untuk

melengkapi

lampiran

penawaran

Pekerjaan

Pengerasan/Pengkerikilan dan Rehabilitasi Jalan Produksi Kec. Meureubo, Kaway XVI dan Pante Ceureumen Kab.
Aceh Barat.
Meulaboh, 24 Juli 2012

GSF-Aceh. Metoda pelaksanaan dalam mengerjakan suatu pelaksanaan pekerjaan adalah merupakan suatu
keharusan bagi setiap pelaksana yang dipercayakan untuk mengerjakan suatu proyek, hal ini adalah untuk
memudahkan manager dalam menyikapi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam masa pelaksanaannya.
Metode Pelaksanaan Pengerasan/Pengkerikilan dan Rehabilitasi
Oleh CV. Rambung Unoe Tahun 2012
Meulaboh, 29 Juli 2012
GSF-Aceh. Metoda pelaksanaan dalam mengerjakan suatu pelaksanaan pekerjaan adalah merupakan suatu
keharusan bagi setiap pelaksana yang dipercayakan untuk mengerjakan suatu proyek, hal ini adalah untuk
memudahkan manager dalam menyikapi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam masa pelaksanaannya.
METODE PELAKSANAAN
Nama Pekerjaan: Pengerasan/Pengkerikilan dan Rehabilitasi Jalan Produksi Kec. Meureubo,
Kaway XVI dan Pante Ceureumen Kab. Aceh Barat
Kode Paket

: KP-04

Tahun anggaran : 2012


Ruang Lingkup Pekerjaan:
1.

Pembentukan Badan Jalan

2.

Perkerasan Sirtu

3.

Pekerjaan lainnya

A.

PEKERJAAN PERSIAPAN

MOBILISASI
Survey Lapangan :
Pekerjaan dilakukan dengan tenaga ahli, Pekerjaan dilaksanakan pada saat awal dimulainya kontrak.

Survey

dilakukan terhadap kondisi fisik existing yg akan dikerjakan (sesuai dengan dokumen kontrak)
Mobilisasi Personil ,
Mobilisasi personil kontraktor yg cakap dan berpengalaman baik staf kantor maupun maupun pelaksana yg
diusulkan.

Mobilisasi / Demobilisasi Peralatan ,


Mobilisasi / pengiriman peralatan dijadwalkan terlebih dahulu yg berisi keterangan lokasi peralatan , usulan cara
pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di lapangan . Selanjutnya alat ditempat lokasi yg aman / dalam Base
camp dan dekat di lokasi proyek agar mudah nantinya .
Adminitrasi dan Dokumentsi dalam pelaksanaan program jadwal pelaksanaan dalam bentuk
kurva s.

Metoda pelaksanaan dalam mengerjakan suatu pelaksanaan pekerjaan adalah merupakan suatu keharusan bagi
setiap pelaksana yang dipercayakan untuk mengerjakan suatu proyek, hal ini adalah untuk memudahkan manager
dalam menyikapi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam masa pelaksanaannya.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dan pertimbangan dalam menyusun suatu metoda pelaksanaan ini
yang antara lain meliputi :
1.

Tenaga kerja yang diperlukan, baik tenaga lokal maupun tenaga yang didatangkan/tenaga yang terampil (skill

labour).
2. Alat dan peralatan yang tepat yang digunakan, apakah alat manual ataupun peralatan alat berat/alat besar.
3.

Faktor cuaca yaitu memanfaatkan hari-hari kerja yang efektif dalam pelaksanaan pekerjaan.

Setelah kami mempelajari isi dokumen lelang (gambar dan spesifikasi teknis) serta penjelasan dari panitia pada saat
aanwijzing dikantor proyek, maupun dari peninjauan kami kelapangan kerja, ada beberapa hal yang menjadi
perhatian dan pertimbangan kami dalam menyusun langkah-langkah metoda pelaksanaan dalam pekerjaan ini. Dari
pertimbangan hal-hal diatas, maka kami susunlah suatu metoda pelaksanaan yang tepat untuk menunjang
pelaksanaan pekerjaan dengan tahapan-tahapan dan tepat sasaran, tepat guna, tepat waktu dan tepat mutu.
I.

PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan serta Tenaga Kerja


a.

Sesuai persyaratan dalam kontrak, maka Kontraktor diharuskan menyiapkan pondok kerja serta mengadakan

mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang akan dipakai dalam melaksanakan pekerjaan, maupun tenaga kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan.
b.

Biaya mobilisasi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendatangkan dan mengambil alat maupun

tenaga kerja dari atau kelokasi pekerjaan.


c.

Sebelum pelaksanaan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja, Kontraktor harus minta

persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi.


Pembersihan Lapangan
Dimaksudkan adalah membersihakan daerah milik jalan (damija) sebelum dilakukan pekrjaan selanjutnya. Langkahkangkah yang ditempuh adalah
o

Menentukan lebar damija yang akan dikerjakan dengan mengukur lebarnya. Dasarnya adalah AS jalan.

Buat patok-patok pembantu ditepi damija yang telah diukur, dan dihubungkan dengan tali plastik.

Membersihkan semak belukar dan penghalang-pengahalang lain pada daerah tersebut. Material hasil

pembersihan dikeluarkan dari bagian jalan (ditimbun/dibakar/dimanfaatkan)


Timbunan
Pekerjaan tanah timbunan dapat dilkukan menggunakan profil bentuk trapezium yang terbuat dari bambu atau kayu.
o

Sebelum ditimbun, permukaan tanah harus dibersihkaan dulu, dikupas permukaan setebal kurang lebih 20 cm,

agar tanah timbunan dapat menempel bersatu (rigid) dengan tanah dasar yang ada.
o

Tanah dari daerah setempat sedapat mungkin digunakan, bisa tanah kepasiran atau bercampur kerikil. Untuk

tanah yang terlalu lembek dan lekat jangan digunakan.


o

Penghamparan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 20 cm untuk tiap lapis. Lakukan

pemadatan tiap kali penghamparannya dengan alat steamper atau mesin gilas.
o

Untuk timbunan di daerah lereng pada pekerjaan pelebaran badan jalan, dibuat kupasan bertangga, untuk

mendapakan kekuatan geser dan tanah tidak mudah melorot.


Perkerasan Jalan
Kegiatan pengangkutan material pekerasan dianjurkan untuk dikerjakan secara padat karya.
Tanah dasar jalan (subgrade) disiapkan lebih dulu, artinya yang kurang padat dipadatkan dan dibersihkan.

Penghamparan dilakukan dengan cara berlapis-lapis, masing-msing ketebalannya sekitar 10 cm dan dipadatkan

secara manual. Pondasi dengan ketebalan 25 cm dapat dilakukan 2 lapis.

Bahan unutk bahu jalan (tanah berpasir) dihampar lebih dulu sebelum melaksanakan penghamparan lapis pondasi

bawah, setelah itu kemudian dihamparkan material lapis pondasi bawah.

Material bahan pondasi yang telah dihamparkan dilakukan pemadatan atau penggilasan dalam keadaan kadar air

optimum.

Pelaksanaan gilasan dimulai dari kedua sisi luar perkerasan menuju tengah dan sejajar dengan as jalan. Di bagian

tikungan pemadatan dimulai dari tempat sisi terendah (sisi bagian dalam) menuju sisi kebagian yang lebih tinggi.

Jika mesin gilas tidak tersedia, maka pemadatan dilakukan dengan alat timbrisan manual, serentak beberapa

orang selebar jalan.

Untuk menjaga kerusakan permukaan, lapis pondasi yang telah selesai perlu dipertimbangkan ditutup dengan

lapis penutup.
Waterpas
Ketinggian masing-masing papan prepil dapat dikontrol menggunakan garis level (waterpas). Garis level adalah
merupakan waterpas pendek dan kecil (sekitar 100 mm panjang) dengan pengait diujung-ujungnya untuk
digantungkan pada benang nilon. Untuk menggunakan alat ini diperlukan dua orang, seorang di ujung benang dan
seorang ditengah untuk memperhatikan posisi waterpas. Pemegang tali dibagian ujung tadi menaikkan atau
menurunkan talinya hingga gelembung udara pada waterpas yang diamati orang kedua menunjukkan posisi
ditengah-tengah, hal ini
Pengukuran dan Setting
menunjukkan bahwa posisi sudah horisontal. Waterpas dapat digunakan untuk:
memindahkan ketinggian pada salah satu papan prepil ke papan prepil yang lainnya, sehingga diperoleh ketinggian
kedua papan prepil tersebut sama
untuk mengukur beda ketinggian apakah akan diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan ketinggian rencana yang
baru
mencari kemiringan diantara kedua papan prepil yang telah ditetapkan, dan untuk menentukan yang mana
ditetapkan lebih tinggi
sirtu
Kualitas gravel perlu ditentukan dengan baik sebelum pekerjaan pelapisan permukaan jalan (gravelling) dimulai. Ini
dipakai untuk membuat perencanaan proyek dengan baik, dan untuk bernegosiasi dengan kontraktor lokal untuk
pekerjaan graveling, dan untuk menentukan waktu pekerjaan gravelling dalam periode waktu optimal dalam setahun
(musim kering/kemarau).
Meskipun proses disebut gravelling, material yang bervariasi dapat digunakan seperti laterite, limestone dan gravel
(sirtu). Hampir semua material yang cocok terdiri dari campuran batu, pasir dan tanah liat. Partikel-partikel batu

akan dicampur dan membentuk rangka yang kuat yang dapat menopang beban jalan ke tanah. Pasir dan tanah liat
akan berfungsi sebagai pengikat yang membuat partikel-partikel batu berada pada tempatnya.
Material gravelling yang baik seharusnya mengandung 35-65% batu, 20-40% pasir dan 10-25% tanah liat.
Bagaimanapun juga, dalam musim hujan, jika proporsi tanah liat tinggi dalam campuran, akan membuat permukaan
terlalu lunak dan licin. Daerah yang lebih basah, akan lebih baik jika proporsi batu/pasir tinggi. Pada iklim yang
lebih kering, proporsi tanah liat yang tinggi dapat diterima.
Perlu pertimbangan yang hati-hati dalam memilih material. Lapisan permukaan yang sesuai terbuat dari material
laterite dan koral, sampai pecahan batu yang sangat keras. Beberapa material seperti koral dan limestone mempunyai
kecenderungan mengeras ketika dibiarkan di udara, air dan kompaksi jalan, sementara jenis batu yang lain mungkin
berkurang dalam pengaruh kombinasi antara cuaca dengan trafik. Informasi tentang karakteristik tanah berguna
untuk membantu dalam memilih lokasi dan rute, dan untuk memfasilitasi perencanaan dan spesifikasi dari suatu
proyek. Kadang-kadang ahli teknik mengirim sampel ke laboratorium tanah.
Prosedur Pelaksanaan
Bagaimanapun juga, di banyak tempat, fasilitas laboratorium yang baik terbatas dan cenderung dimonopoli oleh
proyek-proyek yang besar. Di samping itu, tes laboratorium mahal dan membutuhkan waktu untuk jenis proyek
dengan metode berbasis tenaga kerja.
Ahli teknik dan teknisi kadang-kadang dibatasi untuk membuat tes lapangan yang akan dijelaskan berikut ini. Jika
menggunakan tes laboratorium dengan mengambilsampel mirip dengan proyek lain dan dengan pengetahuan yang
telah diperoleh, dandengan observasi kemiripan material dengan yang dihadapi, tes lapangan dapat cukup
menyediakan informasi untuk membuat keputusan teknik yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemadatan dan penyiraman
Saat lapisan gravel diratakan, kegiatan selanjutnya adalah pemadatan lapisan gravel.
Pastikan kita memperoleh air yang cukup, untuk menjaga kadar air dalam material optimum selama proses
pemadatan. Jika gravel diratakan segera setelah penggalian, akan memiliki kadar air mendekati optimal, sehingga
mengurangi kebutuhan air.
k. Kontrol Pekerjaan
Saat gravel telah diratakan dan dipadatkan, pasang kembali papal profil sepanjang garis tengah dan bahu jalan.
Kemudian, dengan menggunakan tongkat traveller untuk mengontrol permukaan jalan, apakah dalam keadaan halus
dan sesuai dengan kemiringan badan jalan.
Pelaporan
Sistem pelaporan yang baik penting untuk menyimpan informasi masukan/input
(tenaga kerja, alat-alat, material, peralatan dan bahan bakar) dan output (jumlah gravel yang telah dikirim dan
panjang jalan yang telah selesai dikerjakan). Ketika melaporkan output dari pelaksanaan gravelling, sebaiknya
dilaporkan volume bagian jalan dimana permukaan gravel telah sepenuhnya diratakan, diairi dan dikeraskan sesuai
dengan standar. Jika kontraktor swasta terlibat untuk menyediakan gravel, penting bahwa supervisor lokasi
menyimpan data rinci berapa banyak muatan dan ukuran setiap muatan yang dikirim ke lokasi.

Pemadatan

Pemadatan mengurangi volume setiap lapisan tanah. Dengan mendorong partikel-partikel tanah semakin padat,
tanah menjadi semakin kuat. Dengan melakukan pemadatan material yang digunakan untuk konstruksi jalan, badan
jalan akan lebih kuat dan tahan terhadap beban jalan dan erosi alam.
Roller penggilas
Ada beberapa jenis roller penggilas, bervariasi dari drum tunggal atau dobel, ditarik atau digerakkan sendiri atau
dengan penarik untuk memegang penggilas. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan pemadatan yang
sesuai adalah:
ketersediaannya di wilayah pekerjaan jalan
bagaimana mengirimkannya ke lokasi
bagaimana kemudahan untuk mengoperasikannya
biaya dan reliabilitasnya
Pekerjaan Pengukuran/Gambar Pelaksanaan
a.

Direksi akan menunjukkan kepada PIHAK KEDUA letak lokasi patok-patok Bench Mark (BM) dan elevasi

yang akan digunakan sebagai titik dasar.


b.

PIHAK KEDUA harus menarik garis dari patok dan memasang patok-patok garis sumbu disepanjang tanggul

dan saluran yang direncanakan dengan jarak 50 meter satu sama lain atau disesuaikan dengan bestek. Patok-patok
harus dibuat dari kayu keras dengan diameter minimum 60 mm dan dipancang kedalam tanah sedalam 30 cm.
Kepala patok diberi cat merah dan nomor patoknya dicat putih.
c.

Profil-profil harus dibuat sesuai dengan ukuran penampang melintang tanggul rencana dan dipasang dengan

jarak 50 meter antara satu dengan lainnya sesuai patok-patok sumbu yang dipasang.
d.

PIHAK KEDUA harus betanggung jawab untuk melindungi, merawat dan memperbaiki profil-profil tersebut

sampai pekerjaan pembentukan/perapihan badan tanggul selesai.


e.

Kemungkinan adanya ketidak cocokan atau kekhilafan untuk ukuran yang tertera pada gambar, PIHAK KEDUA

wajib meneliti kembali dan memberitahukan kepada Direksi untuk dapat diadakan koreksi.
Maksud dari pasal ini adalah sebelum pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan, terlebih dahulu diadakan Pegukuran
Mutual Check 0 % (MC-0) berikut pembuatan Gambar MC-0, tujuannya adalah sebagai dasar acuan untuk
pelaksanaan fisik agar didapatkan volume/kwantitas secara akurat yang dibutuhkan, sehingga dapat dilakukan
metoda-metoda yang tepat agar pekerjaan nantinya dapat dilakukan secara efektif, ekonomis dan efesien, hal ini
diperlukan karena kondisi tanah rawa yang labil (perubahan elevasi).
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan 100% dilanjutkan dengan Pengukuran Mutual Check 100% (MC-100) berikut
pembuatan Gambar MC-100, hal ini diperlukan untuk mendapatkan besarnya volume/kwantitas pekerjaan yang telah
dikerjakan. Dalam pelaksanaan nantinya PIHAK PERTAMA akan membentuk Panitia yang akan meneliti terhadap
pelaksanaan MC-0 dan MC-100.
Demikian

Metode

Pelaksanaan

ini

kami

uraikan

untuk

melengkapi

lampiran

penawaran

Pekerjaan

Pengerasan/Pengkerikilan dan Rehabilitasi Jalan Produksi Kec. Meureubo, Kaway XVI dan Pante Ceureumen Kab.
Aceh Barat
Meulaboh, 30 Maret 2012
CV. Rambung Unoe

GSF-Aceh. Tahap Pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah membersihkan areal pekerjaan
sesuai dengan volume yang ada dengan cara membersihkan sampah-sampah/kotoran yang ada disekitar lokasi agar

dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya tidak ada kendala.


Metode Pelaksanaan Pembangunan Hall Serbaguna Tahap I Stadion
Oleh CV. PT. Malaq Aimana Tahun 2006
Meulaboh, 29 Juli 2012
GSF-Aceh. Tahap Pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah membersihkan areal pekerjaan
sesuai dengan volume yang ada dengan cara membersihkan sampah-sampah/kotoran yang ada disekitar lokasi agar
dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya tidak ada kendala.
METODE PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN HALL SERBAGUNA TAHAP I
STADION HARAPAN BANGSA BANDA ACEH
I.

PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan Persiapan ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan. Adapun
yang termasuk dalam pekerjaan persiapan adalah :
a) Pembersihan Lapangan
Tahap Pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah membersihkan areal pekerjaan sesuai dengan
volume yang ada dengan cara membersihkan sampah-sampah/kotoran yang ada disekitar lokasi agar dalam
pelaksanaan pekerjaan nantinya tidak ada kendala.
b)

Pembuatan Direksi Keet/Gudang

Tahap Kedua adalah Pembuatan Direksi Keet/Gudang. Direksi Keet/Gudang ini adalah bangunan sementara dari
kayu yang dibangun sebagai tempat penyimpanan bahan/material yang akan digunakan, tempat rapat/koordinasi
lapangan antara pelaksana, konsultan perencana, konsultan pengawas dan instansi terkait baik rutin ataupun
koordinasi yang sifatnya mendadak dan sebagai tempat peristirahatan para pekerja.
c) Pemasangan Bouwplank/Pengukuran
Tahap Ketiga adalah pemasangan Bouwplank/Pengukuran dari papan dan kayu 5/7, untuk papan diketam halus atau
lurus pada sisi atasnya dan dipasang Waterpass (timbang air) dengan sudut-sudutnya yang siku. Pekerjaan ini
dilakukan adalah untuk menentukan dimana lokasi pembangunan yang akan dilaksanakan nantinya dan juga dalam
pekerjaan ini akan ditentukan ketinggian lantai yang akan dilaksanakan. Pemasangan Bouwplank/Pengukuran ini
dilakukan bersama-sama dengan Pemilik Proyek, Pelaksana Proyek, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan
Instansi Lain yang terkait.
II.

PEKERJAAN TANAH

a) Pekerjaan Galian Tanah Pondasi


Pekerjaan ini adalah menggali tanah untuk perletakan titik pondasi tapak yang akan dikerjakan sesuai dengan
volume yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya. Galian pondasi dilaksanakan setelah pasang bowplank
dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas.Bentuk galian dilaksanakan
sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar. Apabila ditempat galian ditemukan pipa-pipa pembuangan, kabel
listrik, telepon atau lainnya yang masih berfungsi, maka secepatnya memberitahukan kepada Konsultan Pengawas
atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya. Segala kerusakan yang diakibatkan
pekerjaan galian tersebut diperbaiki segera. Apabila pada waktu penggalian ditemukan benda-benda purbakala, maka
segera melaporkannya kepada Pemerintah Daerah setempat. Bila penggalian melebihi kedalaman yang telah

ditentukan dalam gambar, maka segera mengisi kelebihan galian tersebut dengan pasir urug.
b)

Pekerjaan Termite Control

Pekerjaan Termit Control ini adalah pekerjaan tanah agar terhindar dari rayap. Pekerjaan ini dilakukan apabila galian
tanah selesai dilakukan dan sebelum pengurugan kembali dilaksanakan dengan cara menyemprotkan zat kimia
khusus anti rayap dengan menggunakan kompresor. Adapan zat kimia yang digunakan untuk menghilangkan rayap
dalam tanah ( Coptotermes Curvignathus ) adalah STEDFAST 15 EC.

STEDFAST 15 EC ini adalah

termitisida yang efektif terhadap berbagai jenis rayap termasuk rayap tanah ( Coptotermes Curvignathus ).
STEDFAST 15 EC adalah bahan kimia yang dalam penggunaannya tidak memerlukan izin khusus. STEDFAST 15
EC adalah bahan kimia yang aman terhadap pemakai dikarenakan STEDFAST 15 EC mengandung bahan kimia
alfametrin yang termasuk dalam golongan piretroit sintetik.

c) Pekerjaan Urugan bekas galian


Pekerjaan urugan bekas galian dilakukan setelah tanah bekas galian tadi disemprotkan bahan kimia STEDFAST 15
EC. Pengurugan bekas galian pondasi diurug lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapis maksimum 15 cm. Tiap
lapisan dipadatkan dengan menumbuk lapisan tersebut, menggunakan alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan
pertama padat, ditimbun dengan lapisan berikutnya dan dipadatkan kembali seperti diatas. Demikian seterusnya
dilakukan sampai semua lubang bekas galian pondasi tertutup kembali. Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah
lantai dilakukan lapis demi lapis hingga ketebalan 10 cm dibawah lantai, ditumbuk hingga padat. Lapisan-lapisan
urugan untuk ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm.
III.

PEKERJAAN PONDASI

Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dimintakan persetujuan Direksi tentang kesempurnaan galian dan
kesempurnaan penyemproten bahan kimia anti rayap STEDFAST 15 EC. Setelah semuanya disetujui oleh Direksi
barulah dilaksaksanakan pekerjaan pondasi. Langkah pertama yaitu dibawah dasar pondasi didasari dengan pasir
pasang setebal 5 cm dan dipadatkan, sebagai lantai kerja. Diatas pasir, dipasang aanstamping terdiri dari batu kali
dan pasir pasang (pasangan batu kosong). Lapisan ini juga dipadatkan, dengan menyiram air diatasnya, sehingga
pasir akan mengisi rongga-rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai dengan gambar detail pondasi.
Apabila daya dukung tanah lebih kecil 0,5 kg/cm2, dibawah pondasi dipasang serucuk kayu bakau yang ditumbuk
hingga mencapai kedalaman tanah keras. Untuk pondasi dilaksanakan dengan ukuran sesuai gambar kerja dan
gambar detail. Setelah lantai kerja dan aanstamping selesai dan disetujui oleh direksi maka pekerjaan Pondasi Tapak,
Pondasi Relak dan Pondasi Batu Gunung dapat segera dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut ;
Bahan

Semen

Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I menurut NI 8 tahun 1972 dan memenuhi S 400 menurut
Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah
mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak dipakai sebagai bahan campuran. Penyimpanan
dilakukan sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk akan
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

Pasir beton

Pasir beton berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan memenuhi komposisi

butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.

Kerikil

Kerikil yang digunakan yang bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang
disyaratkan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03. Penimbunan kerikil dengan pasir
dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin aduk beton dengan komposisi
material yang tepat.
Ai r
Air yang digunakan air tawar, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini akan dipakai air yg dapat diminum.

Besi Beton

Besi beton yang digunakan adalah besi beton ulir ukuran 18mm untuk tulangan dan 10mm untuk begel dengan
mutu yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada.

Daya lekat baja tulangan dijaga dari kotoran, lemak,

minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak disimpan
diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan meminta persetujuan Konsultan Pengawas
terlebih dahulu. Jika dipasaran tidak ada diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan ada persetujuan Konsultan Pengawas. Jumlah
besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak akan kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).

Cetakan (Bekisting)

Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk,
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan
cetakan dan acuan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan didalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.
Pedoman Pelaksanaan

Sebelum melaksanakan pengecoran beton pada bahagian utama dari konstruksi, maka terutama akan

memberitahukan Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan.

Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat, maka sebagai pedoman tetap dipakai Peraturan

Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03.

Akan segera melaporkan secara tertulis pada Konsultan Pengawas apabila ada perbedaan yang didapat dalam

gambar konstruksi dan gambar arsitektur,


Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran dilakukan dengan cara yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas, yaitu : Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton memenuhi Peraturan Beton Bertulang Indonesia

SK-SNI-T-15-

1919-03.

Perawatan Beton

Beton yang sudah dicor dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit

21 hari. Untuk keperluan

tersebut ditetapkan cara sebagai berikut : Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup
beton. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk yang
diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, segera
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Konsultan Pengawas. Untuk selanjutnya diganti atau
diperbaiki.

IV. PEKERJAAN BETON BERTULANG


Pekerjaan Tiang Diatas Pondasai tapak
Setelah semua pondasi Tapak selesai dicor dan bekisting dapat dibuka, pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan Tiang
Diatas Pondasi Tapak.. Setelah semua bekisting untuk masing-masing type Tiang Diatas Pondasi tapak selesai
dipasang dan semua penampang Tiang Diatas Pondasi tapak selesai dirakit serta telah disetujui oleh Direksi maka
pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan sesuai persyaratan sebagai berikut :
Mutu Beton

Mutu Beton yang dipakai untuk pekerjaan sloof ini adalah mutu beton K225.

Bahan

Semen

Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I menurut NI 8 tahun 1972 dan memenuhi S 400 menurut
Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah
mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak dipakai sebagai bahan campuran. Penyimpanan
dilakukan sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk akan
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

Pasir beton

Pasir beton berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan memenuhi komposisi
butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.

Kerikil

Kerikil yang digunakan yang bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang
disyaratkan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03. Penimbunan kerikil dengan pasir
dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin aduk beton dengan komposisi
material yang tepat.

Ai r
Air yang digunakan air tawar, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini akan dipakai air yg dapat diminum.

Besi Beton

Besi beton yang digunakan adalah besi beton ulir ukuran 18mm untuk tulangan dan 10mm untuk begel dengan
mutu yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada.

Daya lekat baja tulangan dijaga dari kotoran, lemak,

minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak disimpan
diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan meminta persetujuan Konsultan Pengawas
terlebih dahulu. Jika dipasaran tidak ada diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan ada persetujuan Konsultan Pengawas. Jumlah
besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak akan kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).

Cetakan (Bekisting)

Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk,
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan
cetakan dan acuan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan didalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK-

SNI-T-15-1919-03.
Pedoman Pelaksanaan

Sama seperti dalam pedoman pelakasanaan Pekerjaan Pondasi, sebelum melaksanakan pengecoran beton pada

bahagian utama dari konstruksi, maka terutama akan memberitahukan Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan.

Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat, maka sebagai pedoman tetap dipakai Peraturan

Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03.

Akan segera melaporkan secara tertulis pada Konsultan Pengawas apabila ada perbedaan yang didapat dalam

gambar konstruksi dan gambar arsitektur,


Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran dilakukan dengan cara yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas, yaitu : Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton memenuhi Peraturan Beton Bertulang Indonesia

SK-SNI-T-15-

1919-03.

Perawatan Beton

Beton yang sudah dicor dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit

21 hari. Untuk keperluan

tersebut ditetapkan cara sebagai berikut : Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup
beton. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk yang
diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, segera
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Konsultan Pengawas. Untuk selanjutnya diganti atau
diperbaiki.
Pekerjaan Sloof
Setelah semua Tiang Diatas Pondasi Tapak selesai dicor dan bekisting dapat dibuka, pekerjaan selanjutnya adalah
pekerjaan Sloof. Sloof yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari 3 ukuran penampang sloof yaitu : Sloof
40/60, Sloof 25/40 dan Sloof 20/30. Setelah semua bekisting untuk masing-masing type sloof selesai dipasang dan
semua penampang sloof selesai dirakit serta telah disetujui oleh Direksi maka pekerjaan pengecoran dapat
dilaksanakan sesuai persyaratan sebagai berikut :
Mutu Beton

Mutu Beton yang dipakai untuk pekerjaan sloof ini adalah mutu beton K225.

Bahan

Semen

Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I menurut NI 8 tahun 1972 dan memenuhi S 400 menurut
Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah
mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak dipakai sebagai bahan campuran. Penyimpanan
dilakukan sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk akan
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

Pasir beton

Pasir beton berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan memenuhi komposisi
butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.

Kerikil

Kerikil yang digunakan yang bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang

disyaratkan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03. Penimbunan kerikil dengan pasir
dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin aduk beton dengan komposisi
material yang tepat.
Ai r
Air yang digunakan air tawar, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini akan dipakai air yg dapat diminum.

Besi Beton

Besi beton yang digunakan adalah besi beton ulir ukuran 18mm untuk tulangan dan 10mm untuk begel dengan
mutu yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada.

Daya lekat baja tulangan dijaga dari kotoran, lemak,

minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak disimpan
diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan meminta persetujuan Konsultan Pengawas
terlebih dahulu. Jika dipasaran tidak ada diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan ada persetujuan Konsultan Pengawas. Jumlah
besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak akan kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).

Cetakan (Bekisting)

Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk,
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan
cetakan dan acuan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan didalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.
Pedoman Pelaksanaan

Sama seperti dalam pedoman pelakasanaan Pekerjaan Pondasi, sebelum melaksanakan pengecoran beton pada

bahagian utama dari konstruksi, maka terutama akan memberitahukan Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan.

Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat, maka sebagai pedoman tetap dipakai Peraturan

Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03.

Akan segera melaporkan secara tertulis pada Konsultan Pengawas apabila ada perbedaan yang didapat dalam

gambar konstruksi dan gambar arsitektur,


Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran dilakukan dengan cara yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas, yaitu : Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton memenuhi Peraturan Beton Bertulang Indonesia

SK-SNI-T-15-1919-03.

Perawatan Beton

Beton yang sudah dicor dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit

21 hari. Untuk keperluan

tersebut ditetapkan cara sebagai berikut : Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup
beton. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk yang
diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, segera
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Konsultan Pengawas. Untuk selanjutnya diganti atau
diperbaiki.
Pekerjaan Kolom
Setelah semua Pondasi Tapak, Pondasi Relak, Pondasi batu Gunung, Tiang Diatas Pondasi Tapak dan Sloof selesai
dicor dan bekisting dapat dibuka, pekerjaan beton bertulang terakhir dari paket ini adalah pekerjaan Kolom untuk
tribun. Dimensi penampang untuk kolom ini adalah 50/80 dengan ketinggian 2,25m. Setelah semua bekisting
terpasanga dengan baik dan telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi maka pekerjaan pengecoran dapat

dilaksanakan sesuai persyaratan sebagai berikut :


Mutu Beton

Mutu Beton yang dipakai untuk pekerjaan sloof ini adalah mutu beton K225.

Bahan

Semen

Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I menurut NI 8 tahun 1972 dan memenuhi S 400 menurut
Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah
mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak dipakai sebagai bahan campuran. Penyimpanan
dilakukan sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk akan
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

Pasir beton

Pasir beton berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan memenuhi komposisi
butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.

Kerikil

Kerikil yang digunakan yang bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang
disyaratkan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03. Penimbunan kerikil dengan pasir
dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin aduk beton dengan komposisi
material yang tepat.
Ai r
Air yang digunakan air tawar, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini akan dipakai air yg dapat diminum.

Besi Beton

Besi beton yang digunakan adalah besi beton ulir ukuran 18mm untuk tulangan dan 10mm untuk begel dengan
mutu yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada.

Daya lekat baja tulangan dijaga dari kotoran, lemak,

minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak disimpan
diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan meminta persetujuan Konsultan Pengawas
terlebih dahulu. Jika dipasaran tidak ada diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan ada persetujuan Konsultan Pengawas. Jumlah
besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak akan kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).

Cetakan (Bekisting)

Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk,
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan
cetakan dan acuan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan didalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.
Pedoman Pelaksanaan

Sama seperti dalam pedoman pelakasanaan Pekerjaan Pondasi, sebelum melaksanakan pengecoran beton pada

bahagian utama dari konstruksi, maka terutama akan memberitahukan Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan.

Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat, maka sebagai pedoman tetap dipakai Peraturan

Beton Bertulang Indonesia SK-SNI-T-15-1919-03.

Akan segera melaporkan secara tertulis pada Konsultan Pengawas apabila ada perbedaan yang didapat dalam

gambar konstruksi dan gambar arsitektur,


Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran dilakukan dengan cara yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas, yaitu : Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton memenuhi Peraturan Beton Bertulang Indonesia

SK-SNI-T-15-

1919-03.

Perawatan Beton

Beton yang sudah dicor dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit

21 hari. Untuk keperluan

tersebut ditetapkan cara sebagai berikut : Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup
beton. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk yang
diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, segera
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Konsultan Pengawas. Untuk selanjutnya diganti atau
diperbaiki.
V. PEKERJAAN PLESTERAN
Pekerjaan plesteran yang dilakukan pada pekerjaan ini adalah plesteran untuk pondasi relak dengan perbandingan
1Pc : 2 Ps dengan ketebalan 15 mm. Adapun persyaratn pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Bahan

Semen

Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I menurut NI 8 tahun 1972 dan memenuhi S 400 menurut
Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah
mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak dipakai sebagai bahan campuran. Penyimpanan
dilakukan sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk akan
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

Pasir beton

Pasir beton berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan memenuhi komposisi
butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-T-15-1919-03.
Ai r
Air yang digunakan air tawar, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini akan dipakai air yg dapat diminum.
Pedoman Pelaksanaan

Sama seperti dalam pedoman pelakasanaan Pekerjaan Pondasi, sebelum melaksanakan pekerjaan haru

memberitahukan Direksi untuk mendapat persetujuan.

Membersihkan semua kolom dari kotoran-kotan yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan plesteran.

Sebelum melakukan plesteran kolom dibasahi dengan air dan air terserap dengan baik kedalam kolom.

Ketebalan Plesteran harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan plesteran yang tidak sempurna dilaksanakan

harus dibongkar dan diplester kembali.

Hasil plesteran harus dijaga kelembabannya selama kurang lebih 7

plesteran

Pengecoran

( tujuh) hari dari masa pekerjaan

Melakukan pekerjaan cor beton memang terlihat mudah namun apabila tidak tahu tipsnya bisa jadi hasil pengecoran
tidak bagus seperti keropos, retak atau bahkan akibat terparah yaitu roboh. Nah.. agar tidak mengalami kejadian
merugikan maka disini kita berbagi tips pekerjaan cor beton yang bagus entah itu dari pengalaman, cerita maupun
membaca literatur yang ada. mari berbagi disini karena dengan mengamalkan ilmu kita akan memperoleh ilmu lain
dari arah yang tak terduga :-) O.k sebagai permulaan kita buat daftar hal-hal yang mungkin bisa dilakukan untuk
mendapatkan hasil pekerjaan cor beton kualitas maksimal bagus dan murah.

Standar beton bagus


Sebagai ukuran bagusnya hasil pekerjaan cor beton maka kita buat terlebih dahulu beberapa kriteria yang harus ada
sehingga sebuah beton bisa dikatakan sebagai kualitas baik.
Kuat.
Murah.
Permukaan rata dan halus.
Datar dan tegak.
Cepat dalam pembuatan.
Tidak keropos atau retak.

beton keropos
( Gambar : Beton keropos )

Tips pekerjaan cor beton yang bagus


Desain struktur harus benar dulu, meliputi dimensi beton dan bahan yang digunakan. karena jika perhitungan
strukturnya sudah salah walaupun dikerjakan sebaik apapun juga akan roboh.
Menggunakan material beton sesuai dengan hasil perhitungan batas minimal kuat. misalnya jika sebuah struktur
beton bertulang akan kuat jika menggunakan beton K350 jika dalam pengecoran menggunakan K250 maka besar
kemungkinan akan terjadi kegagalan struktur.
Bekisting dipersiapkan dengan benar, posisi dan jumlah perancah dihitung sekuat dan semurah mungkin sehingga
tidak terjadi kerobohan akibat penyangga tidak kuat, namun tidak terjadi pemborosan karena penggunaan perancah
terlalu banyak diatas kebutuhan.
Papan bekisting atau triplek harus dalam kondisi bersih sebelum digunakan, bekisting bekas seringkali masih tersisa
beton lama yang menempel, hal ini jika langsung digunakan sebagai cetakan maka bisa menyebabkan beton keropos.
Pembongkaran bekisting tidak boleh terlalu cepat sebelum beton mampu menahan beban sendiri.
Pembersihan beton tercecer harus dilakukan langsung saat proses pengecoran berlangsung karena membersihkan
dilain waktu berarti beton tercecer sudah mengeras dan akan lebih sulit serta membutuhkan biaya besar.
Jika menggunakan beton Ready Mix maka perlu berkoordinasi dengan perusahaan penyedia beton cor tersebut untuk
memastikan bahwa material beton dikirim pada tanggal dan jam yang telah dijadwalkan, kemunduran kedatangan

material beberapa jam atau bahkan hari berarti tukang cor nganggur.
Selalu cek ketegakan dan kedataran beton dengan alat ukur seperti water pass atau teodolit.
Untuk pengecoran beton yang menyambung dengan beton lama maka harus menggunakan lem beton dan melakukan
ketrik beton lama agar menyatu dengan yang baru.
Melakukan penyiraman pasca cor beton agar tidak terjadi pengerasan yang terlalu cepat karena hal ini dapat
menyebabkan keretakan.

Begitulah beberapa tips pekerjaan cor beton yang bagus semoga bermanfaat, dan apabila ada yang hendak
menambahkan tips atau berbagai pengalaman lainya seputar cor beton bisa ditambahkan dibawah

1. Pekerjaan Persiapan
1.01. Mobilisasi dan Demobilisasi
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan transportasi
peralatan yang akan dipergunakan dalam melaksanakan paket pekerjaan. Penyedia jasa harus sudah bisa
memperhitungkan semua biaya yang diperlukan dalam rangkaian kegiatan untuk mendatangkan peralatan dan
mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai ke tempat semula.
Cara Pelaksanaan
a.
-

Penyediaan Peralatan dan Personil


Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan personil sesuai dengan kebutuhan seperti yang termuat dalam

kontrak untuk menyelesaikan pekerjaan.


-

Sebelum mobilisasi dilaksanakan, maka penyedia jasa harus segera melaporkan kepada direksi untuk

mendapatkan persetujuan, dan bila dipandang perlu, direksi dapat meminta tambahan peralatan maupun personil atas
tanggungan penyedia jasa.
b.
-

Program dan Pemberitahuan


Penyedia Jasa harus membuat schedule mobilisasi peralatan dan personil yang dilengkapi dengan keterangan

akan jenis dan kapasitas peralatan yang akan didatangkan.


-

Penyedia Jasa harus membuat pemberitahuan tertulis kepada direksi perihal kedatangan maupun

pengangkutan kembali peralatan dan personil.


-

Penyedia jasa harus meminta persetujuan direksi atas setiap perubahan jadwal peralatan dan penyediaan

personil.
-

Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila sudah tidak diperlukan, dapat dipindahkan dari

areal pekerjaan dengan seijin direksi.


1.02. Pengukuran MC 0%, MC 100% dan Asbuilt Drawing
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui ketinggian dan keadaan topografi daereahpekerjaan secara memanjang
(long section) dan secara melintang ( cross section) sebelum pekerjaan dimulai yang disebut MC 0%. Setelah
pengukuran dilaksanakan maka akan dihasilkan gambar yang akan dilengkapi dengan rencana letak bangunan dan
sebagai acuan pekerjaan di lapangan.
Cara Pelaksanaan
a.

Penyedia jasa harus menyiapkan peralatan ukur, termasuk pekerja, patok-patok, serta peralatan lainnya yang

diperlukan untuk pengukuran. Penyedia jasa harus menggunakan alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian yang
tinggi untuk pengukuran.
b.

Pekerjaan ini dimulai dengan memasang patok yang terbuat dari balok kayu 4/6 dengan jarak yang telah

ditentukan.
c.

Patok patok yang telah dipasang tidak bolah goyang dan berpindah tempat karena telah memiliki elevasi

yang didasarkan pada BM sekitar setelah dilakukan Pengukuran.


d.

Setelah data pengukuran diperoleh dan diolah maka akan dihasilkan gambar kerja (working drawing) sebagai

panduan pekerejaan di lapangan yang harus disetujui terlebih dahulu oleh direksi.
e.

Setelah pekerjaan lapngan selesai maka diadakan pengecekan dan pengukuran ulang di lokasi pekerjaan (MC

100%) untuk membuat gambar purna laksana (asbuilt drawing) sebagai tanda pekerjaan selesai. Asbuilt drawing
dinyatakan selesai bila direksi telah menyetujui.
f.

Penyedia jasa harus segera menyerahkan semua data survai serta hasil perhitungan dan gambar-gambar dari

pengukuran MC 0% dan MC 100% kepada direksi secepatnya, dengan rincian sebagai berikut :
o Data ukur 1 (satu) asli dan 1 (satu) rekaman
o Gambar dengan ukuran A3 sebanyak 3 (satu) asli (kalkir) dan 1 (satu) rekaman serta ukuran A3 sebanyak 2 (dua)
rekaman.
1.03. Laporan
Untuk mendukung kelengkapan data administrasi teknik, maka penyedia jasa harusmenyediakan lporan harian,
mingguan dan bulanan.
Cara Pelaksanaan
a.

Laporan dibuat setiap hari dengan mencatat pekerjaan yang dilaksanakan dalam hariberjalan terhitung pada

saat adanya SPMK.


b.

Laporan harian berisi tentang jenis pekerjaan, volume pekerjaan yang dicapai setiap hari lengkap dengan

perhitungan dan gambar typicalnya, cuaca, jumlah tenaga, alat yang digunakan serta jumlah dan jenis bahan yang
digunakan.
c.

Laporan mingguan berisi tentang rekapan laporan harian 1 (satu) mingguan, selain itu juga berisi volume

pekerjaan minggu lalu.


d.

Laporan bulanan berisi tentang rekapan laporan harian dan laporan mingguan, selain tu juga berisi volume

pekerjaan bulan lalu.


1.04. Dokumentasi
Untuk mendukung kelengkapan data administrasi teknik dan sebagai bukti yang meyakinkan di kemudian hari, maka
penyedia jasa harus menyediakan foto dokumentasipelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan camera digital.
Cara Pelaksanaan
a.

Foto dokumentasi dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan masih pada posisi 0%, mencapai bobot 50% dan

100% untuk satu titik atau lokasi pengambilan foto yang sama.
-

Foto 0% diambil pada saat pekerjaan belum dimulai untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari lokasi yang

akan dikeerjakan oleh penyedia jasa.


-

Foto 50% diambil pada saat pekerjaan sedang berlangsung untuk melihat kondisi lapangan pada kondisi 50%.

Foto 100% diambil pada saat pekerjaan sudah terlaksana secara tuntas untuk melihat kondisi akhir pekerjaan.

b.

Sebelum pengambilan foto-foto, maka dibuat rencana/denah yang menunjukkan lokasi, posisi dari kamera dan

arah bidikan yang kemudian diserahkan kepada direksi untuk disetujui.


c.

Foto dokumentasi tersebut di atas dicetak dengan ukuran 3R yang ditempel pada album foto dan diberi catatan

sebagai berikut :
1.

Nama Kontrak

2.

Nama Bangunan

3.

Tahap/Progress Pekerjaan 0%, 50% atau 100%

e.

Penyedia Jasa menyerahkan foto dokumentasi tersebut sebanyak 3 (tiga) rangkap bersama 1 (satu) negatifnya

kepada direksi.
f.

Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi pengambilan harus dari arah yang sama yang sudah

ditentukan sebelumnya.
1.05 Coffering dan Dewatering
Coffering dan Dewatering dilakukan untuk mengeringkan lokasi yang akan dilaksanakan kegiatan dengan
menyiapkan bahan serta menyediakan, memasang dan mengoperasikan segala jenispompa serta peralatan lainnya
yang dibutuhkan untuk keperluan pengeringan rembesan pada berbagai bagian pekerjaan sesuai dengan ketentuan
konstruks untuk setiap jenis pekerjaan
Cara Pelaksanaan
a.
b.

Penyedia jasa menyiapkan dan memasang bahan pembuat tanggul sementara untuk menjaga rembesan
Penyedia jasa harus menyiapkan menyediakan, memasang dan mengoperasikan segala jenis pompa yang

mampu menghisap air yang mengandung lumpur dan pasir serta peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan
pengeringan rembesan.
c.

Jenis dan ukuran pompa yang digunakan, disesuaikan dengan keadaan lokasi kegiatan

d.

Penyedia Jasa perlu mengontrol kondisi lokasi kegiatan atau di tempat-tempat lain, untuk mencegah adanya

akumulasi limpasan air


2. Pekerjaan Rehabilitasi D.I. Paku
2.01. Pasangan Batu Kali/Gunung 1 : 4
Pekerjaan Pasangan batu adalah pekerjaan pasangan batu kali / gunung dengan menggunakan campuran semen pasir
yang dibentuk sesuai dengan gambar pelaksanaan
Cara Pelaksanaan
a.

Batu yang dipakai harus batu yang bersih dan keras dan telah disetujui oleh Direksi.

b.

Pasir yang digunakan harus yang baik dan telah disetujui Direksi.

d.

Spesi/adukan pekerjaan pasangan batu harus dari campuran semen dan pasir dengan perbandingan volume 1 pc

: 4 psr dengan menggunakan concrete mixer


e.

Pasangan batu harus tersusun sedemikian rupa sehingga antara batu dengan batu terisispesi secara homogeen,

sehingga batu-batu tersebut tidak saling berhimpitan / bersentuhan.Susunan batu raen (batu muka) harus mempunyai
jarak (lebar nat antara 1-2 cm)
2.02. Plesteran 1 : 3
Pekerjaan Plesteran adalah pekerjaan plestran pada bagian atas dari dinding, ujungujung saluran pasangan batu yang
sesuai dengan gambar pelaksanaan
Cara Pelaksanaan
a.

Pasir yang digunakan harus yang baik dan telah disetujui Direksi.

b.

Spesi/adukan pekerjaan plesteran harus dari campuran semen dan pasir dengan perbandingan volume 1 pc : 3

psr dengan menggunakan concrete mixer


f.

Pekerjaan plesteran dikerjakan secara dua lapis sampai ketebalan 2 cm. Apabila tidak diperintahkan lain

pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, ujung-ujung saluran pasangan, dan untuk 0,10 m dibawah
trepi atas dinding atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar
g.

Pekerjaan Plesteran 1 : 3 harus rata, lurus, halus dan rapi sehingga bagian atas dari dinding, ujung-ujung

saluran pasangan batu permukaan tertutupi.

2.03. Galian Tanah Mekanis


Galian mekanis adalah penggalian tanah dengan menggunakan alat berat seperi Excavator PC-100 atau PC-200
(tergantung kebutuhan). Penyedia jasa harus melakukan penggalian ini dengan mengikuti gambar rencana.
4Cara Pelaksanaan
a.

Galian tanah yang tidak dapat dipakai sebagai bahan timbunan harus dibuang ke luar areal kerja

b.

Material dari hasil galian yang akan digunakan sebagai bahan timbunan harus mendapat persetujuan dari

direksi.
h.

Setiap material yang berlebih untuk kebutuhan bahan timbunan tersebut harus dibuang oleh penyedia jasa ke

lokasi yang ditentukan oleh direksi.


i.

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk seluruh pengaturan, perolehan ijin untuk pembuangan material

dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.


j.

Penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian harus diusahakan cukup aman dari longsoran terlebih

pada tempat alat berat berpijak.


k.

Apabila pekerjaan selesai maka penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi untuk pemeriksaan.

2.04. Galian Tanah Berbatu


Galian Berbatu adalah penggalian tanah yang mengandung batu lepas dengan menggunakan alat berat seperi
Excavator PC 100 / PC 200 (tergantung kebutuhan). Penyedia jasa harus melakukan penggalian ini dengan
mengikuti gambar rencana.
Cara Pelaksanaan
a.

Galian tanah Berbatu yang tidak dapat dipakai sebagai bahan timbunan harus dibuang ke luar areal kerja

b.

Material dari hasil galian yang akan digunakan sebagai bahan timbunan harus mendapat persetujuan dari

direksi.
l.

Setiap material yang berlebih untuk kebutuhan bahan timbunan tersebut harus dibuan oleh penyedia jasa ke

lokasi yang ditentukan oleh direksi.


m.

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk seluruh pengaturan, perolehan ijin untuk pembuangan material

dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.


n.

Penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian harus diusahakan cukup aman dari longsoran terlebih pada

tempat alat berat berpijak.


o.

Apabila pekerjaan selesai maka penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi untuk pemeriksaan.

2.05. Timbunan Tanah Hasil Galian


Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah hasil galian adalah pekerjaan menimbun dengan menggunakan
bahan timbunan dari hasil galian pada bagian konstruksi saluran dengan tenaga manusia (Manual) kemudian
dipadatkan dengan alat bantu
Cara Pelaksanaan
a.

Material timbunan diambil dari hasil galian yang telah disetujui oleh pihak direksi.

b.

Tanah hasil galian dihampar dan dipadatkan dengan menggunakan alat bantu

b.

Ukuran serta ketinggian disesuaikan dengan gambar kerja dan disetujui oleh pihak direksi

2.06 Timbunan Tanah Dari Luar

Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dari luar adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun
untuk di belakang bangunan dengan mempergunakan bahan timbunan dari galian pada suatu lokasi borrow dengan
jenis dan kualitas tanah yang tertentu dan Penyedia Jasa mengeluarkan biaya untuk pengadaan material tanah
timbunan tersebut. Sumber dari material borrow untuk setiap timbunan harus sesuai dengan borrow area yang telah
disetujui oleh Direksi
Cara Pelaksanaan
a.

Material timbunan diambil dari borrow area yang telah disetujui oleh pihak direksi.

b.

Material timbunan dihampar lapis demi lapis dan apabila dibutuhkan disiram airdengan water tank truck

p.

Material timbunan yang dihampar kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat berat vibrator roller

q.

Kepadatan timbunan kemudian ditentukan dari hasil uji laboraturium dengan melakukan tes uji standar Proctor

Compaction guna memperoleh hasil pemadatanyang baik


r.

Ukuran dan dimensi ditentukan berdasarkan gambar.

2.07 Perapihan
Yang dimaksud perapihan adalah pembentukan pertama dan kedua pada pekerjaan galian dan timbunan pada bagian
dalam, puncak dan luar tanggul sehingga dimensi sesuai dengan gambar kerja.
Cara Pelaksanaan
a.

perapihan dilaksanakan dengan membentuk tumpukan timbunan pada bagian dalam, puncak dan bagian luar

sehingga bentuk tanggul sesuai dengan dimensi yang diinginkan atau sesuai dengan gambar rencana.
b.

Apabila ada kelebihan material timbunan pada pelaksanaan perapihan tanggul makadibuang disekitar pekerjaan

dan dirapikan
b.

Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan, dan perolehan ijinuntuk pembuangan

material dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.


c.

Ukuran dan dimensi ditentukan berdasarkan gambar rencana dan mendapat persetujuan pihak direksi.

2.08 Bongkaran
Pekerjaan Bongkaran adalah pekerjaan pembongkaran pasangan yang akan direhabilitasi dengan menggunakan alat
bantu yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Direksi.
Cara Pelaksanaan
a.

Bongkaran yang dilaksanakan adalah pembongkaran pasangan baik itu pasangan batu, beton ataupun

bangunan yang ada diareal yang akan dilaksanakan rehabilitasi


b.

Sampah bongkaran harus diatur dan dibuang disekitar lokasi yang dijamin tidak akan mengganggu kegiatan

pekerjaan. Pengaturan dari semua hasil bongkaran tersebut harus sesuai petunjuk Direksi.

Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek
kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah
metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan.
penyimpanan besi beton.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahap penyimpanan:
Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan tanah. Oleh karena itu harus digajal dengan balok beton.
Besi harus berjarak minimal 5 cm dari logam yang lain
Besi harus terlindung dari kotoran, karat, benturan & minyak

Cara pelaksanaan dalam tahap penyimpanan:


Setiap bandel besi harus terdiri dari satu jenis besi (bentuk dan diameter)
Maksimum berat tiap bandel disesuaikan dengan kapasitas crane
Jarak antar ikatan adalah sekitar 2 m
Di dalam label ditulis panjang, tipe, nomer referensi & kode besi

Pemotongan dan pembengkokan besi beton.


Cara pemotongan dan pembengkokan besi tulangan adalah sebagai berikut:
Gunakanlah meja yang kuat dan rata
Siapkanlah gambar acuan
Cek diameter besi
Cek kembali besi-besi yang telah dibengkokan
Cek ukuan mandrel benar-benar pas. Inside Radius >2d untuk besi
kekuatan rendah, 3d untuk besi kekuatan tinggi
Jika ada besi yang susah dibengkokan maka boleh dipanaskan dengan persetujuan engineer
Ikuti perubahan schedule pembesian & dapatkan dokumen terbaru

Pemasangan besi beton.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan adalah sebagai berikut :
Besi harus bersih (dari kotoran , minyak).
Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang tersedia untuk proses pemadatan beton
Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang sesuai perhitungan atau spesifikasi teknis.
Suatu ketika mungkin perlu merakit tulangan dahulu di luar bekisting baru kemudian meletakan sesuai posisinya.
Flow proses penyimpanan hingga pemasangan harus direncanakan paling efektif dan efisien.

Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada pelat dan balok lantai :
Pembesian pada plat lantai harus berada di atas dudukan berupa beton (bisanya disebut tahu beton)
Ketinggian bantalan pembesian plat lantai tergantung dari ketebalan selimut beton yang direncanakan
Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada kolom dan dinding:
Pembesian kolom dirakit dengan cetakan yang telah dibuat
Sejumlah ikatan dilakukan pada besi kolom sesuai tipe ikatan, supaya susunan pembesian tersebut kuat untuk
diangkat

Setelah kolom dirakit dan kuat, maka kolom siap diangkat


Rakitan pembesian kolom yang telah dipasang harus diikat ke bekisting supaya kuat, jarak antar ikatan kira-kira
setiap 1.5 m
Pemasangan pembesian pada dinding sama dengan pemasangan pada kolom
Besi yang horizontal diikat pada besi yang vertical

pengecoran balok dan pelat lantai


Bahan terdiri dari:
Beton ready mix sesuai mutu yang telah disetujui
Calbond (Super Bonding Agent) /cairan perekat antara beton lama dengan baru disebut juga lem beton
Curing compound/bahan perawatan dan perlindungan beton yang menghambat proses penguapan air pada beton
basah
Kawat ayam
Tenaga kerja:
Tukang cor terampil yang mengerti lingkup pekerjaan pengecoran.
Mandor dan pelaksana yang dapat membaca shop drawing/for constrution dengan baik.
Alat berupa:
Concrete pump truck
Concrete mixer truck
Concrete vibrator
Waterpass/autolevel
Alat bantu
Batching Plant
Kerucut abrams
Alat cetak silinder benda uji beton
Metode kerja pengecoran balok dan pelat lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal hal seperti berikut.
1) Pemeriksaan bekisting meliputi:
a) Ukuran bekisting ( lebar dan tinggi ).
b) Pemeriksaan elevasi dan kelurusan bekisting.

c) Pemeriksaan sambungan pada bekisting.


Pengecekan elevasi bekisting
Setelah pemasangan bekisting pelat lantai selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan pengecekan elevasi dengan
menggunakan alat waterpass dan posisi as balok dengan alat theodolite. Pengecekan elevasi bekisting balok dan
pelat lantai adalah sebagai berikut.
i.

Pengecekan elevasi balok dilakukan dengan menempatkan alat waterpass dimana tinggi alat adalah setinggi

marking pada kolom (1,00 m dari permukaan pelat lantai di bawahnya).


ii.

Bak ukur ditempatkan pada bagian bawah bekisting balok (bottom).

iii.

Oleh pelaksana pengukuran ketepatan elevasi bottom dicek dengan alat waterpass.

Apabila pembacaan alat waterpass belum menunjukkan elevasi yang sesuai dengan gambar rencana, maka screwjack
diputar untuk menaikkan atau menurunkan posisi bottom balok.
Pengecekan elevasi bekisting
Setelah pemasangan bekisting pelat lantai selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan pengecekan elevasi dengan
menggunakan alat waterpass dan posisi as balok dengan alat theodolite. Pengecekan elevasi bekisting balok dan
pelat lantai adalah sebagai berikut.
Pengecekan elevasi balok dilakukan dengan menempatkan alat waterpass dimana tinggi alat adalah setinggi marking
pada kolom (1,00 m dari permukaan pelat lantai di bawahnya).
Bak ukur ditempatkan pada bagian bawah bekisting balok (bottom).
Oleh pelaksana pengukuran ketepatan elevasi bottom dicek dengan alat waterpass.
Apabila pembacaan alat waterpass belum menunjukkan elevasi yang sesuai dengan gambar rencana, maka screwjack
diputar untuk menaikkan atau menurunkan posisi bottom balok.
Gambar 1.1 Pengecekan Elevasi Bekisting Balok/Pelat Lantai
1) Pemeriksaan penulangan meliputi:
a) Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.
b) Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.
c) Pemeriksaan panjang overlapping dan penjangkaran pada tulangan.
d) Pemeriksaan kekuatan bendrat.
e) Pemeriksaan decking (tebal selimut beton)
Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan hasilnya baik, maka bekisting dibersihkan dengan menggunakan air
compressor. Kemudian pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut.

1) Pasang batas pengecoran dengan menggunakan kawat ayam. Pengecoran dihentikan pada jarak bentang dari
tumpuan, karena pada lokasi tersebut momen yang dipikul balok dan pelat lantai adalah nol.
2)

Beton ready mix dengan mutu yang disyaratkan dituang dari concrete mixer truck ke dalam gerobak untuk

dilakukan pengujian slump. Slump yang digunakan adalah122.


3) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dituang dari concrete mixer truck ke dalam
bucket pada Concrete pump truck dan disalurkan dengan pipa baja.
4) Sebelumnya, sambungan beton lama dengan beton baru disiram dengan calbond (super bonding agent).
5)

Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja, langkah selanjutnya adalah meratakan beton ready mix dengan

penggaruk dan dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator.


6)

Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dimana setiap lapis dipadatkan dengan concrete vibrator dengan

maksud agar terbentuk beton yang benar-benar padat.


7) Pengecoran dihentikan pada batas zona pengecoran.
8) Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.
9) Setelah beton setengah kaku angkat relat dan ratakan bekas relat dengan menggunakan ruskam.
Standar hasil :
1)

Menghasilkan produk beton pada balok dan pelat lantai sesuai dengan rencana, mutu dan bentuk yang presisi,

tidak bocor, tidak lendut, dan tidak retak.


2)

Jika ada yang menyimpang maka diperlukan pekerjaan perbaikan.

oleh: ( Chairil Nizar )

METODE PELAKSANAAN DRAINASE DAN GORONG-GORONG


METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN
Kegiatan
: Pembangunan Saluran Drainase Dan Gorong-Gorong
Pekerjaan
: Drainase Jl Padang Aro- Lubuk Gadang (3.0 Km)
Lokasi
: Kecamatan Sangir
Tahun Anggaran
: 2010
Setelah mengikuti Aanswizjing kantor/lapangan serta mempelajari bestek/gambar dan berita acara Aanswizjing,
maka kami mencoba membuat metoda pelaksanaan, karena salah satu syarat teknis untuk penawaran pekerjaan

tersebut diatas. Untuk memenuhi persyaratan Usulan Teknis dalam penawaran yang kami ajukan, yang kami susun
berdasarkan aturan-aturan pelaksanaan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam Bestek, Gambar Kerja. Dalam Metoda
Pelaksanaan Pekerjaan ini, kami menguraikan/menjelaskan langkah-langkah yang akan kami lakukan dalam
melaksanakan atau penyelesaian pekerjan tersebut diatas. Meliputi tenaga kerja, material dan peralatan serta teknis
pelaksanaan pembangunan dan waktu pengerjaannya selama maksimal 120 hari kalender.
Pada pekerjaan ini dituntut profesionalitas tenaga lapangan atau yang akan ditempatkan dilapangan harus benarbenar orang yang memahami baik teori maupun pengalaman lapangan, jadi untuk menjaga mutu dan step-step kerja
diperlukan orang yang memang sudah pernah mempelajari menghitung, merencana, mengawasi dan melaksanakan
pekerjaan irigasi, jadi apabila ada kendala dilapangan tim Direksi bisa berargumentasi antara data lapangan dengan
data yang yang direncanakan dengan artian yang sehat yaitu untuk kelancaran dan mutu pekerjaan ini
Dalam metoda ini kami akan membuat tahapan uraian pekerjaan yaitu:
DIVISI 1. - MOBILISASI
1.2. Mobilisasi / Demobilisasi
Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih dahulu dilakukan mobilisasi alat yang digunakan
dalam pekerjaan seperti : Galian tanah berbatu dengan alat berat excavator. Untuk demobilisasi atau pemulangan alat
excavator ke besecam. Selain itu pada pekerjaan persiapan awal ini yang paling penting adalah mempelajari situasi
lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan dalam bestek, untuk pertama pemasangan plang proyek
selanjutnya memulai pengukuran pada lokasi pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang, potongan
melintang, yang dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi, yang disesuaikan dengan lapangan, dan
disertai dengan foto dokumentasi 0%, juga gambar gambar kerja (shop Drawing ). Pada bagian bagian konstruksi
yang kurang jelas harus diperjelas dengan membuat gambar detailnya, serta menghitung kebutuhan material / bahan
yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan tak
kalah pentingnya adalah membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga penempatan dana dapat dikontrol dengan
baik dan terukur.
Terakhir apabila pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan kita lakukan demobilisasi dan yang lebih penting lagi
harus dibuat gambar aktualnya dan foto dokumentasi 100% yang diikuti dengan final quantity. Pembuatan foto
dokumentasi selama pelaksanaan pekerjaan padakeadaan kondisi sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan
setelah selesai pelaksanaan pekerjaan (0%, 50%, dan 100 %) pengambilan opname foto tersebut dilakukan satu
titik, / posisi pengambilan tetap. Selain itu membuat laporan pelaksanaan pekerjaan harian, mingguan, dan bulanan
yang meliputi : progres kemajuan pekerjaan, jumlah tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang digunakan. Untuk
dokumentasi ini dilakukan selama masa pekerjaaan hingga selesai pekerjaan. Kemudian perlu diadakan koordinasi
dengan pihak proyek beserta masyarakat setempat (pemuka masyarkat stempat / perangkat nagari), guna dapat
membicarakan masalah masalah yang mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimulai, baik menyangkut teknis
maupun non teknis.
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH
'3.1 (1) Galian Biasa
Untuk pekerjaan galian Tanah Biasa dengan alat berat disini kami lakukan dengan memakai excavator yaitu
menggali kedudukan pasangan batu kali dan saluran tanah atau saluran terbuka. Setelah pemasangan bouplank sesuai
dengan dimensi yang telah ditentukan pemasangan bouplank ini beriring dengan pekerjaan Galian tanah Biasa harus
mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan
(borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal. Selama pelaksanaan pekerjaan galian Biasa, lereng sementara
galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-kan sepanjang
waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng
galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika
tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
'3.1 (3) Galian Batu

Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau
bahan lainnya yang menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan
udara atau pemboran. Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar dengan
penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto maksimum
sebesar 180 PK (Tenaga Kuda) dengan mengunakan alat berat setara excavator. Peralatan berat untuk pemindahan
tanah, pemadatan atau keperluan lainnya Pekerjaan ini merupakan ketelitian sangat hati-hati yang mana dilokasi
terdapat pipa PDAM, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan ditimbun
kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah dipadatkan.
'3.2 (1) Urugan Biasa
Pekerjaan yang dilaksanakan disini adalah pekerjaan timbunan tanah dipasangan dengan tanah bekas galian dipadat
dan diratakan.
Sebelum menempatkan material timbunan diatas pondasi atau diatas timbunan, seluruh daerah yang akan menerima
beban material timbunan harus dibasahi secara optimum diratakan. Pemadatan timbunan dapat dilaksanakan dengan
padatdan diratakankan sampai kepadatan maksimum atau sesuai dengan spesifikasi, begitulah seterusnya sampai
timbunan selesai.
- Bahan-Bahan Timbunan
Bahan-bahan timbunan harus tanah kohesif dengan batas cairnya disesuaikan dengan spesifikasi timbunan sehingga
akan membentuk massa yang relatif kedap air setelah pemadatan. Bilamana kesesuaian suatu bahan diragukan,
Direksi dapat meminta diadakannya tes-tes untuk menentukan batas-batas Atterberg dari pada bahan sebelum
menentukan kesesuaiannya.
Timbunan tanah disini adalah timbunan tanah bekas galian yang sesuai dengan spesifikasi timbunan harus disisihkan
pada waktu menggali kemudian ditumpuk pada suatu tempat.
Untuk menimbun kami rencanakan setiap pasangan naik berlahan diiringingi denga timbunan belakang pasangan.
kalau untuk pekerjaan saluran timbunannya dibentuk seperti tanggul dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi
teknisnya.
DIVISI 7. STRUKTUR
'7.1 (6) Beton K225
Rawatan dengan air yaitu dengan memercikkan air secara terus menerus atau digenangi dengan air.
Menutupnya dengan suatu lapisan penyerap (karung, goni, kantung semen) yang selalu dijaga supaya basah
konstan.
Semua permukaan beton yang akan dipengaruhi air deras atau benturan gelombang harus betul-betul dilindungi dari
kemungkinan kerusakan selama periode pengerasan, dan semua permukaan beton yang belum mencapai kekerasan
yang diharapkan harus ditutup sesuai dengan petunjuk Direksi.
Sambungan Konstruksi
Lokasi sambungan kontruksi beton harus disetujui Direksi, dan berdasrkan ketentuan-ketentuan berikut:
Sambungan kontruksi adalah kontruksi yang kaku, sedemikianrupa hingga beton yang dicor berikutnya tidak dapat
digabungkan secara integral dengan struktur yang dicor sebelumnya. Permukaan sambungan kontruksi segera
dibersihkan sebelum pengecoran beton baru atau mortel. Pembersihan permukaan meliputi pembersihan semua
kotoran, sisa material yang lepas, sisa-sisa beton, pelapisan, pasir dan lain-lainnya.
Permukaan sambungan kontruksi harus dicuci sebelum pengecoran beton baru. Sesudah permukaan dibersihkan dan
basahi, permukaan yang tidak membentuk sambungan kontruksi, harus ditutup dengan lapisan mortel semen setebal
1 cm. Mortel semen harus mempunyai komposisi yang sama dengan campuran beton dibawahnya, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi.
Sambungan kontruksi kedap air, harus memakai water stop seperti yang ditentukan dalam gambar atau ditentukan
lain oleh Direksi.
Ketika beton diatas permukaan beton yang sudah terpasang, permukaannya harus dikerjakan sebagai berikut:

Beton yang dicor belum lebih dari 4 jam akan mempunyai suatu lapisan busa beton pada permukaannya dengan
material lepas dan berlubang-lubang di bawahnya, yang harus dibuang dengan hati-hati dengan cara menyikatnya
secara perlahan-lahan tanpa merusak tubuh dari beton itu. Kemudian beton yang baru harus secepatnya dituangkan.
Beton yang dicorkan telah lebih dari 4 jam tetapi tidak lebih dari 3 ahri akan mempunyai suatu lapisan busa beton
pada permukaannya dengan material lepas dan berlubang-lubang dibawahnya, yang harus dibuang dengan cara
seperti diatas. Permukaan dibawahnya itu harus dicuci secara merata dengan air bersih. Segera sebelum dicorkan
beton yang besar, permukaannya harus dilapisi dengan spesi semen dengan ketebalan 1 cm yang
perbandingancampurannya yang sama dengan beton yang akan dicorkan ditempat itu.
Beton yang dicirkan sudah lebih dari 3 hari harus ditakik supaya kelihatan permukaan yang homogen dan segar
secra keseluruhan tanpa retak-retak. Segera sebelum beton segar dicorkan, spesi semen dengan konsisten seperti
susu kental harus dituangkan pada permukaan yang telah disiapkan.
Untuk pekerjaan beton kami mengacu kepada spesifikasi teknik dan petunjuk dari Direksi nantiinya
'7.3 (1) Baja Tulangan U24 Polos
Besi beton yang digunakan mutu U-24, dan seterusnya tergantung yang ditentukan. Yang penting harus dinyatakan
oleh tes Laboratorium resmi dan sah.
Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak / lemak, asam, alkali dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih.
Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI-1971).
Pabrikasi besi beton berdasarkan ukuran gambar kerja dan direksi pengawas lapangan.
'7.9 Passangan Batu
Pasangan batu kali disini adalah untuk membuat Saluran dan Bangunan Air, adapun ketentuan yang akan kami ikuti
disini secara garis besar saja diantaranya :
a. Adukan untuk spesi digunakan campuran 1 PC berbanding 4 Pasir jadi didalam pengadukan harus benar-benar
merata aduknya sehingga tidak terjadi kelemahan disuasi sisi spesi nantinya. Adukan yang akan dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi dan dibuatkan bak takaran agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan semen.
b. Air yang digunakan harus air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang merusak ikatan semen.
c. Adukan harus diaduk sebanyak yang diperlukan sehingga tidak terjadi adukan terletak selama + 30 menit (adukan
yang sudah terletak + 30 menit tidak dibenarkan memakainya).
Suling-suling perlu dibuatkan terutama untuk pekerjaan yang desakan air tanahnya tinggi sehingga pada masa-masa
tekanan air tanah bertambah keras tidak akan merusak konstruksi dan airnya akan mencari celah keluar lewat sulingsuling tersebut. Suling-suling dibuat dari pipa PVC 2 dan paling tidak 1 buah tiap radius 2 m dan dibelakangnya
diberi saringan dari ijuk, kerikil, dan batu-batu kecil. Pekerjaan ini disesuaikan dengan bestek dan spesifikasi
teknisnya atau petunjuk dari Direksi nantinya.
Pertama sekali setelah pekerjaan galian dilakukan oleh si penggali lalu kami persiapkan peralatan tukang yang
termasuk kotak adukan dan kotak takaran yang diminta kepada direksi lalu kami membuatkan request atau izin
untuk melaksanakan pekerjaan pasangan yang kami ajukan kepada pengawas lapangan dan setelah dimensi galian
oke oleh direksi dan izin pekerjaan pasangan ditanda tangani kami langsung melaksanakan pekerjaan pasangan batu
kali dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Pekerjaan Batu kali Campuran 1 : 4 dilakukan di minggu kesepuluh sampai minggu keempat belas.
Pemasangan Pipa PVC
Pemasangan PVC setiap 10m sesuai persetujuan direksi pengawas pada Pasangan batu kali guna mengalirkan air
dari jalan raya dan air bungan dari rumah tangah ke saluran
DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
'8.4 (12) Beton Bertulang Plat Pada Pintu PengurasTratoar
Rawatan dengan air yaitu dengan memercikkan air secara terus menerus atau digenangi dengan air.
Menutupnya dengan suatu lapisan penyerap (karung, goni, kantung semen) yang selalu dijaga supaya basah
konstan.

Semua permukaan beton yang akan dipengaruhi air deras atau benturan gelombang harus betul-betul dilindungi dari
kemungkinan kerusakan selama periode pengerasan, dan semua permukaan beton yang belum mencapai kekerasan
yang diharapkan harus ditutup sesuai dengan petunjuk Direksi.
Sambungan Konstruksi
Lokasi sambungan kontruksi beton harus disetujui Direksi, dan berdasrkan ketentuan-ketentuan berikut:
Sambungan kontruksi adalah kontruksi yang kaku, sedemikianrupa hingga beton yang dicor berikutnya tidak dapat
digabungkan secara integral dengan struktur yang dicor sebelumnya. Permukaan sambungan kontruksi segera
dibersihkan sebelum pengecoran beton baru atau mortel. Pembersihan permukaan meliputi pembersihan semua
kotoran, sisa material yang lepas, sisa-sisa beton, pelapisan, pasir dan lain-lainnya.
Permukaan sambungan kontruksi harus dicuci sebelum pengecoran beton baru. Sesudah permukaan dibersihkan dan
basahi, permukaan yang tidak membentuk sambungan kontruksi, harus ditutup dengan lapisan mortel semen setebal
1 cm. Mortel semen harus mempunyai komposisi yang sama dengan campuran beton dibawahnya, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi.
Sambungan kontruksi kedap air, harus memakai water stop seperti yang ditentukan dalam gambar atau ditentukan
lain oleh Direksi.
Ketika beton diatas permukaan beton yang sudah terpasang, permukaannya harus dikerjakan sebagai berikut:
Beton yang dicor belum lebih dari 4 jam akan mempunyai suatu lapisan busa beton pada permukaannya dengan
material lepas dan berlubang-lubang di bawahnya, yang harus dibuang dengan hati-hati dengan cara menyikatnya
secara perlahan-lahan tanpa merusak tubuh dari beton itu. Kemudian beton yang baru harus secepatnya dituangkan.
Beton yang dicorkan telah lebih dari 4 jam tetapi tidak lebih dari 3 ahri akan mempunyai suatu lapisan busa beton
pada permukaannya dengan material lepas dan berlubang-lubang dibawahnya, yang harus dibuang dengan cara
seperti diatas. Permukaan dibawahnya itu harus dicuci secara merata dengan air bersih. Segera sebelum dicorkan
beton yang besar, permukaannya harus dilapisi dengan spesi semen dengan ketebalan 1 cm yang
perbandingancampurannya yang sama dengan beton yang akan dicorkan ditempat itu.
Beton yang dicirkan sudah lebih dari 3 hari harus ditakik supaya kelihatan permukaan yang homogen dan segar
secra keseluruhan tanpa retak-retak. Segera sebelum beton segar dicorkan, spesi semen dengan konsisten seperti
susu kental harus dituangkan pada permukaan yang telah disiapkan.
Untuk pekerjaan beton kami mengacu kepada spesifikasi teknik dan petunjuk dari Direksi nantiinya
DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN
9.1 Mandor
Merupakan memberikan Harahan dan merintah pekerja sehinga sesuai dengan gambar bestek. Mandor dapat diminta
(requested) yang diajukan maupun diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Dalam kedua hal tersebut, pekerjaan tidak
boleh dimulai sebelum diterbitkan suatu Perintah Pekerjaan Harian oleh Direksi Pekerjaan, dan jika perlu, setelah
suatu Variasi (Pekerjaan Tambah/Kurang) yang ditandatangani.
9.2 Pekerja Biasa
Pekerjaan ini mencakup operasi-operasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan yang semula tidak diperkirakan (atau
disediakan dalam Daftar Kuantitas dari Divisi 1 sampai 8) tetapi diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan untuk
penyelesaian Pekerjaan yang memenuhi ketentuan. Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian
dapat terdiri dari pekerjaan jenis apapun sebagaimana yang ditunjukkan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari drainase, pemasangan pipa, Pembersian setelah galian dilakukan
dengan alat excavator, pengujian, pengembalian (restitution) perkerasan lama ke bentuk semula, pelapisan ulang,
struktur atau pekerjaan lainnya
9.3 Tukang Kayu, Tukang Batu, dsb
Pekerjaan ini mencakup operasi-operasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan yang semula tidak diperkirakan (atau
disediakan dalam Daftar Kuantitas dari Divisi 1 sampai 8) tetapi diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan untuk
penyelesaian Pekerjaan yang memenuhi ketentuan. Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian

dapat terdiri dari pekerjaan jenis apapun sebagaimana yang ditunjukkan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
dan dapat mencakup pekerjaan pembongkaran bekisting dan membersikan saluran dari bekas kayu bekisting sehinga
tidak menghambat aliran saluran nantinya.
DIVISI 10. PEMELIHARAAN RUTIN
10.10 (1) Pembongkaran pasangan batu
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pembongkaran pasangan pada aliran sungai yang mana terdapat pasangan dari
pasangan batukali. Yang mana saluran yang dibuat tertutup oleh pasangan aliran sungai supaya air dalam trotoar
dapat dialiri. pekerjaan ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
10.10 (2) Pembongkaran Beton
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pembongkaran pasangan pada persimpangan jalan yang mana terdapat pasangan
plat beton jalan. Yang mana plat beton persimpangan tersebut di bongkar setengah-setengah sehinga tidak mengangu
pengendaraan yang lewat pada umur beton telah tercapai umur pengerasannya. pekerjaan ini harus disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai