Laporan Pendahuluan Phlegmon
Laporan Pendahuluan Phlegmon
Laporan Pendahuluan Phlegmon
Oleh:
NANANG EKO PRASETYO, Amd.Kep
RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA - SURABAYA
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Yeti Rohalina
Nurul
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Nurul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ruang submandibular dan sublingual, meskipun berbeda secara anatomis,
harus dianggap sebagai suatu unit karena kedekatan dan keterlibatan ganda infeksi
yang sering odontogenik. Ruang ini terletak di antara superior mukosa mulut dan otot
mylohiod inferior. Infeksi gigi molar dan premolar pertama sering mengalir ke ruang
ini karena Apeks akarnya berada di superior otot mylohiod. Angina Ludwig adalah
sebuah peradangan akut, selulitis dari ruang submandibula dan sublingual bilateral
dan ruang submental.Sebuah sensasi tersedak dan sesak napas (angina) sering
dikombinasikan dengan nama penulis (Wilhelm Friedrich von Ludwig) yang
sepenuhnya menggambarkan kondisi yang berpotensi fatal pada tahun 1836.
Angina Ludwig atau dikenal sebagai Angina Ludovici, pertama kali dijelaskan
oleh Wilheim Frederickvon Ludwig pada tahun 1836 sebagai suatu selulitis atau
infeksi jaringan ikat leher dan dasar mulut yang cepat menyebar. Ia mengamati bahwa
kondisi ini akan memburuk secara progesif bahkan dapat berakhir pada kematian
dalam waktu 10 12 hari .
Angina Ludwig merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang
melekatkan lidah pada tulang hiod dan milohiodeus. 2 Angina Ludwig juga salah satu
bentuk abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di
antara fascia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Tergantung ruang mana
yang terlibat, gejala dan tanda klinis setempat berupa nyeri dan pembengkakkan akan
menunjukkan lokasi infeksi.
Walaupun
biasanya
penyebaran
yang
luas
terjadi
pada
pasien
imunokompromise, angina Ludwig juga bisa berkembang pada orang yang sehat.
Faktor predisposisinya berupa karies dentis, perawatan gigi terakhir, sickle cell
anemia, trauma, dan tindikan pada frenulum lidah. Selain itu penyakit sistemik seperti
diabetes melitus, neutropenia, aplastik anemia, glomerulositis, dermatomiositis dan
lupus eritematosus dapat mempengaruhi terjadinya angina Ludwig. Penderita
terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi pada
usia 12 hari 84 tahun. Kasus ini dominan terjadi pada laki-laki (3:1 sampai 4:1).
Angka kematian akibat angina Ludwig sebelum dikenalnya antibiotik mencapai
angka 50% dari seluruh kasus yang dilaporkan, sejalan dengan perkembangan
antibiotika, perawatan bedah yang baik, serta tindakan yang cepat dan tepat, maka
saat ini angka kematiannya hanya 8%.
1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan phlegmon serta bagaimana cara
penanganannya
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
1) Memahami tentang pengertian phlegmon
2) Memahami tentang penyebab phlegmon
3) Memahami tentang tanda gejala phlegmon
4) Memahami tentang WOC phlegmon
5) Memahami tentang pemeriksaan diagnostik phlegmon
6) Memahami tentang pelaksanaan phlegmon
7) Memahami Asuhan Keperawatan dengan diagnosa phlegmon
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. PENGERTIAN
anaerob
yang
diisolasi
seringkali
berupa
bacteroides,
4.
5.
Gambar 4. Pembengkakkan berat dari submandibula bilateral dan
regio cervikal anterior pada anak usia 4 bulan dengan angina Ludwig.
Gambar 5. Edema dan indurasi dari dasar mulut mengakibatkan
peninggian lidah pada anak usia 5 tahun dengan angina Ludwig.
Proses
fagositosis
Merangsan
g syaraf
Mereda
Sembuh
Berlanjut
Peningkatan
fagositosis
Nyeri
Sel darah
putih rusak
Terbentuk
Exudasi
Peningkatan
debris / pus
Oedema
Tertampung
pada / dalam
rongga
Abses
Gangguan
perfusi lokal
Iskemia
Nekrosis jaringan
Cemas
Pecah
Penyebaran
hematogen
Sepsis
Krisis
situasi
Kerusakan
epitel
Ulkus
Stress
Merangsang
pusat suhu /
hipotalamus
MRS /
hospitalisasi
Hipertermi
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Meskipun diagnosis phlegmon dapat diketahui berdasarkan
Gangguan
integritas kulit
infeksi
b) HE
Darah
hiperglikemi
menunjukan
glukoneogenesis
meningkat
2) Pemeriksaan kultur dan sensitivitas: untuk menentukan bakteri yang
dari abses. USG dapat membantu diagnosis pada anak karena bersifat
non-invasif dan non-radiasi. USG juga membantu pengarahan aspirasi
jarum untuk menentukan letak abses.
3) CT-scan: CT-scan merupakan metode pencitraan terpilih karena dapat
memberikan evaluasi radiologik terbaik pada abses leher dalam. CTscan dapat mendeteksi akumulasi cairan, penyebaran infeksi serta
derajat obstruksi jalan napas sehingga dapat sangat membantu dalam
memutuskan kapan dibutuhkannya pernapasan buatan.
4) MRI: MRI menyediakan resolusi lebih baik untuk jaringan lunak
amoxicillin-clavulanate
harus
dipertimbangkan.
6.
7.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS,
no register, serta identitas yang bertanggung jawab.
3.1.2 KELUHAN UTAMA
Pada pasien phlegmon sering muncul keluhan nyeri dan gangguan jalan nafas
bahkan hingga muncul keluhan sesak nafas.
3.1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Perlu dikaji sejak kapan keluhan muncul,ada rasa nyeri atau tidak.Ada
gangguan bernafas atau tidak.
3.1.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Dikaji ada riwayat penyakit-penyakit lain sebelumnya,seperti DM, hipertensi
maupun asma.
3.1.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Dikaji adanya keturunan penyakit phlegmon pada keluarga untuk mendeteksi
adanya faktor genetik.
b)
2)
3)
4)
2)
3)
4)
5)
IMPLEMENTASI
Diagnosa/ Masalah
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan proses
inflamasi
Hipertermia berhubungan
dengan peningkatan tingkat
metabolisme penyakit
Kerusakan integritas kulit /
jaringan berhubungan dengan
invasi pada tubuh
Ansietas berhubungan dengan
faktor fisiologis
Evaluasi
Nyeri berkurang atau hilang
DAFTAR PUSTAKA