Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Wawancara

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Wawancara

1.1 pengertian wawancara


Definisi wawancara menurut Moleong (2009, halaman 186), wawancara
adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Benney & Hughes
(dalam Denzin, 2009, halaman 501), wawancara adalah seni bersosialisasi,
pertemuan dua manusia yang saling berinteraksi dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan kesetaraan status, terlepas apakah hal tersebut benar-benar
kejadian nyata atau tidak. Dengan demikian, wawancara dapat menjadi
alat/perangkat dan juga dapat sekaligus menjadi objek. Menurut Sanapiah Faisal
(1982, halaman 213), wawancara merupakan angket lisan, maksudnya
responden atau interviewee mengemukakan informasinya secara lisan dalam
hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya secara
tertulis. Sugiyono (2009:317) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingi melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik wawancara juga merupakan teknik percakapan dengan maksud
tertentu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara dengan
berbagai sumber data yang dapat memberikan informasi atau data. Dari uraian
dan pendapat tersebut, interview atau wawancara merupakan suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik
langsung atau tidak langsung dengan sumber data responden (terwawancara).
Wawancara langsung yaitu ditujukan langsung kepada orang yang diperlukan
keterangan/datanya dalam penelitian. Sedangkan wawancara tidak langsung,
yaitu wawancara yang ditujukan kepada orang-orang lain yang dipandang dapat
memberikan keterangan mengenai keadaan orang yang diperlukan datanya.

1.2 Macam-macam interview/wawancara


Didalam penerapannya, maka interview atau wawancara dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa tipe wawancara. Menurut fungsinya, maka terdapat
wawancara diagnostic, wawancara penyembuhan atau perawatan, wawancara
penelitian, wawancara sample, wawancara bantuan hukum, dan seterusnya
(Millan, 2001, halaman 410). Disamping itu, menurut Patton (Moleong, 2009,
halaman 187188) yang didasarkan atas perencanaan pertanyaan, wawancara
dibedakan antara tipe wawancara pembicaraan informal, wawancara dengan
pendekatan menggunakan petunjuk umum, dan wawancara baku terbuka.
Selanjutnya menurut data dan informasi yang diinginkan dibedakan menjadi
wawancara sejarah kehidupan, wawancara ethnografi, wawancara postmodern,
dan wawancara feminis (Pattilima, 2007, halaman 66). Selanjutnya Esterberg
(2002, dalam Sugiyono, 2009, halaman 7375) membagi wawancara menjadi
wawancara terstruktur, wawancara tak terstruktur, dan wawancara

semiterstruktur. Pembahasan lebih lanjut pada makalah ini akan ditekankan pada
pembahasan wawancara dari tipe terstruktur, tak terstruktur, dan wawancara
kelompok, karena dalam pembagian wawancara disini semua tinjauan baik
tinjauan jumlah orang terwawancara, fungsi, data, dan informasi, maupun
perencanaan pertanyaannya sudah masuk ke dalam pembahasan.

a. Wawancara terstruktur
Tipe Wawancara ini disebut juga wawancara terkendali, yang dimaksudkan
adalah bahwa seluruh wawancara didasarkan pada suatu sistem atau daftar
pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara terstruktur ini mengacu
pada situasi ketika seorang peneliti melontarkan sederet pertanyaan kepada
responden berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu atau terbatas.
Namun, peneliti dapat juga menyediakan ruang bagi variasi jawaban, atau
peneliti dapat juga menggunakan metoda pertanyaan terbuka yang tidak
menuntut keteraturan, hanya saja pertanyaannya telah disiapkan terlebih dahulu
oleh peneliti. Penggunaan teknik wawancara terstruktur sebenarnya bertujuan
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut. Namun, peneliti
yang menggunakan teknik ini harus memahami bahwa wawancara selalu akan
berkaitan dengan konteks interaksi sosial dan sangat dipengaruhi oleh konteks
tersebut.
b. Wawancara tak terstruktur
Berdasarkan sifatnya dasarnya, wawancara tak terstruktur (unstructured
interviewe) memberikan ruang yang lebih luas dibandingkan dengan tipe-tipe
wawancara yang lain. Menurut Sugiyono (2009, halaman 74), wawancara tak
struktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Salah satu bentuk wawancara tak
terstruktur adalah catatan harian lapangan, seperti yang dibuata oleh
Malinowski (Denzin, 2009, halaman 507) yang menunjukkan sedemikian
pentingnya teknik wawancara tak terstruktur dalam riset lapangan, dan secara
tegas berbeda dengan teknik wawancara terstruktur. Ciri dari wawancara tak
struktur adalah kurang diinterupsi dan arbiter, biasanya teknik wawancara ini
digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal,
dengan waktu wawancara dan cara memberikan respon jauh lebih bebas
iramanya dibanding wawancara struktur (Moleong, 2009, halaman 190).

c. Wawancara kelompok
Disamping tiga tipe di atas, wawancara juga dibedakan menjadi wawancara
individual dan wawancara kelompok. Wawancara individual adalah wawancara
yang dilakukan dengan memberikan sederatan pertanyaan sistematis kepada
individu responden. Sedangkan wawancara kelompok adalah wawancara dengan

sederetan pertanyaan sistematis kepada beberapa individu atau kelompok


secara serentak, baik dalam setting formal maupun informal. Wawancara
kelompok ini nampaknya lebih baik ketimbang wawancara secara individual,
karena teknik wawancara kelompok akan menghasilkan perspektif tentang objek
penelitian yang tidak dapat dicapai hanya dengan teknik wawancara individual
(Denzin, 2009, halaman 505).
Wawancara kelompok pada prinsipnya adalah teknik pengumpulan data kualitatif
yang menuntut seorang peneliti mampu mengarahkan proses interaksi yang
sedang berlangsung, baik berbasis pada aturan ketat terstruktur atau pada
aturan longgar tak terstruktur bergantung pada tujuan wawancara dari peneliti
itu sendiri. Tabel berikut memberikan gambaran tentang tipe beberapa
wawancara kelompok dan aspek-aspeknya.

1.3 Kelebihan dan Kelemahan


a. Wawancara terstruktur
keuntungan dari penggunaan wawancara tipe terstruktur, adalah jarang
mengadakan pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan terwawancara
agar sampai berdusta. Namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan
pada wawancara terstruktur, yaitu
Tidak mudah mengatur responden atau jawaban responden, karena
beragamnya karakter responden.
Tidak mudah membatasi jawaban yang diberikan oleh r esponden, apakah
jawaban itu menyenagkan atau jawaban itu tidak sesuai dengan yang
diharapkan peneliti, karena ada informasi yang dirahasiakan oleh responden.
Rencana pelaksanaan wawancara harus disusun sebaik mungkin sebagaimana
skenario pembelajaran, ini memerlukan teknik wawancara yang baik dari peneliti
atau pewawancara.
b. Wawancara tak terstruktur
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ada keuntungan dari
penggunaan wawancara tipe tak terstruktur, yaitu:
Wawancara tipe ini mendekati keadaan yang sebenarnya dan didasarkan
pada spontanitas yang diwawancarai.
Lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang diajukan oleh
pewawancara
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih mudah dimengerti oleh
responden, meskipun responden itu terdiri dari beberapa kelompok yang
heterogen.

Lebih banyak kemungkinan, untuk menjelajahi pelbagai aspek dari masalah


yang diajukan.
Adapun kelemahan-kelemahannya, adalah sebagai berikut :
Sukar sekali untuk memperbandingkan hasil satu wawancara dengan hasil
wawancara yang lainnya.
Informasi atau data yang diperoleh seringkali bias, dan seringkali terjadi
tumpang tindih di dalam pengumpulan data.
Sukar untuk mengolah data dan mengadakan klasifikasi, sehingga peneliti
harus menyediakan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Waktu pelaksanaan wawancara bisa berlangsung lama dan sering dilanjutkan
pada kesempatan berikutnya, sehingga kadang-kadang terjadi bahwa responden
atau pewawancara sudah mengajari semua apa yang diketahuinya. Oleh sebab
itu, situasi semacam ini harus disadari oleh pewawancara sehingga dapat
meluruskan kembali pertanyaan atau pembicaraan ke arah tujuan wawancara.

c. Wawancara kelompok
Adapun kelebihan dari teknik wawancara kelompok adalah informasi atau yang
diproleh bersifat terjangkau, kaya data, fleksibel, lebih menarik, anggota dalam
kelompok saling melengkapi, komulatif dan elaboratif, serta hasilnya melebihi
hasil dari wawancara individu. Meskipun demikian, teknik ini juga memiliki
kelemahan antara lain:
Budaya kelompok dapat dipengaruhi oleh ekspresi individu.
Kelompok bisa saja didominasi oleh perorangan.
Format kelompok dapat menyulitkan penelitian berbasis ide kelompok sebagai
tujuan utama.
Peneliti atau pewawancara memerlukan keahli an dan kecakapan yang lebih
banyak karena dinamika kelompok yang tidak dapat diprediksi secara pasti.

Angket
2.1 Pengertian
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan
yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975).
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus
dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987). Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan
sumber data ( I. Djumhur, 1985 ). Kuesioner atau angket merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak memerlukan kedatangan langsung dari sumber


data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ). Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi
pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin
diselidiki atau responden ( Bimo Walgito, 1987 ). Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yang
berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk
mendapatkan jawaban secara tertulis juga.

2.2 Bagian bagian angket

Judul angket
Pengantar yang berisi tujuan dan petunjuk pengisian.
Item-item pertanyaan, bisa juga opini atau pendapat, fakta.

Pengisian identitas dalam angket tergantung tujuannya, karena kadang-kadang


indentitas tidak diperlukan. Misalnya angket yang bertujuan atau menginginkan
opini atau pendapat umum.

2.3 Macam-macam Angket


1. Dilihat dari cara memberikannya, angket dapat dibedakan:
a. Angket langsung, yaitu bila angket itu langsung diberikan kepada responden
yang ingin diselidiki . Jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa
menggunakan perantara.
b. Angket tidak langsung, yaitu bila angket itu disampaiakan kepada orang lain
ang diminta pendapat tentang pendapat atau keadaan orang lain. Jawaban
angket itu diperoleh dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari
sumber pertama.

2. Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan menjadi :


a. Angket berstruktur, yaitu angket yang bersifat tegas, konkrit dengan
pertanyaan - pertanyaan yang terbatas dan menghendaki jawaban yang tegas
dan terbatas pula.
b. Angket tak berstruktur, dipergunakan apabila konselor menginginkan uraian
lengkap dari subyek tentang sesuatu hal, di mana diminta uraian yang terbuka
dan panjang lebar. Disampaikan dengan mengajukan pertanyaan bebas.
2.4 Langkah-langkah Penyusunan Angket.
1. Persiapan.
2. Menentukan sasaran.

3. Menentukan tujuan.
4. Menentukan jenis informasi yang dibutuhkan.
5. Merancang bentuk-bentuk pertanyaan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.

2.5 kelebihan dan kekurangan angket


Kelebihan Angket.
1. Merupakan metode yang praktis, karena dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan
waktu yang singkat.
2. Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan.
3. Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama.
4. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan.
5. Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan.
6. Pengaruh subyektif dapat dihindarkan.
Keterbatasan Angket.
1. Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban
yang tepat.
2. Terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan menulis.
3. Karena tidak berhadapan langsung dengan responden, maka bila ada
pertanyaan yang kurang jelas, responden tidak dapat mendapatkan keterangan
lebih lanjut.
4. Bersifat kaku, karena pertanyaan-pertanyaan dalam angket telah ditentukan,
sehingga tidak dapat diubah sesuai dengan keadaan sekitar.
5. Sulit mendapatkan jaminan bahwa semua responden akan mengembalikan
angket yang diberikan
http://repository.upi.edu/2531/6/S_IPAI_0906378_CHAPTER3.pdf
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10
503148.pdf
http://sunyonoms.files.wordpress.com/2013/09/paper-mata-kuliah-penelitiankualitatif.pdf
http://www.siafif.com/kuliah/sukma/semester%208/SKRIPSI%20KAKAK
%20TINGKAT/KEMANDIRIAN/jurnal%20kemandirian/MATERI8.pdf

Anda mungkin juga menyukai