Bactrocera Dorsalis (Morfologi, Pengendalian, Gejala)
Bactrocera Dorsalis (Morfologi, Pengendalian, Gejala)
Bactrocera Dorsalis (Morfologi, Pengendalian, Gejala)
bersimbiosis dengan lalat buah dan disebabkan oleh serangan pathogen lain. Kerusakan akibat
serangan lalat buah berkisar antara 12 -20 % pada musim kemarau dan pada musim penghujan
dapat mencapai 90 % (Vos, 1994).
PENGENDALIAN :
Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dan fisik, biologi dan kimiawi. Pengendalian harus
dilakukan di seluruh areal pertanaman agar B. dorsalis dapa efektif terkendali, bila ada satu areal
tidak melakukan pengendalian, maka hama tersebut akan pindah ke areal tersebut, hingga
menimbulkan kerugian yang sangat parah.
1. Pengandalian Mekanis dan Fisik
Pengendalian dilakukan dengan sanitasi buah cabai yang terinvestasi B. dorsalis (telur dan larva).
Buah cabai yang diambil dibakar agar telur dan larva mati. Selain itu dapat dilakukan dengan
pemasangan perangkap kuning berpelekat sebanyank 40 buah/hektar. Pengendalian ini dilakukan
karena B. dorsalis tertarik dengan warna kuning.
2. Pengendalian Biologi
Pemanfaatan parasitoid telur dan larva mampu menekan populasi lalat buah. Parasitoid yang dapat
digunakan diantaralain :
-
Selain itu pengendalian dapat dilakukan dengan TSM (Teknik Serangga Mandul). Prinsip dari
penegndalian ini adalah dengan memandulkan Imago jantan dari B. dorsalis kemudian dilepas ke
alam bebas agar mating dengan Imago betina yang terdapat di alam bebas dengan tujuan Imago
jantan membuahi Imago betina sehingga sperma yang diterima Imago betina tidak akan kopulasi,
karena sperma dari Imago jantan telah disterilkan. Lalat buah betina hanya berkopulasi dengan
sperma satu pejantan. Namun dapat bertelur berkalikali dan mating berkali-kali. Pemandulan
dilakukan dengan menembak pupa B. dorsalis dengan radiasi gamma cobalt -60. Jantan mandul
yang di lepas harus lebih banyak dari populasi Imago jantan yang terdapat dilapangan.
3.Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi pada umumnya menggunakan insektisida sintetik sistemik. Namun
pengendalian dengan pestisida tersebut dapat menimbulkan masalah pada produk, karena produk
tersebut terdapat resisu pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan residu tersebut tidak
dapat hilang dengan pencucian air ataupun deterjen. Pengendalian kimiawi yang direkomendasikan
diantara lain dengan menggunakan metil eugenol.
Metil eugenol merupakan bahan dasar pembentuk feromon sex bagi B. dorsalis jantan dimana
feromon sex tersebut digunakan untuk memikat B.dorsalis betina. Tentunya B. dorsalis jantan
sangat membutuhkan metil eugenol. Pengendalian dilakukan dengan membuat perangkap dari botol
pelastik yang diberi lubang, yang di dalamnya terdapat kapas yang disuntik dengan metil eugenol,
dan di bagian dasarnya di beri air, formalin, atau insektisida. Walaupun yang tertangkapB.
dorsalis jantan saja, pengendalian ini efektif, karena B. dorsalis memiliki sex ratio 1:1. Sehungga
bila populasi jantan di tekan kemungkinan kopulasi dapat ditekan. Botol tersebut digantungkan
pada kayu setinggi 1 m dari tanah.Setiap hektar dibutuhkan 40 buah botol. Selain itu dapat
digunakan protein hidrolisat yang berasal dari limbah bir yang mampu menarik kedua jenis
kelamin B. dorsalis. Protein hidrolisat dibutuhkan oleh B. dorsalis untuk keperluan pakan dan
proses peneluran bagi B. dorsalis betina. Namun presistensi di lapangan tidak selama metil eugenol.