School Work">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lumut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Lumut

Lumut Hati

Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau lumut hati banyak ditemukan menempel di
bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembap. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip
bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang,
dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan
kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota
lebih dari 6000 spesies.
Bagian-bagian tubuh dari lumut hati:
1. Apotisis = batas antara seta dan sporogonium
2. Sporangium = alat penghasil spora
3. Kaliptra = tudung sporangium
4. Seta = tangkai sporogonium
5. Vaginula = selaput pangkal tangkai sporogonium
Contoh:
1. Haplomitrium sp.
2. Marchantia polymorpha
3. Monoclea forsterii
4. Sphaerocarpos texanus
5. Riccardia chamaedryfolia
6. Pellia endivifolia
7. Scapania nemorosa
8. Jungermannia sp.

Lumut daun

Lumut sejati atau disebut juga Lumut daun atau Bryophyta juga nama lainnya
yaitu Musci adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk
dalam superdivisi tumbuhan lumut atau Bryophyta. Lumut ini disebut sebagai lumut sejati,
karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar (rizoid), batang,
dan daun. Lumut ini merupakan kelompok lumut terbanyak dibandingkan lumut lainnya, yaitu
sekitar 10 ribu species.
[3]
Kurang lebih terdapat 12.000 jenis lumut daun yang ada
di alam ini. Lumut daun merupakan tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu dan
tumbuhnya tegak. Lumut ini tidak melekat pada substratnya, tetapi mempunyai rizoid yang
melekat pada tempat tumbuhnya. Bentuk daunnya berupa lembaran yang tersusun spiral. Contoh
species lumut daun yang terkenal adalah lumut gambut atau Sphagnum sp. menutup paling tidak
30% permukaan daratan di bumi, dengan kerapatan tertinggi terdapat di kutub utara. Gambut
pada lapisan tanah gambut yang tebal dapat mengikat senyawa karbon organik dan mekanisme
ini sangat penting untuk menstabilkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer bumi, sehingga
mengurangi dampak efek rumah kaca.
Habitat
Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang pohon, di
rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air. Kebanyakan lumut ini tumbuh di rawa-rawa
yang membentuk rumpun atau bantalan yang dari tiap-tiap tahun tampak bertambah luas
sedangkan bagian bawah yang ada dalam air mati berubah menjadi gambut yang membentuk
tanah gambut. Jenis tanah ini bermanfaat untuk menggemburkan medium pada tanaman pot dan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Karena habitatnya sangat luas, maka tubuhnya pun
mempunyai struktur yang bermacam-macam.
Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan yang
hidup di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan permadani. Lumut di daerah lahan gambut
dapat menutupi tanah sampai beribu kilometer.
Lumut ini hampir tidak pernah mengisap air dari dalam tanah, tetapi justru banyak
melindungi tanah dari penguapan air yang terlalu besar. Lumut daun merupakan tumbuhan yang
berdiri tegak, kecil, dan letak daunnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral.
[4]

Reproduksi
Pada lumut daun, alat-alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang atau ujung cabang-
cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Ada lumut daun yang
bersifat banci atau berumah satu, yaitu jika terdapat anteridium dan arkegonium, sedangkan yang
bersifat berumah dua jika kumpulan anteridium dan arkegonium terpisah tempatnya. Apabila
anteridium ini sudah masak, maka akan membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel-sel
dinding yang letaknya di ujung menjadi berlendir dan mengembang sehingga kutikulanya pecah.
Hal tersebut juga terjadi pada arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada
arkegonium, tepi bagian dindingnya terbuka dan akan membengkok ke luar dan berbentuk
seperti corong. Apabila ada hujan, air ini sangat membantu spermatozoid menuju sel telur, dan
sel telur ini menghasilkan sakarose untuk menarik spermatozoid dan gerakannya disebut sebagai
gerak kemotaksis. Setelah terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot, selanjutnya akan
berkembang menjadi embrio kemudian berkembang menjadi sporofit.
Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah membentuk protonema. Protonema ini
terdiri atas benang berwarna hijau, fototrof, bercabang-cabang, dan dapat dilihat dengan mata
biasa karena mirip seperti hifa cendawan. Dari protonema, muncul rizoid yang masuk ke dalam
tanah. Pada keadaan cukup cahaya, protonema akan membentuk kuncup yang dapat berkembang
menjadi tumbuhan lumut. Terjadinya kuncup diawali dengan adanya tonjolan-tonjolan ke
samping pada cabang protonema. Lama-kelamaan pada ujungnya akan terjadi sel berbentuk
piramida yang meristematik. Jika sel piramida terputus, akan tumbuh anakan baru dari sel
tersebut.
Terbentuknya banyak kuncup menyebabkan tumbuhan lumut tersusun seperti rumpun.
Alat kelamin Musci terkumpul pada ujung batang atau ujung cabang dan dikelilingi oleh daun
paling atas. Ada yang berumah satu dan ada yang berumah dua. Pada Musci, kapsul sporanya
memiliki kolumela yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh ruang yang berisi spora. Pada
sporogonium muda, ruang sporanya diselimuti oleh jaringan asimilasi dan dibatasi oleh
epidermis dari udara luar. Kolumela inilah yang berfungsi sebagai pemberi makanan dan
penyimpan air bagi spora yang baru terbentuk. Di bawah kapsul spora terdapat mulut kulit.
Susunan kapsul yang telah masak sangat khusus.Hal ini ditandai dengan mudahnya kapsul pecah
sehingga spora terhambur keluar. Dengan bantuan seta, kapsul dapat terangkat sehingga spora
yang terhambur mudah tertiup angin. Perkembangan embrio lebih cepat dari perkembangan
dinding sel arkegonium sehingga embrio bertambah panjang dan menyebabkan robeknya dinding
arkegonium. Bagian atas yang tetap menyelubungi kapsul spora disebut kaliptra dan bagian
bawahnya sebagai sarung pada pangkal seta yang disebut vaginula.
Contoh
Andreaea petrophila
A. rupestris
Sphagnum fimbriatum
S. squarrosum
S. acutifolium
Polytrichum commune
Hypnodendron reinwardtii
Mniodendron divaricatum
Pogonatum cirrhatum
Georgia pellucida

Lumut Tanduk

Lumut tanduk atau disebut juga Anthocerotopsida adalah anggota tumbuhan tidak
berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk dalamsuperdivisi tumbuhan
lumut atau Bryophyta. Tumbuhan ini biasa hidup melekat di atas tanah dengan
perantara rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan hanya memiliki
satu kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup.
Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang selokan.
Anthoserofita tidak berbeda jauh dengan lumut hati. Perbedaan lumut tanduk dengan lumut hati
adalah sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan hamparan gametofit seperti
karpet yang lebar. Lumut tanduk berdasarkan asam nukleatnya memiliki kekerabatan hubungan
yang dekat dengan tumbuhan berpembuluh (trakeofita/tumbuhan vaskuler).
Pergiliran Keturunan
Lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) ketika fase sporofit
dan fase gametofit terjadi secara bergiliran. Susunan sporogonium lumut tanduk lebih rumit jika
dibandingkan dengan lumut hati lainnya. Gametofitnya mempunyai cakram dan tepi bertoreh.
Sepanjang poros bujurnya terdapat sederetan sel mandul yang disebut kolumela. Kulomela
dilindungi oleh arkespora penghasil spora. Dalam askespora, selain spora, juga dihasilkan sel
mandul yang disebut elatera. Tidak seperti lumut hati lainnya, masaknya kapsul spora pada
sporogonium lumut tanduk tidak bersamaan, tetapi berurutan dari bagian atas sampai pada
bagian bawah.
Contoh
Phaeoceros laevis
Anthoceros fusiformis
Notothylas valvata

Lumut Kerak

Lumut kerak (atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah suatu organisme majemuk yang
merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungus (sebagaimycobiont) dengan
mitra fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya Trebouxia)
atau sianobakteri (biasanya Nostoc). Kerja sama ini demikian eratnya sehingga morfologinya pun
berbeda dari komponen simbiotiknya. Pada beberapa kasus bahkan masing-masing komponen
akan mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan terpisah.
Lumut kerak menyebar sangat luas di muka bumi dan mampu menghuni tempat-tempat ekstrem,
seperti tundra, permukaan batu di pegunungan maupun pantai, atau tumpukan sampah beracun.
Oleh karenanya, lumut kerak dapat digunakan sebagai pengukur tingkat polusi. Beberapa lumut
kerak digunakan sebagai pewarna, bahan parfum, serta bahan pengobatan (contoh: kayu
angin atau lumut jenggot Usnea sp.).

Tumbuhan Paku

Paku Sarang Burung





Paku sarang burung (Asplenium nidus, syn.: A. ficifolium Goldm., Thamnopteris
nidus (L.) C. Presl., Neottopteris rigida Fe) merupakan jenistumbuhan paku populer
sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa
Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika
Timur, India tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Walaupun
dalam artikel ini paku sarang burung disamakan dengan A. nidus hasil penelitian terakhir
menunjukkan kemungkinan revisi, bahwa paku sarang burung mencakup beberapa jenis
berkerabat dekat namun berbeda. A. australasiaticum juga sering dianggap sebagai paku sarang
burung.
Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang
150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai
daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi
bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa
pada Aspleniaceae). Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang
menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat
ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.
Paku ini kebanyakan epifit, namun sebetulnya dapat tumbuh di mana saja asalkan terdapat bahan
organik yang menyediakan hara. Karena merupakan tumbuhan bawah tajuk, ia menyukai
naungan.
Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetative), yakni dengan stolon yang
menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang
mengandung spora.
Reproduksi secara seksual (generative)melalui pembentukan sel kelamin jantan dan
betina oleh alat alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium)
menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur
(ovum).sepertihalnya tumbuhan lumut , tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran
keturunan).

Alga

Alga

Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti
yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah
digolongkan pula sebagaitumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya,
seperti Hydrilla.
Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan
dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-
fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendi
Kelompok-kelompok alga
Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok,
baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga
bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke
dalam Thallophyta).
Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak
memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya,
karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.
Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan dengan
semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok
tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang
(Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
Alga prokariotik
Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga
dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau")
Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur
sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena
memiliki klorofil.
Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi
dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri
sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan,
beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah
dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea
Alga eukariotik
Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah
dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.
Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini.
Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak
valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya
dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.
Archaeplastida : Regnum Viridiplantae atau Plantae (tumbuhan):
Filum Chlorophyta (alga hijau)
Filum Charophyta (alga hijau berkarang)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
Filum Rhodophyta (alga merah)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
Filum Glaucophyta
Superregnum Cabozoa: Regnum Rhizaria:
Filum Cercozoa
Kelas Chlorarachnia
Superregnum Cabozoa: Regnum Excavata:
Filum Euglenozoa
Regnum Chromalveolata: Superfilum Chromista
Filum Heterokontophyta (atau Heterokonta)
Kelas Bacillariophyceae (Diatomae)
Kelas Axodina
Kelas Bolidomonas
Kelas Eustigmatophyceae
Kelas Phaeophyceae (alga coklat)
Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)
Kelas Raphidophyceae
Kelas Synurophyceae
Kelas Xanthophyceae (alga pirang)
Filum Cryptophyta
Filum Haptophyta
Regnum Chromalveolata: Superfilum Alveolata
Filum Dinophyta (atau Dinoflagellata)


Alga Merah

Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam
jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil.
Alga ini pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya
antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap
minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan
memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus.
Habitat
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil
hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang
hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam
adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.
Reproduksi
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan
pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang
yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina
yang sel-selnya haploid.
Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel
kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat
perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang
menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina
disebutkarpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh
spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh
menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan
pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang
penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan
antara sporofit dan gametofit.
Mamfaat
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain
yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus
crispus(lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina
mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat
krem, dan obat pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema
spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan
serupa gelatin yang dikenal sebagaiagar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai
medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam
banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan
penutup.

Alga Coklat

Alga coklat, alga pirang, atau Phaeophyceae adalah salah satu kelas dari
dari alga Heterokontophyta. Nama alga ini diambil dari pigmendominan yang dimiliki,
yaitu xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang dimiliki
Phaeophyceae adalah klorofil dankarotena.
Semua alga coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar,batang, dan daun.
Umumnya alga coklat bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebih dari 30 meter, dan
mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Hampir semua
alga coklat hidup di laut, terutama di laut yang dingin.
Perkembangbiakan Alga Coklat
Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan fragmentasi dan
pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memilki
dua flagela yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral.
Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan isogami, anisogami, atau oogami.
Contoh Alga Coklat
Fucus vesiculosus, banyak terdapat di laut dalam. Alga ini berkembang biak secara
oogami dengan menghasilkan sel gamet betina (ovum) dan sel gamet jantan
(spermatozoid) . Sel gamet jantan dan betina masing-masing dihasilkan oleh
tumbuhan yang berbeda. Sel gamet dihasilkan oleh alat pembiak yang disebut
konseptakel. Konseptakel ini berkumpul dalam badan penghasil alat pembiak yang
disebut reseptakel. Reseptakel dibentuk di ujung lembaran/talus fertil.
Sargassum siliquosum, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya
menempel pada batu karang. Di pantai yang bersuhu sedang,Sargassum tumbuh subur
sehingga menutupi permukaan laut. Laut yang demikian disebut laut sargaso.
Turbinaria australis, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya
menempel pada batu karang.
Fucus distichus
Laminaria
Macrocystis

Alga Keemasan

Alga keemasan atau Chrysophyceae adalah salah satu kelas dari
kelompok alga Heterokontophyta. Warnanya yang kuning keemasan berasal dari
kandungan pigmen karotena dan xantofil yang banyak sehingga mendominasi warna
kloroplasnya dan membuat klorofil tidak terlalu tampak. Kloroplas alga ini
berbentuk cakram, pita, atau oval. Nama "Chrysophyceae" diambil dari bahasa Yunani,
yaitu chrysos yang berarti emas.
Sel-sel alga keemasan memiliki inti sejati, dinding sel umumnya
mengandung silika (SiO
2
) atau zat kersik. Alga ini ada yang hanya satu sel (uniseluler) dan ada
yang terdiri atas banyak sel (multiseluler). Alga uniseluler dapat hidup sebagai
komponen fitoplankton yang dominan. Alga yang multiseluler membentuk koloni atau berbentuk
berkas pita (filamen). Habitatnya adalah air tawar, di laut, dan di tanah yang lembab.
Perkembangbiakan Alga Keemasan
Ada dua cara perkembangbiakan, seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Perkembangbiakan generatif melalui cara-cara konjugasi, isogami,anisogami, dan oogami.
Perkembangbiakan vegetatif dilakukan melalui pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni,
dan pembentukan spora(baik aplanospora maupun zoospora).
Contoh alga keemasan
Alga keemasan bersel tunggal
1. Ochromonas
Sel tubuhnya berbentuk bola yang dilengkapi dengan 2 flagel sebagai alat gerak.
Kedua flagel tersebut tidak sama panjang. Di dalam sitoplasmanya terdapat
beberapa organel penting, sepertikloroplas yang berbentuk lembaran
melengkung, vakuola, stigma, dan nukleus. Ochromonas berkembangbiak dengan
membelah diri.
2. Navicula sp
Alga ini dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik karena dinding sel
tubuhnya mengandung zat kersik. Kersik merupakan komponen penting
dalam plankton. Navicula sp hidup di air tawar dan di laut.
Tubuh Navicula sp terdiri atas dua bagian yaitu kotak (hipoteka) dan tutup
(epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang disebut rafe.
Perkembangbiakan Navicula sp:
Perkembangbiakan vegetatif Navicula dengan membelah diri. Setiap inti
diatomae membelah menjadi dua, diikuti pembagian sitoplasma menjadi
dua bagian. Selanjutnya, dinding sel Naviculamemisah menjadi kotak dan
tutup. Pada sel anakan, baik kotak maupun tutup akan berfungsi menjadi
tutup, dan masing-masing akan membentuk kotak baru. Dengan demikian
setiap sel anakan yang berasal dari kotak akan mempunyai ukuran lebih
kecil daripada sel asalnya. Peristiwa ini berlangsung berulang kali.
Perkembangbiakan generatif Navicula berlangsung dengan konjugasi. Bila
ukuran tubuh Navicula tidak memungkinkan untuk mengadakan
pembelahan lagi, inti selnya akan mengalamimeiosis dan
menghasilkan gamet. Gamet itu kemudian akan meninggalkan sel dan
setelah terjadi pembuahan di dalam air akan menghasilkan zigot. Zigot
selanjutnya tumbuh menjadi selNavicula baru dan membentuk tutup dan
kotak baru.
Bila Navicula mati, dinding selnya akan mengendap membentuk
tanah diatom yang kaya zat kersik. Tanah ini merupakan bahan dinamit, isolator,
dan bahan gosok penghalus.
Alga keemasan berbentuk berkas
1. Vaucheria
Tubuhnya berupa benang bercabang-cabang dan tidak bersekat, memiliki inti sel
banyak, dan menyebar. Vaucheria tumbuh melekat pada substrat dengan
menggunakan alat yang berbentukakar. Habitatnya di air tawar maupuan di air
payau.
Perkembangbiakan Vaucheria:
Perkembangbiakan vegetatif Vaucheria berlangsung dengan
pembentukan zoospora yang berkumpul dalam sporangium pada ujung
filamen. Selanjutnya, inti di dalam sporangium membelah
secara meiosis dan menghasilkan zoospora. Zoospora tersebut berinti
banyak dan mempunyai flagel yang tumbuh di seluruh permukaannya.
Setelah sporangium masak, zoospora akan keluar dan tumbuh menjadi
Vaucheria baru.
Perkembangbiakan generatif Vaucheria berlangsung
dengan pembuahan ovum oleh spermatozoid. Ovum dibentuk di
dalam oogonium, sedang spermatozoid dibentuk dalam anteridium,
keduanya terdapat pada benang yang sama (homotalus). Zigospora hasil
pembuahannya akan membelah secara meiosis dan
menghasilkan spora yang selanjutnya terlepas dari induknya dan tumbuh
menjadi alga baru.

Metagenesis

Metagenesis adalah pergiliran keturunan dari fase gametofit ke fase sporofit. Peristiwa ini
terjadi pada tumbuhan lumut dan paku. Tumbuhan tersebut mengalami 2 fase yang berbeda
dalam siklus hidupnya, yaitu sporofit dan gametofit. Dalam fase sporofit, spora dihasilkan.
Sedangkan dalam fase gametofit, gametlah yang dihasilkan. Spora menghasilkan 2n atau
kromosom diploiddan gamet menghasilkan n atau kromosom haploid.
Pada tumbuhan paku, fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit.
Karena pada fase sporofit ini, tumbuhan paku terlihat bertumbuh. Berkebalikan dengan lumut,
fase gametofit lebih dominan daripada fase sporofitnya. Pada fase gametofit,
tumbuhan lumut tumbuh, mengalami fertilisasi dan kemudian menghasilkan gamet.
Pada lumut dan tumbuhan paku dalam siklus hidupnya mengalami dua tahap
perkembangan, yaitu tahap menghasilkan spora (generasi sporofit, aseksual) dan tahap
menghasilkan gamet (generasi gametrofit, seksual). Pergiliran dari generasi sporofit ke gametofit
atau sebaliknya disebut metagenesis.
METAGENESIS LUMUT- PAKU
Detail metagenesis Lumut (Bryophyta)
Dari Spora - berkecambah menjadi Protonema (bayi lumut) - Protonema tumbuh besar
menjadi Tumbuhan lumut yang menghasilkan gametangium - gametangium
menghasilkan sel kelamin yang bersatu menjadi Zygote - tumbuh menggembung
membentuk Sporogomnium - setelah matang dan tua menghasilkan spora lagi OK


Sedang detail metagenesis Paku (Pterydophyta) Spora - Prothallium - Tumbuhan Paku -
Sporogomnium



BEDA METAGENESIS PAKU DAN LUMUT


Setelah diamati metagenesis lumut dan paku diatas dapat kita simpulkan bahwa
1. Gametofit paku umurnya lebih pendek dibanding sporofitnya karena yang terlihat di alam
tumbuhan pakunya bukan Prothaliumnya , sedang pada lumut sebaliknya yang dialam
tumbuhan lumutnya maka gametofitnya lebih lama / dominan hidupnya dibanding
sporogonium.
2. Tumbuhan paku ada di bawah skema berarti kromosomnya diploid karena yang dibawah
selalu berasal dari zygot hasil pertemuan dua sel kelamin , sebaliknya lumut haploid
karena ada diatas skema yang terbentuknya hasil dari perkembangan spora. dan spora itu
dibentuknya secara miosis ( pembelahan reduksi).
Berikut morfologi tanaman paku dan lumut



Protonema
From Wikipedia, the free encyclopedia


Protonema cells of the mossPhyscomitrella patens
A protonema (plural: protonemata) is a thread-like chain of cells that forms the earliest stage
(the haploid phase) of a bryophyte life cycle. When amoss first grows from the spore, it grows as
a protonema which develops into a leafy gametophore.
Liverworts do not have a protonemal stage, the spores germinate directly into a new Gametophyte generation.
Moss spores germinate to form an alga-like filamentous structure called the protonema. It represents the
juvenile gametophyte. While the protonema is growing by apical cell division, at some stage, under the
influence of the phytohormone cytokinin, buds are induced which grow by three-faced apical cells. These give
rise to gametophores, stems and leaf like structures (bryophytes do not have true leaves (megaphyll)). These
gametophores are the adult form of the gametophyte.
[1]
Protonema are characteristic of all mosses and some
liverworts but are absent from hornworts. The protonema is also the photosynthetic part of a
germinating fern spore.

Prothallium
From Wikipedia, the free encyclopedia

This article includes a list of references, related reading or external links, but its sources remain unclear because it lacks inline
citations. Please improve this article by introducing more precise citations. (May 2012)

This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced
material may be challenged and removed. (May 2012)


Liverwort Prothallus
A prothallium, or prothallus (from Latin pro = forwards and Greek (thallos) = twig) is usually
the gametophyte stage in the life of a fern or otherpteridophyte. Occasionally the term is also used to describe
the young gametophyte of a liverwort or peat moss as well.
The prothallium develops from a germinating spore. It is a short-lived and inconspicuous heart-shaped
structure typically 2-5 millimeters wide, with a number of rhizoids (root-like hairs) growing underneath, and the
sex organs: archegonium (female) and antheridium (male). Appearance varies quite a lot between species.
Some are green and conduct photosynthesis while others are colorless and nourish themselves underground
as saprotrophs.
[edit]Alternation of generations


Prothallus of the tree fern Dicksonia antarctica (note new moss plants for scale)
Spore-bearing plants, like all plants, go through a life-cycle of alternation of generations. The fully
grown sporophyte, what the layman refers to as thefern, produces genetically unique spores in
the sori by meiosis. The haploid spores fall from the sporophyte and germinate by mitosis, given the right
conditions, into the gametophyte stage, the prothallus. The prothallus then develops independently for several
weeks; it grows sex organs and producesova and flagellated sperm. After rainfall, the sperm are able to swim
to the ova for fertilization to form a diploid sporophyte cell. This cell divides by mitosis and grows out of
the gametophyte into a new fern, which will produce new spores that will grow into new prothallia etc., thus
completing the life cycle of the organism.
[edit]Advantages of alternation of generations
There are two important evolutionary advantages to the alternation of generations plant life-cycle. Firstly, by
forming a haploid gametophyte, there is only one allele for any genetic trait. Thus, all alleles will be expressed
because no allele may be masked by a dominant counterpart (there is no counterpart). The benefit of this is
that any mutation that causes a lethal, or harmful, trait expression cannot be masked and will cause the
gametophyte to die; thus, the trait cannot be passed on to future generations, preserving the strength of the
gene pool. Also, crossing-over duringmeiosis in the formation of spores, and sexual reproduction in the
gametophytes, allows for genetic diversity, which also inhibits harmful recessive genes from "surfacing" and
being expressed.
Prothallium
From Wikipedia, the free encyclopedia

This article includes a list of references, related reading or external links, but its sources remain unclear because it lacks inline
citations. Please improve this article by introducing more precise citations. (May 2012)

This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced
material may be challenged and removed. (May 2012)


Liverwort Prothallus
A prothallium, or prothallus (from Latin pro = forwards and Greek (thallos) = twig) is usually
the gametophyte stage in the life of a fern or otherpteridophyte. Occasionally the term is also used to describe
the young gametophyte of a liverwort or peat moss as well.
The prothallium develops from a germinating spore. It is a short-lived and inconspicuous heart-shaped
structure typically 2-5 millimeters wide, with a number of rhizoids (root-like hairs) growing underneath, and the
sex organs: archegonium (female) and antheridium (male). Appearance varies quite a lot between species.
Some are green and conduct photosynthesis while others are colorless and nourish themselves underground
as saprotrophs.
[edit]Alternation of generations


Prothallus of the tree fern Dicksonia antarctica (note new moss plants for scale)
Spore-bearing plants, like all plants, go through a life-cycle of alternation of generations. The fully
grown sporophyte, what the layman refers to as thefern, produces genetically unique spores in
the sori by meiosis. The haploid spores fall from the sporophyte and germinate by mitosis, given the right
conditions, into the gametophyte stage, the prothallus. The prothallus then develops independently for several
weeks; it grows sex organs and producesova and flagellated sperm. After rainfall, the sperm are able to swim
to the ova for fertilization to form a diploid sporophyte cell. This cell divides by mitosis and grows out of
the gametophyte into a new fern, which will produce new spores that will grow into new prothallia etc., thus
completing the life cycle of the organism.
[edit]Advantages of alternation of generations
There are two important evolutionary advantages to the alternation of generations plant life-cycle. Firstly, by
forming a haploid gametophyte, there is only one allele for any genetic trait. Thus, all alleles will be expressed
because no allele may be masked by a dominant counterpart (there is no counterpart). The benefit of this is
that any mutation that causes a lethal, or harmful, trait expression cannot be masked and will cause the
gametophyte to die; thus, the trait cannot be passed on to future generations, preserving the strength of the
gene pool. Also, crossing-over duringmeiosis in the formation of spores, and sexual reproduction in the
gametophytes, allows for genetic diversity, which also inhibits harmful recessive genes from "surfacing" and
being expressed.

Anda mungkin juga menyukai