Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Komunikator Politik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Betapapun pentingnya komunikasi bagi keberhasilan, politikus menganggap pemerintahan, alih-alih

komunikasi, sebagai sumber nafkahnya. Tidak demikian halnya bagi komunikator profesional yang
mencari nafkah dengan berkomunikasi, apakah di dalam atau di luar politik.

Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi
komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa yang meminta
batas-batas rasial, etnis, pekerjaan, wilayah dan kelas untuk meningkatkan kesadaran identitas nasional;
dan perkembangan serta merta media khusus yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen
informasi dan hiburan.

Baik media massa maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-
lambang dan khalayak khusus. Di sini masuklah komunikator profesional yang mengendalikan
keterampilan yang khas dalam mengolah simbol-simbol dan yang memanfaatkan keterampilan ini untuk
menempa mata rantai yang menghubungkan orang-orang yang jelas perbedaannya atau
kelompokkelompok yang dibedakan.

Komunikator profesional
Seorang komunikator profesional kata James Carey, adalah seorang makelar simbol, orang
menerjemahkan sikap, pengetahuan ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain yang berbeda
tetapi menarik dan dapat dimengerti. Komunikator profesional menghubungkan golongan elit dalam
organisasi atau komunitas manapun dengankhalayakumum;secarahorizontal ia menghubungkan dua
komunitas bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur sosial yang sama.

Maka komunikator profesional adalah manipulator dan makelar simbol yang menghubungkan para
pemimpin satu sama lain dan dengan para pengikut. Akan tetapi, yang sangat membedakan karakteristik
komunikasi professional menurut Carey adalah bahwa pesan yang dihasilkannya tidak memiliki
hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya sendiri.

Komunikator profesional beroperasi di bawah desakan atau tuntutan yang di satu pihak dibebankan
khalayak akhir dan di pihak lain oleh sumber asal. Bahwa tidak ada hubungan yang pasti antara
pandangan profesional itu dengan penampilannya tidak berarti bahwa semua profesional memisahkan
opini pribadinya dari pekerjaan mereka; penulis editorial, kolumnis dan komentator menyuarakan
pandangan mereka dalam laporan mereka.

Apa yang dimintakan perhatian istimewa terhadapnya oleh Carey ialah kelas profesional yang
menerjemahkan dan menginterprestasikan pesan dari suatu komunitas bahasa kedalam idiom yang lain
tanpa mengganti pesan sumber atau langganan itu dengan pandangan, gagasan, atau pikiran pribadi
mereka.

Para profesional ini menjual keahliannya dalam manipulasi, menjualkan, menghubungkan dan
menginterprestasikan kepada para politikus dan yang lain. Sebagian menjalankan keahliannya itu tanpa
memperhatikan kesukaan atau ketidaksukaannya kepada khalayak. Yang lain,seperti konsultan
kampanye politik yang berpengaruh, Joseph Napolitan, hanya bekerja untuk para politikus dari partai
politik atau pandangan ideologis tertentu.

Sebagai komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang
menghubungkan sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para pemimpin pemerintah
untuk berbicara satu sama lain, menghubungkan para pemimpin dengan publik umum, menghubungkan
publik umum dengan para pemimpin dan membantu menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda
diskusi publik.

Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang termasuk
ke dalam promotor adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personel hubungan
masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, pejabat informasi publik pada jawatan
pemerintah, sekretaris pers kepresidenan, personel periklanan perusahaan, manajer kampaye dan
pengarah publisitas kandidat politik, spesialis teknik kameraman, produser dan sutradara film, pelatih
pidato dan sebagainya.

Yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya. Jurnalis dan promotor
berbeda satu sama lain dalam tingkat hal-hal tertentu: tingkat ketakbergantungan masing-masing
pekerjaan pada perintah majikan; sejauh mana masing-masing mempunyai kewajiban utama untuk
mendukung kepentingan sumber berita ketimbang menyingkapkan informasi yang
meragukan;kemerdekaan relatif seperti dikemukakan Carey, dari komunikator dalam menciptakan
pesan berita versus secara pasif menyiarkan pesan yang telah dibentuk lebih dulu. Dan sejauh mana
jurnalis atau promotor lebihbergantungpadasumberatau khalayak bagi kehidupan profesional.

Penutup
Bagaimanapun, karena menjadi komunikator profesional, bukan politikus, profesional yang
berkomunikasi menempatkan jurnalis maupun promotor terpisah dari tipe-tipe komunikator yang lain,
terutama dari aktivis politik. Unsur dasar dalam jaringan komunikasi politikus adalah aparat formal
pemerintah; ia menduduki atau bercita-cita menduduki suatu posisi dalam jaringan itu.

Sebaliknya, komunikator profesional memainkan perannya baik dalam jaringan media massa maupun
media khusus atau menghubungkan kantor-kantor pemerintah dengan media itu seperti yang dilakukan
oleh pejabat informasi publik dalam jawatan pemerintah. Jadi siapakah komunikator profesional utama
itu? Ada 3 macam yang terpenting antara lain politikus, profesional dan aktivitas.

Dalam masing-masing kategori ada komunikator professional yang melaksa-nakan tugas perwakilan
yang persuasif yang menekankan tugas perwakilan di antara sumber dan khalayak adalah wakil partai,
dan juru bicara yang menetapkan, melukiskan dan mengubah situasi dengan berbagai alasan. Ada juga
komunikator yang profesional yang melakukan persuasif seperti perubahan titik pandang dari situasi
tertentu ideologi, promotor dan pemuka pendapat, yang membedakan semua komunikator profesional
ini dari arah berfikir, berbicara dan bertindak.
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=90594:profesionalisme-
komunikator-politik&catid=25:artikel&Itemid=44

Komunikator Politik
Dikirim oleh Webmaster
DALAM perspektif panggung politik, komunikator politik memainkan peran sosial yang utama,
khususnya dalam proses pembentukan opini publik. Komunikator politik sebagai pelaku atau
diidentifikasi sebagai pemimpin yang memiliki potensi dan kompetensi di atas rata-rata dibandingkan
warga negara pada umumnya dalam hal menyampaikan pikiran atau gagasan di mana pun dia berada.
Urgennya peran komunikator politik dalam menciptakan opini publik, Karl Popper (1962),
memperkenalkan teori pelopor opini publik, menegaskan, para pemimpin menciptakan opini publik
karena mereka berhasil membuat beberapa gagasan, yang awalnya ditolak, kemudian dipertimbangkan,
dan akhirnya diterima. Tanggapan dari publik (termasuk elite politik) dipahami dengan munculnya
pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru, dan argumen-argumen baru.

Upaya untuk menyatakan dirinya sebagai komunikator politik, meliputi; politisi, komunikator
profesional, dan aktivis (Dan Nimmo, 1978), maka yang dituntut adalah; Pertama, kemampuan
berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi mempunyai makna bahwa seorang yang mampu dan cerdas
dalam menyampaikan argumen, gagasan, dan pemikiran kepada publik, di mana pun dia berada.
Artinya, di mana pun dia berada setiap statement mampu mempengaruhi atau bergetar dalam setiap
apa yang diucapkan.

Misalnya, sebagai politisi, diharapkan dalam melontarkan gagasan mampu mempengaruhi kebijakan
politik. Kalau politisi yang sehari-hari bekerja di lembaga legislatif mampu memainkan perannya sebagai
aktivis politik, baik itu menjalankan fungsi kontrol, legislasi, dan anggaran.

Ukurannya, seberapa besar media massa memberikan porsi pemberitaan dalam apresiasinya dalam
menjalankan tugasnya sebagai komunikator politik. Kalau mereka sebagai politisi tidak pernah kita
ketahui kiprahnya, dan hanya anggota dewan semata dan sosoknya hanya 4 D(datang, duduk, dengar,
diam) itu berarti mereka tidak dapat dikatakan sebagai komunikator politik yang baik.

Contoh lain. Maraknya figur calon legislatif (caleg) yang melakukan tebar pesona melalui baliho dan
media iklan, namun publik tak mengetahui jati diri serta tak memiliki potensi dan kompetensi, beraninya
memproklamirkan diri sebagai calon anggota wakil rakyat. Bahkan ada caleg di Sulsel, jangankan
mengungkapkan gagasan dan pikiran ke publik tak pernah dia lakukan apalagi mau berpidato atau
berdebat di depan publik?

Kedua, komunikator politik sebaiknya memiliki kesempatan dan memiliki kapasitas sebagai pemimpin.
Orang yang mengidentifikasi dirinya berkemampuan sebagai komunikator politik adalah orang yang
memiliki leadership. Bagi orang yang menceburkan diri dalam panggung politik dan kekuasaan, hal yang
tak bisa ditawarkan adalah memiliki kemampuan dalam memimpin. Pemimpin itu tak lahir seketika atau
instant. Pemimpin sejak lahir sudah terlihat bakatnya sebagai pemimpin di mana pun dia berada.

Maka dari itu, jika kita merujuk panggung politik yang akhir-akhir ini menyoroti tentang politisi busuk,
politisi berdasarkan hubungan darah dan keluarga, politisi fasilitas, wajar saja dipersoalkan. Jika para
politisi tersebut masih memiliki syarat utama yang harus dimiliki sebagai komunikator politik, publik tak
akan mempersoalkan. Kalau politisi tersebut hanya mengandalkan dan memanfaatkan kekuasaan dan
popularitas keluarga yang berkuasa, maka sepantasnya perlu mawas diri dan perlu memperhatikan
gugatan masyarakat.

Apa pun alasannya, kalau seandainya, politisi tersebut yang sementara dipersoalkan di publik tak
memiliki syarat utama sebagai komunikator, secara tataran akademik maupun tuntutan publik
sepantasnya caleg tersebut perlu bercermin dan menanyakan dirinya sendiri. Apakah saya dapat
menjadi komunikator politik yang akan berkerja atas nama wakil rakyat dan pantas untuk disebut
legislator? Jawabnya, bertobatlah dan kembalilah ke jalan yang benar! (*)
http://www.selamatkan-indonesia.net/index.php?option=com_content&task=view&id=397&Itemid=2

Meskipun setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, namun yang melakukannya secara tetap
dan berkesinambungan jumlahnya relatif sedikit. Walaupun sedikit, para komunikator politik ini
memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Dan Nimmo (1989)
mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut: politikus; professional; dan aktivis.


1. Politikus

Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli
apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu
eksekutif, legislatif, atau yudukatif. Daniel Katz (dalam Nimmo, 1989) membedakan politikus ke dalam
dua hal yang berbeda berkenaan dengan sumber kejuangan kepentingan politikus pada proses politik.
Yaitu: politikus ideolog (negarawan); serta politikus partisan.

a). Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan
bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang
langganan atau kelompoknya. Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan
yang lebih luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung perubahan revolusioner-jika hal ini
mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa dan negara.

b). Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangan kepentingan
seorang langganan atau kelompoknya.

Dengan demikian, politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik yang menentukan dalam
pemerintah Indonesia adalah: para pejabat eksekutif (presiden, menteri, gubernur, dsb.); para pejabat
eksekutif (ketua MPR, Ketua DPR/DPD, Ketua Fraksi, Anggota DPR/DPD, dsb.); para pejabat yudikatif
(Ketua/anggota Mahkamah Agung, Ketua/anggota Mahkamah Konstitusi, Jaksa Agung, jaksa, dsb.).

2. Profesional

Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya
berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan
dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan
perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.)
yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik mediamassa
maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak
khusus.

Di sini masuklah komunikator profesional yang mengendalikan keterampilan yang khas dalam
mengolah simbol-simbol dan yang memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa mata rantai yang
menghubungkan orang-orang yang jelas perbedaannya atau kelompok-kelompok yang dibedakan.

James Carey (dalam Nimmo, 1989) mengatakan bahwa komunikator profesional adalah makelar simbol,
orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-
istilah komunitas bahasa yang lain ang berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti. Komunikator
profesional beroperasi (menjalankan kegiatannya) di bawah desakan atau tuntutan yang, di satu pihak,
dibebabankan oleh khalayak akhir dan, di lain pihak , oleh sumber asal. Seperti politikus yang dapat
dibedakan politikus ideolog dan partisan, profesional mencakup para jurnalis pada satu sisi, dan para
promotor pada sisi lain.

a). Jurnalis : Kita membicarakan jurnalis sebagai siapun yang berkaitan dengan media berita dalam
pengumpulan, persiapan, penyajian, dan penyerahan laporan mengenai peristiwa-peristiwa. Ini meliputi
reporter yang bekerja pada koran, majalah, radio, televisi, atay media lain; koordinator berita televisi;
penerbit; pengarah berita; eksekutif stasiun atau jaringan televisi dan radio; dan sebagainya. Sebagai
komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang menghubungkan
sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para politikus untuk berbicara satu sama lain,
menghubungkan politikus dengan publik umum, menghubungkan publik umum dengan para pemimpin,
dan membantu menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik.

b). Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang
termasuk ke dalam promotor adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personel hubungan
masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, pejabat informasi publik pada jawatan
pemerintah, skretaris pers kepresidenan, personel periklanan perusahaan, manajer kampanye dan
pengarah publisitas kandidat politik, spesialis teknis (kameraman, produser dan sutradara film, pelatih
pidato, dsb.) yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya, dan semua
jenis makelar simbol yang serupa.

3. Aktivis

Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan
interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang
ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator
tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya
juga bukan profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan
semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi merupakan
peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu
organisasi. dalam hal lain jurubicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan
kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang
bergerak dalam jaringan interpersonal.

Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara yang dihadapkan pada
pembuatan keputusan yang bersifat politis, meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati mereka.
Apakah untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya atau memperkuat putusan yang telah
dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka pendapat.

Mereka tampil dalam dua bidang:

a. Mereka sangat mempengaruhi keputusan orang lain; artinya, seperti politikus ideologis dan promotor
profesional, mereka meyakinkan orang lain kepada cara berpikir mereka.

b. Mereka meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam arus
komunikasi dua tahap gagasan sering mengalir dari media massa kepada pemuka pendapat dan dari
mereka kepada bagian penduduk yang kurang aktif banyak studi yang membenarkan pentingnya
kepemimpinan pendapat melalui komunikasi interpersonal sebagai alat untuk mengetahui peristiwa-
peristiwa yang penting.
http://fikom-jurnalistik.blogspot.com/2011/04/komunikator-politik.html

Anda mungkin juga menyukai